Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi Negara

Negara adalah sebuah organisasi atau badan tertinggi yang memiliki kewenangan
untuk mengatur perihal yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas.
Tidak hanya itu, negara juga memiliki kewajiban untuk menyejahterakan, melindungi,
dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), negara adalah organisasi dalam
suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat.

B. Definisi Oleh Para Politik

1. Menurut Prof. Miriam Budihardjo, negara merupakan organisasi yang ada di


dalam suatu wilayah yang dapat memaksakan kekuasaannya yang sah terhadap
semua golongan kekuasaan yang berada di dalamnya dan dapat menetapkan
berbagai tujuan dari kehidupan tersebut.
2. Menurut Prof. Nasroen, definisi sebuah negara adalah sebuah bentuk pergaulan
hidup. Oleh karena itu, sebuah negara harus ditinjau secara sosiologis agar dapat
dijelaskan serta dipahami.
3. Menurut Prof. Dr. Djokosoetono, SH. yang mendefinisikan sebuah negara
sebagai organisasi manusia maupun kumpulan individu yang berada di bawah
sebuah pemerintahan yang sama.
4. Menurut Prof. Farid S., negara merupakan sebuah wilayah merdeka yang sudah
mendapatkan pengakuan dari negara lain serta memiliki sebuah kedaulatan.
5. Menurut G. Pringgodigdo, SH. yang mendefinisikan negara sebagai sebuah
organisasi kekuasaan maupun organisasi kewibawaan yang harus persyaratan
berupa berbagai unsur tertentu.
6. Menurut Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH., negara merupakan sebuah organisasi
yang berada di atas kelompok maupun beberapa kelompok individu yang
mendiami suatu wilayah atau teritori tertentu bersama dan mengakui adanya
sebuah pemerintahan yang bertugas untuk mengurus tata tertib serta keselamatan
sebuah kelompok maupun beberapa kelompok individu yang ada.
7. Pengertian negara menurut Gettel, negara merupakan sebuah komunitas berbagai
oknum yang secara permanen mendiami suatu wilayah tertentu, menuntut secara
sah akan kemerdekaan diri dari pihak luar serta memiliki sebuah organisasi
pemerintah serta hukum yang berjalan secara menyeluruh di dalam sebuah
lingkungan.
8. Dalam An Introduction to Politics (1951), Roger H. Soltau mengemukakan
definisi negara adalah sebuah agen maupun kewenangan yang mengatur maupun
mengendalikan segala persoalan bersama atas nama masyarakat di dalamnya.
9. Menurut Harold J. Laski dalam The State in Theory and Practice (1947), definisi
negara merupakan sebuah masyarakat yang diintegrasikan karena memiliki
wewenang yang sifatnya memaksa.
10. Dalam Dasar-dasar Ilmu Politik (2007), ahli ilmu politik yaitu Miriam Budiardjo
mengemukakan rangkuman definisi dari sebuah negara menjadi, negara
merupakan sebuah daerah teritorial yang rakyat di dalamnya diperintah oleh
sejumlah pejabat yang berhasil menuntut dari warga negara di dalam suatu
wilayah ketaatan pada peraturan mengenai undang-undang melalui kontrol
monopolistis terhadap kekuasaan yang sah
C. Teori Terjadinya Negara

1. Teori Hukum Alam


Terbentuknya negara dapat terjadi karena adanya hukum alam. Teori hukum
alam mengungkapkan jika hukum alam tidak dibuat oleh negara, tetapi karena
adanya kehendak dari alam. Thomas Aquinas memaparkan jika pembentukan serta
keberadaan negara tidak dapat lepas dari hukum alam.

Karena secara hukum alam, manusia harus saling berdampingan serta bekerja
sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak hanya itu, secara alami,
manusia merupakan makhluk sosial dan politis yang perlu mendirikan komunitas
untuk mengemukakan pendapat serta menyumbangkan pemikiran.

2. Teori Ketuhanan (Teokrasi)


Teori ketuhanan dikenal sebagai istilah doktrin teokritis. Teori ini dapat
dijumpai dari sisi dunia bagian timur ataupun barat. teori ketuhanan memiliki
bentuknya yang sempurna dalam tulisan-tulisan sarjana Eropa pada abad
pertengahan dengan menggunakan teori ini sebagai dasar pembenaran kekuasaan
mutlak para raja. Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah yang
dimiliki raja bersumber dari Tuhan. Mereka mendapat mandate Tuhan untuk
bertakhta sebagai penguasa. Para raja merasa dirinya sebagai wakil Tuhan di dunia
yang diberikan tanggung jawab kekuasaan dan mempertanggungjawabkannya
hanya kepada Tuhan, bukan manusia.

Dalam sejarah tata negara Islam, pandangan teokritis serupa pernah dijalankan
raja-raja Muslim sepeninggal Nabi Muhammad. Dengan mengklaim diri mereka
sebagai wakil Tuhan atau bayang-bayang Allah di dunia (khalifatullah fi al-ard,
dzilullah fi al-ard), raja-raja muslim tersebut umumnya menjalankan kekuasaannya
secara tiran. Keadaan tidak jauh berbeda dengan para raja-raja di Eropa pada abad
pertengahan, raja-raja muslim merasa tidak harus mempertanggungjawabkan
kekuasaannya kepada rakyat, tetapi langsung kepada Allah. Paham teokrasi Islam
ini pada akhirnya melahirkan doktrin politik Islam sebagai agama sekaligus
kekuasaan (dien wa dawlah).

Pandangan ini berkembang menjadi paham dominan bahwa Islam tidak ada
pemisahan antara agama dan negara. Sama halnya dengan pengalaman teokrasi di
barat, penguasa teokrasi Islam menghadapi perlawanan dari kelompok-kelompok
anti-kerajaan.

3. Teori Kontrak Sosial


Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat menganggap bahwa
negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi sosial
masyarakat. Teori ini menitikberatkan negara untuk tidak berpotensi menjadi negara
tirani. Hal tersebut disebabkan oleh keberlangsungannya ada pada kontrak-kontrak
sosial antara warga negara dengan lembaga negara. Adapun tokoh yang menganut
aliran ini di antaranya Thomas Hobbes, John Locke, dan J. J. Roussae.
Menurut Hobbes, kehidupan manusia terpisah menjadi dua zaman, yakni
keadaan selama belum ada negara, atau keadaan alamiah (status naturalis, state of
nature), dan keadaan setelah ada negara. Bagi Hobbes, keadaan alamiah sama sekali
bukan keadaan yang aman dan sejahtera. Namun, sebaliknya, keadaan alamiah
merupakan suatu keadaan sosial yang kacau, tanpa hukum, tanpa pemerintah, dan
tanpa ikatan-ikatan sosial antar-individu di dalamnya. Hobbes beranggapan bawah,
kontrak atau perjanjian bersama individu-individu dibutuhkan. Yang dulunya hidup
dalam keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang
dimilikinya kepada seseorang atau sebuah badan yang disebut negara.

John Locke mendefinisikan teori terbentuknya negara sebagai suatu keadaan


yang damai, penuh komitmen baik, saling menolong antarindividu dalam sebuah
kelompok masyarakat. Sekalipun keadaan alamiah dalam pandangan Locke
merupakan suatu yang ideal. Baginya, keadaan ideal tersebut memiliki potensial
terjadinya kekacauan karena tidak adanya organisasi dan pimpinan yang dapat
mengatur kehidupan mereka. Di sini, unsur pimpinan atau negara menjadi sangat
penting demi menghindari konflik di antara warga negara yang didasarkan pada
alasan inilah negara menjadi mutlak didirikan.

Namun, penyelenggara negara atau pimpinan negara juga harus dibatasi


melalui suatu kontrak sosial. Dasar pemikiran kontrak sosial antar negara dan warga
negara dalam pandangan Locke ini menjadi suatu peringatan bahwa kekuasaan
pemimpin (penguasa) tidak pernah mutlak, tetapi selalu terbatas. Hal tersebut
disebabkan karena dalam melakukan perjanjian individu-individu warga negara
tersebut tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka. Menurut Locke,
terdapat hak-hak alamiah yang menjadi bagian hak-hak asasi warga negara yang
tidak dapat dilepaskan, sekalipun oleh masing-masing individu.

J. J. Rosseu memili pandangan sendiri mengenai terbentuknya negara.


Menurtnya, keberadaan suatu negara didasarkan pada perjanjian warga negara untuk
meningkatkan diri dengan suatu pemerintah yang dilakukan melalui organisasi
politik. Pemerintah tidak memiliki dasar kontraktual, tetapi hanya organisasi politik
yang dibentuk dengan cara kontrak. Pemerintah sebagai pimpinan organisasi negara
danditentukan oleh yang berdaulat dan merupakan wakil-wakil dari warga negara.

Yang berdaulat adalah rakyat seluruhnya melalui kemauan umumnya.


Pemerintah tidak lebih dari sebuah komisi atau pekerja yang melaksanakan mandat
bersama tersebut. Melalui pemikirannya, Rosseu dikenal sebagai peletak dasar
bentuk negara yang kedaulatannya ada di tangan rakyat melalui organisasi politik
mereka. Artinya, ia juga sekaligus dikenal sebagai penggagas paham negara
demokrasi yang bersumberkan pada kedaulatan rakyat, yakni rakyat berdaulat dan
penguasa-penguasa negara hanyalah merupakan wakil-wakil rakyat pelaksana
mandat mereka

4. Teori Kekuatan
Secara sederhana, teori kekuatan dapat diartikan sebagai negara terbentuk
disebabkan adanya dominasi negara kuat yang menjajah. Kekuatan menjadi
pembenaran (raison d’etre) dari terbentuknya sebuah negara.
Melalui proses penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok (etnis) atas
kelompok tertentu maka dimulailah proses pembentukan suatu negara Atau dapat
diasumsikan bahwa terbentuknya suatu negara disebabkan oleh adanya pertarungan
kekuatan, yang mana pemenangnya yang akan membentuk sebuah negara.

Awalnya, teori ini bersumber dari kajian antropologis atas pertikaian di


kalangan suku-suku primitif. Yang mana, sang pemenang akan menjadi penentu
uatama kehidupan suku yang dikalahkan. Sebagai contoh dalam kehidupan modern
adalah penaklukkan dalam bentuk penjajahan bangsa-bangsa barat kepada bangsa-
bangsa timur. Setelah masa penjaajahan selesai pada awal abad ke-20, dijumpai
banyak negara baru yang kemerdekaannya ditentukan oleh penguasa kolonial.
Misalnya negara Brunei Darussalam dan Malaysia.

D. Sifat Negara

1. Sifat Memaksa
Negara adalah satu-satunya entitas yang secara legal berhak memaksakan
kehendak hingga ke paksaan bersikap fisik, sudak sewajarnya sifat pertama
negara adalah memaksa. Misalnya memungut pajak dan memberikan denda bagi
yang tidak membayar.

2. Sifat Monopoli
Negara memiliki hak untuk melakukan monopoli terhadap warga negaranya.
Misalnya negara menetapkan tujuan tertentu dalam pencapaian sistem politiknya
atau tujuan negaranya, atau bahkan ideologi yang dianut oleh sistem poltiik
tersebut, negara berhak memonopoli aliran ideologi apa yang diperkenankan dan
tidak bagi Parpol, Ormas atau masyarakat secara umum.

3. Sifat mencakup semua (all encompassing, allembracing)


Ketika suatu perundang-undangan ditetapkan, maka harus berlaku kepada
semua orang tanpa pandang bulu. Artinya setiap orang yang berstatus sebagai
bagian dari warga negara suatu negara harus pula terkena aturan yang berlaku
tersebut. Misal membayar pajak, maka semua orang, baik orang biasa maupun
pejabat, selama dia warga negara dan beroperasi di negara tersebut, maka terkena
hukum yang berlaku.

E. Tujuan Negara

Tujuan negara secara umum dapat dilihat pada perwujudan beberapa unsur, seperti
keadilan, kemakmuran, keamanan, dan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan banyak
teori yang ada, secara umum ada lima tujuan negara yang paling utama di antaranya,
yaitu sebagai berikut:
1. Menciptakan keadaan agar rakyat bisa mencapai keinginan-keinginannya
secara maksimal.
2. Memajukan kesusilaan manusia sebagai individu dan sebagai makhluk sosial.
3. Mencapai penghidupan dan kehidupan yang aman dan tenteram dengan taat
kepada Tuhan. Pemimpin negara dalam menjalankan kekuasaannya
berdasarkan kekuasaan Tuhan.
4. Berusaha menyelenggarakan ketertiban, keamanan, dan ketenteraman agar
tercapai tujuan negara yang tertinggi, yaitu kemakmuran bersama.
5. Memelihara dan menjamin terlaksananya hak-hak asasi manusia. Kemudian
kekuasaan penguasa dibatasi oleh hak-hak asasi manusia.

F. Fungsi Negara

1. Melaksanakan ketertiban
Fungsi negara yang pertama adalah fungsi pengaturan dan ketertiban. Fungsi
ini sangat penting, terutama untuk mencegah bentrokan-bentrokan maupun
pertikaian antarwarga untuk mengatur masyarakat agar tercipta kehidupan
bernegara yang baik sesuai dengan tujuan dan cita-cita negara.

2. Fungsi kemakmuran dan kesejahteraan


Fungsi ini makin penting seiring berjalannya waktu, terutama bagi negara
yang menganut paham negara kesejahteraan (welfare staat). Dalam hal ini, negara
berupaya agar masyarakat dapat hidup dan sejahtera, terutama dibidang ekonomi
dan sosial masyarakat. Untuk itu, negara melakukan berbagai macam upaya seperti
pembangunan di segala bidang, serta berusaha untuk selalu menciptakan kondisi
perekonomian yang selalu stabil.

3. Fungsi pertahanan
Fungsi pertahanan menjadi satu di antara fungsi yang sangat penting. Fungsi
ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya serangan dari luar. Jadi,
negara wajib nampu melindungi rakyat, wilayah dan pemerintahannya dari
berbagai ancaman, tantangan, serangan dan gangguan baik dari dalam maupun dari
luar negeri. Maka dari itu, penting bagi setiap negara mempunyai alat-alat
pertahanan serta personel keamanan yang terlatih dan tangguh.

4. Fungsi keadilan
Fungsi negara ini dilaksanakan oleh badan penegak hukum, khususnya badan-
badan peradilan. Negara harus dapat menegakkan hukum secara tegas dan tanpa
adanya unsur kepentingan tertentu. Negara memiliki fungsi untuk menegakkan
keadilan bagi seluruh warganya meliputi seluruh aspek kehidupan lewat badan-
badan peradilan di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, keamanan,
dan lain-lain.
G. Bentuk-bentuk Negara

1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan merupakan negara yang berdaulat dan diatur sebagai kesatuan
tunggal. Di dalam negara kesatuan hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara,
satu dewan menteri atau kabinet, serta satu parlemen. Pemerintah pusat memiliki
wewenang tertinggi dalam segala aspek pemerintahan.

2. Negara Federasi atau Serikat


Negara federasi terdiri dari entitas-entitas (negara bagian) yang memiliki otonomi
dalam beberapa bidang, namun tetap terikat oleh hukum dan konstitusi yang sama.
Pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian memiliki kewenangan masing-
masing.

3. Negara Konfederasi

Negara konfederasi adalah bentuk kerjasama antarnegara independen yang


membentuk suatu entitas politik baru. Kewenangan negara anggota lebih besar
daripada kewenangan entitas politik pusat

Bentuk negara Indonesia yang berupa negara kesatuan memiliki peran penting dalam
memandu strategi pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Dasar bentuk negara ini dapat ditemukan dalam konstitusi negara. Makna dari
bentuk negara ini adalah menjadi landasan bagi upaya mencapai tujuan negara, seperti
melindungi bangsa dan tumpah darah, meningkatkan kesejahteraan, serta mencerdaskan
kehidupan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai