Secara Faktual :
1. Suatu wilayah atau daerah belum ada yg menguasai, kemudian diduduki o/suatu bangsa maka daerah itu
berubah menjadi Negara
2. Suatu wilayah atau daerah yg semula termasuk wilayah negara tertentu, melepakan diri
3. Peleburan dari beberapa negara menjadi negara baru Suatu negara pecah menjadi negara baru
Secara Teoritis :
1. Teori Ketuhanan (segala sesuatu yg terjadi di jagad raya ini karena kehendak tuhan)
2. Teori Hukum Alam (zoon politicon)
3. Teori Kekuasaan (negara terbentuk karena kekuatan atau kekuasaan)
4. Teori Perjanjian Masyarakat (du contract social atau pemufakatan bersama dalam rangka saling
memelihara keselamatan hidup dan kepemilikan)
5. Teori Organism (negara tumbuh sebagai hasil evolusi)
Sistem Hukum :
Menurut Fuller = Principles of Legality
1. Suatu sistem hukum hrs mengandung peraturan2
2. Peraturan yg sdh dibuat hrs diumumkan
3. Peraturan tdk boleh ada yg berlaku surut
4. Peraturan hrs dirumuskan dgn susunan kata2 yg dimengerti
5. Suatu sistem tdk boleh mengandung peraturan2 yg bertentangan satu sama lain
6. Peraturan2 tdk boleh mengandung ketentuan yg melebihi apa yg dpt dilakukan
7. Tdk boleh sering merobah peraturan
8. Hrs ada kecocokan antara peraturan yg diundangkan dgn pelaksanaannya
Pengertian Negara :
Robert H. Soltau : Negara adalah alat (agency atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.
Harold J. Laski : Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang
bersifat memaksa dan secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian
dari masyarakat itu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk
mencapai terkabulnya keinginankeinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara
hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi-asosiasi ditentukan oleh suatu wewenang
yang bersifat memaksa dan mengikat.
Max Weber : Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik
secara sah dalam sesuatu wilayah.
Robert M. Maciver : Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat
dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang
untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.
Kesimpulan : negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah
pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-
undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.
Sifat-sifat Negara :
1. Sifat Memaksa : Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan demikian penertiban dalam
masyarakat tercapai serta timbulnya anarki dicegah, maka negara memiliki sifat memaksa, dalam arti
mempunyai kekuasaan untuk memakai kekuasaan fisik secara legal.
2. Sifat Monopoli : Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari
masyarakat.Dalam rangka ini negara dapat menyatakan bahwa suatu aliran kepercayaan atau aliran
politik tertentu dilarang hidup dan disebar luaskan, oleh karena dianggap bertentangan dengan
tujuan masyarakat.
3. Sifat Mencakup Semua : Semua peraturan perundangt-undangan (misalnya keharusan membayar
pajak) berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Keadaan demikian memang perlu, sebab kalau
seseorang dibiarkan berada di luar ruang-lingkup aktivitas negara, maka usaha negara kearah
tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal.
Unsur-unsur Negara :
1. Wilayah : Setiap negara menduki tempat tertentu termasuk di muka bumi dan mempunyai
pembatasan tertentu.Kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah, tetapi juga
laut di sekelilingnya dan angkasa di atasnya.
2. Penduduk : Setiap negara mempunyai penduduk, dan kekuasaan negara menjangkau semua
penduduk di dalam wilayahnya.Dalam mempelajari soal penduduk ini maka perlu diperhatikan faktor-
faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat pembangunan, tingkat kecerdasan, homogenitas, dan
masalah nasionalnya.
3. Pemerintah : Setiap negara mempunyai suatu organisasi yang berwenang ntuk merumuskan dan
melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di dalam wilayahnya.
4. Kedaulatan : Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia. Negara mempunyai
kekuasaan yang tertinggi ini untuk memaksa semua penduduknya agar mentaati undang-undang
serta peraturan-peraturannya.
FUNGSI NEGARA :
1. Melaksanakan penertiban (law and order), untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus melaksanakan penertiban. Dapat
dikatakan bahwa negara bertindak sebagai ‘stabilisator’.
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Dewasa ini fungsi ini dianggap sangat penting,
terutama bagi negara-negara baru.;
3. Pertahanan, hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar. Untuk ini negara
dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.
4. Menegakkan keadilan, hal ini dilaksanakan melalui badan-badan pengadilan.
Negara Hukum ialah negara yang seluruh aksinya didasarkan dan diatur oleh undang-undang yang telah
ditetapkan semula dengan bantuan dari badan pemberi suara rakyat.
Negara Hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum.
Karena itu pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh
hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Pilar-pilar utama untuk menyangga tegaknya satu Negara Hukum modern (The Rule of Law, ataupun
Rechtsstaat) :
1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law):
Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah
diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi.
2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law):
Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui secara normatif
dan dilaksanakan secara empirik.
3. Asas Legalitas (Due Process of Law):
Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya (due
process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-
undangan yang sah dan tertulis.
4. Pembatasan Kekuasaan
Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara dengan cara menerapkan prinsip
pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisahan kekuasaan secara horizontal.
5. Organ-Organ Eksekutif Independen:
Dalam rangka membatasi kekuasaan itu, di zaman sekarang berkembang pula adanya pengaturann
kelembagaan pemerintahan yang bersifat ‘independent’.
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak:
Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial judiciary).
7. Peradilan Tata Usaha Negara:
Dalam setiap Negara Hukum, harus terbuka kesempatan bagi tiap-tiap warga negara untuk menggugat
keputusan pejabat administrasi Negara dan dijalankannya putusan hakim tata usaha negara
(administrative court) oleh pejabat administrasi negara.
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court):
Di samping adanya pengadilan tata usaha negara yang diharapkan memberikan jaminan tegaknya keadilan
bagi tiap-tiap warga negara, Negara Hukum modern juga lazim mengadopsikan gagasan pembentukan
mahkamah konstitusi dalam sistem ketatanegaraannya.
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia:
Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan
penegakannya melalui proses yang adil.
10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat):
Dianut dan dipraktekkannya prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yang menjamin peran serta
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan kenegaraan, sehingga setiap peraturan perundang-
undangan yang ditetapkan dan ditegakkan mencerminkan perasaan keadilan yang hidup di tengah
masyarakat.
11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat):
Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, baik
yang dilembagakan melalui gagasan negara demokrasi (democracy) maupun yang diwujudkan melalaui
gagasan negara hukum (nomocrasy) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
12. Transparansi dan Kontrol Sosial:
Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhadap setiap proses pembuatan dan penegakan
hukum, sehingga kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam mekanisme kelembagaan resmi dapat
dilengkapi secara komplementer oleh peran serta masyarakat secara langsung (partisipasi langsung)
dalam rangka menjamin keadilan dan kebenaran
Pelopor konsep negara hukum itu sendiri dipopulerkan oleh Plato seorang filosof yang lahir di Athena pada
tahun 429 SM dan meninggal pada tahun 347 SM. Buah karyanya yang menggambarkan akan cita negara
hukum terdapat dalam tiga karya besarnya, yakni: Politeia (the Republica): Politicos (the Statemen); dan the
Nomoi (the Law).
Dari karakter negara hukum sebagaimana diuraikan di atas, ditemukan juga adanya penggunaan istilah lainnya,
yakni Negara Polisi (Polizei Staat), Negara Liberal/Negara Penjaga Malam (Nachtwachtersstaat), Negara Formal
dan Negara Materiel/Negara Kesejahteraan (Welffare Staat). Berikut akan diuraikan mulai tipe Negara Polisi
(Polizei Staat) dan kemudian diakhiri dengan tipe Negara Kesejahteraan (Welfare State).
1. Polizei Staat artinya negara yang menyelenggarakan ketertiban dan kamanan serta menyelenggarakan
semua kebutuhan hidup warga negaranya.
2. Negara Hukum Liberal atau Negara Penjaga Malam (Nachtwachtersstaat) yaitu negara hukum menurut
Immanuel Kant disebut negara hukum dalam arti sempit/Negara Hukum Klasik.Negara demikian ini
tugasnya hanyalah menjaga agar dalam masyarakat tidak terjadi hal-hal yang menggangu ketertiban.
Sebagaimana telah dikemukakan, pihak yang bereaksi terhadap Negara Polisi (Polizei Staat) adalah orang-
orang kaya dan pandai, yang disebut sebagai kaum borjuis liberal.Oleh karena itu, konsep negara hukum
hasil pemikirannya dinamakan Negara Hukum Liberal.Fungsi negara dalam Negara Hukum Liberal ini
hanyalah menjaga ketertiban dan keamanan.Karena itu, negara hukumnya disebut sebagai Negara Hukum
‘Penjaga Malam’ (Nachtwachtersstaat)
3. Negara Hukum Formal bertujuan melindungi hak-hak asasi warga negaranya dengan cara-cara membatasi
dan mengawasi gerak langkah dan kekuasaan negara dengan undang-undang. Unsur utama Negara
Hukum Formal yang diciptakan oleh Stahl adalah sebagai berikut : (1) perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia; (2) pemisahan kekuasaan berdasar pada teori trias politica; (3) setiap tindakan pemerintah harus
didasarkan atas undang-undang (wetmatig bestuur); dan (4) adanya peradilan administrasi yang berdiri
sendiri.
4. Negara Hukum Materiel/Negara Kesejahteraan(Welvaarstaat/Welfare State), Dalam konsep negara
kesejahteraan ini, negara dituntut untuk memperluas tanggung jawabnya kepada masalah-masalah sosial
ekonomi yang dihadapi rakyat banyak
Sentralisasi adalah sebuah penyerahan kekuasaan dan juga wewenang pemerintahan secara penuh
kepada pemerintah pusat.
Desentralisasi adalah penyerahan kebijakan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah supaya
mengatur rumah tangganya sendiri, namun tidak untuk semua hal, keamanan, hukum dan kebijakan
merupakan beberapa hal yang masih terpusat namun tetap ada pendelegasian kepda daerah.
Dalam prakteknya, asas desentralisasi sebagai sistem penyelenggaraan pemerintah di daerah memiliki
beberpaa kelebihan seperti :
Struktur organisasnya merupakan pendelegasian wewenang dan memperingan manajemen
pemerintah pusat
Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintah
Pemerintah daerah tak perlu menunggu instruksi dari pusat untuk menuntaskan masalah
Hubungan antar pemerintah pusat dengan daerah dapat meningkatkan gairah kerja
Efisien dalam segala hal
Mengurangi Biokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat segera dilaksanakan
1. Apakah negara hukum itu, dan benarkah bahwa Indonesia adalah negara hukum?
Jawab:
Istilah negara hukum adalah terjemahan dari kata Rechtsstaat atau Rule of law. Para ahli hukum di daratan
Eropa Barat lazim menggunakan istilah Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo-Saxon menggunakan
istilah Rule of Law.
Pengertian negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum.
Indonesia adalah negara hukum. Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin
kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan
negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945
tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut:
1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat). Negara Indonesia berdasar atas
Hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).
2) Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah dikemukakan oleh para pendiri negara Republik
Indonesia (Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu. Cita-cita
negara hukum yang demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati para perintis
kemerdekaan bangsa Indonesia.
Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material, yaitu
pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34 UUD Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab
atas perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.
3. Salahsatu prinsip pokok negara hukum adalah bahwa negara hukum itu berfungsi sebagai sarana
mewujudkan tujuan kesejahteraan (welfare rechtstaat). Jelaskan.
Jawab:
Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, baik
yang dilembagakan melalui gagasan negara demokrasi (democracy) maupun yang diwujudkan melalui
gagasan negara hukum (nomocrasy) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Bahkan
sebagaimana cita-cita nasional Indonesia yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, tujuan bangsa
Indonesia bernegara adalah dalam rangka melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Hukum
berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan dan mencapai keempat tujuan negara Indonesia tersebut.
Dengan demikian, pembangunan negara Indonesia tidak akan terjebak menjadi sekedar ‘rule-driven’,
melainkan tetap ‘mission driven’, tetapi ‘mission driven’ yang tetap didasarkan atas aturan.
4. Menurut Jimly Asshiddiqy, jika konsep Negara Hukum itu dikaitkan pula dengan paham negara yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa seperti Indonesia, maka prinsip pokok negara hukum itu patut ditambah satu
prinsip lagi, yaitu: Prinsip Berketuhanan Yang Maha Esa. Jelaskan.
Jawab:
Negara modern biasanya mengaitkan diri dengan paham sekularisme yang memisahkan diri dari urusan-
urusan keagamaan dan ketuhanan sama sekali. Negara modern mengaku (claim) mampu bersikap netral
dalam urusan-urusan agama dan keagamaan. Karena itu, dimensi-dimensi ketuhanan lazimnya berada di
luar jangkauan kajian kenegaraan. Akan tetapi, Negara Hukum Indonesia adalah negara hukum yang
berketuhanan Yang Maha Esa. Karena setiap produk hukum Indonesia di samping harus dibuat dan
ditetapkan secara demokratis serta ditegakkan tanpa melanggar hak-hak asasi manusia, juga
mempersyaratkan adanya persesuaiannya dengan ataupun terbebas dari kemungkinan bertentangan
dengan norma-norma agama yang diyakini oleh para subjek warganegara Indonesia.
Hukum Indonesia juga tidak boleh ditegakkan dengan semena-mena dengan tanpa mempertimbangkan
nilai-nilai keadilan yang hidup dalam konteks kehidupan umat beragama dalam negara Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila.
5. Apakah Indonesia sekarang ini sudah benar-benar memenuhi syarat atau lulus sebagai negara hukum?
Jelaskan.
Jawab:
Menurut Indeks Persepsi Negara Hukum Indonesia 2012 yang dikeluarkan oleh Indonesia Legal Rountable
(ILR) di Jakarta, Jum’at (31/5/2013). Kajian ini dilakukan untuk melihat apakah penegakan hukum di mata
masyarakat baik atau buruk. Hasilnya, dengan menggunakan skala 1-10, indeks penegakan hukum di
Indonesia hanya mencapai 4,53. Dengan melakukan survei terhadap 1.220 orang di seluruh Indonesia, ILR
menanyakan pandangan masyarakat mengenai lima poin prinsip negara hukum. Lima prinsip dimaksud
adalah pemerintah berdasarkan hukum; independensi kekuasaan kehakiman; penghormatan, pengakuan
dan perlindungan hak asasi manusia; akses terhadap keadilan; dan peraturan yang terbuka dan jelas.
Dari poin di masing-masing indikator, skor indeks terendah (1,38) adalah pada persepsi mengenai
keikutsertaan publik dalam pembuatan peraturan. Artinya, masyarakat merasa tak dilibatkan dalam
pembuatan peraturan perundang-undangan. Poin ini ikut menyumbang rendahnya indeks peraturan yang
terbuka dan jelas. Sebaliknya, poin kejelasan materi peraturan dalam indikator yang sama mendapatkan
skor indeks tertinggi (6,63), disusul kebebasan beragama dan berkeyakinan (6,54), dan perlakuan yang
tidak diskriminatif (6,08). Rendahnya Indeks Persepsi Negara Hukum Indonesia 2012 tersebut menunjukkan
bahwa Indonesia ‘belum lulus sebagai negara hukum’.
Hasil kajian ILR tersebut tak jauh berbeda dari survei penegakan hukum yang dilakukan Lingkaran Survei
Indonesia (LSI) pada April 2013 lalu. Survei LSI menunjukkan 56 persen responden menyatakan tidak puas
terhadap penegakan hukum di Indonesia. Hanya 29,8 persen yang menyatakan puas. Ini menunjukkan
penegakan hukum di Indonesia di mata masyarakat sungguh mengkhawatirkan