Anda di halaman 1dari 9

ESAI ARGUMENTATIF

PENGEMBANGAN TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT


KEPADA PASIEN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN
Disajikan Pada Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing: : Sari Sudarmiati, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh:
Ivina Pratama Sari (22020120130055)

Kelas A20.1

Program Studi Keperawatan


Departemen Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Tahun Ajar 2020/2021
Pengembangan Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat kepada Pasien untuk
Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Sebagai makhluk sosial, perawat ingin berhubungan dengan orang lain dan ingin
mengetahui keadaan sekitar serta dirinya sendiri. Rasa ingin tahu perawat ini menjadi
penyebab dari timbulnya komunikasi. Robbins dan Jones mendefinisikan komunikasi
sebagai suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur
lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama, melalui pertukaran
informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha
mengubah sikap dan tingkah laku 1 . Duldt-Bettey 2 mendefinisikan komunikasi sebagai
proses adaptasi dalam sebuah tatap muka yang pada saat itu terdapat pertukaran
pendapat. Tujuan utama dari komunikasi adalah untuk membangun atau menciptakan
pemahaman atau pengertian bersama, saling memahami atau mengerti, bukan berarti
harus menyetujui, tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap,
pendapat, perilaku, ataupun perubahan secara sosial 3 . Dengan kata lain, komunikasi
bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran yang dimiliki seseorang yang dapat
mempengaruhi tindakan orang lain, pikiran orang lain, dan sudut pandang orang lain.
Perawat professional hendaknya menerapkan komunikasi terapeutik dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang baik tidak hanya dilihat
dari ketepatan dalam pelayanan, tetapi dengan membina hubungan saling percaya
4 5
dengan pasien/klien melalui komunikasi terapeutik . Menurut Nurjannah, I ,
terapeutik adalah kata sifat yang memiliki hubungan dengan seni dan penyembuhan.
Adapun tanda dari terjadinya komunikasi terapeutik adalah saat tercipta hubungan
saling percaya antara perawat-klien. Segala bentuk komunikasi terapeutik yang terjadi
ini diharapkan dapat mempercepat kesembuhan klien. Dengan menerapkan teknik
komunikasi terapeutik dapat meningkatkan suatu sistem pelayanan pada kesembuhan
pasien.
6
Robert Priharjo mengatakan bahwa sistem pelayanan kesehatan merupakan
sekumpulan orang yang memiliki tujuan untuk mencapai derajat kesehatan secara
optimal. Keperawatan adalah salah satunya. Menurut Robert Priharjo1, keperawatan
adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan pasien/ klien dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien/klien.
dan keluarga pasien/ klien. Menurut Misi Siti 4 , Zulpahiyana 4 , dan Sofyan Indrayana 4
dalam Depkes RI tahun 2005, masih terdapat keluhan pasien mengenai ketidakpuasan
terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat. Ketidakpuasan tersebut timbul akibat
ketidakpercayaan dan keraguan pasien/klien atas kemampuan yang dimiliki perawat.
Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kebuntuan komunikasi antara perawat dan
pasien/klien. Sebelum bertemu pasien/klien, hendaknya perawat mempersiapkan
terlebih dahulu karena pertemuan perawat dan pasien/klien tersebut merupakan
hubungan terapeutik. Perawat yang terampil tidak akan mendominasi interaksi sosial,
tetapi dia akan berusaha memelihara kehangatan suasana komunikasi untuk
menghasilkan rasa saling percaya dan rasa nyaman bagi klien, sehingga proses tukar
kesehatan klien dapat dilaksanakan dengan baik 3 .
Faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kualitas pelayanan adalah dengan
cara mengembangkan teknik komunikasi terapeutik. Faktor yang pertama adalah
merencanakan atau lebih memerinci suatu tujaun komunikasi, misalnya adalah seorang
perawat harus memiliki prinsip penting dalam berkomunikasi yaitu jika ingin mengubah
perilaku klien maka dibutuhkan cara untuk mengubah perilaku yang malaadptif menjadi
7 .
perilaku yang adaptif Kedua adalah lingkungan yang nyaman, kenyamanan suatu
lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang kondusif agar terbentuk suatu
jalinan hubungan komunikasi yang baik antara perawat dan klien, selain itu lingkungan
yang dapat melindungi privasi akan memungkinkan perawat dan klien saling terbuka
7
dan bebas untuk mencapai tujuan . Faktor selanjutnya adalah terpeliharanya privasi
antara perawat dan klien, karena sdengan melakukan komunukasi seorang perawat dan
klien harus bisa menyimpan privasi agar menumbuhkan hubungan saling percaya yang
7
menjadi kunci suatu efektivitas komunikasi . Selanjutnya terdapat rasa percaya diri
yang dimiliki oleh masing-masing orang, dalam hal ini adalah seorang perawat dan
klien, kepercayaan tersebut dapat memberikan stimulasi keberanian untuk
menyampaikan pendapat sehingga komunikasi menjadi efektif 7 . Berfokus pada klien
juga merupakan faktor untuk meningkatkan kualitas pelayanan, jika seorang perawat
fokus pada kliennya maka tercapainya suatu tujuan yaitu penyembuhan pasien
7
terlaksana secara menyeluruh . Ada juga hal yang harus diperhatikan dalam
penignkatan kualitas pelayanan yaitu dengan memberikan stimulus yang optimal dan
mempertahankan jarak personal, tetapi dalam praktiknya tergantung oleh keyakinan
masing-masing klien, karena kadang terdapat klien yang menginginkan jarak dengan
perawat lawan jenis yang bukan mahramnya agar tidak saling bersentuhan 7 .
Konsep Carl Roger mengidentifikasi tiga faktor dasar dalam mengembangkan
1 1
hubungan yang saling membantu . Pertama adalah genuineness atau keikhlasan .
Seorang yang berprofesi sebagai perawat harusnya memiliki sikap ikhlas yaitu harus
melakukan pekerjaan tanpa adanya motif atau keinginan terselubung. Dengan
kerendahan hati, seorang perawat harusnya mampu untuk memberikan pelayanan
kepada kliennya, mendengarkan keluhan atau cerita klien tanpa merendahkannya,
membantu klien agar bisa lebih cepat menuju proses penyembuhan klien, dan seorang
perawat juga perlu memberikan dukungan penuh kepada klien agar selalu optimis untuk
menuju kesembuhan dengan ikhlas. Ketulusan yang diberikan perawat kepada klien
dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh klien. Oleh karena itu, menjadi
seorang perawat sebaiknya tidak terlalu terbawa suasana serta jangan mudah untuk
terpengaruh emosinya. Kedua adalah empathy (empati) yang merupakan sikap perwat
yang harus menerima dan memahami emosi klien tanpa terlibat ke dalam emosinya 1 .
Seorang perawat harus mempelajari lebih lanjut terkait bagaimana menjadi seseorang
yang mampu berada di kondisi orang lain tanpa terbawa suasana yang sedang
berlangsung. Selain itu, seorang perawat juga harus memiliki sikap tenang ketika
melihat klien sedang marah dan sikap tidak menerima akibat penyakit bahkan juga
kasus-kasus yang lainnya. Selanjutnya adalah faktor warmth (kehangatan) yang
merupakan kesanverbal dan nonverbal yang ditunjukkan oleh seseorang dalam
memberikan dukungan sosial pada orang yang mengalami berduka dan kehilangan
1
untuk mempertahankan dan menguatkan pertahanan egonya . Untuk itu, kehangatan
sangat diperlukan, karena seorang perawat perlu memberikan kesan dan pesan agar
tidak menyakiti seseorang yang sedang berduka atau kehilangan. Pada kesan verbal
yang bisa ditampilkan adalah dengan menunjukkan suara yang lembut dan irama yang
teratur sedangkan kesan nonverbal yang bisa ditampilkan seperti dahi tidak boleh
mengkirut, kontak mata nyaman, mulut tidak cemberut atau tidak menggigit bibir, dan
duduk dan berdiri harus sejajar dengan klien (Smith dalam Nurjannah I, 2001) 6 .
Menurut pendapat saya, perawat yang dapat mencapai tujuan terapeutik adalah
perawat yang memahami betul bagaimana tahapan-tahapan dalam hubungan terapeutik.
Tahapan pertama dalam komunikasi terapeutik adalah tahap pre interaksi. Tahap
tersebut biasanya dimulai sebelum melakukan kontak langsung dengan klien. Yang
dilakukan dalam tahap ini adalah pengumpulan data klien. Tahap kedua adalah tahap
orientasi. Tujuan dari tahap ini adalah mengharapkan klien untuk dapat membuka diri
6
dan membina hubungan saling percaya . Dalam tahap orientasi ini, yang dilakukan
perawat adalah memberi salam terapeutik, validasi, mengeksplorasi perasaan klien, dan
8
mengidentifikasi masalah klien . Tahapan yang ketiga adalah tahap kerja. Abdul
1
Muhith dan Sandu Siyoto mengatakan bahwa tahap kerja merupakan tahap
pengimplementasian rencana keperawatan yang dibuat pada tahap orientasi. Tujuan dari
tahap kerja ini adalah untuk meningkatkan pemahaman klien akan dirinya,
meningkatkan kemampuan klien dalam menyelesaikan permasalahannya, dan
8
melaksanakan observasi . Menurut saya, untuk mencapai tujuan tersebut perawat
hendaknya melakukan pengeksplorasian stressor klien. Tahap yang terakhir adalah
tahap terminasi. Ada tiga kegiatan yang dilakukan pada tahap terminasi, yaitu evaluasi
6
subjektif, evaluasi objektif, dan rencana tindak lanjut . Menurut pendapat saya,
evaluasi secara subjektif dapat dilakukan oleh perawat dengan cara mengevaluasi
bagaimana perasaan klien saat terjadinya interaksi antara perawat dan klien. Setelah itu,
perawat dapat mengevaluasi klien secara objektif mengenai keluhannya, apakah ada
perubahan menuju kondisi lebih sehat atau tidak. Evaluasi secara objektif ini dilakukan
untuk mengukur keberhasilan perawat dalam melakukan tindakan keperawatan dan
menentukan rencana tindak lanjutnya. Selanjutnya, perawat dapat menyampaikan pesan
kepada klien melalui rencana tindak lanjut dari tindakan keperawatan.
Dalam pandangan saya, penyampaian suatu komunikasi terapeutik dapat
disesuaikan dengan keadaan masing-masing klien, karena tidak seharusnya
menyamaratakan tindakan kepada klien yang berbeda-beda keterbatasannya agar tidak
terjadi suatu tindakan yang dapat membahayakan klien. Pertama yang akan saya
jelaskan tentang teknik komunikasi terapeutik pelayanan pada pasien anak. Pada pasien
anak, komunikasi yang diperlukan adalah komunikasi yang memerlukan teknik khusus
agar interaksi yang terjadi dapat berjalan sesuai dengan tumbuh kembang anak.
Gunakanlah bahasa yang bermakna dan gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti oleh
anak. Teknik non verbal yang dibutuhkan saat berkomunikasi dengan pasien anak
meliputi, bercerita, bibliotherap, ,facilitative responding, fantasi, mimpi, ranting game,
dan lain-lain. Sedangkan teknik verbal yang dibutuhkan adalah mengajak anak untuk
melakukan kegiatan menulis, menggambar, sosiogram, bermain, dan gerakan gambar
keluarga 1 . Selanjutnya terdapat penjelasan teknik terapeutik pelayanan kepada pasien
usia remaja. Masa remaja merupakan masa dimana peralihan dari anak ke dewasa.
Teknik yang digunakan dalam berkomunikasi dengan pasien remaja adalah hindari
berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung, gunakanlah cara bercerita
yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, memfasilitasi pasien anak untuk bisa
mendengar hal yang dialaminya, meminta untuk menyebutkan keinginan, penggunaan
skala terhadap rasa sakit yang sedang dialami pasien, dan gunakanlah cara menulis agar
1
dapat mengekpresikan dirinya baik pada keadaan sedih atau marah . Ketiga adalah
teknik komunikasi terapeutik pada pasien dewasa. dewasa dilakukan dengan berbagai
teknik. Perawat hendaknya menghormati pendapat pribadi pasien/klien karena ia lebih
senang apabila ia juga berpikir dan mengemukakan pikirannya. Segala pendapat dan
pemikiran pasien/klien perlu dihargai oleh perawat.Perawat juga dapat menciptakan
hubungan saling percaya dengan pasien/klien. Dalam berkomunikasi, perawat dan
1
pasien/klien haruslah saling membuka diri . Keempat terdapat teknik komunikasi
terapeutik kepada pasien lanjut usia. Dengan meningkatnya pertumbuhan populasi
penduduk yang lanjut usia, berbagai masalah klinis pasien lanjut usia akan menjadi
serind dijumpai di praktek klinis. Oleh karena itu, perlu adanya penggunaan teknik
komunikasi terapeutik yang tepat pada pasien lanjut usia, seperti tunjukkan sikap
hormat dan keprihatinan, pastikan bahwa pasien merasa dipahami dan didengar,
1
hindarilah ageism, dan mencoba mengenali kultur budayanya . Kelima adalah
komunikasi terapeutik pada klien penyakit kronik dapat dilakukan dengan berbagai
teknik. Menurut saya, sebelum perawat berkomunikasi dengan klien hendaknya ia
mengetahui dan memahami betul tentang penyakit yang mereka derita. Seseorang
dengan penyakit kronik pasti mengalami rasa berduka dan kehilangan. Perawat harus
mampu memahami betul hal tersebut. Dalam berkomunikasi, perawat hendaknya
8
menggunakan komunikasi yang terbuka dan jujur . Selain itu, perawat juga
memberikan empati kepada klien penyakit kronik. Respon umum dari klien penyakit
kronik adalah ia akan menghindari topik pembicaraan, diam, dan menolak pembicaraan.
Jika klien memberikan respon seperti itu, menurut saya perawat hendaknya mengatakan
kepada klien kalau ia boleh kapan saja mengungkapkannya 8 . Kemudian terdapat teknik
komunikasi terapeutik pada pasien gangguan mental. Komunikasi terapeutik pada klien
penyakit kronik dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Menurut saya, sebelum
perawat berkomunikasi dengan klien hendaknya ia mengetahui dan memahami betul
tentang penyakit yang mereka derita. Seseorang dengan penyakit kronik pasti
mengalami rasa berduka dan kehilangan. Perawat harus mampu memahami betul hal
tersebut. Dalam berkomunikasi, perawat hendaknya menggunakan komunikasi yang
terbuka dan jujur 8 .Selain itu, perawat juga memberikan empati kepada klien penyakit
kronik. Respon umum dari pasien/klien penyakit kronik adalah ia akan menghindari
topik pembicaraan, diam, dan menolak pembicaraan. Jika klien memberikan respon
seperti itu, menurut saya perawat hendaknya mengatakan kepada klien kalau ia boleh
kapan saja mengungkapkannya 8 .
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
hubungan terapeutik perawat dengan klien hendaknya seorang perawat harus mengenali
dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum menangani pasien, lalu bersikaplah santun dan
menghargai klien agar klien merasa nyaman dan tidak mudah tersinggung. Selain itu,
seorang perawat hendaknya memberikan arahan positif atau motivasi kepada klien agar
dapat membangun lingkungan atau kondisi yang dapat mempermudah pasien menuju
kondisi penyembuhan. Dengan penanganan yang baik dan penggunaan teknik
komunikasi yang tepat, dapat dipastika pelayanan kesehatan dapat meningkat dan
pasien merasa puas.
Daftar Pustaka:
1. Muhith A, Siyoto S. Aplikasi komunikasi terapeutik nursing & health.
Yogyakarta: Penerbit Andi; 2018.
2. Battey BWD. Humanism, nursing, communication, and holistic care: a position
paper [Internet]. California: Samuel Merritt College; 2004 [cited 2020 Nop 4].
Available from:
http://www.bwbatteyconsult.com/position_paper.pdf
3. Mundakir. Komunikasi pelayanan kesehatan. Yogyakarta: Indomedia Pustaka
Penerbit & Distributor; 2016.
4. Siti M, Zulpahiyana, Indrayana S. Komunikasi terapeutik perawat berhubungan
dengan kepuasan pasien. Journal Ners and Midewifery Indonesia [Internet]. 18
Oktober 2015 [cited 2019 Nop 27];4(1):30-34. Available from:
http://www.ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/view/224/218
5. Nurjannah I. Hubungan terapeutik perawat dan klien, kualitas pribadi sebagai
sarana. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM Bagian Penerbitan PSIK; 2001.
6. Priharjo R. Pengantar etika keperawatan [Internet]. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius; 1995 [cited 2019 Nop 27]. Available from:
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=i6ZQ69M66VAC&oi=fnd&pg=PA4&dq=info:MFdNpdFydCgJ:
scholar.google.com/&ots=pVt46oYgpf&sig=ivf1pEwR7AP5H-
XRXSTpcY8oy20&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
7. Anjaswari T. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan; 2016.
8. Sarfika R, Maisa EA, Freska W. Buku ajar keperawatan dasar 2 komunikasi
terapeutik dalam keperawatan [Internet]. Padang: Andalas University Press;
2018 [cited 2020 Nop 4]. Available from:
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repo.unand.ac.id/18537/1/buku
%2520rika.pdf&ved=2ahUKEwjs79aHio3mAhVYSX0KHbM-
AQAQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw3umf3zDIjdAFmhLroPpNiS

Anda mungkin juga menyukai