Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

 
1.1 Latar Belakang
Mengenai kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaran negara, Istilah kedaulatan
sendiri seringkali dijumpai atau ditemukan dalam berbagai macam pengertian, dan
masing-masing memiliki perbedaan yang prinsipil. Misalnya pengertian kedaulatan
apabila dimaknai dalam perspektif hukum Internasional lebih sering dipandang dalam
konteks hubungan ekstern atau hubungan antar negara, sedangkan dalam perspektif
hukum Tata Negara, pengertian dipandang dalam konteks hubungan intern yaitu
hubungan negara ke dalam. Kedaulatan juga dipandang sebagai konsep mengenai
kekuasan tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Pemaknaan kedaulatan seperti ini
merupakan arti yang bersifat teknis ilmiah yaitu dengan mengidentikkannya dengan
penyelanggaraan kegiatan bernegara. Ketika membicarakan mengenai kedaulatan dalam
konteks penyelenggaraan negara maka muncullah suatu pertanyaan yaitu apa dan siapa
yang memegang kekuasaan tertinggi dan membuat keputusan akhir dalam kegiatan
kenegaraan atau dalam bentuk pertanyaan darimanakah kedaulatan itu berasal atau
bersumber sehingga padanya melekat kekuasaan tertinggi tersebut. Dalam kajian ilmu
hukum dan ilmu politik dikenal adanya lima teori kedaulatan, yaitu teori kedaulatan
Tuhan, teori kedaulatan Raja, teori kedaulatan Rakyat, teori kedaulatan Negara, dan teori
kedaulatan Hukum.
 
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasih masalah di atas maka penulis memberikan rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Apa itu Kedaulatan ?
b. Apa saja sifat-sifat Kedaulatan?
c. Apa saja Jenis-jenis Kedaulatan?
d. Siapa yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara berdasarkan bentuk
Kedaulatannya ?

1.1 TUJUAN dan MANFAAT


Tujuan penulisan ini adalah mengetahui lebih luas tentang Teori Kedaulatan.
Sedangkan manfaatnya lebih mengerti dan memahami tentang Kedaulatan Negara,
agar bisa memberikan pendapat berdasarkan teori yang telah dipahami.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peristilahan dan Pengertian Kedaulatan

Kedaulatan merupakan ciri, pertanda atau atribut hukum dari negara.Kata


Kedaulatan berasal dari kata Soveregnty (Bahasa Inggris), Suoverainete (Bahasa
Prancis), Sovranus (Bahasa Italia). Kata- kata asing tersebut diturunkan dari sebuah
kata dalam bahasa Latin yaitu:
Superanus yang berarti “yang tertinggi” (Supreme). Sarjana -sarjana dari Abad
Pertengahan lazim menggunakan pengertian-pengertian yang serupa maknanya
dengan istilah superanus itu, yaitu Summaperates atau Plenitudo potestatis yang
berarti wewenang tertinggi dari suatu kekuasaan politik. Banyak sekali definisi untuk
kata Kedaulatan tetapi “istilah ini selalu diartikan sebagai Otoritas pemerintahan dan
Hukum”.

Berhubungan dengan hal tersebut kata kedaulatan ini baru tampil pada Abad ke-15
sebagai istilah kata politik yang banyak dipergunakan terutama oleh sarjana-sarjana
Hukum dari Prancis yang bernama Prof. Garner, Beaumanoir dan Loyseau mereka
inilah yang mempopularisasikan kata kedaulatan (Souverainete).  

Istilah kedaulatan untuk pertama kali dikemukakan oleh Jean Bodin (1530-1596),
dalam bukunya  “ six Livres de republique”. Bodin hidup dalam masa permulaan
pertumbuhan negara-negara nasional dan ia melihat dimana-mana kekuasaan sentral
dari negara makin lama makin tegas menampakan diri dalam bentuk kekuasaan raja
yang tertinggi atau kekuasaan ”supreme” dari keadan yang dikonstatirnya ini ia
menarik kesimpulan bahwa inti dari “statehood” adalah kekuasaan pemerintahan yang
merupakan “ summa potesta” atau “ majestas” yakni kekuasaan tertinggi. Kekuasaan
tertinggi ini ia namakan ”soverainite” (souvereignity dalam bahasa Inggris). Istilah
tersebut secara etimologis berasal dari kata “superanus” yang berarti tertinggi.

Secara etimologis kedaulatan berasal dari bahasa Arab, Daulat yang bearti
kekuasaan atau dinasti pemerintahan. Selain itu dari bahasa Latin yakni, Supremus
2
yang artinya tertinggi. Kemudian kata tersebut disamakan artinya dengan Sovranita
(Bahasa Italia) atau Souverenigntu (Bahasa Inggris). Jadi kedaulatan berarti
kekuasaan tertinggi pada suatu Negara atau kekuasaan yang tidak terletak di bawah
kekuasaan Negara lain.

Dalam buku tersebut Bodin mengemukakan suatu teori bahwa kedaulatan adalah
unsur yang essensial dari negara dan bahwa pemegang kekuasaan yang sah dalam
negara adalah raja. Raja mempunyai supremasi yang  mutlak yang tidak dapat di bagi
bagi dengan orang lain. Tidak ada suatu kekuasaan didunia ini yang dapat membatasi
dan mengatasi kekuasaan raja itu. Kekuasaan raja hanya dapat diatasi dan dibatasi
oleh  hukumTuhan dan hukum alam (leges imperri)

2.2 Sifat-Sifat Kedaulatan

1. Bodin mengatakan bahwa kedaulatan adalah kekuasaan satu satunya yang


memiliki sifat-sifat:
2. Asli,  artinya tidak diturunkan dari sesuatu kekuasan lain;
3. Tertinggi, artinya tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang mengatasi dan
dapat membatasi kekuasaanya;
4. Kekal, artinya pemerintah dapat berganti-ganti, kepala negara dapat meninggal
dunia, bahkan susunan negara dapat berubah-ubah, akan tetapi negara dengan
kekuasaanya berlangsung  terus tanpa interrupsi, tidak terputus-putus;
5. Tidak dapat dibagi-bagi, artinya karena hanya ada satu kekuasaan tertinggi maka
kekuasaan itu tidak dapat dibagi-bagi, kedaulatan adalah bulat dan tunggal;
6. Tidak dapat dialihkan, artinya tidak dapat dipindahkan kepada sesuatu badan
lain, tidak dapat dilepaskan dan diserahkan kepada sesuatu badan lain.

Berdasarkan sifatnya tersebut, kedaulatan terbagi menjadi:

1. Kedaulatan keluar, dan


2. Kedaulatan kedalam.

Kedaulatan keluar, mengandung pengertian kekuasaan untuk mengadakan


hubungan atau kerjasama dengan negara lain. Sedangkan menurut J. Bodin bahwa
kedaulatan ke luar (ekstern) artinya kebijaksanaan pemerintah untuk mengadakan
hubungan atau kerja sama dengan negara lain (hubungan internasional).

3
Adapun prinsip-prinsip yang harus dilakukan dalam mengadakan hubungan
internasional dengan negara lain adalah :

1. Souverighn : Pengakuan persamaan derajat sebagai negara merdeka


2. Resiprositas : Timbal balik yang saling menguntungkan
3. Courtesy : Saling menjaga kehormatan antar egara
4. Pacta Sunt Servanda : Mentaati dan melaksanakan perjanjian yang disepakati.
5. Tidak mencampuri urusan dalam negera lain.

Mengadakan hubungan internasional dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di


antaranya adalah dengan melalui perwakilan diplomatik, yakni perwakilan resmi dari
suatu negara yang terdapat di negara lain. Perwakilan diplomatic terdiri dari duta,
konsul dan atase. Duta adalah perwakilan di negara lain yang mengurusi bidang
politik dan pemerintahan. Konsul merupakan perwakilan di negara lain yang
mengurusi bidang ekonomi dan perdagangan. Sedangkan Atase adalah utusan khusus
dari suatu urusan tertentu, misalnya atse kesenian, atse olah raga dan sebagainya.
Selain hal yang tersebut di atas contoh lain dari hubungan internasional dari suatu
Negara yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan traktat atau perjanjian, baik
bilateral maupun multirateral, Membentuk lembaga regional dan internasional dengan
negara lain misalnya, ASEAN, OPEC, APEC, PBB dan sebagainya

Dalam kontek negara Indonesia, hubungan dan kerjasama ini tentu saja untuk
kepentingan nasional. Ini berarti pula bahwa negara Indonesia mempunyai kedudukan
yang sederajat dengan negara lain. Kedaulatan keluar ini nampak pada Pembukaan
UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945, yaitu:

1. Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi


dan keadilan sosial
2. Pasal 11 ayat (1), berbunyi : Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan
perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
3. Pasal 13 ayat (1), berbunyi : Presiden mengangkat duta dan konsul

Kedaulatan kedalam, artinya pemerintah (negara) mempunyai kekuasaan untuk


mengatur kehidupan negara melalui lembaga negara atau alat perlengkapan negara
yang diperlukan untuk itu. Menurut J.Bodin bahwa kedaulatan ke dalam (intern)
artinya Negara berhak mengatur urusan rumah tangganya melalui lembaga Negara
tanpa campur tangan Negara lain. Contoh : mengatur pajak, pemilu, pembangunan
dan sebagainya

4
Di Indonesia kedaulatan kedalam nampak pada tujuan negara seperti yang ada
dalam pembukaan UUD 1945, sebagai berikut:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.


2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan perdamaian
abadi dan kedilan sosial

Dari penjelasan tentang kedaulatan kedalam dapat disimpulkan bahwa, Negara


Indonesia memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan rakyat Indonesia,
menyejahterakan rakyat Indonesia, dengan segenap kemampuannya tanpa campur
tangan negara lain. Misalnya menentukan pendidikan yang cocok untuk bangsa
Indonesia, ekonomi, politik yang cocok untuk bangsa Indonesia, dan lainya.

 2.3 Jenis-Jenis kedaulatan

Menurut Johannes Althusius, kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi untuk


menyelenggarakan segala sesauatu yang menuju kepada kepetingan jasmani dan
rohani dari anggota -anggota negara ( warga negara ), kekuasaan ini ada pada rakyat
sebagai kesatuan.
Terdapat 5 bentuk teori kedaualatan berdasarkan siapa yang memiliki kekuasaan
tertinggi dalam negara :
a. Kedaulatan Tuhan
b. Kedaulatan Raja
c. Kedaulatan Negara
d. Kedaulatan Rakyat
e. Kedaulatan Hukum

1. KEDAULATAN TUHAN
 
Prinsip dasar teori kedaulatan tuhan(god-souvereniteit) adalah bahwa kekuasaan
dlm negara berasal dari tuhan oleh karena itu seorang penguasa negara menjalankan kekuasaan
nya dalam negara nya sebagai wakil tuhan saja bukan menjalankan kekuasaan sendiri
atau kekuasaan milik negara. Timbulnya ajaran kedaulatan tuhan ini di sebabkan oleh
kepercayaan orang beragama bahwa tuhan lah yg menjadi maha pencipta langit dan
bumi dengan segenap isi nya, sehingga tuhan lah yg mempunyai kekuasaan tertinggi
di semesta ini.

5
  Pemikir yang menganut teori ini adalah Augustinus, Thomas Aquinas, dan
Marsilius. Dan mereka beranggapan bahwa bukan persoalan siapa yang memiliki
kekuasaan tertinggi atau kedaualatan, karena mereka sepakat bahwa yang mempunyai
kekauasaan tertinggi atau kedaulatan adalah Tuhan.

2. KEDAULATAN RAJA

Tokoh- tokoh pendukung teori ini adalah :


 Nicolo Machiavelli
 Thomas Hobbes
 Jean Bodin
 Hegel

Kekuasaan negara, menurut teori ini, terletak di tangan raja sebagai


penjelmaan kehendak Tuhan. Raja merupakan bayangan dari Tuhan. Agar negara
kuat, raja harus berkuasa mutlak dan tidak terbatas. Dalam teori kedaulatan raja,
posisi raja selalu berada di atas undang-undang. Rakyat harus rela menyerahkan hak
asasinya dan kekuasaannya secara mutlak kepada raja. Dalam personifikasinya
kedaulatan raja itu bersifat langgeng(permanence), tidak dapat dipisah-pisahkan
(indivisible),sebagai kekuasaan tertinggi (supreme), tidak terbatas, dan lengkap
(complete), Kekuasaan mutlak yang ada pada raja, terjadi penyelewengan kekuasaan
kedalam tyranny. Seperti yang terjadi di Prancis pada masa pemerintahan raja Louis
IV yang menyatakan “Negara adalah saya (I’eta t cest moi )”
Ajaran kedaulatan raja yang pada mulanya masih diterima oleh rakyat, lama
kelamaan dibenci karena sifat raja yang sewenang-wenang. Rakyat tidak mendapat
tempat perlidungan lagi dari raja dan di sana sini rakyat mulai sadar bahwa keadaan
semacam itu tidak dapat dipertahankan lagi. Contoh negara : Brunei Darusalam ,
Malaysia , Inggris , Belanda , Jepang.
Menurut Marsilius, kekuasaan tertinggi dalam Negara berada di tangan raja,
karena raja adalah wakil Tuhan atau semacam diberi amanah dari Tuhan untuk
berkuasa atas rakyat dan berhak melakukan apa saja karena menurutnya semua
tindakannya itu sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. bahkan raja merasa
berkuasa menetapkan kepercayaan atau agama yang harus dianut oleh rakyatnya atau
warga negaranya.

Kekuasaan mutlak yang ada pada raja, sehingga terjadi penyelewengan kekuasaan
kedalamtyranny. Seperti yang terjadi di Prancis pada masa pemerintahan raja Louis
IV yang menyatakan “Negara adalah saya (I’etat cest moi)”. Pada saat itu banyak

6
keluarga raja yang berpesta pora diatas kesengsaraan rakyat, yang menyebabkan
rakyat tidak lagi percaya pada kekuasaan tertinggi yang berada ditangan
raja. "Ahmad Azhar Basyir yang dipetik dalam: ni;matul huda, Ilmu Negara
(yogyakarta: UII)" Kemudian rakyat mulai memberontak terhadap kekuasaan raja
dan mulai menyadari kekuatannya sendiri sebagai “rakyat” yang beridentitas dan
berhak.

3. KEDAULATAN NEGARA

Dalam Teori Kedaulatan Negara menganggap negara sebagai suatu “badan


hukum” yang memiliki berbagai hak dan kewajiban serta dapat melakukan perbuatan
hukum. Negara sebagai badan hukum inilah yang memiliki kekuasaan tertinggi
dalam kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.
Dalam teori kedaulatan Negara (staatssouvereniteit) ini menganggap Negara
sebagai suatu “rechtsperson” atau “badan hukum” yang dianggap memiliki berbagai
hak dan kewajiban serta dapat melakukan perbuatan atau tindakan hukum, tidak
ubahnyaseperti juga seorang “natuurlijkpersoon” yang menjadi pendukung hak dan
kewajiban yang sekaligus dapat melakukan perbuatan atau tindakan hukum. Negara
sebagai badan hokum inilah yang memiliki kekuasaan tertinggi didalam kehidupan
manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Georg Jellineck yang menciptakan hukum bukan tuhan dan bukan
pula raja, tetapi Negara. Adanya hukum karena adanya Negara. Jellineck juga
mengatakan bahwa hukum merupakan penjelmaan dari kemauan Negara. Negara
adalah satu-satunya sumber hukum. Oleh sebab itu, kekuasaan tertinggi harus
dimiliki oleh Negara.

Namun ada pula yang beranggapan bahwa kedaulatan Negara merupakan


kelanjutan dari kedaulatan raja, dimana pada pelaksanaanya yang menjadi penguasa
atau yang memegang kekuasaan dalam suatu Negara adalah raja sendiri, seperti yang
disebut dengan ajaran “verkulpringstheorie” yang artinnya Negara menjelma dalam
tubuh raja. Penganut teori kedaulatan Negara ini antara lain Jean Bodin dan Georg
Jellineck.

4. KEDAULATAN RAKYAT

Ajaran kedaulatan rakyat (volks-souvereniteit) ini lahir dari Jean Jaques


Rousseau sebagai kelajutan daru filasafatnya yag bersumber dari perasaan yang

7
melekat pada diri manusia sebagai satu-satunya makhluk yang mempunyai peradaban
(siviliasi). Rousseau berpendapat bahwa kebudayaan dengan penemuan-
penemuannya yang baru, dengan usaha untuk mencari penghalusan dan peningkatan
mutu dalam kehidupan sehari-hari, pada hakikatnya akan membawa akibat bagi umat
manusia ke arah kemerosotan dan keruntuhan dalam hidupnya.
Ajaran kedaulatan rakyat berpangkal tolak hasil penemuan Rousseau bahwa
tata tertib dan kekuasaan, manusia tidak akan hidup tentram. Tanpa tata tertib,
manusia merupakan binatang buas (homo hominim lupus), dan kehidupan berubah
menjadi perang antar-umat manusia (bellum omniun contra omnes). Itulah sebabnya
manusia bersepakat untuk mendirikan negara, dan untuk itu mereka mangadakan
perjanjian masyarakat. Tetapi yang dimaksud dengan rakyat oleh Rousseau bukanlah
penjumlahan daripada individu-individu di dalam negara, melainkan adalah kesatuan
yang dibentuk oleh individu-indivudu itu dan tang mempunyai kehendak,
Mengenai kedaulatan rakyat dalam kaitannya dengan perjanjian masyarakat (contract
social), terdapat dua pendapat. Pertama, kekuasaan dari rakyat karena perjanjian
masyarakat itu relah habis, sebab kekuasaan berpindah dari rakyat kepada penguasa
yang kini mempunyai kekuasaan mutlak. Penguasa itulah yang berdaulat, bukan
rakyat. Kedua, manusia sejak dilahirkan telah membawa hak. Untuk menjamin hak-
hak itu, maka, mereka mengadakan perjanjian masyarakat untuk mendirikan negara
untuk melindungi hak-hak manusia itu. Jadi kedaulatan itu tetap berada pada rakyat

5. KEDAULATAN HUKUM

Menurut teori kedaulatan hukum atau rechts-souvereiniteit, kekuasaan


tertinggi di dalam suatu Negara itu adalah hukum itu sendiri. Karena itu baik raja
atau penguasa maupun rakyat atau warga Negaranya, bahkan Negara itu sendiri
semuanya tunduk kepada hukum. Semua sikap, tingkah laku, dan perbuatannya harus
sesuai atau menurut hukum.

Kemudian terjadi pertentangan diantara para ahli penganut paham berbeda


yakni antara Krabbeyang menganut teori kedaulatan hukum denganJellineck yang
menganut paham kedaulatan Negara. Jellineck mengemukakan teorinya
“selbstbindung” yang isinya antara lain bahwa Negara harus tunduk secara sukarela
kepada hukum. "Gde panca astawa: ilmu negara & teori Negara (Bandung cetakan
2:2012)" Kemudian Krabbe yang menganut aliran historis yang pelopori oleh Von
savigny, yang mengatakan bahwa “hukum timbul bersama kesadaran hukum
masyarakat. Hukum tidak tumbuh dari kehendak atau kemauan Negara, maka
berlakunya hukum terlepas dari kemauan Negara.” Alasan ini dikemukakan
sebagai jawaban, bahwa kalau benar Negara yang berkuasa, apa sebabnya Negara

8
itu patuh kepada hukum dan dapat dihukum. Bukankah Negara berkuasa membuat
undang-undang? bagaimana mungkin Negara yang berkuasa secara sukarela
mengikat dirinya dengan undang-undang itu.

2.4 Kekuasaan Tertinggi dalam negara berdasarkan bentuk


Kedaulatannya

Kedaulatan merupakan masalah yang sangat pokok dalam kehidupan berbangsa


dan bernegara. Karena adanya pengakuan kedaulatan oleh Negara-negara lain, berarti
eksistensi suatu negara diakui. Maka dengan adanya landasan kedaulatan tersebut,
suatu negara dapat menjalankan berbagai macam hubungan dan jalinan kerjasama
dengan negara-negara maupun lembaga-lembaga internasional untuk lebih
meningkatkan kepentingan nasional dan kemajuan bangsanya. Kedaulatan atau
Souvereign memiliki sinonim kemerdekaan dan persamaan, yang berarti bahwa
setiap negara bebas untuk mengelola urusan dalam dan luar negerinya masing-
masing tanpa campur tangan pihak lain atau negara lain.

Prinsip persamaan kedaulatan, penghormatan terhadap integritas wilayah dan


kemerdekaan politik negara-negara, serta tidak turut campur urusan dalam negeri
negara-negara lain dengan jelas tercantum di dalam Piagam PBB (untuk seterusnya
disingkat PBB) Pasal 1-2 dan dalam Pasal 2 berbunyi: “The Organization is based on
the principle of the sovereign equality of all its Members.” (Organisasi bersendikan
pada prinsip-prinsip persamaan kedaulatan dari semua anggota). Dalam situs resmi
PBB juga dinyatakan: “The members of the UN are sovereign nations, and the UN
Charter one of the strongest safeguards of sovereignity, enshrining that principle as
one of its central pillars” (anggota-anggota PBB adalah bangsa berdaulat dan Piagam
PBB adalah salah satu pelindung kedaulatan yang terkuat, mengabadikan prinsip
tersebut sebagai salah satu pilar utama).

Bangsa Indonesia diketahui menganut kedaulatan rakyat. Dasar dari


penjelasan tersebut, dapat dilihat di dalam Pancasila sila ke-4. Isinya adalah
”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan”. Juga didasarkan atas pengertian dari teori kedaulatan Rakyat yaitu
“Adalah suatu kedaulatan dimana kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat. Teori ini
berdasarkan pada anggapan bahwa kedaulatan yang dipegang raja atau penguasa itu
berasal dari rakyat” . berdsarkan penjelasan tersebut menunjukan bahwa suatu
pemerintahan memiliki tanggung jawab terhadap rakyat atas kebijakan-kebijakan
yang dibuatnya.

9
Bangsa Indonesia merupakan negara yang besar dan memiliki masyarakat
yang tidak sedikit sehingga sistem demokrasi yang diterapkan di indonesia adalah
demokrasi tak langsung. Sehingga pelaksanaan demokrasi rakyat menurut UUD 1945
adalah rakyat dan lembaga-lembaga pemerintahaan yang menjadi wadah dalam
menjalakan tugas-tugas kenegaraan sebagai representasi dari teori kedaulatan rakyat.
Selain itu juga ditegaskan dalam pembukan UUD’45 “… susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat …”

Selain itu teori kedaulatan rakyat yang dianut di Indonesia juga di tegaskan dalam
pancasila yaitu sila ke-4 yang berbunyi” Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan”. Sila tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Kerakyatan berarti kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat, berarti Indonesia


menganut demokrasi
2. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan
dilaksanakan dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab, serta didorong oleh
itikad baik sesuai dengan hati nurani.
3. Permusyawaratan berarti bahwa dalam merumuskan atau memutuskan suatu hal,
berdasarkan kehendak rakyat, dan melalui musyawarah untuk mufakat.
4. Perwakilan berarti suatu tata cara mengusahakan turut sertanya rakyata mengambil
bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan melalui badan
perwakilan rakyat.

Sebagai perwujudan dari sistem Kedaulatan Rakyat adalah adanya pemilihan


umum(PEMILU). Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu yang menerapkan Sistem
kedaulatan rakyat secara penuh yaitu memberikan kedaulatan penuh kepada rakyat
untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung. Pemilihan seperti ini
juga terus berlangsung hingga sekarang.

Bukti lain bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dapat kita temukan di dalam
isi Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke-4, yang perumusannya sebagai berikut:

”Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia


yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan dan

10
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar negara Indonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Pada alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945 tersebut, pada baris yang dicetak tebal
secara tersurat menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah penganut jenis
kedaulatan rakyat. Bagaimana di dalam pasal-pasal UUD 1945? Dalam UUD 1945
pasal 1 ayat 2, ditegaskan bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-undang Dasar.

Berdasarkan uraian tentang kedaulatan rakyat tersebut, jelaslah bahwa negara kita
termasuk penganut teori kedaulatan rakyat. Rakyat memiliki kekuasaan yang
tertinggi dalam negara, tetapi pelaksanaanya diatur oleh Undang-undang dasar.

Selain dari penganut jenis kedaulatan rakyat, ternyata UUD Negara RI Tahun
1945, juga menganut jenis kedaulatan hukum. Hal tersebut dapat ditemukan di dalam
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, isinya adalah negara Indonesia adalah negara hukum.
Artinya negara kita bukan negara kekuasaan. Bahwa segala sesuatu yang berkaitan
dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diatur menurut hukum
yang berlaku. Misalnya peraturan berlalu lintas di jalan raya diatur oleh peraturan
lalu lintas. Menebang pohoh dihutan diatur oleh peraturan, supaya tidak terjadi
penggundulan hutan yang berakibat banjir, dan contoh lainnya.

Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 juga merupakan dasar bahwa negara kita menganut
kedaulatan hukum isi lengkapnya adalah segala warga negara bersamaan
kedudukkanya dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Maknanya bahwa setiap warga negara
yang ada di wilayah negara kita kedudukan sama di dalam hukum, jika melanggar
hukum siapapun akan mendapat sanksi. Misalnya rakyat biasa, atau anak pejabat jika
mereka melanggar harus diberikan sanksi, mungkin berupa kurungan (penjara) atau
dikenakan dend

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kedaulatan merupakan suatu kekuasaan tertinggi didalam negara, dimana


kekuasaan tersebut dipegang oleh satu orang atau lebih dengan bertujuan untuk
menjalankan kegiatan negara, tujuan negara dan berjalannya pemerintahan dalam negara.
Teori-teori tentang kedaualatan negara berdasarkan kategorisasi atas siapa pemegang
kekuasaan tertinggi atau kedaualatan suatu negara. Teori teori itu menghasilkan teori :
a. Kedaulatan Tuhan
b. Kedaulatan Raja
c. Kedaulatan Negara
d. Kedaulatan Rakyat
e. Kedaulatan Hukum

Dalam tataran pratik bangsa Indonesia diketahui menganut kedaulatan rakyat.


Dasar dari penjelasan tersebut, dapat dilihat di dalam Pancasila sila ke-4. Isinya adalah
”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan”. Juga didasarkan atas pengertian dari teori kedaulatan Rakyat yaitu “Adalah
suatu kedaulatan dimana kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat. Selain dari penganut
jenis kedaulatan rakyat, ternyata UUD Negara RI Tahun 1945, juga menganut jenis
kedaulatan hukum. Hal tersebut dapat ditemukan di dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945,
isinya adalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Artinya negara kita bukan
negara kekuasaan. Bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diatur menurut hukum yang berlaku.

12

Anda mungkin juga menyukai