PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengenai kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaran negara, Istilah kedaulatan
sendiri seringkali dijumpai atau ditemukan dalam berbagai macam pengertian, dan
masing-masing memiliki perbedaan yang prinsipil. Misalnya pengertian kedaulatan
apabila dimaknai dalam perspektif hukum Internasional lebih sering dipandang dalam
konteks hubungan ekstern atau hubungan antar negara, sedangkan dalam perspektif
hukum Tata Negara, pengertian dipandang dalam konteks hubungan intern yaitu
hubungan negara ke dalam. Kedaulatan juga dipandang sebagai konsep mengenai
kekuasan tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Pemaknaan kedaulatan seperti ini
merupakan arti yang bersifat teknis ilmiah yaitu dengan mengidentikkannya dengan
penyelanggaraan kegiatan bernegara. Ketika membicarakan mengenai kedaulatan dalam
konteks penyelenggaraan negara maka muncullah suatu pertanyaan yaitu apa dan siapa
yang memegang kekuasaan tertinggi dan membuat keputusan akhir dalam kegiatan
kenegaraan atau dalam bentuk pertanyaan darimanakah kedaulatan itu berasal atau
bersumber sehingga padanya melekat kekuasaan tertinggi tersebut. Dalam kajian ilmu
hukum dan ilmu politik dikenal adanya lima teori kedaulatan, yaitu teori kedaulatan
Tuhan, teori kedaulatan Raja, teori kedaulatan Rakyat, teori kedaulatan Negara, dan teori
kedaulatan Hukum.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasih masalah di atas maka penulis memberikan rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Apa itu Kedaulatan ?
b. Apa saja sifat-sifat Kedaulatan?
c. Apa saja Jenis-jenis Kedaulatan?
d. Siapa yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara berdasarkan bentuk
Kedaulatannya ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Berhubungan dengan hal tersebut kata kedaulatan ini baru tampil pada Abad ke-15
sebagai istilah kata politik yang banyak dipergunakan terutama oleh sarjana-sarjana
Hukum dari Prancis yang bernama Prof. Garner, Beaumanoir dan Loyseau mereka
inilah yang mempopularisasikan kata kedaulatan (Souverainete).
Istilah kedaulatan untuk pertama kali dikemukakan oleh Jean Bodin (1530-1596),
dalam bukunya “ six Livres de republique”. Bodin hidup dalam masa permulaan
pertumbuhan negara-negara nasional dan ia melihat dimana-mana kekuasaan sentral
dari negara makin lama makin tegas menampakan diri dalam bentuk kekuasaan raja
yang tertinggi atau kekuasaan ”supreme” dari keadan yang dikonstatirnya ini ia
menarik kesimpulan bahwa inti dari “statehood” adalah kekuasaan pemerintahan yang
merupakan “ summa potesta” atau “ majestas” yakni kekuasaan tertinggi. Kekuasaan
tertinggi ini ia namakan ”soverainite” (souvereignity dalam bahasa Inggris). Istilah
tersebut secara etimologis berasal dari kata “superanus” yang berarti tertinggi.
Secara etimologis kedaulatan berasal dari bahasa Arab, Daulat yang bearti
kekuasaan atau dinasti pemerintahan. Selain itu dari bahasa Latin yakni, Supremus
2
yang artinya tertinggi. Kemudian kata tersebut disamakan artinya dengan Sovranita
(Bahasa Italia) atau Souverenigntu (Bahasa Inggris). Jadi kedaulatan berarti
kekuasaan tertinggi pada suatu Negara atau kekuasaan yang tidak terletak di bawah
kekuasaan Negara lain.
Dalam buku tersebut Bodin mengemukakan suatu teori bahwa kedaulatan adalah
unsur yang essensial dari negara dan bahwa pemegang kekuasaan yang sah dalam
negara adalah raja. Raja mempunyai supremasi yang mutlak yang tidak dapat di bagi
bagi dengan orang lain. Tidak ada suatu kekuasaan didunia ini yang dapat membatasi
dan mengatasi kekuasaan raja itu. Kekuasaan raja hanya dapat diatasi dan dibatasi
oleh hukumTuhan dan hukum alam (leges imperri)
3
Adapun prinsip-prinsip yang harus dilakukan dalam mengadakan hubungan
internasional dengan negara lain adalah :
Dalam kontek negara Indonesia, hubungan dan kerjasama ini tentu saja untuk
kepentingan nasional. Ini berarti pula bahwa negara Indonesia mempunyai kedudukan
yang sederajat dengan negara lain. Kedaulatan keluar ini nampak pada Pembukaan
UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945, yaitu:
4
Di Indonesia kedaulatan kedalam nampak pada tujuan negara seperti yang ada
dalam pembukaan UUD 1945, sebagai berikut:
1. KEDAULATAN TUHAN
Prinsip dasar teori kedaulatan tuhan(god-souvereniteit) adalah bahwa kekuasaan
dlm negara berasal dari tuhan oleh karena itu seorang penguasa negara menjalankan kekuasaan
nya dalam negara nya sebagai wakil tuhan saja bukan menjalankan kekuasaan sendiri
atau kekuasaan milik negara. Timbulnya ajaran kedaulatan tuhan ini di sebabkan oleh
kepercayaan orang beragama bahwa tuhan lah yg menjadi maha pencipta langit dan
bumi dengan segenap isi nya, sehingga tuhan lah yg mempunyai kekuasaan tertinggi
di semesta ini.
5
Pemikir yang menganut teori ini adalah Augustinus, Thomas Aquinas, dan
Marsilius. Dan mereka beranggapan bahwa bukan persoalan siapa yang memiliki
kekuasaan tertinggi atau kedaualatan, karena mereka sepakat bahwa yang mempunyai
kekauasaan tertinggi atau kedaulatan adalah Tuhan.
2. KEDAULATAN RAJA
Kekuasaan mutlak yang ada pada raja, sehingga terjadi penyelewengan kekuasaan
kedalamtyranny. Seperti yang terjadi di Prancis pada masa pemerintahan raja Louis
IV yang menyatakan “Negara adalah saya (I’etat cest moi)”. Pada saat itu banyak
6
keluarga raja yang berpesta pora diatas kesengsaraan rakyat, yang menyebabkan
rakyat tidak lagi percaya pada kekuasaan tertinggi yang berada ditangan
raja. "Ahmad Azhar Basyir yang dipetik dalam: ni;matul huda, Ilmu Negara
(yogyakarta: UII)" Kemudian rakyat mulai memberontak terhadap kekuasaan raja
dan mulai menyadari kekuatannya sendiri sebagai “rakyat” yang beridentitas dan
berhak.
3. KEDAULATAN NEGARA
4. KEDAULATAN RAKYAT
7
melekat pada diri manusia sebagai satu-satunya makhluk yang mempunyai peradaban
(siviliasi). Rousseau berpendapat bahwa kebudayaan dengan penemuan-
penemuannya yang baru, dengan usaha untuk mencari penghalusan dan peningkatan
mutu dalam kehidupan sehari-hari, pada hakikatnya akan membawa akibat bagi umat
manusia ke arah kemerosotan dan keruntuhan dalam hidupnya.
Ajaran kedaulatan rakyat berpangkal tolak hasil penemuan Rousseau bahwa
tata tertib dan kekuasaan, manusia tidak akan hidup tentram. Tanpa tata tertib,
manusia merupakan binatang buas (homo hominim lupus), dan kehidupan berubah
menjadi perang antar-umat manusia (bellum omniun contra omnes). Itulah sebabnya
manusia bersepakat untuk mendirikan negara, dan untuk itu mereka mangadakan
perjanjian masyarakat. Tetapi yang dimaksud dengan rakyat oleh Rousseau bukanlah
penjumlahan daripada individu-individu di dalam negara, melainkan adalah kesatuan
yang dibentuk oleh individu-indivudu itu dan tang mempunyai kehendak,
Mengenai kedaulatan rakyat dalam kaitannya dengan perjanjian masyarakat (contract
social), terdapat dua pendapat. Pertama, kekuasaan dari rakyat karena perjanjian
masyarakat itu relah habis, sebab kekuasaan berpindah dari rakyat kepada penguasa
yang kini mempunyai kekuasaan mutlak. Penguasa itulah yang berdaulat, bukan
rakyat. Kedua, manusia sejak dilahirkan telah membawa hak. Untuk menjamin hak-
hak itu, maka, mereka mengadakan perjanjian masyarakat untuk mendirikan negara
untuk melindungi hak-hak manusia itu. Jadi kedaulatan itu tetap berada pada rakyat
5. KEDAULATAN HUKUM
8
itu patuh kepada hukum dan dapat dihukum. Bukankah Negara berkuasa membuat
undang-undang? bagaimana mungkin Negara yang berkuasa secara sukarela
mengikat dirinya dengan undang-undang itu.
9
Bangsa Indonesia merupakan negara yang besar dan memiliki masyarakat
yang tidak sedikit sehingga sistem demokrasi yang diterapkan di indonesia adalah
demokrasi tak langsung. Sehingga pelaksanaan demokrasi rakyat menurut UUD 1945
adalah rakyat dan lembaga-lembaga pemerintahaan yang menjadi wadah dalam
menjalakan tugas-tugas kenegaraan sebagai representasi dari teori kedaulatan rakyat.
Selain itu juga ditegaskan dalam pembukan UUD’45 “… susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat …”
Selain itu teori kedaulatan rakyat yang dianut di Indonesia juga di tegaskan dalam
pancasila yaitu sila ke-4 yang berbunyi” Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan”. Sila tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
Bukti lain bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dapat kita temukan di dalam
isi Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke-4, yang perumusannya sebagai berikut:
10
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar negara Indonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Pada alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945 tersebut, pada baris yang dicetak tebal
secara tersurat menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah penganut jenis
kedaulatan rakyat. Bagaimana di dalam pasal-pasal UUD 1945? Dalam UUD 1945
pasal 1 ayat 2, ditegaskan bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-undang Dasar.
Berdasarkan uraian tentang kedaulatan rakyat tersebut, jelaslah bahwa negara kita
termasuk penganut teori kedaulatan rakyat. Rakyat memiliki kekuasaan yang
tertinggi dalam negara, tetapi pelaksanaanya diatur oleh Undang-undang dasar.
Selain dari penganut jenis kedaulatan rakyat, ternyata UUD Negara RI Tahun
1945, juga menganut jenis kedaulatan hukum. Hal tersebut dapat ditemukan di dalam
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, isinya adalah negara Indonesia adalah negara hukum.
Artinya negara kita bukan negara kekuasaan. Bahwa segala sesuatu yang berkaitan
dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diatur menurut hukum
yang berlaku. Misalnya peraturan berlalu lintas di jalan raya diatur oleh peraturan
lalu lintas. Menebang pohoh dihutan diatur oleh peraturan, supaya tidak terjadi
penggundulan hutan yang berakibat banjir, dan contoh lainnya.
Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 juga merupakan dasar bahwa negara kita menganut
kedaulatan hukum isi lengkapnya adalah segala warga negara bersamaan
kedudukkanya dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Maknanya bahwa setiap warga negara
yang ada di wilayah negara kita kedudukan sama di dalam hukum, jika melanggar
hukum siapapun akan mendapat sanksi. Misalnya rakyat biasa, atau anak pejabat jika
mereka melanggar harus diberikan sanksi, mungkin berupa kurungan (penjara) atau
dikenakan dend
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
12