Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

ILMU NEGARA

OLEH

NAMA : Khabib Fatkhur Rizqy


NIM : 202210110311435

MATA KULIAH ILMU NEGARA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022

1
BAB I
Legitimasi Kekuasaan

A. Pengertian Legitimasi & Kedaulatan


Berdirinya suatu negara tidak lepas dari 3 kata yakni kedaulatan,
legitimasi, dan kekuasaan sebab ini berkaitan dengan pemimpin dan yang
dipimpin (warga). Pada kesempatan kali ini kami akan membahas satu persatu
makna dan definisi dari ketiga kata tersebut. Pertama kita mulai dari definisi
secara luas , seperti berikut :

1. Kedaulatan : Suatu hak eksklusif yang dimiliki suatu pemerintahan


yang sedang berlangsung untuk melindungi secara penuh suatu
wilayah dan termasuk seluruh yang berada di dalamnya berdasarkan
letak gografis dan teritorial sesuai hukum yang berlaku tanpa ada
interfensi dari negara lain.
2. Legitimasi : Sebuah penilaiaan atau pengakuan masyarakat atas hasil
kinerja dan segala bentuk keputusan maupun kebijakan yang telah
dilaksanakan oleh seorang pemimpin bangsa agar pada
implementasinya dapat mengangkat harkat dan martabat manusia. .
Legitimasi berbicara tentang kepercayaan.
3. Kekuasaan : Sebuah bentuk penerimaan kewenagan oleh sebuah
kelompok / pemerintah yang diberikan langsung dari masyarakat di
mana sudah terikat batasan – batasan yang jelas terhadap jalannya
sebuah pemerintahan sehingga praktek kekuasaan tidak dapat
melebihi wewenangnya.
Berbicara soal kedaulatan, hal ini sangat penting sebagai syarat utama suatu
negara berdiri. Kedaulatan bisa diartikan sebagai bahan – bahan yang memiliki
hubungan yang erat antara satu sama lain untuk menciptakan sebuah kekuatan
yang utuh dalam penyelenggaran sebuah pemerintahan yang berdaulat.
Pemerintahan memiliki kekuasaan penuh untuk menguasai, melindungi, dan
bahkan mengeksploitasi segala yang ada di wilayah yang tentu dengan batasan
wewenang yang dimilikinya bersadarkan hukum (kesepakatan) yang sudah
terbentuk. Kedaulatan memilki kebebasan , tidak dapat dicampuri oleh pihak
lain, mereka berhak menentukan sendiri mau di bawa kemana negara mereka ,
dan hidup mandiri dalam menjaga stabilitas negaranya. Istilah kedaulatan
dipernalkan oleh seorang tokoh Jean Bodin (1950 – 1593) yang menempatkan
kedaulatan sebagai kekuasaan mutlak , abadi, dan asli warisan negara itu. Sifat
– sifat pokok (penting) suatu kedaulatan, sebagai berikut :

a) Absolut : Kekuasan negara merupakan kekuasaan mutlak, paling tinggi


dan tunggal.

b) Permanen : Kedaulatan hanya akan runtuh (hilang) jika negara sudah tidak
ada.

2
c) Utuh : Kedaulatan bersifat satu kesatuan tidak bisa dibagi – bagi.

d) Asli : Kedaulatan muncul dari sejarah terbentuknya negara itu sendiri.

e) Tidak terbatas : Kedaulatan meliputi seluruh warganya tanpa kecuali.

B. Teori kedaulatan- kedaulatan dalam Negara

1. Teori Kedaulatan Tuhan

Dalam teori ini meyakinkan bahwa kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara
berasal dari Tuhan (Theokrasi). Dasarnya diyakini dari fakta – fakta alam semesta
beserta seluruh isinya adalah ciptaan Tuhan, dan termasuk juga kedaulatan yang
dimiliki raja / pemerintah adalah pemberian dari Tuhan sendiri. Penganut teori ini
seperti Mr. De Savornin Lohman dan F.J. Stahl.

2. Teori Kedaulatan Raja

Teori ini memberikan kekuasaan penuh pada seorang raja. Raja diartikan sebagai
tugas / perwakilan yang ditunjuk langsung oleh Tuhan untuk memimpin. Oleh
karena itu, cenderung raja akan bertindak sewenang – wenang pada
pemerintahannya terhadap rakyat dan juga dapat melanggar hukum dan moral yang
berlaku di masyarakat. Tujuan dari teori ini , yaitu ingin menunjukan bahwa
seseorang raja yang telah di mandatkan dapat mensejahterakan rakyatnya tanpa
batas / terikat dari hukum dan norma – norma yang dibuat sendiri oleh manusia.
Raja hanya bertanggungjawab terhadap dirinya dan Tuhan saja. Penganut teori ini
seperti Thomas Hobbes, F.Hegel, dan Jean Bodin.

3. Teori Kedaulatan Rakyat

Kedaulatan sepenuhnya ada di tangan rakyat, itulah makna dari teori ini. Rakyat
memegang penuh kekuasaan untuk memajukan negaranya dengan
mempercayakannya pada sebuah badan pemerintahan. Pemerintah harus dapat
mewujudkan apa yang telah dipercayakan rakyatnya kepada mereka. Jika selama
perjalanan pemimpinan mereka tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat maka
pemerintahan tersebut akan diganti dengan yang baru. Teori ini dianut oleh John
Locke, Jean Jacques Rousseau, dan Montesquieu.

4. Teori Kedaulan Negara

3
Menurut teori ini bahwa pemerintah memiliki hak kuasa penuh dalam menguasai
seluruh kekayaan alam negara, politik, ekonomi, dan warganya. Kedaulatan milik
pemerintah. Rakyat disini sebagai objek milik negara yang harus tunduk agar tujuan
negara dapat tercapai. Negara tidak perlu tunduk pada hukum sebab hukum dibuat
oleh mereka sendiri. Dampak dari teori ini adalah munculnya kekuasaan yang
otoriter dan masa pemimpinan sangat panjang dan turun menurun (kelompok elite).
Penganut teori ini seperti George Jellinek dan Paul Laband.

5. Teori Kedaulatan Hukum

Hukum sungguh berkuasa pada teori ini. Dasar teori ini menyatakan hukum sebagai
sumber kedaulatan dan menjadi kekuasaan paling tinggi di suatu negara itu.
Pemerintah, institusi, dan rakyat dalam menjalani kewajiban harus tunduk pada
hukum. Semua yang berhubungan dengan kelangsungan negara harus melewati
proses hukum. Pemerintah mendapat kekuasaan dan kewenangan berdasarkan
hukum sehingga mereka harus mempertanggungjawabkan semua tindakan mereka
sesuai dengan kontrak hukum. Selama perjalanan zaman, terdapat dua perbedaan
teori kedaulatan hukum yaitu kedaulatan hukum klasik (murni) dan modern (luas).
Teori klasik dikatakan sebagai negara 100% berdasarkan hukum. Dianut oleh
Immanuel Kany, Krabbe, dan Leon Duguit. Sedangkan terori modern yaitu
diartikan sebagai negara hukum material atau bisa dikatakan sebagai negara
kesejahteraan (Welfare State) dimana negara akan berdampingan dengan hukum
untuk mensejahterakan rakyatnya (sedikit fleksibel dalam arti positif).

Berdasarkan uraian di atas, Bangsa Indonesia telah menganut Teori Kedaulatan


Rakyat. Hal ini bisa dilihat di dalam Pancasila sila ke-4. Isinya adalah ”Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
Dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 2 juga ditegaskan bahwa kedaulatan ada ditangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang – undang Dasar. Selain dari penganut
jenis kedaulatan rakyat, ternyata Indonesia juga menganut jenis kedaulatan hukum.
Hal tersebut ditemukan di dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “negara
Indonesia adalah negara hukum”. Artinya negara kita bukan negara kekuasaan,
melainkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara diatur menurut hukum yang berlaku. Salah satu contoh
seperti adanya aturan berlalu lintas, batasan eksploitasi sumber daya alam, dan
sebagainya. Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 semakin menguatkan bahwa Indonesia
menganut kedaulatan hukum. Pasal itu bersisi bahwa “segala warga negara
bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecuali”. Hal itu bermakna bahwa setiap
warga negara yang ada di wilayah negara kita kedudukann sama di dalam hukum,
jika melanggar hukum siapapun akan mendapatkan sanksi (penjara / denda).

4
C. Teori Pertahanan dan keamanan negara
Pergeseran pemahaman dan ruang lingkup peran militer dalam konteks
demokrasi, dimana pendekatan keamanan harus diintegrasikan dengan
pendekatan kesejahteraan, menjadi fokus pengembangan teori pertahanan dan
keamanan pada sistem pertahanan secara keseluruhan. Karena dianggap
bertentangan dengan tujuan mencapai kesejahteraan rakyat, maka perjanjian-
perjanjian pertahanan negara yang ditandatangani secara militeristik atau
represif dengan menggunakan senjata sudah tidak relevan lagi. Dalam dunia
sekarang ini, suatu negara harus memiliki sistem pertahanan dan keamanan yang
kuat yang dapat menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Sistem
pertahanan dan keamanan negara dan bangsa Indonesia diperlukan dengan
mempertimbangkan kondisi, tantangan, dan ancaman konvensional (fisik) dan
multidimensi (fisik dan non-fisik) yang dihadapi negara saat ini. Kehidupan
manusia memiliki dua sisi, menurut teori keamanan nasional. yang tidak dapat
dipisahkan, khususnya keamanan dan kesejahteraan. Keduanya tidak dapat
dipisahkan, seperti dua sisi mata uang yang sama. Upaya melindungi kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan umum dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan negara merupakan aspek pertahanan. Sedangkan penegakan
hukum, perlindungan dan pelayanan masyarakat, serta keamanan dan ketertiban
umum termasuk dalam aspek keamanan.

Anda mungkin juga menyukai