Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mersi Saputri Radha

NPM : 21210410074

Kelas : AP-SJ

UTS : Pengantar Ilmu Politik

1. Unsur-unsur yang dimiliki oleh Negara :


 Rakyat
Unsur-unsur negara pertama yang harus dipenuhi adalah rakyat. Dalam hal ini,
suatu negara harus memiliki masyarakat atau kumpulan Individu yang hidup dan
tinggal di suatu wilayah dalam negara tersebut. Dengan begitu, dapat dipahami
bahwa sebelum status negara diakui, negara tersebut harus memiliki rakyat yang
menjadi subyek pemerintahan atau pengaturan dari suatu negara. Sehingga jika
sebuah negara yang tidak memiliki rakyat maka itu belum bisa dikatakan sebagai
negara, melainkan tanah atau pulau kosong tanpa penghuni. Maka dari itu,
rakyat menjadi salah satu unsur-unsur negara yang paling utama untuk dipenuhi
terlebih dahulu.
 Wilayah
Selain rakyat, wilayah juga menjadi salah satu unsur-unsur negara yang tidak
kalah penting. Di sini, suatu negara harus memiliki wilayah dengan batasan
teritorial yang jelas. Dalam hal ini, diperlukan wilayah secara geografis, artinya
wilayah yang mencakup bagian daratan, perairan, dan udara. Bukan hanya itu,
negara juga harus memiliki batas yang jelas dengan wilayah negara lain.
Biasanya batas wilayah antar negara ini ditandai dengan berbagai macam
benda. Mulai dari batok kayu atau batu, garis cat, kawat berduri, hingga tembok
raksasa. Batas wilayah antar negara ini ditentukan berdasarkan kesepakatan
dalam perjanjian bilateral atau internasional. Bukan hanya daratan, batas dari
wilayah perairan dan udara juga didapatkan dari hasil perjanjian antar negara
atau internasional. Dalam hal ini, batas wilayah laut ditentukan oleh hukum laut
internasional, yaitu zona tambahan, zona ekonomi eksklusif, landas benua,
landas kontinen, dan laut pedalaman. Sedangkan batas udara biasanya
dibedakan menjadi aliran udara bebas dan aliran kedaulatan udara di atas
wilayah negara.
 Pemerintah Yang Berdaulat
Unsur-unsur negara yang perlu diperhatikan berikutnya adalah pemerintah yang
berdaulat. Di sini, pemerintah dapat diartikan sebagai lembaga legislatif yang
bertugas membentuk undang-undang beserta jajarannya. Selain itu, pemerintah
juga dapat dimaknai sebagai keseluruhan lambang negara. Dalam sistem
demokrasi, pemerintah Indonesia menganut trias politica dalam menjalankan
fungsinya, yaitu berupa lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dalam
menjalankan fungsinya, pemerintah menyelenggarakan menetapkan peraturan,
menegakkan hukum, dan mengatur kehidupan masyarakat dengan baik, adil,
dan sejahtera. Di sini, pemerintah juga memegang kunci sebagai negara
berdaulat. Artinya pemerintah dapat dengan bebas, mandiri dan tanpa tekanan
dari negara lain dalam mengatur kehidupan masyarakatnya.
 Pengakuan Dari Negara Lain
Unsur-unsur negara terakhir yang harus dipenuhi adalah mendapatkan
pengakuan dari negara lain. Di sini keberadaan negara diperkuat dengan adanya
pengakuan dari negara lain, bahwa negara tersebut mampu secara mandiri
mengatur rakyatnya dengan baik. Unsur negara yang satu ini bersifat deklaratif.
Artinya suatu negara baru memberikan pernyataan dirinya dan suatu negara
yang sudah berdiri sebelumnya, telah memberikan pengakuan dari status
kenegaraannya. Ini menjadi salah satu dari unsur-unsur negara yang wajib
dipenuhi.
2. Sifat-sifat yang dimiliki oleh Negara :
 Sifat Memaksa
Sifat negara yang pertama adalah bersifat memaksa. Negara berhak untuk
menggunakan paksaan agar seluruh komponen bangsa mematuhi aturan dan
undang-undang yang berlaku. Tanpa adanya sifat paksaan ini, maka akan ada
banyak warga yang bertindak sewenang-wenang dan tidak menjalankan aturan
hingga menciptakan kekacauan. Oleh karena itulah, negara memiliki hak untuk
menggunakan kekerasan atau kekuatan lewat aparat seperti TNI, polisi, atau
lembaga peradilan yang sah. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya
kekacauan, memastikan semua elemen negara mematuhi undang-udang yang
berlaku, serta menjaga kedamaian bernegara. 
 Sifat Monopoli
Negara juga memiliki sifat monopoli. Maksud dari sifat ini adalah semua hal yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai dan
dikendalikan oleh negara. Segala sesuatu dalam lingkup dalam negeri
dikendalikan dan dimonopoli oleh negara. Hanya ada satu sistem saja yang
digunakan, yang ketetapannya telah diatur oleh negara tanpa adanya campur
tangan dari pihak atau organisasi lainnya. Sifat monopoli ini juga memastikan
bahwa sumber-sumber daya untuk kepentingan orang banyak harus
dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.
 Sifat Menyeluruh
Sifat negara yang terakhir adalah sifat menyeluruh atau mencakup semuanya.
Negara berhak dan wajib untuk mengatur semua warga negaranya tanpa
membeda-bedakan satu sama lain. Dengan kata lain, semua peraturan dan
perundang-undangan berlaku bagi seluruh warga negara tanpa terkecuali.
Keseluruhan tata tertib dan perundang-undangan di sebuah negara berlaku atas
semua orang tanpa memandang suku, ras atau agama. Sifat ini penting untuk
menciptakan keadilan dan mewujudkan keseteraan antar warga negara,
terutama dalam kondisi masyarakat yang heterogen atau berbeda-beda latar
belakangnya.
3. Sumber-sumber Kekuasaan :
 Kekuasaan Menghargai (Reward Power)
Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh
untuk memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk
melaksanakan perintah. (bonus sampai senioritas atau persahabatan)
 Kekuasaan Memaksa (Coercive Power)
Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum orang
yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan. (teguran
sampai hukuman).
 Kekuasaan Sah (Legitimate Power)
Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul
dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh
berhak menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.
 Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa
pemberi pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus
yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi. (professional atau tenaga
ahli).
 Kekuasaan Rujukan (Referent Power)
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan
pada indentifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan
bagi yang dipengaruhi. (karisma, keberanian, simpatik dan lain-lain).
4. Yang dimaksud dengan pendekatan Legal/Institutional adalah :
Pendekatan Legal atau pendekatan Institusional, dikenal sebagai pendekatan tradisional
yang merupakan pendekatan paling awal dalam Ilmu Politik. Di antara pendekatan-
pendekatan dalam ilmu politik, maka pendekatan Legal/Institusional adalah yang tertua.
Pendekatan ini mulai berkembang di akhir abad ke-19, sebelum Perang Dunia II. Sesuai
dengan namanya maka pokok bahasan dalam pendekatan ini mencakup unsur-unsur
legal dan institusional, misalnya: soal sifat undang-undang dasar, masalah kedaulatan,
kedudukan dan kekuasaan formal dan yuridis lembaga- lembaga kenegaraan seperti
badan eksekutif, eksekutif dan yudikatif. Jika kita mempelajari lembaga eksekutif
misalnya maka kita akan membahas kekuasaan dan wewenang presiden sebagaimana
yang tertuang dalam konstitusi, hubungannya dengan lembaga-lembaga negara lainnya,
tugas dan tanggung jawabnya, hubungannya dengan menteri-menteri dalam kabinetnya,
dan sebagainya.

Fokus kajian pendekatan Legal atau pendekatan Institusional dapat digambarkan antara
lain sebagai berikut :

 Pendekatan tradisional menggambarkan struktur politik formal tanpa berusaha


untuk membandingkannya. Jika kita menggunakan pendekatan ini untuk
mempelajari tentang presiden misalnya, maka kita akan menggambarkan fungsi,
tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana dirumuskan dalam UUD 1945.

 Pendekatan ini juga tidak menaruh perhatian pada organisasi-organisasi


informal. Kita tidak dapat menggunakan pendekatan ini jika kita hendak mengkaji
tentang peran lembaga-lembaga informal, seperti: kelompok kepentingan atau
organisasi organisasi akar rumput dan masyarakat sipil dalam masa transisi
menuju demokrasi misalnya.

 Pendekatan ini tidak hendak menguji kesesuaian antara apa yang tertulis dalam
dokumen-dokumen formal dengan kenyataan di dalam praktik. Pendekatan ini
tidak akan mempelajari misalnya apakah presiden RI sungguh-sungguh telah
melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan yang
dirumuskan dalam UUD 1945.

 Pendekatan ini cenderung mempelajari evolusi institusi-institusi formal, misalnya:


kita ingin mempelajari asal usul DPR/MPR RI, maka kita akan mempelajarinya
hingga pada parlemen pada masa pendudukan Belanda di tahun 1930-an.

Pendekatan legal/constitutional akhirnya ditinggalkan oleh para ahli Ilmu Politik dalam
memahami dinamika politik di masyarakat karena :

 Pendekatan ini terlalu normatif (sesuai dengan ideal atau standar


tertentu), dengan norma-norma demokrasi Barat sebagai standar dan
yang dianggap ideal. Negara, misalnya dilihat sebagai ‟sebuah badan
norma-norma konstitusional yang formal‟.
 Analisis dalam pendekatan ini tidak membedakan antara ‟fakta‟ (sesuatu
yang dapat dibuktikan melalui pengalaman atau pengamatan) dan
‟norma‟ (standar atau ideal yang menjadi pedoman berperilaku).
 Label parokhialisme atau etnosentrisme yang ditujukan pada pendekatan
ini disebabkan karena bahasan-bahasan pendekatan ini terbatas pada
struktur-struktur politik formal di negara-negara demokrasi di Eropa
Barat.
 Pendekatan ini juga mendapat kecaman karena sifatnya yang statis,
sebab hanya menggambarkan struktur formal, baik pemerintah maupun
yang dirumuskan di dalam dokumen-dokumen (UUD atau konstitusi).

Anda mungkin juga menyukai