Anda di halaman 1dari 16

A.

Teori negara
Home » Politik Ekonomi » Teori Terbentuknya Negara dan Bentuk-Bentuk Negara
Politik Ekonomi
Teori Terbentuknya Negara dan Bentuk-Bentuk Negara

Written by M. Aris Yusuf

Teori Terbentuknya Negara dan Bentuk-Bentuk Negara – Setiap negara tidak secara otomatis
terbentuk dengan sendirinya. Mereka memiliki sejarah panjang sendiri-sendiri. Tidak hanya itu, bentuk
negara yang dipilihnya pun berbeda-beda bergantung dengan latar belakang negaranya.
Tidak hanya itu, perencanaan pembangunan pun disesuaikan dengan tujuan dari negara tersebut.
Pembentukan-pembentukan negara dapat dikerucutkan atau dikelompokkan berdasarkan teori-teori
terbentuknya negara.

Berikut akan dipaparkan mengenai teori terbentuknya negara. Teori-teori tersebut dirangkum dari berbagai
laman di internet.

Daftar Isi
 Pengertian Negara
 Teori Pembentukan Negara
o 1. Teori Hukum Alam
o 2. Teori Ketuhanan (Teokrasi)
o 3. Teori Kontrak Sosial (Social Contract)
o 4. Teori Kekuatan
 Bentuk-Bentuk Negara
o 1. Pemerintahan Monarki
o 2. Pemerintahan Oligarki
o 3. Pemerintahan Demokrasi
 Rekomendasi Buku & Artikel Terkait
o
 Kategori Ilmu Ekonomi
 Materi Terkait

Pengertian Negara
Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing di antaranya state (bahasa
Inggris), etat (bahasa Prancis), atau staat (bahasa Belanda dan Jerman). Adapun secara terminologi,
negara didefinisikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-
cita untuk bersatu. Caranya, dengan hidup bersama dalam suatu kawasan yang memiliki pemerintahan
yang berdaulat.
Suatu negara dapat berdiri jika memenuhi tiga unsur, yakni masyarakat (rakyat), wilayah, dan
pemerintahan yang berdaulat. Ketiga unsur tersebut harus didukung dengan unsur lainnya berupa
konstitusi dan pengakuan negara-negara lainnya yang disebut dengan unsur deklaratif.

Rakyat dalam definisi suatu negara merupakan sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh persamaan
dan bersama-sama bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu. Rakyat dalam negara memegang peranan
penting sehingga disebut dengan substratum personel dari negara.
Adapun wilayah menjadi unsur negara yang harus dipenuhi karena tidak mungkin suatu negara dapat
berdiri tanpa memiliki wilayah dengan batas-batas teritorial yang jelas. Dalam konsep negara modern,
batas-batas wilayah tersebut diatur dalam perjanjian dan perundang-undangan internasional.

Pemerintah didefinisikan sebagai alat kelengkapan negara yang berfungsi memiimpin organisasi negara
untuk mencapai tujuan bersama didirikannya suatu negara. Aparat dan alat-alat negara yang menetapkan
hukum dijadikan sebagai cara untuk melaksanakan ketertiban dan keamanan, mengadakan perdamaian dan
lainnya dalam rangka mewujudkan kepentingan warga negaranya yang beragam.

Untuk mewujudkan cita-cita bersama tersebut maka diperlukan adanya bentuk-bentuk negara dan
pemerintahan. Pada umumnya, nama sebuah negara identic dengan model pemerintahan yang
dijalankannya. Seperti negara demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer atau presidensial.
Ketiga unsur tersebut didukung dengan unsur lainnya, yakni konstitusi.

Adapun unsur pengakuan oleh negara lain hanya bersifat sebagai dukungan atau menerangkan mengenai
adanya negara. Hal ini sifatnya deklaratif, bukan konstutif sehingga tidak bersifat mutlak.

Ada dua macam pengakuan suatu negara, yakni secara de facto dan secara de jure. Pengakuan de
facto merupakan pengakuan atas fakta adanya suatu negara. Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa
suatu masyarakat politik telah memenuhi tiga unsur utama negara, yakni wilayah, rakyat, dan
pemerintahan yang berdaulat.
Sedangkan, pengakuan de jure merupakan pengakuan mengenai kesahan suatu negara dengan dasar
pertimbangan yuridis menurut hukum. Dengan adanya pengakuan de jure maka suatu negara mendapat
hak-haknya di samping kewajiban sebagai anggota keluarga bangsa sedunia.
Hak dan kewajiban yang dimaksud ialah mendapatkan kebebasan untuk bertindak dan diberlakukan
sebagai suatu negara yang berdaulat penuh di antara negara-negara lain.

Teori Pembentukan Negara


Pembentukan negara tidak terjadi begitu saja, ia melewati proses yang panjang. Proses-proses tersebut
dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam teori terbentuknya suatu negara. Berikut rincian teori
terbentuknya negara.

1. Teori Hukum Alam


Terbentuknya negara dapat terjadi karena adanya hukum alam. Teori hukum alam mengungkapkan jika
hukum alam tidak dibuat oleh negara, tetapi karena adanya kehendak dari alam. Thomas Aquinas
memaparkan jika pembentukan serta keberadaan negara tidak dapat lepas dari hukum alam.

Karena secara hukum alam, manusia harus saling berdampingan serta bekerja sama untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tidak hanya itu, secara alami, manusia merupakan makhluk sosial dan politis yang
perlu mendirikan komunitas untuk mengemukakan pendapat serta menyumbangkan pemikiran.
2. Teori Ketuhanan (Teokrasi)
Teori ketuhanan dikenal sebagai istilah doktrin teokritis. Teori ini dapat dijumpai dari sisi dunia bagian
timur ataupun barat. teori ketuhanan memiliki bentuknya yang sempurna dalam tulisan-tulisan sarjana
Eropa pada abad pertengahan dengan menggunakan teori ini sebagai dasar pembenaran kekuasaan mutlak
para raja.

Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki raja bersumber dari Tuhan. Mereka
mendapat mandate Tuhan untuk bertakhta sebagai penguasa. Para raja merasa dirinya sebagai wakil Tuhan
di dunia yang diberikan tanggung jawab kekuasaan dan mempertanggungjawabkannya hanya kepada
Tuhan, bukan manusia.

Praktik model kekuasaan seperti ini, ditentang oleh kalangan monarchomach (penentang raja). Menurut
mereka, raja menjadi tirani yang dapat diturunkan atau dilengserkan dari tahtanya. Bahkan dapat dibunuh.
Mereka menganggap bahwa kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat.
Dalam sejarah tata negara Islam, pandangan teokritis serupa pernah dijalankan raja-raja Muslim
sepeninggal Nabi Muhammad. Dengan mengklaim diri mereka sebagai wakil Tuhan atau bayang-bayang
Allah di dunia (khalifatullah fi al-ard, dzilullah fi al-ard), raja-raja muslim tersebut umumnya menjalankan
kekuasaannya secara tiran.
Keadaan tidak jauh berbeda dengan para raja-raja di Eropa pada abad pertengahan, raja-raja muslim
merasa tidak harus mempertanggungjawabkan kekuasaannya kepada rakyat, tetapi langsung kepada Allah.
Paham teokrasi Islam ini pada akhirnya melahirkan doktrin politik Islam sebagai agama sekaligus
kekuasaan (dien wa dawlah).
Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.

Pandangan ini berkembang menjadi paham dominan bahwa Islam tidak ada pemisahan antara agama dan
negara. Sama halnya dengan pengalaman teokrasi di barat, penguasa teokrasi Islam menghadapi
perlawanan dari kelompok-kelompok anti-kerajaan.

3. Teori Kontrak Sosial (Social Contract)


Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat menganggap bahwa negara dibentuk berdasarkan
perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi sosial masyarakat. Teori ini menitikberatkan negara untuk
tidak berpotensi menjadi negara tirani.

Hal tersebut disebabkan oleh keberlangsungannya ada pada kontrak-kontrak sosial antara warga negara
dengan lembaga negara. Adapun tokoh yang menganut aliran ini di antaranya Thomas Hobbes, John
Locke, dan J. J. Roussae.

Menurut Hobbes, kehidupan manusia terpisah menjadi dua zaman, yakni keadaan selama belum ada
negara, atau keadaan alamiah (status naturalis, state of nature), dan keadaan setelah ada negara. Bagi
Hobbes, keadaan alamiah sama sekali bukan keadaan yang aman dan sejahtera.
Namun, sebaliknya, keadaan alamiah merupakan suatu keadaan sosial yang kacau, tanpa hukum, tanpa
pemerintah, dan tanpa ikatan-ikatan sosial antar-individu di dalamnya. Hobbes beranggapan bawah,
kontrak atau perjanjian bersama individu-individu dibutuhkan. Yang dulunya hidup dalam keadaan
alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada seseorang atau sebuah
badan yang disebut negara.

John Locke mendefinisikan teori terbentuknya negara sebagai suatu keadaan yang damai, penuh komitmen
baik, saling menolong antarindividu dalam sebuah kelompok masyarakat. Sekalipun keadaan alamiah
dalam pandangan Locke merupakan suatu yang ideal.

Baginya, keadaan ideal tersebut memiliki potensial terjadinya kekacauan karena tidak adanya organisasi
dan pimpinan yang dapat mengatur kehidupan mereka. Di sini, unsur pimpinan atau negara menjadi sangat
penting demi menghindari konflik di antara warga negara yang didasarkan pada alasan inilah negara
menjadi mutlak didirikan.

Namun, penyelenggara negara atau pimpinan negara juga harus dibatasi melalui suatu kontrak sosial.
Dasar pemikiran kontrak sosial antar negara dan warga negara dalam pandangan Locke ini menjadi suatu
peringatan bahwa kekuasaan pemimpin (penguasa) tidak pernah mutlak, tetapi selalu terbatas.

Hal tersebut disebabkan karena dalam melakukan perjanjian individu-individu warga negara tersebut tidak
menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka. Menurut Locke, terdapat hak-hak alamiah yang menjadi
bagian hak-hak asasi warga negara yang tidak dapat dilepaskan, sekalipun oleh masing-masing individu.

J. J. Rosseu memili pandangan sendiri mengenai terbentuknya negara. Menurtnya, keberadaan suatu
negara didasarkan pada perjanjian warga negara untuk meningkatkan diri dengan suatu pemerintah yang
dilakukan melalui organisasi politik.

Pemerintah tidak memiliki dasar kontraktual, tetapi hanya organisasi politik yang dibentuk dengan cara
kontrak. Pemerintah sebagai pimpinan organisasi negara dan ditentukan oleh yang berdaulat dan
merupakan wakil-wakil dari warga negara.

Yang berdaulat adalah rakyat seluruhnya melalui kemauan umumnya. Pemerintah tidak lebih dari sebuah
komisi atau pekerja yang melaksanakan mandat bersama tersebut. Melalui pemikirannya, Rosseu dikenal
sebagai peletak dasar bentuk negara yang kedaulatannya ada di tangan rakyat melalui organisasi politik
mereka.

Artinya, ia juga sekaligus dikenal sebagai penggagas paham negara demokrasi yang bersumberkan pada
kedaulatan rakyat, yakni rakyat berdaulat dan penguasa-penguasa negara hanyalah merupakan wakil-wakil
rakyat pelaksana mandat mereka
4. Teori Kekuatan
Secara sederhana, teori kekuatan dapat diartikan sebagai negara terbentuk disebabkan adanya dominasi
negara kuat yang menjajah. Kekuatan menjadi pembenaran (raison d’etre) dari terbentuknya sebuah
negara.
Melalui proses penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok (etnis) atas kelompok tertentu maka
dimulailah proses pembentukan suatu negara Atau dapat diasumsikan bahwa terbentuknya suatu negara
disebabkan oleh adanya pertarungan kekuatan, yang mana pemenangnya yang akan membentuk sebuah
negara.

Awalnya, teori ini bersumber dari kajian antropologis atas pertikaian di kalangan suku-suku primitif. Yang
mana, sang pemenang akan menjadi penentu uatama kehidupan suku yang dikalahkan.

Sebagai contoh dalam kehidupan modern adalah penaklukkan dalam bentuk penjajahan bangsa-bangsa
barat kepada bangsa-bangsa timur. Setelah masa penjaajahan selesai pada awal abad ke-20, dijumpai
banyak negara baru yang kemerdekaannya ditentukan oleh penguasa kolonial. Misalnya negara Brunei
Darussalam dan Malaysia.
Bentuk-Bentuk Negara
Bentuk negara sangat beragam. Secara umum, dalam konsep teori modern, negara terbagi ke dalam dua
bentuk, yakni negara kesatuan dan negara serikat. Negara kesatuan merupakan bentuk negara yang
merdeka, berdaulat, dengan satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah.

Namun, dalam pelaksanaannya, negara kesatuan dikelompokkan menjadi dua macam sistem pemerintahan,
yakni sentral dan otonomi. Berikut penjelasan keduanya.

1. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi merupakan sistem pemerintahan yang langsung
dipimpin oleh pemerintah pusat. Sementara itu, pemerintah daerah di bawahnya
melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. Sebagai contoh adalah model pemerintahan orde
baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.
2. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi merupakan kepala daerah diberikan
kesempatan dan kewenangan untuk mengurus seluruh urusan pemerintah di wilayahnya
sendiri. Sistem ini, dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swantantra. Sistem
pemerintahan negara Malaysia dan pemerintahan pasca orde baru di Indonesia dengan sistem
otonomi khusus dapat tergolong ke dalam model ini.
Adapun negara serikat atau federasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa negara
bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya, negara-negara bagian tersebut merupakan negara
merdeka, berdiri sendiri, dan berdaulat. Lalu, setelah menggabungkan diri dengan negara serikat, dengan
sendirinya melepaskan sebagian kekuasannya dan menyerahkannya kepada negara serikat.

Sementara itu, dari sisi pelaksana dan mekanisme pemilihan, bentuk negara dapat digolongkan menjadi
tiga kelompok di antaranya monarki, oligarki, dan demokrasi. Berikut rincian ketiganya.

1. Pemerintahan Monarki
Pemerintahan monarki merupakan model pemerintahan yang dikepalai oleh raja dan ratu. Dalam
praktiknya, monarki memiliki dua jenis, yakni monarko absolut dan monarki konstitusional. Monarki
absolut merupakan model pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan satu orang ratu atau raja.

Sebagai contoh negara Arab Saudi. Sementara, pemerintahan monarki konstitusional merupakan
pemerintahan yang kekuasaan kepala pemerintahannya ada pada perdana menteri yang dibatasi oleh
ketentuan-ketentuan konstitusi negara.

Praktik monarki konstitusional monarki ini menjadi yang paling banyak dilakukan oleh beberapa negara di
antaranya Thailand, Malaysia, Jepang, dan Inggris. Dalam model monarki konstitusional ini, kedudukan
raja hanya sebagai simbol negara.
2. Pemerintahan Oligarki
Model pemerintahan oligarki merupakan model pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang
berkuasa dari golongan tertentu.

3. Pemerintahan Demokrasi
Pemerintahan model demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang menitikberatkan kedaulatan
tertinggi ada pada rakyat atau mendasarkan kekuasannya pada pilihan dan kehendak rakyat melalui
mekanisme pemilihan umum (pemilu).

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait


Kategori Ilmu Ekonomi
 Buku Ekonomi
 Buku Soekarno
 Buku Sosiologi
 Buku Tes CPNS
 Buku Ideologi Pancasila
 Buku Sejarah Indonesia
Materi Terkait
 Apa itu Sistem Pemerintahan?
 Cara Menumbuhkan Sikap Cinta Tanah Air
 Kedaulatan Keluar
 Sikap Rela Berkorban
 Sikap Nasionalisme
 Good Governance
 Hasil Sidang PPKI Pertama
 Pengertian Wawasan Nusantara
 Pengertian Demokrasi
 Pengertian Warga Negara
 Pengertian Hak
 Contoh Hak Masyarakat Indonesia
 Perbedaan Bupati dan Walikota
 Sistem Pemerintahan Parlementer
 Sistem Pemerintahan Presidensial
 Semangat Kebangsaan
 Sejarah Teks Proklamasi
 Sejarah Pertempuran Surabaya
 Sejarah Sumpah Pemuda
 Tujuan PPKI dibentuk
 Tujuan Negara Indonesia Menurut UUD 1945
 Tujuan Dibentuknya Negara

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B.
Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien
B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat
ibadah."
 Custom log
 Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
 Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
 Tersedia dalam platform Android dan IOS
 Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
 Laporan statistik lengkap
 Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.Pengertian Teori Kinetik Gas, Rumus, Beserta
Contoh Soalnya
Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.Sejarah Pertempuran Surabaya (10 November
1945)
You may also like
Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.
Politik Ekonomi

Bentuk Pemerintahan Myanmar Hingga Destinasi Wisata...


Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.
Politik Ekonomi

Oligarki Adalah: Pengertian, Tipe, Ciri-Ciri dan...


Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.
Politik Ekonomi

Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Berbagai...


Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.
Politik Ekonomi

Pengertian Pajak Proporsional: Jenis Pajak dan Cara...


Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.

Pkn • Politik Ekonomi

Contoh Demokrasi: Pengertian, dan Macam-Macamnya


Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.
Politik Ekonomi

Pengertian Tenaga Kerja dan Unsur Penting di Dalamnya


About the author

M. Aris Yusuf
Politik dan ekonomi merupakan dua hal yang berbeda, tetapi saling berkaitan satu sama lain.

View all posts

Kategori
 Administrasi31
 Agama7
 Agama Islam526
 Akuntansi77
 Bahasa Indonesia278
 Bahasa Inggris82
 Bahasa Jawa4
 Biografi38
 Biologi216
 Blog24
 Business122
 CPNS10
 Desain31
 Design / Branding10
 Ekonomi314
 Environment31
 Event15
 Fashion1
 Feature16
 Fisika126
 Food17
 Geografi142
 Hubungan Internasional31
 Hukum102
 IPA227
 Istilah29
 Kesehatan119
 Kesenian106
 Kewirausahaan20
 Kimia54
 Komunikasi30
 Kuliah59
 Lifestyle32
 Manajemen61
 Marketing68
 Matematika137
 Music56
 Opini6
 Otomotif11
 Pemerintahan20
 Pendidikan120
 Pendidikan Jasmani75
 Penelitian59
 Pertambangan1
 Pkn155
 Politik Ekonomi42
 Profesi42
 Psikologi110
 Relationship11
 Sains dan Teknologi69
 Sastra89
 SBMPTN2
 Sejarah205
 Sosial Budaya249
 Sosiologi131
 Statistik10
 Technology94
 Teori47
 Tips dan Trik78
 Tokoh63
 Uncategorized54
 UTBK2
Cara Mendirikan Partai Politik serta Pengertian, Sejarah, dan Fungsinya!
Copyright © 2021
 Best Seller
 Novel
 Gramedia Literasi
B. Identitas Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatuan. 2. Bendera Negara yaitu sang Merah Putih.
3. Lagu kebangsaan Indonesia Raya. 4. Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila

Mengapa Indonesia butuh identitas?


Selain menciptakan kesatuan dan keteraturan sosial, identitas nasional sebuah bangsa juga dapat
berkontribusi terhadap nasionalisme masyarakat Indonesia. Nasionalisme yang produktif tidak bisa
dibangun tanpa adanya pengetahuan yang cukup mengenai identitas nasional Indonesia dari setiap
warga.

Setiap negara di dunia memiliki identitas nasional masing-masing. Contohnya,


identitas nasional Indonesia adalah Pancasila sebagai dasar falsafah negara.
Pengertian Identitas Nasional
Identitas memiliki arti sebagai ciri, tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang
atau kelompok yang membedakan dengan yang lain.

Sementara nasional merujuk pada konsep kebangsaan. Dengan begitu, pengertian


identitas nasional adalah ciri khas suatu bangsa, pandangan hidup, kepribadian,
filsafah bangsa, dan ideologi yang dianut suatu bangsa.

Identitas nasional ini akan membedakan suatu bangsa dari bangsa lainnya,
sehingga mudah untuk dikenali.

Faktor Pembentuk Identitas Nasional


Berikut beberapa faktor pembentuk identitas nasional.

1. Sejarah
Sejarah menjadi faktor pembentuk identitas nasional suatu bangsa karena berbagai
fase kehidupan, seperti masa primitif, penjajahan, hingga kemerdekaan memberikan
pandangan yang berbeda-beda bagi masyarakat di masing-masing bangsa.

Pandangan yang berbeda-beda dapat mempengaruhi penetapan identitas nasional


suatu bangsa.

2. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan hasil dari olah rasa, karya, cipta, dan karsa manusia yang
menghasilkan pengetahuan sebagai makhluk sosial.

Kebudayaan berisi perangkat dan model pengetahuan yang disepakati secara


kolektif dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebudayaan akan menjadi rujukan dalam bertindak dan mengambil keputusan
terhadap berbagai gejala yang dihadapi masyarakat, termasuk memengaruhi
identitas nasional.

3. Suku bangsa
Suku bangsa merupakan golongan sosial yang telah ada sejak lahir atau dikenal
dengan istilah askriptif. Suku bangsa adalah ciri khas yang khusus sebagai
pemersatu dan identitas masyarakat di suatu bangsa.

Mulai dari tata cara berperilaku sampai dialek yang digunakan untuk berkomunikasi
dalam kehidupan sehari-hari.

4. Agama
Agama adalah kepercayaan umat manusia terhadap Tuhan. Masing-masing bangsa
memiliki kepercayaan terhadap agama-agama tertentu dan ini turut mempengaruhi
identitas nasional mereka.

5. Bahasa
Bahasa menjadi salah satu faktor pembentuk identitas nasional bangsa juga karena
merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari.

Bahasa juga merupakan alat pemersatu dalam aktivitas bersama antarmasyarakat


dalam satu identitas nasional.

Identitas Nasional Indonesia


Berikut identitas nasional Indonesia.

1. Bahasa negara: Bahasa Indonesia


2. Bendera negara: Sang Merah Putih
3. Lambang negara: Garuda Pancasila
4. Lagu kebangsaan: Indonesia Raya
5. Semboyan negara: Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar falsafah negara: Pancasila
7. Bentuk negara: Kedaulatan rakyat
8. Konstitusi hukum negara: UUD 1945

Anda mungkin juga menyukai