Anda di halaman 1dari 10

TEORI KEDAULATAN NEGARA

Disusun oleh :

Kartika Eka Pertiwi 110110210245

Muhammad Sabil Aziz 110110210192

Raden Maulana Damarjati 110110210181

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika ditinjau dari sudut pandang hukum tata negara, negara pada dasarnya adalah suatu sistem
organisasi kekuasaan, dan organisasi itu merupakan tata kerja daripada alat-alat perlengkapan negara
yang merupakan suatu keutuhan. Tata kerja negara berarti hubungan serta pembagian tugas dan
kewajiban antara masing-masing alat perlengkapan negara itu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.1
Ni’matul Huda, dalam bukunya yang berjudul ”Ilmu Negara”, menjelaskan bahwa terdapat beberapa
unsur negara yang diperlukan bagi terbentuknya negara, yaitu penduduk/rakyat tertentu, wilayah,
pemerintah yang berdaulat, dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.2 Salah
satu unsurnya yaitu penduduk/rakyat tertentu atau biasa disebut juga dengan masyarakat memiliki
tujuan hidup yang berbeda-beda. Terjadilah ketidak sesuaian antara tata kerja organisasi yang
seharusnya mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama dengan masyarakat dimana setiap
masyarakat memiliki kepentingan atau tujuan yang masing-masing berbeda. Maka dari itu, diperlukan
sebuah kedaulatan (souvereiniteit) atau kekuasaan tertinggi guna mencapai tujuan negara yang
diharapkan.

Bagi sebuah negara yang merdeka, kedaulatan adalah hal yang esensial. Kedaulatan negara
mempengaruhi pentingnya peranan negara dalam masyarakat dan hukum internasional. Negara
dikatakan berdaulat atau sovereign karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki negara.3
Dimana negara berdaulat adalah negara yang mempunyai kekuasaan tertinggi bebas dari kekuasaan
negara lain, bebas dalam arti seluas-luasnya baik ke dalam maupun ke luar.4 Walaupun demikian,
kekuasaan tertinggi ini mempunyai batas-batasnya. Ruang keberlakuan kekuasaan tertinggi ini dibatasi
oleh batas wilayah negara itu, artinya suatu negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam batas
wilayahnya.5

1
Soehino, Ilmu Negara, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, 2005, hlm.149
2
Ni'matul Huda, Ilmu Negara, Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2020, hlm. 17-34.
3
Mochtar kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Binacipta, Bandung, 1990, hlm. 11.
4
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perbatasan Negara dalam Dimensi Hukum Internasional, Graha Ilmu, Salatiga, 2011, hlm. 1.
5
Op.cit, hlm.16.
Teori Kedaulatan Negara mendeskripsikan bahwa negaralah yang menciptakan hukum, jadi
segala sesuatu harus tunduk kepada negara. Negara disini dianggap sebagai suatu keutuhan yang
menciptakan peraturan-peraturan hukum, jadi adanya hukum itu karena adanya negara, dan tiada satu
hukumpun yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh negara.6

Dimuka telah dijelaskan bahwa negara adalah sistem organisasi kekuasaan, artinya negara
melalui pejabat-pejabat negara adalah satu-satunya yang mempunyai kekuasaan memerintah setiap
orang yang berada dalam wilayah negara. Memerintah meliputi kekuasaan memberikan petunjuk,
menentukan hak dan kewajiban, dan melarang melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Negara melalui
pejabat-pejabat adalah satu-satunya yang mempunyai kekuasaan untuk memaksa kehendak terhadap
setiap orang yang ada pada wilayah negara. Memaksakan kehendak dapat dikenakan dalam bentuk
tindakan atau sanksi bagi yang tidak memenuhi atau melanggar perintah dan/atau larangan yang
ditetapkan negara. Negara melalui pejabat-pejabat adalah satu-satunya yang mempunyai kekuasaan
untuk mengatur (membuat peraturan) yang berlaku untuk seluruh atau sebagian wilayah, atau terhadap
subjek hukum tertentu, atau objek hukum tertentu, dan terhadap peraturan itu pada umumnya
dikuatkan dengan sanksi, atau melalui tindakan atau penghukuman (pidana, atau kewajiban melakukan
perbuatan hukum tertentu).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian negara?
2. Apa pengertian kedaulatan?
3. Apa teori kedaulatan negara menurut George Jellinek dan Jean Bodin?
4. Apa korelasi kedaulatan negara dengan hukum internasional?

6
Soehino, Ilmu Negara, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, 2005, hlm.154
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Istilah dan Pengertian Negara

Negara dapat diartikan sebagai salah satu bentuk organisasi yang dapat terlihat dalam kehidupan
bermasyarakat, atau dapat diartikan juga sebagai institusi yang dibuat oleh sekumpulan manusia yang
hidup atau tinggal dalam wilayah tertentu dan memiliki tujuan yang satu yang taat dan terikat pada
undang-undang yang berlaku serta memiliki pemerintahan sendiri. Secara etimologis, istilah negara
sendiri merupakan terjemahan dari beberapa kata asing, yaitu state dalam bahasa Inggris, staat dalam
bahasa Jerman dan Belanda, dan etat dalam bahasa Prancis. Kata-kata tersebut diambil oleh orang eropa
dari bahasa latin pada abad ke-15, yaitu berasal dari kata statum yang berarti keadaan yang tegak dan
tetap, atau suatu hal yang bersikap tetap dan tegak. Di Indonesia sendiri istilah negara berasal dari
bahasa Sansekerta nagara atau nagari yang memiliki arti kota. Istilah nagara sendiri sudah dikenal dan
digunakan oleh masyarakat Indonesia pada sekitar abad ke-5. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya penamaan kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat dan juga terdapat penggunaan kalimat nagara
dalam penamaan kitab majapahit (Nagara Kertagama) yang ditulis oleh Mpu Prapanca7.

Pada dasarnya, setiap warga dalam sebuah masyarakat merupakan anggota dari sebuah atau
suatu negara dan harus tunduk atau mengikuti pada kekuasaan negara yang berlaku. Melalui kehidupan
bernegara dengan pemerintahan yang berlaku di dalam sebuah negara tersebut, masyarakat ingin
mewujudkan ketentraman, keadilan, ketertiban, serta kesejahteraan masyarakat. Ada sistem aturan yang
menggambarkan suatu hierarki atau per tindakan dalam aturan yang tingkatannya paling tinggi sampai
pada aturan yang tingkatannya paling rendah dengan guna agar pemerintah dapat memiliki kekuasaan
untuk mengatur masyarakatnya, agar masyarakatnya tidak bertindak semaunya. 8

7
Desri Tiara Salsabila, ”Pengertian & Macam-Macam Negara”, Edukasi, (30 Maret 2020), 2.
8
Wisesa Atha Raihan, ”Pengertian Negara”, Jurnal Hukum, (1 Februari 2021), 3.
B. Istilah dan Pengertian Kedaulatan

Istilah Kedaulatan pertama kali dikemukakan oleh Jean Bodin (1530-1596) dalam bukunya yaitu “Six
Livres De Republique”. Secara etimologis, kedaulatan sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu Daulat yang
berarti kekuasaan atau dinasti pemerintahan. Sedangkan dalam bahasa Latin, disebut juga dengan
Supremus yang memiliki arti tertinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kedaulatan merupakan kekuasaan
tertinggi pada suatu negara atau kekuasaan yang tidak terletak di bawah kekuasaan negara lain. Konsep
kedaulatan berkaitan dengan suatu pemerintahan yang memiliki kendali penuh dalam urusan negerinya
sendiri dalam suatu wilayah atau batas teritorial geografisnya, dan dalam konteks tertentu terkait
dengan berbagai organisasi atau lembaga yang memiliki yurisdiksi hukum sendiri. Kedaulatan juga
merupakan sebuah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk melakukan berbagai
kegiatan secara bebas asalkan tidak bertentangan atau melawan hukum internasional. Istilah kedaulatan
bersifat relatif didapatkan karena kedaulatan suatu negara tidak lagi bersifat mutlak atau absolut, tetapi
pada batas-batas tertentu harus menghormati kedaulatan negara lain, seperti yang diatur melalui hukum
internasional. Selain itu, kedaulatan negara dapat dibilang merupakan karakteristik negara yang merdeka
dari negara lainnya secara politik, baik secara de jure maupun de facto.9 Menurut Jean Bodin, kedaulatan
merupakan kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum didalam suatu negara yang memiliki sifat-sifat,
diantaranya :

1. Permanen, atau kedaulatan tersebut tetap ada selama negara itu sendiri.
2. Asli, atau kedaulatan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
3. Bulat, atau kedaulatan tidak dapat dibagi lagi dan merupakan satu-satunya kekuasaan
tertinggi dalam sebuah negara.
4. Tidak Terbatas, atau kedaulatan itu tidak ada yang membatasi.10

Selain itu, menurut Jean Bodin terdapat dua jenis kedaulatan, yaitu kedaulatan ke dalam atau
kedaulatan intern yang berarti kekuasaan tertinggi di dalam negara untuk mengatur fungsinya, dan
kedaulatan ke luar atau kedaulatan ekstern menurut Grotius yang berarti kekuasaan tertinggi di dalam
negara untuk mengadakan hubungan dengan negara lain serta mempertahankan wilayah dari berbagai
ancaman dari luar. Terdapat dua ajaran atau faham yang memberikan pengertian tentang kedaulatan,
yang pertama yaitu monisme yang menyatakan bahwa kedaulatan bersifat tunggal atau tidak dapat
dibagi-bagi dan pemegang kedaulatan adalah pemegang wewenang tertinggi dalam negara, sedangkan
yang kedua yaitu pluralisme atau faham yang menyatakan bahwa negara bukanlah satu-satunya

9
Hafizul Ihsan, “Kedaulatan”, Jurnal Hukum, (4 Februari 2021), 1.
10
Ibid, 3.
organisasi yang memiliki kedaulatan (menurut Harold J Laski). Sehingga menurut faham pluralisme,
tugas negara hanyalah mengkoordinir organisasi yang berdaulat di bidangnya masing-masing.11

C. Latar Belakang Teori Kedaulatan Negara

Ajaran teori kedaulatan negara merupakan kelanjutan dari ajaran kedaulatan raja. Ajaran ini mulanya
timbul di Jerman untuk mempertahankan kedudukan raja yang pada waktu itu mendapatkan dukungan
dari tiga lapisan masyarakat yang sangat berpengaruh, yaitu golongan bangsawan, golongan angkatan
militer, golongan alat-alat pemerintah atau birokrasi.12 Teori kedaulatan negara hanyalah kedok dari
teori kedaulatan raja yang saat itu sudah ditentang. Negara adalah satu hal yang bersifat abstrak,
sehingga keabstrakan tersebut dikonkretkan dalam tubuh raja. Karena itu Kedaulatan negara sering
disebut sebagai kedaulatan raja-raja modern atau moderneversten souvereiniteit.

Ajaran teori ini ditentang oleh Leon Duguit dan Krabbe masing-masing melalui bukunya.
Menurut Krabbe dan Dugguit teori negara bertentangan dengan kenyataan. Teori kedaulatan negara
menyatakan bahwa hukum itu sudah dianggap merupakan perwujudan atau penjelmaan kemauan atau
kehendak negara, mempunyai kekuatan berlaku apabila telah ditetapkan oleh negara. Namun, pada
kenyataanya negara itu sendiri tunduk pada hukum.13

D. Tokoh-Tokoh Teori Kedaulatan Negara

George Jellinek sebagai penganut teori kedaulatan negara mengemukakan bahwa hukum itu merupakan
penjelmaan daripada kehendak atau kemauan negara. Sebagai pencipta hukum, satu-satunya sumber
hukum, dan memiliki kekuasaan atau kedaulatan tertinggi, itulah negara menurut George Jellinek. Maka
menurutnya, hukum yang tidak tertulis seperti hukum adat kebiasaan yang berlaku secara nyata di dalam
masyarakat akan menjadi hukum apabila telah ditetapkan negara sebagai hukum. Walaupun pernyataan
tersebut ditentang oleh Krabbe, George Jellinek menjelaskan bahwasanya negara dengan suka rela
mengikatkan dirinya atau mengharuskan dirinya untuk tunduk kepada hukum yang biasa disebut Ajaran
Selbstbindung. Ajaran tersebut memiliki beberapa faktor ideal yaitu rasa hukum, kesadaran hukum, dan

11
Op.cit, 4
12
Muh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara (Jakarta: Gaya Media Pratama, Cetakan Ketiga, Edisi Revisi, 1995), hlm. 122.
13
Op.cit, Soehino, hlm 155
rasa keadilan. Oleh karena itu selbstbindung itu bukan selbstbindung dari negara melainkan dari
organ-organnya (pemerintah). 14

Staats-souvereiniteit atau teori kedaulatan negara menurut Jean Bodin pada dasarnya
menjelaskan bahwa kekuasaan tertinggi itu ada pada negara. Ajaran ini bisa selaras dengan konsep
liberalisme karena hal itu berhubungan erat dengan kebebasan warga negara. Akan tetapi, kekuasaan
tersebut dibedakan dengan ajaran Staats-absolutisme mengingat berbedanya kekuasaan yang bersifat
terbatas dan absolut. Dalam ajaran Staats-souvereiniteit yang berprinsip kekuasaan tertinggi ada pada
negara memiliki banyak makna yang bisa berarti kekuasaan itu bersifat absolut dan bisa jadi terbatas.
Sedangkan pada ajaran Staats-absolutisme, kekuasaan negara bersifat absolut yang berarti kekuasaan
dari negara itu meliputi segala segi dari kehidupan masyarakatnya sehingga kepribadian warga negaranya
tidak ada. Jean Bodin juga mengibaratkan seperti hukum adat kebiasaan atau hukum tidak tertulis yang
bukan keluaran negara bukanlah hukum.15

E. Teori Kedaulatan Negara dan Hukum Internasional

Jika ditinjau, kedaulatan negara bertentangan dengan hukum internasional.16 Kedaulatan negara artinya
adalah kekuasaan tertinggi dipegang oleh negara dan hanya negaralah yang dapat mengatur dan
menundukkan wilayah yuridiksinya. Akan tetapi, hukum internasional adalah hukum yang mengatur
hubungan antar negara, artinya negara harus tunduk pada hukum internasional.

Jika pandangan ini benar, maka kedaulatan memang bertentangan dengan hukum internasional,
bahkan boleh dikatakan bahwa paham kedaulatan demikian pada hakikatnya merupakan penyangkalan
terhadap hukum internasional sebagai suatu sistem hukum yang mengikat bagi negara-negara dalam
hubungannya satu sama lain.

Tidaklah mengherankan jika di dalam dunia ilmu hukum internasional terdapat sarjana-sarjana
yang menganggap kedaulatan negara sebagai suatu penghalang bagi pertumbuhan masyarakat
internasional dan bagi perkembangan hukum internasional yang mengatur kehidupan masyarakat
demikian. Adalah suatu kenyataan bahwa masyarakat internasional dewasa ini merupakan suatu
masyarakat yang terdiri terutama dari negara-negara yang bebas satu dari yang lainnya. Selain
didasarkan atas suatu anggapan yang keliru tentang hakikat daripada masyarakat dunia dewasa ini,
sehingga serangan atas paham kedaulatan salah sasaran, maka paham yang mengatakan bahwa

14
Op.Cit, Soehino, hlm.155

15
Ibid, hlm.154

16
Ni'matul Huda, Ilmu Negara, Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2020, hlm. 183
kedaulatan itu merupakan penghalang bagi pertumbuhan hukum internasional juga didasarkan atas
pengertian kedaulatan yang keliru.

Menurut asal katanya kedaulatan memang berarti kekuasaan tertinggi. Negara berdaulat
memang berarti bahwa negara itu tidak mengakui suatu kekuasaan yang lebih tinggi dan kekuasaannya
sendiri. Dengan perkataan lain, negara memiliki monopoli daripada kekuasaan, suatu sifat khas daripada
organisasi masyarakat dan kenegaraan dewasa ini yang tidak lagi membenarkan orang perseorangan
mengambil tindakan-tindakan sendiri apabila ia dirugikan. Walaupun demikian, kekuasaan tertinggi ini
mempunyai batas-batasnya. Ruang berlaku kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas-batas wilayah
negara itu, artinya suatu negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam batas-batas wilayahnya. Di
luar wilayahnya suatu negara tidak lagi memiliki kekuasaan demikian. Jadi pembatasan yang penting ini
melekat pada pengertian kedaulatan itu sendiri dilupakan oleh orang yang beranggapan bahwa
kekuasaan yang dimiliki oleh sesuatu negara menurut paham kedaulatan itu tidak terbatas.

Suatu negara lazim dianggap bebas dan berdaulat hanya terhadap atau di dalam wilayahnya
sendiri. Pengertian kedaulatan pada masa sekarang lebih sempit daya berlakunya apabila dibandingkan
dengan pengertian kedaulatan pada abad ke-18 dan 19. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan
negara-negara nasional yang tidak mengenal adanya pembatasan-pembatasan terhadap otonomi
negara. Pada waktu sekarang dapat dikatakan hampir tidak terdapat lagi negara yang menolak
pembatasan terhadap kebebasan negaranya demi kepentingan masyarakat internasional secara
keseluruhan. Dikatakan demikian karena negara-negara itu adalah anggota masyarakat internasional
dan juga sebagian besar adalah anggota organisasi-organisasi internasional seperti PBB. Kepada mereka
diberikan kewajiban-kewajiban yang pada dasarnya membatasi kebebasan mereka yang pada mulanya
leluasa dalam melaksanakan kebijaksanaan internasional.

Di sudut praktik, maka perbedaan kedaulatan negara terletak pada derajatnya yang
berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya. Sebagian negara memiliki kekuasaan dan
kebebasan lebih besar daripada negara lainnya. Kenyataan ini menghadapkannya kepada perbedaan
antara negara-negara merdeka atau berdaulat dengan negara atau entitas (entity) yang tidak memiliki
kemerdekaan atau kedaulatan.

Apabila dikatakan bahwa sebuah negara tertentu merdeka dan berdaulat, maka kepada negara
tersebut dilekatkan sejumlah hak tertentu dalam hukum internasional. Selain hak yang dimiliki negara
tadi, maka pada saat yang bersamaan melahirkan pula kewajiban bagi negara lain untuk menghormati
hak-hak tadi. Kewajiban-kewajiban yang dapat mengikat negara yang bebas dan berdaulat, misalnya:
1) Kewajiban untuk tidak menjalankan kedaulatannya pada teritorial negara lain.

2) Kewajiban untuk tidak memperkenankan warga negaranya melakukan perbuatan-perbuatan yang


melanggar kebebasan atau supremasi wilayah negara lain.

3) Kewajiban untuk tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain.

Tunduknya suatu negara kepada kebutuhan pergaulan masyarakat internasional merupakan


suatu syarat mutlak bagi terciptanya suatu masyarakat internasional yang teratur. Mengingat bahwa
kehidupan suatu masyarakat internasional yang teratur hanya mungkin dengan adanya hukum
internasional, maka keharusan tunduknya negara-negara kepada hul internasional yang mengatur
hubungan antara negara-ner yang berdaulat itu merupakan kesimpulan yang tidak dapat dielakkan
lagi.17

17
Ibid, hlm. 183-186
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Negara secara garis besar merupakan suatu sistem organisasi kekuasaan dan hal itu
merupakan tata kerja alat-alat perlengkapan negara agar menjadi suatu keutuhan. Sementara,
kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi pada suatu negara. Berdasarkan definisi tersebut
maka dapat disimpulkan teori kedaulatan negara menjelaskan bahwasanya negaralah yang
menciptakan hukum dan segala sesuatu harus tunduk kepada negara tersebut. Kedaulatan
negara juga merupakan penjelmaan dari kehendak atau kemauan negara menurut George
Jellinek dan kekuasaan tertinggi itu ada pada negara menurut Jean Bodin.

Anda mungkin juga menyukai