Oleh:
Khabib Fatkhur Rizqy (202210110311435)
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Perjanjian sewa menyewa secara tertulis diatur dalam pasal 1570 KUHPerdata
menegaksan bahwa :
“jika sewa dibuat dengan tulisan, maka sewa itu akan berakhir demi hukum, apabila waktu
yang ditentukan telah lampau, tanpa diperlukannya sesuatu pemberhentian itu.”
dengan adanya suatu perjanjian yang tertuang dalam tulisan, akan memberikan nilai
lebih yang dapat memberi rasa aman terhadap pihak baik pemeri sewa ataupun penyewa
barang tersebut dalam perjanjian tertulis yang sah, para pihak dapat mencantumkan hak dan
kewajiban parah pihak, masa sewa, dan harga sewa yang sudah disepakati oleh kedua belah
pihak
Sewa menyewa secara lisan diatur dalam Pasal 1571 KUHPerdata yang menyatakan bahwa :
“jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang
ditentukan, melainkan setelah salah satu pihak memberitahukan kepada pihak yang lain
bahwa ia hendak menghentikan sewanya dengan mengindahkan tenggang waktu yang
diharuskan menurut kebiasaan setempat”
Perjanjian secara lisan dianggap cukup berisiko, hal itu karena perjanjian secara lisan rentan
terhadap akan timbulnya kerugian terhadap para pihak Ketika terjadi adanya permasalahan
yang timbul dalam sewa menyewa
Kewajiban Pihak Pemilik dan Penyewa
Kewajiban Pihak yang menyewakan Pasal 1550 KUHPerdata menyatakan bahwa Pihak yang
menyewakan karena sifat persetujuan dan tanpa perlu adanya suatu janji, wajib untuk :
1. Untuk memakai barang yang disewa sebagai seorang bapak-rumah yang baik, sesuai
dengan tujuan yang diberikan pada barang itu menurut persetujuan sewanya, atau
jika tidak ada suatu persetujuan mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan
berhubunga dengan keadaan.
2. Untuk membaya harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
“Penyewa bertanggung jawab atas segala kerusakan yang ditimbulkan pada barang yang
disewakan selama waktu sewa, kecuali jika ia membuktikan bahwa kerusakan itu terjadi
diluar kesalahannya.”
secara tegas bahwa KUHPerdata mengatur bahwa penyewa harus bertanggung jawab apabila
dalam masa sewa barang tersebut terjadi kerusakan. namun, apabila jika memang kerusakan
yang timbul bukan diakibatkan oleh penyewa dan dapat dibuktikan, maka penyewa tidak
dapat dimintai pertanggungjawaban atas kerusakan benda tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu klausula dalam perjanjian sewamenyewa yang apabilan tidak
dilakukan oleh salah satu pihak, misalnya Pihak Kedua (penyewa) melakukan
perubahan fungsi atas obyek sewa tanpa pemberitahuan kepada Pihak Pertama (yang
menyewakan/ pemilik), maka dalam hal ini si penyewa lalai atau wanprestasi. Akibat
hukum wanprestasi dalam perjanjian sewa menyewa rumah kantor dapat
mengakibatkan hal-hal sebagai berikut: a) Pembatalan perjanjian, yaitu apabila syarat
sahnya perjanjian sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, dimana jika
salah satu dari syarat subyektif atau syarat obyektifnya tidak dipenuhi, maka
perjanjian sewa menyewa dapat dibatalkan atau batal demi hukum; b) Pemberian
Ganti Rugi atas biaya dan kehilangan keuntungan bagi pemilik sebagai akibat lalainya
pihak penyewa ; c) Peralihan Risiko; dan d) Membayar ongkos perkara.
Para pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan dan pelaksanaan suatu perjanjian sewa-menyewa, disarankan untuk
mengedepankan nilai-nilai kejujuran dan integritas, dan sekalipun timbul suatu
permasalahan diantara para pihak hendaklah tetap beritikad baik. Khusus kepada
mayarakat sesuai dengan tatanan yang berlaku dimana obyek perjanjian terletak,
disarankan untuk ikut mendukung terciptanya kenyamanan dan keamanan bagi pihak
penyewa dalam menjalankan usahanya yang secara tidak langsung berkontribusi
terhadap kemajuan perekonomian masyarakat sekitarnya