Anda di halaman 1dari 21

Makalah

PRINSIP PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTIK


KEPERAWATAN

Disusun oleh :
KELOMPOK 4

1. Rauzatul ismuna Nim: 22183052


2. Adilla Tri Handayani Nim: 22183037
3. farah auliana Nim:22183050
4. Farah diba Nim:22183036
5. putri balqis Nim: 22183049
6. .rizka oktavia lubis Nim:22183039
7. Fatia Nabila Nim:22183075
8. muhammad fiimaa rizqi Nim:22183038
9. Ismawati Nim: 21172076p
10. Fuji Khairiyani Nim : 22183055
11. Rahmad Rusyady.R Nim :22183022
12. Tanwirul Khawalik Idwin Nim : 22183019

Dosen Pembina:
Ns. Iskandar, S.kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " PRINSIP
PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Psikososial. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada  Ns. Iskandar, S.kep.,M.kep
selaku dosen Mata kuliah . Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Aceh Besar, Januari 2023


Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Prinsip – Prinsip Legal Dalam Praktik Keperawatan....................................2
B. Aborsi............................................................................................................6
C. Prinsip – Prinsip Legal Tindakan Keperawatan............................................9
D. Malpraktek..................................................................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini
menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah
semata-mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan
perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-
negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya
dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa prinsip legal dalam praktek keperawatan ?
2. Seperti apa pelindungan hukum dalam praktek keperawatan ?

C. Tujuan
1. Untuk menambah pengetahuan bagi perawat dalam menjalankan
profesinya dengan baik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip – Prinsip Legal Dalam Praktik Keperawatan


1. Malpraktik
Malpraktik adalah praktik kedokteran yang salah atau tidak sesuai
dengan standar profesi atau standar prosedur operasional. Untuk
malpraktik kedokteran juga dapat dikenai hukum kriminal. Malpraktik
kriminal terjadi ketika seorang dokter yg menangani sebuah kasus telah
melanggar undang-undang hukum pidana. Perbuatan ini termasuk
ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat-
obatan, pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan yang lalai dan
tindakan pelecehan seksual pada pasien.
Malpraktik adalah kelalaian bertindak yang dilakukan seseorang
terkait profesi atau pekerjaannya yang membutuhkan keterampilan
profesional dan tekhnikal yang tinggi.
Malpraktek adalah kelalaian seorang tenaga kesehatan untuk
mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
dipergunakan untuk merawat klien atau orang yang terluka menurut
ukuran lingkungannya yang sama. (Hanafiah dan Amir, 1999).
Tindakan yang termasuk malpraktik :
a. Kesalahan diagnosa
b. Penyuapan
c. Penyalahgunaan alat-alat kesehatan
d. Pemberian dosis obat yang salah
e. Salah pemberian obat kepada pasien
f. Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril.
g. Kesalahan prosedur operasi
Dampak malpraktik :
a. Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat
yang permanen

2
b. Bagi petugas kesehataan mengalami gangguan psikologisnya, karena
merasa bersalah.
c. Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana
d. Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat
e. Dari segi agama mendapat dosa
f. Dari etika keperawatan melanggar etika keperawatan bukan tindakan
profesional
2. Kesalahan
Kesalahan adalah kesalahan sipil yang dibuat terhadap seseorang
atau hak milik. Kesalahan bisa diklasifikasi menjadi kesalahan tidak
disengaja atau disengaja. Contoh dari kesalahan yang tidak disengaja
adalah kelalaian atau malpraktik. Malpraktik merupakan kelalaian yang
dilakukan oleh seorang profesional seperti perawat atau dokter.
Kesalahan disengaja merupakan tindakan disengaja yang
melanggar hak seseorang. Misalnya, pelecehan, pemukulan, pemfitnahan,
atau invasi pribadi. Perbedaaan bergantung pada tindakan atau pengabaian
yang terlibat padamasalah tentang “ilmu atau seni kedokteran yang
memerlukan keterampilan khususyang tidak dimilki orang biasa,” atau
bahkan dapat dipahami berdasarkan pengalaman individu setiap hari. Jika
diperlukan opini profesional dari seorang ahli dengan keterampilan dan
pengetahuan khusus, teori tentang malpraktik lebih berlaku daripada
kelalaian biasa.
Kelalaian adalah prilaku yang tidak sesuai standar perawatan.
Malpraktik terjadi ketika asuhan keperawatan tidak sesuai yang menuntut
praktik keperawatan yang aman. Tidak perlu ada kesengajaan, suatu
kelalaian dapat terjadi.
Kelalaian ditetapkan oleh hukum untuk perlindungan orang lain
terhadap resiko bahaya yang tidak seharusnya. Ini dikarakteristikkan oleh
ketidakperhatian, keprihatian atau kurang perhatian.
Kelalaian atau malpraktik bisa mencakup kecerobohan, seperti
tidak memeriksa balutan lengan yang memungkinkan pemberian medikasi

3
yang salah. Bagaimanapun, kecerobohan tidak selalu sebagai penyebab.
Jika perawat melakukan prosedur dimana mereka telah terlatih dan
melakukan dengan hati-hati, tetapi masih membahayakan klien, dapat
dibuat tuntunan kelalaian atau malpraktik. Jika perawat memberikan
perawatan yang tidak sesuai dengan standar, mereka dapat dianggap lalai.
Karena tindakan ini dilakukan oleh perawat professional,
kelalaian perawat disebut malpraktik.
Perawat telah terlibat dalam banyak tindakan lalai atau malpraktik
profesional, contohnya :
a. Kesalahan terapi intravena yang menyebabkan infiltrasi atau flebitis.
b. Luka bakar pada klien karena terapi panas yang tidak tepat
pemantauannya.
c. Jatuh yang menyebabkan cidera pada klien.
d. Kesalahan menggunakan tehnik aseptik ketika diperlukan.
e. Kesalahan menghitung spon, instrumen, atau jarum dalam kasus
operasi.
Perawat harus melakukan semua prosedur secara besar. Mereka juga harus
menggunakan penilaian profesional saat mereka menjalankan program dokter
dan juga terapi keperawatan mandiri dimana mereka berwewenang. Setiap
perawat yang tidak memenuhi standar praktik atau perawatan yang dapat diterima
atau melakukan tugasnya dengan ceroboh berisiko dianggap lalai.
Karena malpraktik adalah kelalaian yang berhubungan dengan
praktik  profesional, kriteria harus ditegakkan dalam gugatan hukum
malpraktik terhadap seorang perawat :
1. Perawat (terdakwa) berhutang tugas pada klien (penggugat).
2. Perawat tidak melakukan tugas tersebut atau melanggar tugas perawatan.
3. Klien cidera.
4. Baik penyebab aktual dan kemungkinan mencederai klien adalah akibat
dari kegagalan perawat untuk melakukan tugas.
Yang harus ditetapkan untuk membuktikan bahwa malpraktik atau kelalaian
telah terjadi (vestal, 1991):

4
1. Kewajiban (duty)
Pada saat terjadi cedera terkait dengan kewajiban yaitu kewajiban
mempergunakan segala ilmu dan kepandaian untuk menyembuhkan atau
setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan pasien berdasarkan
standar profesi. Contohnya perawat rumah sakit bertanggung jawab untuk :
a. Pengkajian yang aktual bagi pasien yg  ditugaskan untuk memberikan
asuhan keperawatan
b. Mengingat  tanggung jawab assuhan keperawatan profesional untuk
mengubah kondisi klien
c. Kompoten melaksanakan cara-cara yang aman untuk pasien.
2. reach of the duty (tidak melaksanakan kewajiban)
Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajiban, artinya  menyimpang
dari apa yg seharusnya dilakukan menurut standar profesinya. Contohnya :
a. Gagal mencatat dan melaporkan apa yang dikaji dari pasien, seperti
tingkat kesadaran pada saat masuk
b.  Gagal dalam memenuhi standar keperawatan yang di tetapkan sebagai
kebijakan rumah sakit
c. Gagal melaksanakan dan mendokumentasikan cara-cara pengamanan
yg tepat (pengamanan tempat Tidur).
3. Proximate caused (sebab-akibat)
Pelanggaran terhadap kewajiabannya menyebabkan atau terkait
dengan cedera yang di alami klien. Contohnya, cedera yang terjadi secara
langsung berhubungan dengan pelanggaran terhadap kewajiban perawat
terhadap pasien atau gagal menggunakan cara pengaman yang tepat yang
menyebabkan klien jatuh dan menyebabkan fraktur
4. Injury (cedera)
Seseorang mengalami cedera atau kerusakan dapat di tuntut secara
hukum. Contohnya, fraktur panggul, nyeri, waktu rawat-inap lama dan
memerlukan rehabilitasi.

5
B. Aborsi
Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki.
Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan
karenaterjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi
yanggagal, perkosaan, ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah.Mengenai
alasan aborsi, memang banyak mengundang kontroversi. Adayang berpendapat
bahwa aborsi perlu di legalkan dan ada yang berpendapattidak perlu dilegalkan.
Pelegalan aborsi dimaksudkan untuk mengurangi tindakan aborsi yang dilakukan
oleh orang yang tidak berkompeten, misalnya dukun beranak. Sepanjang aborsi
tidak dilegalkan maka angka kematian ibu akibataborsiakan terus meningkat.
Ada yang mengkatagorikan Aborsi itu pembunuhan. Ada yang
melarangatas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya
hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.Jika aborsi untuk alasan
medis, aborsi adalah legal, untuk korban perkosaan, masih di grey area, aborsi
masih diperbolehkan walaupun tidak semua dokter mau melakukannya.
Kasus perkosaan merupakan pilihan yangsulit. Meskipun bisa saja kita
mengusulkan untuk memelihara anaknya hinggalahir, lalu diadopsikan ke orang
lain, itu semua tergantung kematangan jiwa siibu dan dukungan masyarakat agar
anak yang dilahirkan tidak dilecehkan olehmasyarakat.Untuk kehamilan diluar
nikah atau karena sudah kebanyakan anak dankontrasepsi gagal perlu dipirkirkan
kembali karena masih banyak orangmendambakan anak.Sebaiknya kita jangan
mencari pemecahan masalah yang pendek / singkat / jalan pintas, tapi harus jauh
menyentuh dasar timbulnya masalah itu sendiri.Prinsip melegalkan aborsi, sama
seperti Prinsip lokalisasi.Banyak celah yang justru akan dimanfaatkan untuk
begituan.
Karena seks bebas sudah jadi realitasekarang ini, apalagi di kota-kota
besar. Jika di data, orang-orang yang inginmengaborsi, berapa persen yang
dikarenakan anaknya 7 dan malnutrisi semua,dibandingkan karena hamil diluar
nikah - atau hamil dalam perselingkuhan, jauh lebih besar yg. karena di luar nikah
daripada karena alasan ekonomi.Perempuan berhak dan harus melindungi diri
mereka dari eksploitasi oranglain, termasuk suaminya, agar tidak perlu aborsi.

6
Sebab aborsi, oleh paramedisataupun oleh dukun, legal atau illegal, akan tetap
menyakitkan buat wanita,lahir dan batin meskipun banyak yang. menyangkalnya.
Karena itu kita harus berupaya bagaimana caranya supaya tidak sampai
berurusan dengan hal yangakhirnya merusak diri sendiri.
Karena ada laki-laki yang bisa seenak melenggang pergi, dan tidak peduli
apa-apa meskipun pacarnya/istrinya sudahaborsi dan mereka tidak bisa diapa-
apakan, kecuali pemerkosa, yang jelas adahukumnya.Jadi solusinya bukan cuma
dari rantai yang pendek, tapi dari ujung rantaiyang terpanjang, yaitu : penyuluhan
tentang seks yang benar.Jika diliat kebelakang, mengapa banyak remaja yg aborsi,
karena merekamelakukan seks bebas untuk itu diperlukan pendidikan agama agar
moralmereka tinggi dan sadar bahwa free seks tidak sesuai dengan agama
dan berbahaya.Jika tidak ingin hamil gunakan kontrasepsi yang paling aman
dankontrasepsi yang paling aman adalah tidak berhubungan seks sama sekali.
Segala sesuatu itu ada resikonya. Untuk itu sebelum bertindak, orang
harusmulai berpikir : nanti bagaimana bukannya bagaimana nanti.
Keputusan aborsi juga dapat keluar dalam waktu yang singkat, dan
setelahmelewati waktu krisis, bisa saja keputusan aborsi dibatalkan karena
adaseseorang yang mendampingi memberikan support, dan dia tidak
jadimengaborsi.
Keputusan untuk aborsi, kemungkinan bisa menghantui seumur
hidupnya,mengaborsi anaknya, dan selama beberapa minggu dia masih menyesali
danmenangisi kejadian itu, seperti kematian seorang anak.Apalagi jika aborsi
dilakukan akibat paksaan, misalnya paksaan dariorangtua, demi nama baik
keluarga. Bayangkan berapa banyak orang-orangyang. bisa dipaksa untuk
menggugurkan, jika aborsi ini dilegalkan.
1. Macam Macam Aborsi
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 jenis aborsi :
a. Aborsi Spontan atau Alamiah.
Berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena
kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
b. Aborsi Buatan atau Sengaja.

7
Adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu
maupun si pelaksana aborsi. Misalnya dengan bantuan obat aborsi.
c. Aborsi Terapeutik atau Medis.
Adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi
medic. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai
penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang
dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.
Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak
tergesa-gesa.
2. Akibat Dari Aborsi
a. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat
timbulsobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi
luka padaostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah
perdarahanyang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan
vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya
incompetent cerviks.
b. Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-
sisahasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium
jangansampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya
perlekatandinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut
dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
c. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola
hidatidosaterdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu
hendaknyadilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan
tampon kasa kedalam uterus dan vagina.

8
d. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka
bahayainfeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat
menyebar keseluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan
kematian. Bahaya lainyang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain
infeksi pada saluran telur.Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi
kehamilan lagi
3. Keamanan Aborsi
Aborsi aman bila :
a. Dilakukan oleh pekerja kesehatan (perawat, bidan, dokter) yang
benar-benar terlatih dan berpengalaman melakukan aborsi.
b. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak.
c. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina
ataurahim harus steril atau tidak tercemar kuman dan bakteri.
d. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir
kalimendapat haid.Pelayanan
Kesehatan yang Memadai adalah HAK SETIAP ORANG, tidak terkecuali
Perempuan yang memutuskan melakukan Aborsi.

C. Prinsip – Prinsip Legal Tindakan Keperawatan


Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap  perawat akan tercermin dalam
setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil
dalam merespon  situasi yang muncul. Oleh karena itu  pemahaman  yang
mendalam tentang etika dan moral  serta penerapannya menjadi bagian yang
sangat penting dan mendasar  dalam memberikan  asuhan keperawatan atau
kebidanan  dimana  nilai-nilai pasen  selalu  menjadi pertimbangan  dan 
dihormati.
1. Advokasi
Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan
mendukung hak-hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral
bagi perawat, dalam menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan

9
etika yang dilakukan yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan.
Perawat atau yang memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan
keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal :
a. Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh
komitmen utamanya terhadap pasen.
b. Berikan prioritas utama terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya.
c. Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi
dalam kesembuhan pasien.
Istilah advokasi sering digunakan dalam hukum yang berkaitan dengan
upaya melindungi hak manusia bagi mereka yang tidak mampu membela diri.
Arti advokasi menurut ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak
kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun”. Fry (1987)
mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal yang
memiliki penyebab atau dampak penting.
Definisi ini mirip dengan yang dinyatakan Gadow (1983) bahwa
“advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan
bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan
nasibnya sendiri”. Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau
12 jam memungkinkannya mempunyai banyak waktu untuk mengadakan
hubungan baik dan mengetahui keunikan klien sebagai manusia holistik
sehingga berposisi sebagai advokat klien (curtin, 1986). Pada dasarnya, peran
perawat sebagai advokat klien adalah memberi informasi dan memberi bantuan
kepada klien atas keputusan apa pun yang di buat kilen, memberi informasi
berarti menyediakan informasi atau penjelasan sesuai yang dibutuhkan klien,
memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan peran nonaksi.
Dalam menjalankan peran aksi, perawat memberikan keyakinan kepada
klien bahwa mereka mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menentukan
pilihan atau keputusan sendiri dan tidak tertekan dengan pengaruh orang lain,
sedangkan peran nonaksi mengandungarti pihak advokat seharusnya menahan
diri untuk tidak memengaruhi keputusan klien (Khonke, 1982). Dalam

10
menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus menghargai klien sebagai
induvidu yangmemiliki berbagai karakteristik. Dalam hal ini, perawat
memberikan perlindungan terhadap martabat dan nilai manusiawi klien selama
dalam keadaan sakit.
2. Responsibilitas
Resposibilitas (tanggung jawab) adalah eksekusi terhadap tugas-tugas yang
berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Pada saat memberikan
tempat.
3. Loyalitas
Loyalitas merupakan suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan
hubungan timbal balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan
dengan perawat. Hubungan profesional dipertahankan dengan cara
menyusun tujuan bersama, menepati janji, menentukan masalah dan
prioritas, serta mengupayakan pencapaian kepuasan bersama (Jameton,
1984, Fry, 1991).
Untuk mencapai kualitas asuhan keperawatan yang tinggi dan hubungan dengan
berbagai pihak yang harmonis, loyalitas harus dipertahankan oleh setiap perawat
baik loyalitas kepada klien, teman sejawat, rumah sakit maupun profesi.

D. Malpraktek
Malpraktek adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan
merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktek harus dibuktikan bahwa
apakah benar telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang ukurannya adalah lazim dipergunakan
diwilayah tersebut.
Kelalaian memakai tolak ukur yakni :
1. Cara Langsung
Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga
perawatan haruslah bertindak berdasarkan :

11
a. Adanya indikasi medis
b. Bertindak secara hati-hati dan teliti
c. Bekerja sesuai standar profesi
d. Sudah ada informed consent.
2. Cara Tidak Langsung
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien,
yakni dengan mengajukan fakta – fakta yang diderita olehnya
sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur).
Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada
memenuhi kriteria :
a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak
lalai.
b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga
perawatan.
c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan
lain tidak ada contributory negligence.(gugatan pasien).
1. Upaya Pencegahan Malpraktek Dalam Pelayanan Kesehatan
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis
karena adanya malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu
bertindak hati-hati, yakni:
a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya,
karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan
perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).
b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis. Apabila
terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
d. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala
kebutuhannya.
e. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat
sekitarnya.

12
2. Sanksi Hukum
a. Jika perbuatan malpraktik khususnya yang dilakukan oleh tenaga medis,
terbukti dilakukan dengan unsur kesengajaan (dolus) dan ataupun
kelalaian (culpa), maka adalah hal yang sangat pantas jika yang
bersangkutan dikenakan sanksi pidana karena dengan unsur kesengajaan
ataupun kelalaian telah an telah melakukan perbuatan melawan hukum
yang bisa menghilangkan Jika perbuatan malpraktik khususnya yang
dilakukan oleh tenaga medis, terbukti dilakukan dengan unsur
kesengajaan (dolus) dan ataupun kelalaian (culpa), maka adalah hal yang
sangat pantas jika yang bersangkutan dikenakan sanksi pidana karena
dengan unsur kesengajaan ataupun kelalainyawa seseorang.
Prita terbukti dilakukan dengan unsur kesengajaan (dolus) dan ataupun
kelalaian (culpa), maka adalah hal yang sangat pantas jika dokter yang
bersangkutan dikenakan sanksi pidana karena dengan unsur
kesengajaan ataupun kelalaian telah melakukan perbuatan melawan
hukum yaitu menghilangkan nyawa seseorang, serta tidak menutup
kemungkinan juga dapat mengancam dan membahayakan keselamatan
jiwa ibu yang melakukan aborsi.
b. Dalam Kitab Undang – undang Hukum Pidana (KUHP) kelalaian yang
mengakibatkan celaka atau bahkan hilangnya nyawa orang lain. Pasal
359, misalnya menyebutkan, “Barangsiapa karena kealpaannya
menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun”. Sedangkan
kelalaian yang mengakibatkan terancamnya keselamatan jiwa seseorang
dapat diancam dengan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 360 Kitab-Undang-Undang.
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP). (1)‘Barang siapa
karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat,
diancam dengan pidasna penjara paling lama lima tahun atau kurungan
paling lama satu tahun. (2)’Barangsiapa karena kealpaannya
menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul

13
penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian
selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau denda paling
tinggi tiga ratus rupiah.
Pemberatan sanksi pidana juga dapat diberikan terhadap mereka yang
terbukti melakukan malpraktik, sebagaimana Pasal 361 Kitab-Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP), “Jika kejahatan yang diterangkan
dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau
pencarian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana dilakukan
kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya
diumumkan. ”Namun, apabila kelalaian dokter tersebut terbukti
merupakan malpraktik yang mengakibatkan terancamnya keselamatan
jiwa dan atau hilangnya nyawa orang lain maka pencabutan hak
menjalankan pencaharian (pencabutan izin praktik) dapat dilakukan.
c. Berdasarkan Pasal 361 Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
dan aturan kode etik profesi praktik dokter. Tindakan malpraktik juga
dapat berimplikasi pada gugatan perdata oleh seseorang (pasien)
terhadap dokter yang dengan sengaja (dolus) telah menimbulkan
kerugian kepada pihak korban, sehingga mewajibkan pihak yang
menimbulkan kerugian (dokter) untuk mengganti kerugian yang dialami
kepada korban, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1365 Kitab-
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP perdata).
“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian pada
seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Sedangkan kerugian yang
diakibatkan oleh kelalaian (culpa) diatur oleh Pasal 1366 yang berbunyi:
“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
kelalaian atau kurang hati-hatinya”.

14
d. Melihat berbagai sanksi pidana dan tuntutan perdata yang tersebut di atas
dapat dipastikan bahwa bukan hanya pasien yang akan dibayangi
ketakutan. Tetapi, juga para tim medis akan dibayangi kecemasan diseret
ke pengadilan karena telah melakukan malpraktik dan bahkan juga tidak
tertutup kemungkinan hilangnya profesi pencaharian akibat dicabutnya
izin praktik. Dalam situasi seperti ini azas kepastian hukum sangatlah
penting untuk dikedepankan dalam kasus malpraktik demi terciptanya
supremasi hukum.
e. Apalagi, azas kepastian hukum merupakan hak setiap warga negara
untuk diperlakukan sama di depan hukum (equality before the law)
dengan azas praduga tak bersalah (presumptions of innocence) sehingga
jaminan kepastian hukum dapat terlaksana dengan baik dengan tanpa
memihak-mihak siapa pun. Hubungan kausalitas (sebab-akibat) yang
dapat dikategorikan seorang dokter telah melakukan malpraktik, apabila
(1) Bahwa dalam melaksanakan kewajiban tersebut, dokter telah
melanggar standar pelayanan medik yang lazim dipakai. (2) Pelanggaran
terhadap standar pelayanan medik yang dilakukan merupakan
pelanggaran terhadap Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki). (3)
Melanggar UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
f. Peran pengawasan terhadap pelanggaran kode etik (Kodeki) sangatlah
perlu ditingkatkan untuk menghindari terjadinya pelanggaran-
pelanggaran yang mungkin sering terjadi yang dilakukan oleh setiap
kalangan profesi-profesi lainnya seperti halnya advokat/pengacara,
notaris, akuntan, dll. Pengawasan biasanya dilakukan oleh lembaga yang
berwenang untuk memeriksa dan memutus sanksi terhadap kasus tersebut
seperti Majelis Kode Etik. Dalam hal ini Majelis Kode Etik Kedokteran
(MKEK). Jika ternyata terbukti melanggar kode etik maka dokter yang
bersangkutan akan dikenakan sanksi sebagaimana yang diatur dalam
Kode Etik Kedokteran Indonesia.
g. Namun, jika kesalahan tersebut ternyata tidak sekedar pelanggaran kode
etik tetapi juga dapat dikategorikan malpraktik maka MKEK tidak

15
diberikan kewenangan oleh undang-undang untuk memeriksa dan
memutus kasus tersebut. Lembaga yang berwenang memeriksa dan
memutus kasus pelanggaran hukum hanyalah lembaga yudikatif. Dalam
hal ini lembaga peradilan. Jika ternyata terbukti melanggar hukum maka
dokter yang bersangkutan dapat dimintakan pertanggungjawabannya.
Baik secara pidana maupun perdata. Sudah saatnya pihak berwenang
mengambil sikap proaktif dalam menyikapi fenomena maraknya gugatan
malpraktik. Dengan demikian kepastian hukum dan keadilan dapat
tercipta bagi masyarakat umum dan komunitas profesi. Dengan adanya
kepastian hukum dan keadilan pada penyelesaian kasus malpraktik ini
maka diharapkan agar para dokter tidak lagi menghindar dari tanggung
jawab hukum profesinya.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah membahas teori, maka kita dapat :
1. Mengetahui prinsip-prinsip etika keperawatan : otonomi, beneficence,
justice, moral right, nilai dan norma masyarakat.
2. Mengetahui isue etik dalam praktik keperawatan :
euthanasia,aborsi.Diketahui transplantasi organ, supporting.
3. Mengetahui devices.
4. Mengetahui prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan :malpraktik,
neglected.

B. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar-benar memahami dan mewujudnyatakan
peran perawat yang legal etis dalam pengambilan keputusan dalam konteks
etika keperawatan

17
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2011. Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika.
http://chayyoyoulii.blogspot.com/2010/10/pengambilan-keputusan-secara-
legal-etik.htmldiunduh pada tanggal 09 Januari 2013 pukul 13.55

18

Anda mungkin juga menyukai