Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERANCANGAN KONTRAK

TENTANG :
“”PERJANJIAN SEWA MENYEWA “

Oleh :
Kelompok 7

Rafika Ayu : 1813010035


Nelam Sari : 1813010036
Indah Wahyuni Putri : 1813010038
Hendri Kurniawan : 1813010039

Dosen Pengampu :
Misnar Syam, SH., MH.

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1443 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

‫س ِم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ْ ِ‫ب‬

Puji syukur kami ucapkan atas Kehadirat Allah SWT Yang Maha pengasih
lagi maha penyayang. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta
inayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Sewa Menyewa.
Kami sebagai pemakalah menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibuk
pengampu mata kuliah Perancangan Kontrak yang telah membimbing pemakalah
dalam mata kuliah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu pemakalah mengharapkan saran dan kritik yang
membangun, guna menghasilkan makalah yang lebih baik. Kami berharap
makalah yang kami susun bisa memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Padang, 30 Oktober 2021

Pemakalah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkenaan dengan perjanjian sewa-menyewa terdapat 2 (dua) pihak yaitu
pihak penyewa dan pihak yang menyewakan. Pihak yang menyewakan
menyerahkan barang yang hendak disewa kepada pihak penyewa untuk dinikmati
sepenuhnya1. Keuntungan yang didapat oleh masing-masing pihak tersebut dalam
melaksanakan perjanjian sewa-menyewa adalah pihak penyewa dapat menghemat
sebagian dari dananya bila menyewakan suatu barang dari pada harus
membelinya, sedangkan bagi pihak yang menyewakan bisa mendapat keuntungan
daripembayaran dan harga sewa serta dapat memperluas bidang usahanya.

Perjanjan sewa menyewa merupakan suatu perjanjian yang diatur dalam


Burgelijk Wetboek (BW). Perjanjain sewa-menyewa ini tunduk kepada ketentuan-
ketentuan umum dari perjanjian yang diatur dalam Buku III KUHPerdata
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1548 KUHPerdata yang menyatakan bahwa
sewa-menyewa adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
mengikatkan diri untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak
yang lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi
oleh pihak tersebut.
Perkembangannya didasarkan pada “ kebebasan hukum berkontrak “
sebagai asas dari perjanjian yang diatur dalam Pasal 1338 jo Pasal 1320
KUHPerdata. Dalam form pranata sewamenyewa merupakan pranata hukum
perjanjian yang of contract ( tertulis ) biasanya penyewa disodori perjanjian
dengan syarat-syarat yang ditetapkan sendiri oleh yang menyewakan, sedangkan
penyewa hanya dapat mengajukan perubahan pada hal-hal tertentu saja
umpamanya tentang harga, tempat penyerahan barang dan cara pembayaran,
dimana hal ini pun apabila dimungkinkan oleh yang menyewakan.
Wirjono Prodjodikoro menyatakan bahwa sistem Burgelijk Wetboek (BW)
juga

1
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung, hlm.220.
memungkinkan para pihak mengadakan persetujuan-persetujuan yang sama sekali
tidak diatur dalam BW, Wvk atau undang-undang lain2.Perjanjian sewa-menyewa
diatur dalam buku III KUHPerdata tentang perikatan. Pasal 1233 KUHPerdata
menentukan “ tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian, maupun
karena undang-undang”.
Perjanjian sewa-menyewa pun dapat berakhir, berakhirnya perjanjian
sewa-menyewa secara umum diatur di dalam undang-undang. Penentuan
berakhirnya perjanjian sewa-menyewa terkait dengan bentuk perjanjian.
Ketentuan hukum perjanjian sewa menyewa di dalam KUHPerdata membedakan
antara perjanjian sewa-menyewa yang dibuat secara lisan dan tertulis.
Berakhirnya sewa-menyewa bisa dikarenakan batas waktu tertentu yang sudah
ditentukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah maksud dari Perjanjian Sewa Menyewa?
2. Apa Subjek dan Objek Sewa Menyewa ?
3. Bagaimana Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Sewa
Menyewa?
4. Bagaimana Risiko dan Tanggung Jawab dalam Perjanjian Sewa
Menyewa?
5. Bagaimana Bentuk perjanjian sewa menyewa?
6. Bagaimana Berakhirnya perjanjian sewa menyewa?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari Perjanjian Sewa Menyewa
2. Untuk mengetahui bagaimana Subjek dan Objek Sewa Menyewa
3. Untuk mengetahui bagaimana Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam
Perjanjian Sewa Menyewa
4. Untuk mengetahui bagaimana Risiko dan Tanggung Jawab dalam
Perjanjian Sewa Menyewa

2
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur
Bandung , 1964, hlm.12.
5. Untuk mengetahui bagaimana Bentuk perjanjian sewa menyewa
6. Untuk mengetahui bagaimana Berakhirnya perjanjian sewa menyewa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaturan dan Pengertian Perjanjian Sewa Menyewa
Sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan
dari sesuatu barang, selama suatu waktu tententu dan dengan pembayaran suatu
harga yang oleh pihak yang tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya
berdasarkan Pasal 1548 KUHPerdata mengenai perjanjian sewa menyewa3.
Sewa menyewa merupakan salah satu perjanjian timbal balik. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia sewa berarti pemakaian sesuatu dengan
membayar uang sewa dan menyewa berarti memakai dengan membayar uang
sewa4. Menurut pendapat Wiryono Projodikoro sewa menyewa barang adalah
suatu penyerahan barang oleh pemilik kepada orang lain itu untuk memulai dan
memungut hasil dari barang itu dan dengan syarat pembayaran uang sewa oleh
pemakai kepada pemilik5. Dari uraian di atas, dapat di simpulkan unsur-unsur
yang tercantum dalam perjanjian sewa menyewa adalah :
a. Adanya pihak yang menyewakan dan pihak yang menyewa;
b. Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak;
c. Adanya objek sewa menyewa;
d. Adanya kewajiban dari pihak yang menyewakan untuk menyerahkan
kenikmatan kepada pihak penyewa atas suatu benda;
e. Adanya kewajiban dari penyewa untuk menyerahkan uang sewa kepada pihak
yang menyewakan.

Sewa menyewa seperti halnya dengan jual beli dan perjanjianperjanjian


lain pada umumnya adalah suatu perjanjian konsensuil, artinya ia sudah sah dan
mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokok, yaitu

3
Subekti, Aneka Perjanjian,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 39.
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 833.
5
Wiryono Projodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan Tertentu, Alumni, Bandung, 1981,
hlm. 190
barang dan harga. KUHPerdata tidak menyebutkan secara tegas mengenai bentuk
perjanjian sewa menyewa, sehingga perjanjian sewa menyewa dapat dibuat dalam
bentuk lisan maupun tertulis.
Perihal bentuk perjanjian sewa menyewa diatur dalam Pasal 1570
KUHPerdata untuk perjanjian tertulis yang menyatakn bahwa, jika sewa menyewa
itu diadakan secara tertulis, maka sewa itu berakhir demi hukum apabila waktu
yang ditentukan sudah habis, tanpa diperlukannya sesuatu pemberitahuan
pemberhentian untuk itu.
Sebaliknya apabila sewa menyewa dilakukan secara lisan atau tidak
tertulis diatur dalam Pasal 1571 KUHPerdata yang menyatakan bahwa, jika sewa
tidak dibuat dengan tertulis maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang
ditentukan, melainkan jika pihak yang menyewakan memberitahu kepada si
penyewa, bahwa ia hendak menghentikan sewanya, jika tidak ada pemberitahuan,
maka dianggap bahwa sewa diperpanjang.
Dalam perjanjian sewa menyewa barang yang di serahkan dalam sewa
menyewa tidak untuk dimiliki seperti halnya dalam perjanjian jual beli, tetapi
hanya untuk dinikmati kengunaannya.

B. Subjek dan Objek Sewa Menyewa


Subjek perjanjian sewa menyewa adalah para pihak yang membuat
perjanjian, yaitu penyewa dan pihak yang menyewakan. Penyewa dan pihak yang
menyewakan ini dapat berupa orang pribadi, dan badan hukum yang diwakili oleh
orang yang berwenang, seseorang atas keadaan tertentu menggunakan kedudukan
atau hak orang lain tertentu, dan persoon yang dapat diganti.
Objek dalam perjanjian sewa menyewa berupa barang, yaitu benda dalam
pedagangan yang ditentutkan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum. Pasal 1549 KUHPerdata ayat 2
menyatakan bahwa, semua jenis barang, baik yang bergerak, maupun tidak
bergerak dapat disewakan6.

6
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 15
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Sewa Menyewa
Dalam perjanjian sewa menyewa adapun subyek dari perjanjian sewa
menyewa yaitu adanya pihak penyewa dan pihak yang menyewakan. Kedua belah
pihak memiliki hak dan kewajiban masing-masingnya dan diatur dalam
KUHPerdata yaitu:
a. Hak dan Kewajiban Pihak yang Menyewakan
Adapun yang menjadi hak dari pihak yang menyewakan adalah menerima
harga sewa yang telah ditentukan. Sedangkan yang menjadi kewajiban bagi pihak
yang menyewakan dalam perjanjian sewa menyewa tersebut, yaitu:
1) Menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa diatur dalam
Pasal 1550 ayat (1) KUHPerdata
2) Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa, sehingga dapat
dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan diatur dalam Pasal 1550
ayat (2) KUHPerdata
3) Memberikan hak kepada penyewa untuk menikmati barang yang
disewakan diatur dalam Pasal 1550 ayat (3) KUHPerdata
4) Melakukan pembetulan pada waktu yang sama diatur dalam Pasal 1551
KUHPerdata
5) Menanggung cacat dari barang yang disewakan diatur dalam Pasal 1552
KUHPerdata
b. Hak dan Kewajiban Pihak Penyewa
Adapun yang menjadi hak bagi pihak penyewa adalah menerima barang
yang disewakan dalam keadaan baik, sedangkan yang menjadi kewajiban pihak
penyewa dalam perjanjian sewa menyewa tersebut, yaitu:
1) Memakai barang sewa sebagaimana barang tersebut seakanakan
kepunyaan sendiri;
2) Membayar harga sewa pada waktu yang telah ditentukan (Pasal 1560
KUHPerdata)7.

7
Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Cet. Ke- 5, Sinar Grafika,
Jakarta,2010, hlm. 58-59
Dari ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa kedua belah pihak baik
yang menyewakan ataupun penyewa memiliki hak dan kewajiban yang harus
dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan dalam Undang-Undang.

D. Risiko dan Tanggung Jawab dalam Perjanjian Sewa Menyewa


Pengertian risiko seperti telah dikemukakan pada risiko perjanjian secara
umum, yaitu: kewajiban memikul kerugian yang sisebabkan oleh suatu kejadian
(peristiwa) yang menimpa barang yang menjadi objek perjanjian8. Dalam
KUHPerdata risiko diatur dalam Pasal 1553 ayat (1) KUHPerdata yang
menyatakan bahwa: apabila barang yang disewakan itu musnah karena suatu
peristiwa yang terjadi diluar kesalahan satu pihak, maka perjanjian sewa menyewa
tersebut gugur demi hukum.
Pembebanan risiko terhadap obyek sewa didasarkan terjadinya suatu
peristiwa diluar dari keselahan para pihak yang menyebabkan musnahnya barang
atau obyek sewa. Musnahnya barang yang menjadi obyek perjanjian sewa
menyewa dapat di bagi menjadi dua macam,
yaitu:
a. Musnah secara total (seluruhnya).
Jika barang yang menjadi obyek perjanjian sewa menyewa musnah yang
diakibatkan oleh peristiwa di luar kesalahan para pihak maka perjanjian
tersebut gugur demi hukum. Pengertian dari “musnah” disini berarti barang
yang menjadi obyek perjanjian sewa menyewa tersebut tidak dapat lagi
digunakan sebagai mana mestinya, meskipun terdapat sisa atau bagian kecil
dari barang tersebut masih ada. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 1553
KUHPerdata yang menyatakan jika selama waktu sewa menyewa, barang yang
disewakan sama sekali musnah karena suatu kejadian.
b. Musnah sebagian barang yang menjadi obyek perjanjian sewa menyewa
Disebut musnah sebagian apabila barang tersebut masih dapat di gunakan
dan dinikmati kegunaannya walaupun bagian dari barang tersebut telah

8
Subekti, hukum perjanjian,Jakarta,PT Intermasa Edisi/ Cetakan :Cet.23,2010, hlm. 90
musnah. Berdasarkan Pasal 1554 KUHPerdata jika obyek perjanjian sewa
menyewa musnah sebagian maka penyewa mempunyai pilihan, yaitu:
1) Meneruskan perjanjian sewa menyewa dengan meminta pengurangan harga
sewa;
2) Meminta pembatalan perjanjian sewa menyewa.
E. Bentuk perjanjian sewa menyewa
a. Bentuk Perjanjian
Perjanjian sewa menyewa adalah suatu perjanjian konsensual, namun oleh
undang-undang diadakan perbedaan (dalam akibatakibatnya) antara
perjanjian sewa menyewa tertulis dan perjanjian sewa menyewa lisan. Jika
perjanjian sewa menyewa itu diadakan secara tertulis, maka perjanjian sewa
menyewa itu berakhir demi hukum (otomatis) apabila waktu yang tentukan
sudah habis, tanpa diperlukannya sesuatu pemberitahuan pemberhentian
untuk itu.
Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, yaitu:
1) Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangain oleh para pihak yang
bersangkutan saja. Perjanjian ini hanya mengikat para pihak dalam perjanjian,
tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga. Dengan kata lain,
jika perjanjian tersebut disangkal pihak ketiga maka para pihak atau salah
satu pihak di perjanjian itu berkewajiban mengajukan bukti-bukti yang
diperlukan untuk membuktikan bahwa keberatan pihak ketiga dimaksud tidak
berdasarkan dan tidak dibenarkan.
2) Perjanjian dengan saksi notaris atau melegalisir tanda tangan para pihak.
Fungsi kesaksian notaris atas suatu dokomen semata-mata hanya untuk
melegalisir kebenaran tanda tanggan para pihak. Akan tetapi, kesaksian
tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian.
3) Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta
notariel (autentik). Akta notariel adalah akta yang dibuat dihadapan dan di
muka pejabat yang berwenang itu. Pejabat yang berwenang itu adalah notaris,
camat, PPAT, dan lain-lain. Jenis dokumen ini merupakan alat bukti yang
sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun pihak ketiga9.
Apabila perjanjian sewa menyewa tidak dibuat dengan tulisan, maka
perjanjian sewa menyewa itu tidak berakhir pada waktu yang ditentukan,
melainkan jika pihak yang menyewakan memberitahukan kepada si penyewa
bahwa ia hendak mengehentikan sewanya, pemberitahuan mana harus dilakukan
dengan mengindahkan jangka waktu yang diharuskan menurut kebiasaan
setempat10.
b. Bentuk Perjanjian Sewa Menyewa Rumah
Didalam KUHPerdata tidak ditentukan secara tegas tentang bentuk
perjanjian sewa menyewa yang dibuat oleh para pihak. Oleh karena itu, perjanjian
sewa menyewa dapat dibuat dalam bentuk tertulis dan lisan. Dalam perjanjian
sewa menyewa rumah, khusunya dibuat dalam bentuk lisan. Namun ada juga yang
dibuat dalam bentuk tertulis dan isi perjanjian telah dirumuskan oleh para pihak.
Akan tetapi, yang paling dominan dalam menentukan sustansi perjanjian adalah
dari pihak yang menyewakan dan pihak penyewa tinggal menyetujui atau tidak
persetujuan yang disampaikan.
Dengan adanya perjanjian tertulis dalam perjanjian sewa menyewa rumah
memiliki fungsi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh masing-
masing pihak dan untuk mendapatkan kepastian hukumnya.
Contohnya ;
SURAT PERJANJIAN SEWA – MENYEWA
RUMAH
Pada hari ini, kamis tanggal dua September dua ribu sepuluh (2 September 2010)
hadir dihadapan saya Ikhsandarus, Notrais di Padang, dengan menghadirkan oleh
saksi-saksi saya notris kenal dan akan disebutkan pada akhir akta ini.

Yang bertanda tangan di bawah ini:

9
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta, 2001,
10
Subekti, Op.Cit., hlm. 47
1. Made Dini, lahir di Prabukula pada tanggal tiga Januari seribu Sembilan ratus
tujuh lima (3 Januari 1975), ibu rumah tangga, bertempat tinggal di
BD.Prabakula, Desa Padangbulia, rukun warga 02, rukun tetangga 05, kecamatan
Sukasada,Kabupaten Buleleng, pemegang kartu tanda penduduk nomor
1231.12721/03043002, waraga Negara Republik Indonesia, yang bertindaka
sebagai pihak pertama.
2. Putu Sila Utama Yasa, lahir di Sari Maker pada tanggal delapan Agustus seribu
Sembilan ratus delapan puluh ( 8 Agustus 1980), Dagang, bertempat tinggal di
Desa Sari maker, rurkun warga 04, rukun tetangga 03, Kecamatan Buleleng,
pemegang kartu tanda penduduk nomor 1321.7412/06036003, waraga Negara
Republik Indonesia, yang bertindaka sebagai pihak kedua.

Pihak-pihak menerangkan terlebih dahulu sebagai berikut :


1. Bahwa pihak pertama sebagai pemilik rumah yang ada diatas persil tanah
seluas 1500M2
2. Bahwa pihak pertama setuju menyewakan rumah yang terletak di jalan
BD. Prabakula Kecamatan Buleleng.
3. Bahwa pihak pertama setuju menyewakan rumah kepada pihak kedua, dan
pihak juga telah setuju untuk menyewa rumah pihak pertama.
4. Bahwa sewa menyewa ini terjadi dengan harga lima juta rupiah
( Rp.5000,000,00-,) setia tahun.
Selanjutnya kedua belah pihak saling setuju atau sepakat untuk
melangsungkan jual beli ini dalam suatu perjanjian dengan ketentuan dan syarat-
syarat sebagai berikut :
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
1. Rumah dalam bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga.
2. Penghunian adalah penggunaan atau pemakaian suatu rumah oleh
seseorang atau badan.
3. Sewa menyewa rumah adalah keadaan dimana rumah dihuni oleh bukan
pemilik berdasarkan perjanjian sewa menyewa.
Pasal 2
HARGA SEWA
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah sepakat untuk menentukan harga
sewa atas rumah berikut pekarangannya tersebut di atas dengan nilai sewa [(Rp.
5.000,000,00) ( Lima Juta Rupiah ) untuk jangka waktu [(1 Tahun ) (satu)] tahun
terhitung sejak tanggal ( 02 Maret 2014) sampai dengan tanggal ( 03 Maret 2015) dan
keseluruhan uang sewa tersebut sudah harus dibayarkan PIHAK KEDUA kepada
PIHAK PERTAMA pada saat penandatanganan surat perjanjian ini.

Pasal 3
JAMINAN PIHAK PERTAMA
PIHAK PERTAMA menjamin bahwa barang yang disewakan tersebut di atas
berikut semua fasilitas-fasilitas yang terdapat di dalamnya adalah hak miliknya
dan bebas dari segala tuntutan hukum dan persoalan-persoalan yang dapat
mengganggu PIHAK KEDUA atas penggunaannya selama jangka waktu
berlakunya surat perjanjian ini. Segala kerugian yang timbul akibat kelalaian
PIHAK PERTAMA ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA.
Pasal 4
LARANGAN BAGI PIHAK PERTAMA
Sebelum jangka waktu kontrak seperti yang tertulis pada pasal 1 surat perjanjian
ini berakhir, PIHAK PERTAMA tidak dibenarkan meminta PIHAK KEDUA
untuk mengakhiri jangka waktu kontrak dan menyerahkan kembali rumah tersebut
kepada PIHAK PERTAMA kecuali disepakati oleh kedua belah pihak.

Pasal 5
LARANGAN BAGI PIHAK KEDUA
1. PIHAK KEDUA tidak dibenarkan sama sekali untuk mengalihkan hak atau
mengontrakkan kepada PIHAK KETIGA tanpa ijin serta persetujuan dari PIHAK
PERTAMA.
2. PIHAK KEDUA tidak dibenarkan untuk mengubah struktur dan instalasi dari
rumah tersebut tanpa ijin dan persetujuan dari PIHAK PERTAMA.
Yang dimaksudkan dengan struktur adalah sistim konstruksi bangunan yang
menunjang berdirinya bangunan rumah tersebut, seperti: pondasi, balok, kolom,
lantai, dan dinding.
Pasal 6
TANGGUNG JAWAB AKIBAT PEMAKAIAN
1. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas kerusakan struktur sebagai
akibat pemakaian.
2. PIHAK KEDUA dibebaskan dari segala ganti rugi atau tuntutan dari
PIHAK PERTAMA akibat kerusakan pada bangunan yang diakibatkan
oleh force majeure.
Yang dimaksud dengan Force majeure adalah:
a. Bencana alam, seperti: banjir, gempa bumi, tanah longsor, petir, angin
topan, serta kebakaran yang disebabkan oleh faktor extern yang
mengganggu kelangsungan perjanjian ini.
b. Huru-hara, kerusuhan, pemberontakan, dan perang.

Pasal 7
PENGGUNAAN SARANA
Dalam perjanjian sewa ini sudah termasuk hak atas pemakaian aliran listrik,
saluran nomor telepon, dan air dari PDAM yang telah terpasang sebelumnya pada
bangunan rumah yang disewa. Selama jangka waktu kontrak berlangsung, PIHAK
KEDUA berkewajiban untuk membayar semua tagihantagihan atau rekening-
rekening serta biaya-biaya lainnya atas penggunaannya. Segala kerugian yang
timbul akibat kelalaian PIHAK KEDUA dalam memenuhi kewajibannya
sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

Pasal 8
PENGGUNAAN RUMAH
1. PIHAK KEDUA tidak akan mempergunakan rumah itu untuk tujuan yang
lain dari pada yang disepakati dalam perjanjian ini, kecuali telah mendapat
ijin secara tertulis dari PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk menjaga kebersihan, keamanan,
ketertiban dan ketenteraman lingkungan

Pasal 9
TANGGUNG JAWAB PIHAK PERTAMA
PIHAK PERTAMA bertanggung jawab atas berlakunya peraturan-peraturan
Pemerintah yang menyangkut perihal pelaksanaan perjanjian ini, semisal: Pajak-
pajak, Iuran Retribusi Daerah (IREDA), dan lain-lainnya.

Pasal 10
PENYERAHAN RUMAH
KETIKA PERJANJIAN BERAKHIR
Setelah berakhir jangka waktu kontrak sesuai dengan Pasal 1 surat perjanjian ini,
PIHAK KEDUA segera mengosongkan rumah dan menyerahkannya kembali
kepada PIHAK PERTAMA serta telah memenuhi semua kewajibannya sesuai
dengan pasal 6 surat perjanjian ini.

Pasal 11
PERPANJANGAN SEWA
1. Apabila PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA bermaksud
melanjutkan perjanjian kontrak, maka masing-masing pihak harus
memberitahukan terlebih dahulu, minimal [(------ ) ( --- waktu dalam huruf
---)] bulan sebelum jangka waktu kontrak berakhir.
2. PIHAK KEDUA harus mendapat prioritas pertama dari PIHAK
PERTAMA untuk memperpanjang masa penyewaan barang tersebut di
atas, sebelum PIHAK PERTAMA menawarkannya kepada calon-calon
penyewa yang lain.

Pasal 12
PENGHUNIAN RUMAH DENGAN CARA BUKAN SEWA MENYEWA
1. Penghunian rumah dengan cara bukan sewa menyewa didasarkan kepada
suatu persetuajuan antara pemilik dengan penghuni.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dibuat dalam
bentuk perjanjian tertulis.
3. Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat jangka waktu penghunian.
Pasal 13
HAL-HAL LAIN
1. Hal-hal yang belum tercantum dalam perjanjian ini akan
dimusyawarahkan bersama oleh kedua belah pihak.
2. Mengenai perjanjian ini dan segala akibatnya, kedua belah pihak
bersepakat untuk memilih domisili yang tetap pada ( ------ Kantor
Kepaniteraan Pengadilan Negeri ------ ).

Pasal 14
KETENTUAN PERALIHAN
1. Penghunian rumah terhadap rumah-rumah yang hingga saat berlakunya
Peraturan Pemerintah ini berlangsung atas dasar ketentuan Pasal 5
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1963 tentang Pokok-Pokok
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Perumahan
tetap berlangsung atas dasar perizinan tersebut.
2. Penyelesaian lebih lanjut penghunian rumah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) akan diatur dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.

Pasal 15
PENUTUP
Surat Perjanjian ini ditandatangani di (Desa Padangbulia) pada hari ( kamis )
tanggal (02 Maret 2014) dan berlaku mulai tanggal tersebut sampai dengan
tanggal ( 03 Maret 2015 ).
Demikianlah perjanjian ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap dan bermaterai cukup,
satu rangkap untuk Pihak Pertama dan satu rangkap lagi untuk Pihak Kedua yang
masing-masingnya mempunyai kekuatan hukum yang sama serta ditanda tangani
kedua belah pihak dan disaksikan oleh para saksi (lebih baik disebutkan jumlah
saksinya).

Padang, 2 September 2010

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


[Made Dini] [ Putu Sila Utama Yasa ]
Ibu rumah tangga Pedagang

SAKSI-SAKSI:

[ Hartoni ] [ Samsul ]

F. Berakhirnya perjanjian sewa


Berakhirnya perjanjian sewa menyewa pada dasarnya sesuai dengan
berakhirnya perjanjian pada umumnya sebagaimana diatur dalam Pasal 1381
KUHPerdata suatu perjanjian berakhir dikarenakan :
a. Karena pembayaran
b. Penawaran pembayaran tunai dikuti dengan penyimpanan atau penitipan
c. Karena pembaharuan utang
d. Karena perjumpaan utang atau kompensasi
e. Karena percampuran utang
f. Karena pembebasan utang
g. Karena musnahnya barang yang terhutang
h. Karena batal atau pembatalan
i. Berlakunya suatu syarat batal
j. Lewatnya waktu
Secara khusus, perjanjian sewa menyewa dapat berakhir karena dua
hal, yaitu:
a. Masa sewa berakhir
Berakhirnya masa sewa tidak dilakukan perpanjangan membuat perjanjian
sewa menyewa berakhir demi hukum, tanpa perlu adanya penetapan dari
pengadilan. Pasal 1570 KUHPerdata menyatakan apabila perjanjian ini dibuat
secara tertulis, maka perjanjian sewa menyewa ini berakhir demi hukum tanpa
diperlukannya suatu pemberhentian untuk itu. Sedangkan menurut Pasal 1571
KUHPerdata, apabila perjanjian sewa dibuat secara lisan, maka sewa tidak
berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan jika pihak lain bahwa ia
hendak menghentikan sewanya, dengan memperhatikan tenggang waktu yang
diharuskan menururt kebiasan setempat.
b. Terpenuhinya syarat tertentu dalam perjanjian sewa menyewa
Suatu syarat perjanjian sewa menyewa pada umumnya dapat mencantumkan
syarat batal maupun syarat tangguh terhadap perjanjian apabila dipenuhi
suatu syarat yang diperjanjikan tersebut.
Pasal 1575 KUHPerdata menentukan bahwa perjanjian sewa menyewa
tidak berakhir karena ada salah satu pihak yang meninggal dunia, baik yang
penyewa maupun pihak yang menyewakan. Seluruh kewajiban dan haknya
diteruskan kepada ahli warisnya. Selain itu, perjanjian sewa menyewa juga tidak
dapat diputus apabila barang yang disewakan bralih hak kepemilikannya melalui
jual beli, kecuali jika telah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian tersebut11.

11
Salim H.S, 2010, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, Hlm.58
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perjanjian Sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang
lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tententu dan
dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak yang tersebut terakhir itu
disanggupi pembayarannya berdasarkan Pasal 1548 KUHPerdata
mengenai perjanjian sewa menyewa.
2. Subjek perjanjian sewa menyewa adalah para pihak yang membuat
perjanjian, yaitu penyewa dan pihak yang menyewakan. Objek dalam
perjanjian sewa menyewa berupa barang, yaitu benda dalam pedagangan
yang ditentutkan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum.
3. Adapun yang menjadi hak dari pihak yang menyewakan adalah menerima
harga sewa yang telah ditentukan. Sedangkan yang menjadi kewajiban
bagi pihak yang menyewakan dalam perjanjian sewa menyewa tersebut.
4. Pembebanan risiko terhadap obyek sewa didasarkan terjadinya suatu
peristiwa diluar dari keselahan para pihak yang menyebabkan musnahnya
barang atau obyek sewa. Musnahnya barang yang menjadi obyek
perjanjian sewa menyewa.
5. Perjanjian sewa menyewa adalah suatu perjanjian konsensual, namun oleh
undang-undang diadakan perbedaan (dalam akibatakibatnya) antara
perjanjian sewa menyewa tertulis dan perjanjian sewa menyewa lisan. Jika
perjanjian sewa menyewa itu diadakan secara tertulis, maka perjanjian
sewa menyewa itu berakhir demi hukum (otomatis) apabila waktu yang
tentukan sudah habis, tanpa diperlukannya sesuatu pemberitahuan
pemberhentian untuk itu.
6. Berakhirnya perjanjian sewa menyewa pada dasarnya sesuai dengan
berakhirnya perjanjian pada umumnya sebagaimana diatur dalam Pasal
1381 KUHPerdata, dan Pasal 1575 KUHPerdata menentukan bahwa
perjanjian sewa menyewa tidak berakhir karena ada salah satu pihak yang
meninggal dunia, baik yang penyewa maupun pihak yang menyewakan.
Seluruh kewajiban dan haknya diteruskan kepada ahli warisnya.

B. Saran

Kami dari penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini jauh dari
kesempurnaan, dan keterbatasan referensi untuk itu kami berharap kepada
pembaca, terutama dosen pembimbing mata kuliah ini berupa kritik dan sarannya
terhadap makalah yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung,
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan
Tertentu, Sumur Bandung , 1964.
Subekti, Aneka Perjanjian,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.
KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Online) Available at :
http://kbbi.web.id/Sewa menyewa.
Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Cet. Ke- 5,
Sinar Grafika, Jakarta,2010.
Subekti, hukum perjanjian,Jakarta,PT Intermasa Edisi/ Cetakan :Cet.23, 2010.
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta, 2001.
Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta 2010,

Anda mungkin juga menyukai