Anda di halaman 1dari 18

BAB I

KONSEP NEGARA
A.

KONSEP DASAR NEGARA

a. Secara Etimologi (Bahasa)


Istilah Negara merupakan terjemahan dari beberapa bahasa asing: state (inggris),
staat (Belanda dan Jerman), atau etat (Prancis).
b. Secara therminologi
Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu
dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di
wilayahnya.Organisasi negara dalam suatu wilayah bukanlah satu-satunya
organisasi, ada organisasi-organisasi lain (keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan
dan organisasi lainnya yang masing-masing memiliki kepribadian yang lepas dari
masalah kenegaraan).
c. Menurut para ilmuan
1. George Gelinek
Negara adalah organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang berkediaman
dalam wilayah tertentu.
2. Kranenburg
Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari satu golongan
atau bangsa sendiri.
3. Roger F Soult
Negara adalah alat (agency) atau wewenang atau authority yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
4. Carl Schmitt
Negara adalah sebagai suatu ikatan dari manusia yang mengorganisasi dirinya
dalam wilayah tertentu.
1. UNSUR UNSUR NEGARA
Suatu negara harus memiliki tiga unsur penting yaitu : rakyat, wilayah, dan
pemerintahan. Ketiga unsur ini di sebut sebagai unsur konstitusi dan pengakuan
dunia international yang di sebut dengan unsur deklaratif. Untuk lebih jelasnya
unsur unsur pokok negara tersebut yaitu :
1.

Rakyat

Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu Negara adalah sekumpulan manusia


yang di persatukan oleh persamaan dan bersama-sama mendiami wilayah tertentu.
2. Wilayah
Wilayah adalah unsur Negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada
3.

Negara tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas


Pemerintahan
Pemerintah adalah alat kelengkapan Negara yang bertugas memimpin organisasi

4.

Negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah Negara.


Pengakuan negara lain
Unsur pengakuan Negara lain hanya bersifat menerangkan tentang adanya
Negara.hal ini bersifat deklaratif ,bukan konstitutif sehingga tidak bersifat
mutlak.ada dua pengakuan suatu Negara yakni pengakuan de facto dan pengakuan
de jure. Pengakuan de facto yaitu pengakuan atas suatu Negara.pengakuan tersebut
di dasarkan adanya fakta bahwa suatu masyarakat politik telah memenuhi tiga
unsure utama Negara neegara ( wilayah,rakyat dan pemerintah yang berdaulat)
dengan memproleh penngakuan de jure maka suatu Negara mendapat hak-haknya
di samping anggota keluarga sedunia.hak kewajiban di maksad adalah hak dan
kewajiban bertindak berlakukan sebagai suatu Negara yang berdaulat penuh di
antara negara-negara lain.

2. TEORI TEBENTUKNYA NEGARA


Banyak di jumpai teori tentang terbentuknya sebuah negara. Di antara teori
teori tersebut adalah :
1.Teori kontrak sosial (sosial kontrak)
Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat beranggapan bahwa Negara
dibentuk

berdasarkan

perjanjian-perjanjian

masyarakat

dan

tradisi

sosial

masyarakat. Teori ini meletakkan untuk tidak berpotensi menjadi Negara tirani,
karna berlangsungnya berdasar pada kontrak-kontrak antara warga Negara dengan
lembaga Negara. Penganut pemikiran ini antara lain Tomas Hobbes, Jhon Locke,
dan J .J Rousseu.

A.Thomas Hobbes (1588-1679)


Menurut Hobbes kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman, yakni
keadaan selama belum ada atau keadaan alamiah (Setatus Naturalis, state of nature)
dan keadaan setelah ada Negara.
Bagi Hobbes keadaan alamiah sama sekali bukan keadaan yang aman dan
sejahtera sebaliknya, keadaan alamiah merupakan suatu keadaan sosial yang kacau,
tanpa hukum, tanpa pemerintah, dan tanpa ikatan-ikatan sosial antar individu di
dalamnya. Karenanya, menurut Hobbes, di butuhkan kontrak atau perjanjian
bersama individu-individu yang tadinya hidup dalam keadaan alamiah berjanji akan
meyerahkan semua hak-hak kodrat yang di milikinya kepada seseorang atau sebuah
badan yang di sebut Negara.
B.John Locke (1632-1704)
Berbeda dengan Hobbes yang melihat keadaan alamiah sebagai suatu
keadaan yang kacau, John Locke melihatnya sebagai suatu keadaan yang damai,
penuh komitmen yang baik, saling menolong antara individu-individu di dalam
sebuah kelompok masyarakat, sekalipun keadaan alamiah dalam pandangan Locke
merupakan suatu yang ideal, ia berpendapat bahwa keadaan ideal tersebut memiliki
potensial terjadinya kekacauan lantaran tidak adanya organisasi dan pimpinan yang
dapat mengatur kehidupan mereka. Disini unsur pimpinan atau Negara menjadi
sangat

penting

demi

menghindari

konflik

di

antara

warga

Negara

Bersandar pada alasan inilah Negara didirikan.


Namun demikian menurut Locke penyelenggaraan Negara atau pimpinan
Negara harus di batasi melalui suatu kontrak sosial. Dasar pemikiran kontrak sosial
antara Negara dan warga Negara dalam pandangan Locke ini merupakan suatu
peringatan bahwa kekuasaan pimpinan (penguasa) tidak pernah mutlak, tetapi
selalu terbatas. Hal ini di sebabkan karena dalam melakukan perjanjian individuindividu warga Negara tersebut tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiah
mereka. Menurut Locke terdapat hak-hak alamiah yang merupakan hak-hak asasi

warga Negara yang tidak dapat di lepaskan, sekalipun oleh masing-masing


individu.
C.Jean Jasques Rousseau (1712-1778)
Berbeda Hobbes dan Locke, menurut rosseau keberadaan suatu negara
bersandar pada perjanjian warga Negara untuk meningkatkan diri dengan suatu
pemerintah yang di lakukan melalui organisasi politik,. Menurtnya, pemerintah
tidak memiliki dasar kontraktual, melainkan hanya organisasi politiklah yang di
bentuk melalui kontrak, pemerintah sebagai pemimpin organisasi Negara di bentuk
dan di tentukan oleh berdaulat dan merupakan wakil-wakil dari warga Negara. Yang
berdaulat adalah rakyat seluruhnya melalui kemauan umumnya. Pemerintah tidak
lebih

dari

suatu

komisi

atau

pekerja

yang

melaksanakan

mandat

bersama tersebut.
Melalui pandangan ini, Rosseau di kenal sebagai peletak dasar bentuk
Negara yang berdaulatnya berada di tangan rakyat melalui perwakilan organisasi
politik mereka. Dengan kata lain, ia juga sekaligus di kenal sebagai penggagas
paham Negara demokrasi yang bersumberkan pada kedaulatan rakyat, yakni rakyat
berdaulat dan penguasa-penguasa Negara hanyalah merupakan wakil-wakil rakyat
pelaksana mandat bersama.

2.Teori Ketuhanan (Teokrasi)


Teori ketuhanan di kenal juga dengan istilah doktrin teokratis. Teori ini di temukan baik
di timur maupun di belahan dunia barat. Doktrin ketuhanan ini memperoleh bentuknya
yang sempurna dalam tulisan-tuliasan para sejarah Eropa pada abad pertengahan yang
menggunakan teori ini untuk membenarkan kekuasaan mutlak pararaja.
Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak pemerintah yang di miliki para raja berasal
dari tuhan. Mereka mendapat mandat dari tuhan untuk bertahta sebagai pengusa. Para
Raja in imengkliam

sebagai tuhan sebagai wakil tuhan di dunia mempertanggungjawabkan kekuasaannya


hanya kepada tuhan, bukan kepada manusia. Praktik kekuasaan model ini di tentang oleh
kalangan monar chomach (penentang raja). Menurut mereka, raja tiran dapat di turunkan
dari mahkotanya,
bahkan dapat di bunuh,. Mereka beranggapan bahwa sumber kekuasaan adalah rakyat.
Dalam sejarah tata Negara islam, pandangan Teokratis serupa pernah di jalankan oleh
raja-raja muslim sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Dengan mengklaim diri mereka
sebagai wakil tuhan atau bayang-bayang Allah di dunia (khalifatullah fi al-ard, dzillullah
fi al-ard), raja-raja muslim tersebut umumnya menjalankan kekuasaannya secara tiran.
Serupa dengan raja-raja di Eropa abad pertengahan, raja-raja muslim tidak harus
mempertanggungjawabkan kekuasaannya kepada rakyat, tetapi langsung kepada Allah.
Paham teokrasi islam ii pada akhirnya melahirkan doktrin politik islam sebagai agama
sekaligus kekuasaan (dien wa dawlah). Pandangan ini berkembang menjadi paham
dominan bahwa dalam islam tidak ada pemisahan antara agama (church) dan Negara
(state). Sama halnya dengan pengalaman kekusaan teokrasi di barat, penguasa teokrasi
islam menghadapi perlawanan dari kelompok-kelompok anti kerajaan. Di pengaruhi
pemikiran sekuler barat, menurut pandangan modernis muslim, kekuasaan dalam islam
harus di pertanggung jawabkan baik kepada Allah maupun rakyat.

3.Teori Ketuhanan
Secara sederhana teori ini dapat di artikan bahwa negara terbentuk karena adanya
dominasi Negara kuat mealui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi
pembenaran (rasion dektre) dari terbentuknya sebuah negar a, melalui proses
penaklukan dan penduduk oleh suatu kelompok (etnis) atas kelompok tertentu di
mulailah proses pembentukan suatu Negara. Dengan kata lain, terbentuknya suatu
Negara karena pertarungan kekuaatan dimana sang pemenang memilki kekuatan

Untuk membentuk sebuah Negara.


Teori ini berasal dari kajian Antropologis atas pertikaian yang terjadi di kalangan
suku-suku primitif, dimana si pemenang pertikaian menjadi penentu utama
kehidupan suku yang di kalahkan. Bentuk penaklukan yang paling nyata di masa
modern adalah penaklukan dalam bentuk penjajahan bangsa barat atas bangsabangsa timur. Setelah masa penjajahan berakhir di awal abad ke-20, di jumpai
banyak Negara-negara baru yang kemerdekaannya banyak di tentukan oleh pengusa
kolonial. Negara Malaysia dan Brunei Darussalam bisa di katagorikan ke dalam
jenis ini.

BAB II
BENTUK NEGARA DAN PEMERINTAHAN

A.

BENTUK NEGARA

Negara memiliki bentuk yang berbeda-beda, secara umum dalam kosep dan teori
modern, Negara terbagi dalam 2 bentuk; Negara kesatuan (unitarianisme) dan
Negara serikat (federasi).
1. Negara kesatuan
Negara kesatuan adalah bentuk suatu Negara yang merdeka dan berdaulat, dengan
satu

pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam

pelaksanaanya Negara kesatuan ini terbagi dalam dua macam sistem pemerintahan;
sentral dan otonomi.
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem pemerintahan yang
langsung di

pimpin oleh pemerintah pusat, sementara pemerintah daerah di

bawahnya melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. Model pemerintahan orde


baru di bawah pemerintahan presiden soeharto adalah salah satu contoh
pemerintahan model ini.
b. Negara kesatuan dengan sistem Desentralisasi adalah kepala daerah diberiakan
kesempatan, untuk mengurus pemerintah di wilayahnya sendiri. Sistem ini di kenal
dengan istilah otonomi daerah atau swatantra. Sistem pemerintahan Malaysia dan
pemerintahan paska orde baru di Indonesia dengan sistem otonomi khusus dapat di
masukkan ke dalam model ini.
2.Negara serikat
Negara serikat atau federasi adalah merupakan bentuk Negara gabungan yang
terdiri dari beberapa Negara bagian dari sebuah Negara serikat. Pada mulanya
Negara-negara bagian tersebut melepaskan sebagian dari kekuasaan dan
Menyerahkan kepada Negara serikat.
Di samping di bentuk ini, dari sisi pelaksana dan mekanisme
pemilihannya bentuki Negara dapat di golongkan dalam tiga kelompok:
monarki, oligarki, dan demokrasi.
a..Monarki
Pemerintahan monarki adalah model pemerintahan yang di kepalai oleh raja
atau ratu. Dalam praktiknya, monarki memilki dua jenis: monarki absolute

dan monarki konstitusional. Monarki absolute adalah model pemerintahan


dengan kekuasaan tertinggi di tangan satu orang raja atau ratu. Termasuk
dalam katagori ini adalah Arab Saudi. Sedangkan, monarki konstitusional
adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan kepala pemerintahnya (perdana
menteri) di batasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi Negara. Praktik
monarki konstitusional ini adalah yang paling banyak di praktikkan di
beberapa Negara seperti Malaysia, Thailand, Jepang, dan Inggris. Dalam
model monarki konstitusional ini, kedudukan Negara hanya sebatas simbol
Negara.
b..Oligarki
Model pemerintahan oligarki adalah pemerintah yang di jalankan oleh
beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu. c.
Demokrasi
Pemerintah model demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang bersandar
pada kedaulatan rakyat atau mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan
hendak rakyat melalui mekanisme pemilihan umum (pemilu).

B. SUSUNAN PEMERINTAHAN
Pemerintah Pusat:
a. Konstitutif
Majelis Permusyawaran Rakyat
b. Legislatif
Dewan Perwakilan Rakyat
Dewan Perwakilan Daerah
c. Eksekutif
Presiden

Wakil Presiden
Kementrian
Lembaga Pementrian Nonkementrian
Lembaga Nonstruktural
d. Yudikatif
Mahkamah Agung
Mahkamah Konstitusi
komisi Yudisial
Tingkat daerah I
DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Provinsi
Gubernur
wakil Gubernur
Daerah Tingkat II
DPRD Kabupaten
Bupati/Walikota
Wakil Bupati?walikota
Tingkat Kecamatan
Camat
sekretaris camat
Tingkat desa/kelurahan
lurah
carek

BAB III
SISTEM PEMERINTAHAN
Sistem berasal dari bahasa inggris system berarti suatu keseluruhan yang
terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional. Sedangkan
pemerintahan awalnya berasal dari kata pemerintah. Pemerintah merupakan alat
negara yang dapat menetapkan aturan serta memiliki kekuatan untuk memerintah.
Pemerintahan dalam arti luas adalah lembaga-lembaga Negara yang
menjalankan segala tugas pemerintah baik sebagai lembaga eksekutif, legislatif

maupun yudikatif dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sedang


dalam arti sempit, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan
lembaga

eksekutif

beserta

jajarannya

dalam

rangka

mencapai

tujuan

penyelenggaraan negara.
Sistem pemerintahan diartikan sebagai tatanan yang terdiri dari komponen
pemerintahan yang saling mempengaruhi dalam pencapaian tujuan dan fungsi
pemerintahan.

Kekuasaan

dalam

suatu

Negara

menurut

Montesquieu

diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan


menjalankan

undang-undang

atau

kekuasaan

menjalankan

pemerintahan,

kekuasaan Legislatif yang berati kekuasaan membentuk undang-undang, dan


Kekuasaan Yudikatif yang berati kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas
undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga
legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat,
menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga
menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan demokrasi dimana seharusnya
masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan
tersebut.Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem
pemerintahan itu secara menyeluruh.
Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk
menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu
relatif lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari
rakyatnya itu sendiri.
A.

SISTEM PARLEMENTER
Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem pemerintahan yang
dipimpin oleh perdana menteri, dimana menteri-menteri (eksekutif) bertanggung
jawab kepada parlemen (DPR). Dalam sistem pemerintahan ini, parlemen
mempunyai kekuasaan yang besar dan mempunyai kewenangan untuk melakukan
pengawasan terhadap eksekutif.
Badan eksekutif atau kabinet dipimpin oleh perdana menteri dan dibantu
oleh para menteri. Apabila kabinet dalam menjalankan penyelenggaraan

pemerintahan dianggap oleh legislatif (parlemen) kurang atau tidak mencerminkan


kehendak rakyat, maka parlemen dapat membubarkan kabinet. Caranya, meminta
pertanggung jawaban perdana menteri dengan mosi tidak percaya.
Beberapa negara yang menggunakan sistem pemerintahan ini diantaranya
kerajaan Inggris, Belanda, India, Australia, serta Malaysia.
Ciri pemerintahan Parlementer:
- Kedudukan kepala negara hanya sebagai simbol Negara.
- Pemerintahan Parlementer didasarkan pada prinsip pembagian kekuasaan.
- Adanya tanggung jawab yang saling menguntungkan antara legislatif dengan
eksekutif, dan antara presiden dan kabinet.
- Eksekutif dipilih oleh kepala pemerintahan dengan persetujuan legislatif.
- Kabinet (pemerintah/eksekutif) yg dipimpin oleh perdana menteri bertanggung
jawab kepada parlemen.
- Kabinet dapat dibubarkan oleh parlemen, dan sebaliknya kabinet dapat
membubarkan parlemen melalui kekuasaan kepala negara.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:


- Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan
legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
- Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
- Menteri-menteri yang diangkat merupakan kehendak suara terbanyak di
parlaemen sehingga merepresentasikan kehendak rakyat.
- Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer :
- Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
- Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan
berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
- karena dapat terjadi pergantian kabinet secara mendadak, sehingga eksekutif
tidak dapat mengerjakan program kerjanya dengan baik.
- Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota
kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena

pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat
mengusai parlemen.

B.

SISTEM PRESIDENSIIL
Sistem pemerintahan presidential merupakan sistem pemerintahan di mana
kepala pemerintahan dan kepala negara dipegang oleh presiden dan pemerintah
tidak bertanggung jawab kepada parlemen (legislatif). Menteri bertanggung jawab
kepada presiden karena presiden berkedudukan sebagai kepala Negara sekaligus
kepala pemerintahan.
Menurut para ahli kenegaraan, gagasan ini muncul karena adanya pengaruh
ajaran Trias Politica yang dikemukakan oleh Montesquieu. Trias Politica
merupakan suatu ajaran tentang system pemisahan kekuasaan (separation of
power), yaitu kekuasaan eksekutif dipegang oleh badan yang dalam menjalankan
tugasnya tidak bertanggung jawab parlemen, tetapi bertanggung jawab kepada
rakyat karena dipilih langsung oleh rakyat.
Beberapa negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial
diantaranya Amerika Serikat, Pakistan, Argentina, Filiphina, termasuk Indonesia.
Ciri pemerintahan Presidensial:
- Kedudukan presiden adalah sebagai kepala Negara dan sebagai kepala
pemerintahan.
- Pemerintahan Presidensial didasarkan pada prinsip pemisahan kekuasaan.
- Presiden dan parlemen dipilih melalui pemilu.
- Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk menyatu dengan Legislatif.
- Presiden dan parlemen tidak dapat saling menjatuhkan Karena kedua lembaga ini
dipilih langsung oleh rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat.

- Presiden tidak dapat diberhentikan oleh parlemen sebelum berakhirnya masa


jabatan. Jika presiden melakukan pelanggaran hukum (bertentangan dengan
konstitusi) dapat dikenai impeachment (pengadilan perlemen)
- Parlemen bertanggung jawab kepada presiden.
- Masa jabatan presiden ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial :
- Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada
parlemen.
- Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya,
masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia
adalah lima tahun.
- Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
- Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat
diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial :
- Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
- Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
- Pengaruh rakyat terhadap politik (kebijakan) Negara kurang mendapat temat yang
seluas-luasnya.
- Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar
antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan
memakan waktu yang lama.
C. SISTEM PEMERINTAHAN QUASI
1)

Sistem Parlemen Satu Kamar

Sistem ini timbul berdasarkan pemikiran bahwa jika majelis tingginya


demokratis, hal iyu merupakan pencerminan majelis rendah yang juga demokratis,
sehingga hanya merupakan duplikasi saja. Teori ini pun didukung suatu pendapat
bahwa fungsi kamar kedua dapat dilakukan oleh komisi parlementer, seperti
meninjau.atau.merevisi.undang-undang.

Hal-hal yang berhubungan dengan sistem parlemen satu kamar adalah


sebagai.berikut.
a) Para pendukung menyatakan bahwa sistem satu kamar mencatat perlunya
pengendalian atas pengeluaran pemerintah dan dihapuskannya pekerjaan berganda
yang dilakukan oleh kedua kamar.
b) Para pengkritik menyatakan bahwa sistem satu kamar menunjukan adanya
pemeriksaan dan pengimbangan ganda ang diberikan oleh sistem dua kamar dan
dapat menambah tingkat konsensus dalam masalah legislatif.

2)

Sistem Parlemen Dua Kamar

Sistem parlemen dua kamar merupakan praktik pemerintahan yang menggunakan dua
kamar legislatif atau parlemen yang semu, yakni sistem tersebut seakan-akan terlihat 2
(dua) ataupun juga lebih, namun sesungguhnya tergabung di dalam 1(satu)
kelembagaan. Biasanya, sistem ini merupakan sistem campuran (modifikasi) yang
dibentuk atas situasi dan kondisi Politik ketatanegaraan di masing-masing negara
Bentuk parlemen dengan sistem dua kamar ini dapat dibedakan sebagai berikut.
a)Federalisme Negara-negara seperti Amerika Serikat, Australia, Brazil, India, dan
Jerman mengaitkan sistem dua kamar dengan struktur politik federal mereka. Misalnya
di Amerika Serikat, Australia, dan Brazil, masing-masing negara bagian mendapatkan
jumlah penduduk antara masing-masing negara bagian. Hal ini untuk memastikan
bahwa negara bagian yang lebih sedikit penduduknya tidak berada dibawah bayangbayang negara-negara bagian yang penduduknya lebih banyak. Akan tetapi, di majelis
rendah, kursi dimenangkan berdasarkan jumlah penduduk. Di India dan Jerman,
majelis tinggi.

b) Sistem Dua Kamar Kebangsawaan


Di beberapa negara, sistem dua kamar dilakukan dengan menyejajarkan unsur-unsur
demokratis dan kebangsawaan. Sebagai contoh majelis tinggi (House of Lords) di
Britania Raya yang merupakan sisa-sisa sistem kebangsawanan yang dulu pernah
mendominasi politik Britania Raya.
D. SISTEM PEMERINTAHAN REFERENDUM
Sistem pemerintahan referendum adalah

variasi

dari

sistem

pemerintahan parlementer dan presidensial. Di negara Swiss, tugas


pembuatan undang-undang berada di bawah pengawasan rakyat yang
mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk referendum
terdiri dari referendum obligatoir, referendum fakultatif, dan referendum
konsultatif.
1. Referendum obligatoir adalah referendun yang harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu undang-undang
tertentu diberlakukan. Persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam
pembuatan suatu undang-undang yang mengikat seluruh rakyat karena
dianggap sangat penting. Contoh, persetujuan yang diberikan oleh rakyat
2.

terhadap pembuatan undang-undang dasar.


Referendum fakultatif adalah referendum yang dilaksanakan apabila dalam
waktu tertentu sesudah undang-undang diumumkan dan dilaksanakan
sejumlah orang tertentu yang mempunyai hak suara menginginkan
diadakannya referendum. Dalam hal ini apabila referendum menghendaki

3.

undang-undang tersebut dilaksanakan, maka undang-ndang itu terus berlaku.


Referendun konsultatif adalah referendum yang menyangkut soal-soal teknis.
Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-undang yang
dimintakan persetujuannya.
Keuntungan Sistem Pemerintahan Referendum :

Pada setiap masalah negara, rakyat langsung ikut serta menanggulanginya.


Kedudukan pemerintahan lebih stabil sehingga pemerintahan akan
memperoleh pengalaman yang baik dalam menyelanggarakan kepentingan
rakyatnya.
Kelemahan Sistem Pemerintahan Referendum :

Tidak setiap masalah mampu diselesaikan oleh rakyat karena untuk


mengatasinya perlu pengetahuan yang cukup yang harus dimiliki oleh rakyat
itu sendiri.

Adapun ciri-ciri dari sistem referendum sebagai berikut:


a.Tugas pembuat undang-undang (legislatif) berada dibawah
b. pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih.
c.Legislatif adalah representasi dari rakyat. Eksekutif dipilih oleh legislatif untuk waktu tiga tahun
lamanya dan dapat dipilih kembali.
d.Kestabilan dari sistem ini dipengaruhi oleh adanya kesepahaman antara eksekutif selaku
pemegang kebijakan politik dengan rakyat.

Swiss
Swiss adalah suatu Negara federal yang tunduk pada konstitusi 1874, yang telah berkali-kali
diamandemen. Sistem politik swiss merupakan gabungan demokrasi langsung dan
tak langsung dengan prinsip federalisme, dimana unit-unit pemerintahan subnasional
diberikekuasaan luas. Kekuasaan tertinggi terletak ditangan rakyat, yang memiliki wakilwakilnya dan juga melakukan fungsi legislatip dengan cara referendum. Dalam
pemilu federal, semua wargaNegara berusia 18 atau lebih memiliki hak pilih.Di bawah
sistem federalisme swiss, daerah-daerah yang disebut kanton dan setengahkanton
menjalankan seluruh kekuasaan pemerintahan, kecuali kekuasaan yang secara husushanya
diberikan kepada pemerintah federal. Kekuasaan pemerintah federal meliputi
kekuasaanmengumumkan peran dan damai; mengesahkan rakyat dan kesepakatan
persekutuan perang;melatih, mempersenjatai, dan mengarahkan angkatan bersenjata; serta
mengatur perdaganganluar negeri. Pemerintah federal juga mengatur lalulintas, jalur kereta
api dan komunikasi, danpembangkit tenaga listrik dan air, pendidikan tinggi dan masalah
buruh. Pemerintahan federaldan unit-unit subnasional (kanton dan komunal) memiliki
kekuasaan untuk menetapkan pajak.Kanton-kanton memiliki kebabasan dalam bidang secara
luas dan memiliki otonomiantministratif tingkat tinggi.Sistem demokrasi langsung di swiss
dijalankan melalui hak inisiatif dan hak referendum.Hak inisiagif adalah hak prakarsa rakyat
untuk mengajukan suatu usul, baik mengenai konstitusimaupun mengenai UU biasa.

Referendum merupakan instrument demokrasi langsung di swiss.Sistem ini memungkinkan


rakyat secara langsung menentukan jalannya pemerintahan.Sistem referendum bertujuan
untuk menghindari pemerintahan absolut. Rakyat langsungmelakukan pengewasan atas
peraturan perundang-undangan melalui referendum obligator dan referendum fakultatif.
Dalam referendum obligator, berlaku dan mengikatnya rancanganungdang-undang
tergantung pada persetujuan seluruh rakyat terutama mengenai konstitusi.Disisi lain, dalam
referendum fakultatif, suatu peraturan mula-mula diumumkan oleh badanlegislatif dan bila
pada waktu yang telah ditentukan rakyat menyatakan tidak setuju dengan jumlah
minimum tertentu, maka peraturan itu dianggap batal.Amademen konstitusi dapat
dilakukan melalui petisi 100.000 pemilih dan harus diratifikasimelalui referendum. Petisi oleh
50.000 pemilih atau delapan kanton dapat memaksakanreferendum atas undang-undang
yang diusulkan. Referendum telah memutuskan banyak persoalan penting di swiss.
Persoalan tersebut meliputi didirikannya karton jura pada tahun 1979;penolakan pembatasan
arbosi dan beberapa bentuk alat kontrasepsi pada tahun 1985; pengetatanpembatasan imigrasi
dan suaka politik pada tahun 1987; membuat masalah diskriminasi ras,propaganda rasis, dan
penolakan terhadap Holocaust Nazi dijerman pada tahun 1994 menjadiillegal; serta menolak
usulan penghapusan angkatan militer pada tahun 2001. Pada tahun 2002,para pemilih swiss
menyetujui referendum yang mendukung keanggotaan swiss di PBB.Referendum juga
memperluas hak-hak kaum wanita. Referendum pada tahun 1971 memberiwanita hak
memberi suara pada pemili federal (hak yang akhirnya diperluas disemua kantonpada tahun
1990), dan amendemen konstitusi tentang persamaan hak yang disepakati padareferendum
tahun 1981. Referendum pada tahun 1985 memberi wanita kesetaraan hukum dengan pria
dalam perkawinan.

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahsan diatas maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai :
a) Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau
lebih dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
b) Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada
rangkaian institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara
untuk menegakkan kekuasaannya atas suatu komunitas politik.
c) Dalam konsep teori modern negara terbagi dalam dua bentuk yaitu Negara Kesatuan
(Unitarianisme) dan Negara Serikat.
d) Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk pemerintahan
digolongkan dalam tiga kelompok yaitu monarki, oligarki dan demokrasi.
2.

Saran
Setelah membaca makalah di atas, maka penulis mengajak kepada para
pembaca dan secara luas kepada seluruh lapisan masyarakat agar mengedepankan
identitas

masyarakat

madani

dan

menanamkan

karakteristik-karakteristik

masyarakat madani di dalam diri masing-masing individu. Demi terciptanya


Indonesia yang maju dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai