Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN TUGAS

PENGANTAR TATA HUKUM INDONESIA

MOEKTI PRASTOWO
NIM:_________________
KELAS:_________________

1. Ilmu negara mempelajari negara secara abstrak artinya belum mengarah pada negara
sebagai entitas (wujud) yang konkret maksudnya mengemukakan negara sebagai suatu
nilai. Dalam hal ini yang diamati bukanlah suatu negara saja, akan tetapi negara pada
umumnya, dengan demikian ilmu negara dibedakan dengan Ilmu Tata Negara dan
Administrasi Negara, dan Ilmu Pemerintahan. Sedangkan Negara dalam arti konkret
adalah objek negara itu terikat pada tempat, keadaan, dan waktu tertentu. Dalam hal ini
yang diamati adalah aturan baku dari suatu negara itu sendiri.

2. Hukum Tata Negara adalah hukum mengenai struktur umum daripada suatu
pemerintahan negara, dan Hukum Administrasi Negara merupakan peraturan-peraturan
yang bersifat khusus, sedangkan ilmu politik adalah ilmu pengetahuan praktis yang
membahas keadaan dalam kenyataan yang menekankan pada faktor konkret seperti
kekuasaan, organisasi negara, maupun yang mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas
negara. Oleh karena itu, ilmu politik lebih bersifat dinamis dan hidup.

3. Asal mula Negara menurut para filsuf :


 Menurut Socrates, negara bukanlah merupakan suatu keharusan yang bersifat
objektif dan tugas negara adalah menciptakan hukum yang harus dilaksanakan oleh
para pemimpin yang dipilih secara seksama oleh rakyat.
 Menurut Aristoteles, adanya negara berawal dari individu manusia yang membentuk
keluarga, kemudian keluarga membentuk desa dan beberapa desa membentuk
negara.
 Menurut Plato, asal mula negara karena banyaknya kebutuhan hidup serta keinginan
manusia, manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan serta keinginannya itu secara
sendiri-sendiri, sesuai dengan kecakapan masing-masing, mereka mendapat
pembagian tugas dengan dasar bekerja sama, maka manusia dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginannya itu.

4. Unsur negara dalam ajaran klasik dan modern :


 Unsur konstitutif yang terdiri dari rakyat, wilayah dan pemerintahan berdaulat; dan
 Unsur deklaratif dengan mendapat pengakuan dari negara lain. Unsur ini akan
membantu kelangsungan perkembangan suatu negara agar tidak terasingkan dengan
negara lain.

5. Hubungan antara tujuan Negara dan fungsi Negara sangat erat dan tak bisa dipisahkan
satu sama lain. Tujuan Negara merupakan hal-hal yang hendak dicapai. Sementara untuk
mewujudkan atau mencapai tujuan tersebut Negara memiliki sejumlah tugas tertentu.
Tugas yang bertujuan mewujudkan tujuan Negara ini kemudian disebut dengan fungsi
Negara. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa tujuan Negara adalah cita-cita bangsa
yang hendak dicapai sementara fungsi Negara sendiri merupakan upaya yang dilakukan
dalam mewujudkan cita-cita yang menjadi tujuan Negara tersebut. Adapun beberapa
teori dari tujuan dan fungsi Negara, antara lain :
 Teori Plato
Negara memiliki tujuan utama, yaitu memajukan kesusilaan manusia baik sebagai
individu maupun kelompok. Hal ini untuk membentuk manusia yang beradab,
beretika, dan bermoral. Untuk mencapai tujuan tersebut, negara harus menegakkan
seperangkat nilai yang wajib dipatuhi oleh seluruh warganya.
 Teori Negara Kekuasaan
Teori negara kekuasaan dianut oleh dua tokoh, yaitu Shang Yang dan Nicholo.
Kedua tokoh tersebut menyatakan bahwa teori tujuan negara adalah untuk
menghimpun dan memperbesar kekuasaan agar tercipta kemakmuran, kebesaran,
dan kesejahteraan.
 Teori Teokratis
Teori teokratis menyatakan bahwa teori tujuan negara adalah untuk mencapai
kehidupan yang aman dan tentram dengan taat kepada Tuhan. Di mana pimpinan
negara menjalankan kekuasaannya berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan
kepadanya.
 Teori Negara Polis
Teori negara polisi adalah teori tujuan negara yang semata-mata untuk menjaga
keamanan, ketertiban, dan perlindungan kebebasan hak warganya. Untuk mencapai
tujuan tersebut, perlu dibentuk suatu peraturan perundang-undangan yang tidak
mencerminkan kehendak seluruh rakyat. Selain itu, negara lain juga tidak boleh ikut
campur dalam urusan pribadi dan ekonomi warganya.
 Teori Negara Hukum
Teori negara hukum menyatakan bahwa negara bertujuan untuk menyelenggarakan
ketertiban hukum dengan berpedoman pada hukum. Artinya, dalam negara hukum
segala kekuasaan seluruh alat pemerintahannya didasarkan atas hokum.
 Teori Negara Kesejahteraan
Menurut teori negara kesejahteraan, teori tujuan negara untuk mewujudkan
kesejahteraan umum. Negara dipandang sebagai alat untuk meraih tujuan bersama,
yaitu suatu tatanan masyarakat yang di dalamnya terdapat kemakmuran,
kebahagiaan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

6. Secara bahasa, kedaulatan berasal dari kata "daulah" yang merupakan bahasa Arab.
"Daulah" sendiri bermakna kekuasaan atau pemerintahan. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia atau KBBI, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi atas daerah, pemerintahan
negara, dan sebagainya. Adapun beberapa teori kedaulatan dalam negara antara lain :
 Teori Kedaulatan Tuhan
Menurut teori ini, segala sesuatu yang terdapat di alam semesta berasal dari Tuhan.
Secara langsung, artinya Tuhanlah yang memegang kekuasaan tertinggi yang
biasanya dipersonifikasikan dalam pribadi seorang penguasa yang dianggap sebagai
Tuhan. Sementara, kedaulatan Tuhan secara tidak langsung diwujudkan dengan
kekuasaan yang dipegang oleh wakil Tuhan di muka bumi atau diwujudkan melalui
hukum Tuhan sebagai sumber hukum tertinggi. Perwujudan kedaulatan Tuhan
melalui hukum dapat ditemui dalam ajaran agama yang tidak melembagakan agama
dalam bentuk personifikasi. Kedaulatan Tuhan melalui aturan hukum ini lazim
disebut sebagai Nomokrasi. Teori Kedaulatan Tuhan umumnya dianut oleh raja-raja
yang mengakui sebagai keturunan dewa, contoh raja-raja mesir kuno, kaisar jepang
dan cina, raja-raja jawa pada zaman hindu.
 Teori Kedaulatan Raja
Kekuasaan negara menurut teori ini, terletak ditangan raja ialah sebagai penjelmaan
kehendak Tuhan. Raja adalah bayangan dari Tuhan. Agar negara kuat, raja harus
berkuasa dengan mutlak dan tidak terbatas. dalam teori kedaulatan raja ini posisi raja
selalu berada diatas undang-undang. Rakyat harus rela menyerahkan hak asasinya
dan kekuasaannya secara mutlak kepada raja. Pandangan seperti ini muncul terutama
setelah periode sekularisasi negara dan hukum di Eropa. Kedaulatan raja (kings of
souveregnity) dalam negara, maka raja dianggap sebagai orang bijaksana, suci dan
yang berdaulat, meskipun sama-sama manusia bisa dianggap berbeda dengan rakyat
(warga negara). Posisi raja dalam hal ini tidak ada yang menandingi dan sangat kuat.
Kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan raja, karena raja adalah penerima
amanah atau wakil tuhan untuk berkuasa dan berhak melakukan apa saja dan
berkuasa atas rakyat karena menurutnya semua tindakannya sesuai dengan kehendak
Tuhan.
 Teori Kedaulatan Rakyat
Teori kedaulatan rakyat, yakni teori yang menyatakan bahwa kekuasaan suatu negara
berada ditangan rakyat sebab yang benar- benar berdaulat dalam suatu negara adalah
rakyat. Konsepsi kedaulatan rakyat ini berakar pada doktrin Romawi, yaitu lex regia,
yang berarti bahwa kekuasaan diperoleh dari rakyat (populus). Dalam hal ini
kedaulatan rakyat dapat dipahami dalam beberapa pengertian: a) Rakyat diartikan
sebagai “seluruh rakyat”, dalam suatu wilayah negara; b) Rakyat dapat ditafsirkan
sebagai suatu “bangsa” (the nation, das volk); c) Korporatis, maksudnya “rakyat”
juga meliputi penguasa; d) Kedaulatan terletak pada suatu dewan pemilihan (the
electorate); dan e) Kekuasaan rakyat diwakilkan dalam suatu majelis.
 Teori Kedaulatan Negara
Dalam Teori ini, kekuasaan tertinggi terletak pada suatu negara. sumber maupun asal
kekuasaan yang dinamakan dengan kedaulatan itu ialah negara. Negara sebagai
lembaga tertinggi kehidupan suatu bangsa, dengan sendirinya mempunyai
kekuasaan, jadi kekuasaan negara tersebut ialah kedaulatan negara yang timbul
bersamaan dengan berdirinya suatu negara.
 Teori Kedaulatan Hukum
Teori kedaulatan hukum adalah suatu paham yang tidak disetujui oleh paham dari
kedaulatan negara. Menurut Teori kedaulatan hukum, kekuasaan tertinggi dalam
suatu negara terletak pada hukum. hal tersebut berarti bahwa yang berdaulat ialah
suatu lembaga atau orang yang berwenang mengeluarkan perintah maupun larangan
yang mengikat semua warga negaranya.

7. Syarat berdirinya suatu Negara secara de facto yakni bentuk pengakuan suatu negara
terhadap negara lain yang sudah memenuhi syarat-syarat sebagai suatu negara,
seperti adanya wilayah, rakyat, dan pemerintahan. Sedangkan syarat berdirinya suatu
Negara secara de jure yakni pengakuan yang dinyatakan secara resmi oleh negara lain
berdasarkan hukum internasional tentang keberadaan negara baru.

8. Politik adalah proses pembentukan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses
pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Sedangkan hubungan demokrasi dengan
partai politik yakni sebuah bentuk pelaksaan demokrasi dalam suatu negara.

9. Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa kumpulan
peraturan yang membentuk dan mengatur/memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
Sedangkan menurut KBBI mengartikan konstitusi adalah segala ketentuan dan aturan
tentang ketatanegaraan (undang-undang dasar dan sebagainya). Di dalam konstitusi telah
diatur landasan dan prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan pemerintahan dan bernegara
yang telah disepakati. Oleh karena itu, konstitusi harus menjadi rujukan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Adapun hal-hal yang diatur dalam konstitusi :
 Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia dan warga negara
 Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental; dan
 Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
fundamental.

10. Pengertian demokrasi secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani
Kuno, yaitu demos dan kratos. Demos berarti rakyat, dan kratos berarti kekuasaan yang
mutlak. Apabila digabungkan, maka secara harafiah, demokrasi adalah kekuasaan yang
mutlak oleh rakyat. Sedangkan dalam KKBI Demokrasi adalah pemerintahan rakyat atau
bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan
perantara wakilnya. Adapun demokrasi di Indonesia berjalan hingga saat ini :
 Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan
Tahun 1945-1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin
kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan
baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan
masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD
1945 yang berbunyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala
kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh KNIP.
 Demokrasi Parlemen (1950-1959)
Periode pemerintahan negara Indonesia tahun 1950 sampai 1959 menggunakan
UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusionalnya. Pada tahun 1950-
1959 bisa disebut sebagai masa demokrasi liberal yang parlementer, dimana presiden
sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan
parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai
politik. Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal. Demokrasi
pada masa ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Parlementer.
 Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Periode demokrasi ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Terpimpin. Hal ini
dikarenakan oleh lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sebagai usaha untuk mencari
jalan keluar dari kebuntuan politik melalui pembentukan kepemimpinan personal
yang kuat. Meskipun UUD 1945 memberi peluang seorang presiden untuk
memimpin pemerintahan selama lima tahun, namun ketetapan MPRS No. 111 tahun
1963 mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Kepemimpinan
Presiden Soekarno tanpa batas ini terbukti melahirkan kebijakan dan tindakan yang
menyimpang dari ketentuan ketentuan UUD 1945. Contohnya, pada tahun 1960
Presiden Soekarno membubarkan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) hasil pemilihan
umum, padahal dalam penjelasan Undang Undang Dasar 1945 secara eksplisit
ditentukan bahwa presiden tidak memiliki wewenang untuk berbuat demikian. Sejak
berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah menunjukkan gejala
ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena partai politik
sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan dan kurang
memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh. Sejak berakhirnya
pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah menunjukkan gejala
ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena partai politik
sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan dan kurang
memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh.disamping itu
Soekarno melontarkan gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh Pancasila. Penyimpangan masa
demokrasi terpimpin antara lain : Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai
banyak yang dipenjarakan; Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan
oleh presiden dan presiden membentuk DPRGR; Jaminan HAM lemah terjadi
sentralisasi kekuasaan terbatasnya peranan pers, kebijakan politik luar negeri sudah
memihak ke RRC (Blok Timur). Setelah terjadi peristiwa pemberontakan G 30
September 1965 oleh PKI, menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.
 Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan Orde Baru ditandai oleh Presiden Soeharto yang menggantikan Ir.
Soekarno sebagai Presiden kedua Indonesia. Pada masa orde baru ini menerapkan
Demokrasi Pancasila untuk menegaskan bahwasanya model demokrasi inilah yang
sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila. Demokrasi Pancasila secara
garis besar menawarkan tiga komponen demokrasi. Pertama, demokrasi di dalam
bidang politik pada hakikatnya adalah menegakkan kembali asas asas negara hukum
dan kepastian hukum. Kedua, demokrasi di dalam bidang ekonomi pada hakikatnya
ialah kehidupan yang layak untuk semua warga negara. Ketiga, demokrasi di dalam
bidang hukum pada hakikatnya bahwa pengakuan dan perlindungan HAM (Hak
Asasi Manusia), peradilan yang bebas yang tidak memihak. Hal yang sangat
disayangkan di masa ini adalah alih alih pelaksanaan ajaran Pancasila secara murni
dan konsekuen, Demokrasi Pancasila yang dikampanyekan oleh Orde Baru baru
sebatas retorika politik belaka. Di dalam praktik kenegaraan dan pemerintahannya,
penguasa Orde Baru bertindak jauh di luar dari prinsip prinsip demokrasi.
 Demokrasi Masa Reformasi (1998-hingga saat ini)
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka Indonesia memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru,
sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek
kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini
berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena
dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era Orde
Baru. Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari
Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.

Anda mungkin juga menyukai