Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Analisis Pohon Masalah

Banyak istilah yang digunakan untuk pengertian analisis pohon masalah. Miller
(2004) dalam Scarvada (2004) menggunakan istilah issues trees. Lebih lanjut,
Miller menyatakan issues trees merupakan pendekatan yang membantu merinci
suatu masalah ke dalam komponen-komponen penyebab utama dalam rangka
menciptakan rencana kerja proyek. Silverman dan Silverman (1994)
menggunakan istilah tree diagramdan menyatakan diagram sistematik atau
diagram pohon dirancang untuk mengurutkan hubungan sebab-akibat. Modul
Pola Kerja Terpadu (2008) menggunakan istilah pohon masalah yang
merupakan bagian dari analisis pohon. Analisis pohon adalah suatu langkah
pemecahan masalah dengan mencari sebab dari suatu akibat. Lebih lanjut,
Modul Pola kerja Terpadu menguraikan pohon masalah sebagai suatu teknik
untuk mengidentifikasi 
semua masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan informasi ini
sebagai rangkaian hubungan sebab akibat.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, terdapat beberapa poin penting
mengenai pengertian analisis pohon masalah:

1. Analisis pohon masalah merupakan suatu alat atau teknik atau pendekatan untuk
mengidentifikasi dan menganalis masalah.
2. Analisis pohon masalah menggambarkan rangkaian hubungan sebab akibat dari
beberapa faktor yang saling terkait.
3. Alat atau teknik analisis pohon masalah umumnya digunakan pada tahap
perencanaan.

Manfaat Analisis Pohon Masalah


            Sebagai suatu alat atau teknik dalam mengidentifikasi dan menganalisis
masalah, analisis pohon masalah mempunyai banyak kegunaan. Alat analisis ini
membantu untuk mengilustrasikan korelasi antara masalah, penyebab masalah,
dan akibat dari masalah dalam suatu hirarki faktor-faktor yang berhubungan.
Analisis ini digunakan untuk menghubungkan berbagai isu atau faktor yang
berkontribusi pada masalah organisasi dan membantu untuk mengidentifikasi
akar penyebab dari masalah organisasi tersebut.
            Duffy, dkk. (2012) menyatakan tree diagram merupakan suatu alat
generik yang dapat diadaptasikan untuk berbagai maksud yang luas
diantaranya:

 Mengembangkan langkah-langkah logis untuk mencapai hasil yang spesifik.


 Melakukan analisis five whys dalam mengeksplorasi penyebab.
 Mengkomunikasikan untuk mendorong keterlibatan dalam pengembangan
hasil yang didukung bersama.
 Menggali pada level yang lebih rinci suatu alur proses.
 Menggambarkan secara grafik suatu perkembangan hirarkis, seperti silsilah
atau skema klasifikasi.
 
Berdasarkan uraian di atas, beberapa manfaat dari penggunaan analisis pohon
masalah adalah:

1. Membantu kelompok/tim kerja organisasi untuk merumuskan persoalan


utama atau masalah prioritas organisasi.
2. Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis secara rinci dalam
mengeksplorasi penyebab munculnya persoalan dengan menggunakan
metode five whys. Metode five whysadalah suatu metode menggali penyebab
persoalan dengan cara bertanya “mengapa” sampai lima level atau tingkat.
3. Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis pengaruh persoalan
utama terhadap kinerja/hasil/dampak bagi organisasi atau stakeholder lainnya.
4. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan hubungan antara
masalah utama, penyebab masalah, dan dampak dari masalah utama dalam
suatu gambar atau grafik.
5. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas persoalan
utama yang ada.

Langkah-langkah dalam Penyusunan Pohon Masalah


Terdapat dua model dalam membuat pohon masalah. Model pertama, pohon
masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada sebelah kiri
dari gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan tersebut ditempatkan
pada sebelah kanannya (arah alur proses dari kiri ke kanan). Format
penyusunan pohon masalah Model Pertama ini dapat digambarkan pada
Gambar 1 berikut ini:
Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama
pada titik sentral atau di tengah gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya
persoalan tersebut ditempatkan di bagian bawahnya (alur ke bawah) dan akibat
dari masalah utama ditempatkan di bagian atasnya (alur ke atas). Format
penyusunan pohon masalah Model Kedua ini dapat digambarkan pada Gambar
2 berikut ini:
Uraian selanjutnya dalam tulisan ini akan menggunakan Model Kedua. Langkah-
langkah dalam penyusunan Pohon Masalah Model Kedua berikut contohnya
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Langkah pertama dalam menyusun pohon masalah adalah
mengidentifikasi dan merumuskan masalah utama organisasi
berdasarkan hasil analisis atas informasi yang tersedia. Banyak cara
yang dapat dilakukan untuk merumuskan masalah utama, misalnya
dengan cara diskusi, curah pendapat, dan lain-lain. Contoh perumusan
masalah utama pada suatu lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat)
adalah rendahnya mutu lulusan diklat. Masalah utama ini kita
tempatkan pada bagian tengah dari gambar.
2.  Langkah kedua adalah menganalisis akibat atau pengaruh adanya
masalah utama yang telah dirumuskan pada poin 1 di atas. Misalnya
akibat dari  rendahnya mutu lulusan diklat adalah instansi pengguna
tidak puas dengan lulusan diklat yang dihasilkan dan kinerja lulusan
diklat di tempat kerja tidak meningkat. Hubungan antara masalah
dengan akibat ini dapat digambarkan sebagai berikut:

3.  Langkah ketiga adalah menganalisis penyebab munculnya masalah


utama. Penyebab pada tahap ini kita namakan penyebab level
pertama. Misalnya penyebab rendahnya mutu lulusan diklat adalah
kompetensi pengajar kurang, kurang baiknya kualitas kurikulum diklat,
dan banyaknya sarana diklat (laboratorium, komputer, peralatan kelas)
yang rusak. Hubungan antara masalah utama dengan penyebab level
pertama dapat digambarkan sebagai berikut:

4. Langkah keempat adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari


penyebab level pertama. Penyebab dari munculnya penyebab level
pertama ini kita namakan penyebab level kedua. Contoh analisis
penyebab level kedua adalah sebagai berikut:

a. Penyebab kurangnya kompetensi pengajar adalah pengajar tidak sesuai


dengan latar belakang pendidikannya dan kurangnya pengalaman
pengajar. Hubungan antara kurangnya kompetensi pengajar dengan
penyebab level kedua dapat kita gambarkan sebagai berikut:
b. Penyebab kurangnya kualitas kurikulum diklat adalah tidak
dilakukannya training needs analysis (TNA) atas diklat dimaksud. Hubungan
antara kurangnya kualitas kurikulum dan penyebab level kedua dapat
digambarkan sebagai berikut:
c. Penyebab banyaknya sarana diklat yang rusak adalah kurang baiknya
pemeliharaan sarana diklat dan tidak adanya dana penggantian sarana diklat
yang baru. Hubungan antara banyaknya sarana diklat yang rusak dan
penyebab level keduanya dapat digambarkan sebagai berikut:

5. Langkah kelima adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari


munculnya penyebab level kedua. Demikian seterusnya, analisis dapat
dilakukan sampai dengan level kelima. Contoh dalam tulisan ini,
penulis batasi hanya sampai dengan penyebab level kedua.
6. Langkah keenam adalah menyusun pohon masalah secara
keseluruhan. Berdasarkan langkah pertama sampai dengan kelima,
pohon masalah secara keseluruhan dapat digambarkan pada Gambar
3 berikut:

Anda mungkin juga menyukai