Anda di halaman 1dari 3

Nama : I Dewa Ayu Ahadhita

Nim : 1904551054

Teori Kekuasaan
Kekuasaan dalam sebuah negara dijalankan oleh pemimpin, pemimpin menurut Inu
Kencana Syafiie adalah pemimpin (dalam Bahasa Inggris “Leader”) berarti orang yang
mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain
tersebut bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam sebuah neagra pemimpin bisa berupa Raja, Presiden, Ratu atau sebutan
lainnya, dalam melaksanakan kepepimpinan pemimpin memiliki kekuasaan atau
kewenangan dalam menjalankan kekuasannya. Kekuasaan inilah yang digunakan oleh
pemimpin untuk memaksa orang yang dipimpin membayar pajak, memenjarakan orang
sampai menaati peraturan-peraturan
Pemimpin dalam menjalakan kekuasannya pada sebuah negara harus memilik
keabsahaan (legitimasi). Legitimasi adalah kesesuain suatu tindakan perbuatan dengan
hukumyang berlaku, atau pertauran yang ada, baik peraturan hukum formal, etis, adat isti
adat, maupun hukum kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara syah.
Jadi hendaknya kekuasaan itu harus diperoleh secara sah, agar kekuasaan itu tidak
disalahgunakan dan tidk menjalankan kekuasaan itu dengan sewenag-wenang. Terhadap
setiap wewenang dapat dipersoalkan apakah wewenang itu absah atau tidak, apakah
mempunyai dasar atau tidak. Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat
terhadap kewenangan. Artinya apakah masyarakat menerima dan mengakui hak moral
pemimpin untuk membuat dan melaksanakan keputusan yang mengikat masyarakat
ataukah tidak. Apabila masyarakat menerima dan mengakui hak moral pemimpin untuk
membuat dan melaksanakan keputusan yang mengikat masyarakat maka kewenangan itu
dikategorikan sebagai berlegitimasi. Maksudnya, legitimasi merupakan penerimaan dan
pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah, membuat dan
melaksanakan keputusan politik. Secara etimologi legitimasi berasal dari bahasa latin
“lex” yang berarti hukum. Kata legitimasi identik dengan munculnya kata-kata seperti
legalitas, legal dan legitim. Jadi secara sederhana legitimasi adalah kesesuaian suatu
tindakan perbuatan dengan
Menurut Zippelius dalam Franz Magnis—Suseno (Etika Politik, 1994:54) bentuk
legitimasi dilihat dari segi obyek dapat dibagi atas dua bentuk yakni :
1. Legitimasi materi wewenang Legitimasi materi wewenang mempertanyakan
wewenang dari segi fungsinya: untuk tujuan apa wewenang dapat dipergunakan dengan
sah? Wewenang tertinggi dalam dimensi politis kehidupan manusia menjelma dalam dua
lembaga yang sekaligus merupakan dua dimensi hakiki kekuasaan politik: yakni dalam
hukum sebagai lembaga penataan masyarakat yang normatif dan dalam kekuasaan
2. Legitimasi subyek kekuasaan Legitimasi ini mempertanyakan apa yang menjadi
dasar wewenang seseorang atau sekompok orang untuk membuat undang-undang dan
peraturan bagi masyarakat dan untuk memegang kekuasaan negara. Pada prinsipnya
terdapat macam legitimasi subyek kekuasaan:
a. Legitimasi religius Legitimasi yang mendasarkan hak untuk memerintah faktor-
faktor yang a diduniawi, jadi bukan pada kehendak rakyat atau pada suatu kecakapan
empiris khususnya penguasa.
b. Legitimasi eliter Legitimasi yang mendasarkan hak untuk memerintah pada
kecakapan khusus suatu golongan untuk memerintah. Paham legitimasi ini berdasarkan
anggapan bahwa untuk memerintah masyarakat diperlukan kualifikasi khusus yang tidak
dimiliki oleh seluruh rakyat. Legitimasi eliter dibagi menjadi empat macam yakni
(1) legitimasi aristoktratis : secara tradisional satu golongan, kasta atau kelas
dalam masyarakat dianggap lebih unggul dari masyarakat lain
(2) legtimasi ideologis modern : legitimasi ini mengandaikan adanya suatu
idiologis negara yang mengikat seluruh masyarakat.
(3) legitimasi teknoratis atau pemerintahan oleh para ahli: berdasarkan
argumentasi bahwa materi pemerintahan masyarakat dizaman modern ini sedemikian
canggih
(4) legitimasi pragmatis: orang, golongan atau kelas yang de facto menganggap
dirinya paling cocok untuk memegang kekuasaan dan sanggup untuk merebut serta untuk
menanganinya inilah yang dianggap berhak untuk berkuasa.
Menurut Andrain dalam Ramlan Subakti (Memahami Ilmu Politik, 1999:97) berdasarkan
prinsip pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap pemerintah maka legitimasi
dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu :
1. Legitimasi tradisional; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan
kepada pemimpin pemerintahan karena pemimpin tersebut merupakan keturunan
pemimpin ”berdarah biru” yang dipercaya harus memimpin masyarakat.
2. Legitimasi ideologi; masyarakat memberikan dukungan kepada pemimpin
pemerintahan karena pemimpin tersebut dianggap sebagai penafsir dan pelaksana
ideologi. Ideologi yang dimaksudkan tidak hanya yang doktriner seperti komunisme,
tetapi juga yang pragmatis seperti liberalisme dan ideologi pancasila.
3. Legitimasi kualitas pribadi; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan
kepada pemerintah karena pemimpin tersebut memiliki kualitas pribadi berupa
kharismatik maupun penampilan pribadi dan prestasi cemerlang dalam bidang tertentu.
4. Legitimasi prosedural; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan
kepada pemerintah karena pemimpin tersebut mendapat kewenangan menurut prosedur
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
5. Legitimasi instrumental; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan
kepada pemerintah karena pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin kesejahteraan
materiil (instrumental) kepada masyarakat.

Argumentasi :
Kekuasaan sangat erat kaitannya dengan negara sebagai tempat perwujudan dari
sebuah kekuasaan, selain itu kekuasaan juga tidak dapat dipisah dengan politik sebab
politik dari banyak ahli mengatakan sebagai sebuah alat untuk merebut, menjalankan
serta mempertahankan kekuasaan itu sendiri. Selanjutnya kekuasaan juga tidak bisa
dipisahkan dengan pemimpin, karena orang tau sekelompok orang itulah yang
menjalankan kekuasaan disebuah negara ataupun disuatu organisasi, perwujudan
kekuasaan juga diimplementasikan kedalam bentuk pemerintahan.
Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk
menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus
menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan
tertentu. Pada dasarnya kekuasaan diperuntukan untuk melindungi masyarakat yang
dipimpinnya serta kekuasaan itu untuk mencapai tujuan bersama serta cita-cita bernegara.

Kesimpulan :
Maka dari itu, kemampuan pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat
mempengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk melakukan
suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh atau
bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental untuk hasil yang baik.
Dengan kemulian tujuan kekuasaan itu maka hendaknya kekuasaan jangan sampai
disalahgunakan, sebagai alat untuk memperkaya diri sendiri, kelompok serta partai
tertentu, serta hendaknya dalam menjalankan kekuasaan yang telah diraih memiliki
legitimasi agar benar benar memiliki kedudukan yang sah secara hukum.
 
Pertanyaan :
Wewenang adalah kekuasaan yang berhak untuk menuntut ketaatan, jadi berhak untuk
memberikan perintah. Terhadap wewenang itu apa yang menjadi dasarnya?

Anda mungkin juga menyukai