Tentang
Disusun oleh
KELOMPOK 3
Yunisa Ramadhani : 1813010012
Helwa Layali : 1813010016
Aliful Ghaibi : 1813010013
Lufthi Muhammad Fajri : 1813010014
Dosen Pembimbing :
BAB II PEMBAHASAN
a. Perikatan
b. Prestasi
c. Wanprestasi
d. Penyebab dan akibat wanprestasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
PEMBAHASAN
A. Perikatan
Hukum perikatan, jika diterjemahkan secara hukum adalah merupakan suatu
hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak
yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu. Sedangkan Hubungan
hukum dalam harta kekayaan ini merupakan akibat hukum, akibat hukum tersebut lahir dari
suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang dapat menimbulkan perikatan. Jika dilihat
dari rumusan ini dapat diketahui bahwa perikatan terdapat dalam bidang hukum harta
kekayaan (law of property), juga terdapat dalam bidang hukum keluarga (family law), dalam
bidang hukum waris (law of succession) serta dalam bidang hukum pribadi (personal law).
Menurut ilmu pengetahuan Hukum Perdata, pengertian hukum perikatan adalah suatu
hubungan dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih dimana pihak yang satu
berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu. Beberapa sarjana juga telah
memberikan pengertian mengenai perikatan. Pitlo memberikan pengertian perikatan yaitu
suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar
mana pihak yang satu berhak (kreditur) dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas suatu
prestasi.1
Dalam hukum perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat
sesuatu. Yang dimaksud dengan perikatan untuk berbuat sesuatu adalah melakukan perbuatan
yang sifatnya positif, halal, tidak melanggar undang-undang dan sesuai dengan perjanjian.
Sedangkan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu yaitu untuk tidak melakukan perbuatan
tertentu yang telah disepakati dalam perjanjian. Istilah hukum perikatan merupakan
terjemahan dari kata Verbintenis. Namun ada ahli yang menggunakan istilah perutangan
untuk menerjemahkan 5 istilah Verbintenis. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai obligation.
Obligation hanya dilihat dari kewajiban saja. Perikatan dipandang dari dua segi, yaitu hak dan
kewajiban.
Hukum perikatan adalah suatu kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum
antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan,
di mana subjek hukum yang satu berhak atas suatu prestasi, sedangkan subjek hukum yang
lain berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Hukum perikatan hanya berbicara mengenai
1
Subekti, 1987, “Hukum Perjanjian”, Jakarta. Hal 1
harta kekayaan bukan berbicara mengenai manusia. Hukum kontrak bagian dari hukum
perikatan. Harta kekayaan adalah objek kebendaan. Pihak dalam perikatan ada dua pihak
yang berhak dan pihak yang berkewajiban.
Hukum perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang terletak di
dalam bidang harta kekayaan di mana pihak yang satu berhak atas suatu prestasi dan pihak
lainnya wajib memenuhi suatu prestasi. Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam
literatur hukum di Indonesia. Perikatan artinya hal yang mengikat orang yang satu terhadap
orang yang lain. Hal yang mengikat itu menurut kenyataannya dapat berupa perbuatan.
Misalnya jual beli barang, dapat berupa peristiwa misalnya lahirnya seorang bayi, matinya
orang, dapat berupa keadaan, misalnya letak pekarangan yang berdekatan, letak rumah yang
bergandengan atau bersusun. Karena hal yang mengikat itu selalu ada dalam kehidupan
bermasyarakat, maka oleh pembentuk undang-undang atau oleh masyarakat sendiri diakui
dan bidang hukum harta kekayaan (law of property), dalam bidang hukum keluarga (family
law), dalam bidang hukum waris (law of succession), dalam bidang hukum pribadi (personal
law). diberi akibat hukum.
Dengan demikian, perikatan yang terjadi antara orang yang satu dengan yang lain itu
disebut 8 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
Hal 1516 hubungan hukum (legal relation). Jika dirumuskan, perikatan adalah hubungan
hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan orang yang lain karena perbuatan,
peristiwa, atau keadaan. Dari rumusan ini dapat diketahui bahwa perikatan itu terdapat dalam
bidang hukum harta kekayaan (law of property), dalam bidang hukum keluarga (family law),
dalam bidang hukum waris (law of succession), dalam bidang hukum pribadi (personal law).
Pengertian Perikatan Menurut Para Ahli
1. Hofmann Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara sejumlah subjek-subjek
hokum sehubungan dengan itu seorang atau beberapa orang daripadanya
mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-cara tertentu terhadap pihak lain
yang berhak atas sikap yang demikian.
2. Pitlo Perikatan merupakan suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara
dua orang atau lebih atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditur) dan pihak yang
lain berkewajiban (debitur) atas sesuatu prestasi. 2
3. Vollmar Memberikan penjelasan bahwa perikatan itu akan ada selama seseorang itu
(debitur) harus melakukan suatu prestasi yang mungkin dapat dipaksakan terhadap
(kreditur), kalau perlu dengan bantuan hakim. Jadi perikatan adalah suatu
2
Arisman. 2020. hukum perikatan perdata. Jakarta : Tampuniak Mustika Edukarya
perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan yang mana pihak
yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan itu. Menurut ilmu pengetahuan Hukum
Perdata, pengertian hukum perikatan adalah suatu hubungan dalam lapangan harta
kekayaan antara dua orang atau lebih dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan
pihak lain berkewajiban atas sesuatu.
3
Arisman. 2020. hukum perikatan perdata. Jakarta : Tampuniak Mustika Edukarya.
4
Ketut Oka Setiawan, 2015, “ Hukum Perikatan”, Jakarta : Sinar Grafika. Hal 16-18.
maupun rechts person (badan hukum), dapat menjadi subjek perikatan. Subjek hukum
perikatan yaitu para pihak pada suatu perikatan yang di mana kreditur yang berhak
dan debitur yang berkewajiban atas prestasi. Pada debitur terdapat 2 (dua) unsur,
antara lain schuld yaitu utang debitur kepada kreditur dan Haftung yaitu harta
kekayaan debitur yang dipertanggungjawabkan bagi pelunasan utang. Subjek
perikatan disebut juga pelaku perikatan. Perikatan yang dimaksud meliputi perikatan
yang terjadi karena perjanjian dan karena ketentuan Undang-Undang. Pelaku
perikatan terdiri atas manusia pribadi dan dapat juga badan hukum atau persekutuan.
Setiap pelaku perikatan yang mengadakan perikatan harus:
1. Ada kebebasan menyatakan kehendaknya sendiri
2. Tidak ada paksaan dari pihak manapun
3. Tidak ada penipuan dari salah satu pihak, dan
4. Tidak ada kekhilafan pihak-pihak yang bersangkutan
B. Prestasi
Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam suatu kontrak.
Prestasi pokok tersebut dapat berwujud :
1. Benda
2. Tenaga atau keahlian
3. Tidak berbuat sesuatu.
Pada umumnya, prestasi terbagi ke dalam tiga bagian yang telah diatur dalam Pasal 123
BW, yaitu
1. Menyerahkan sesuatu,
2. Berbuat sesuatu dan,
3. Tidak berbuat sesuatu.
Namun pembagian tersebut disebut sebagai macam-macam prestasi bukan wujud prestasi
tetapi hanya cara-cara melakukan prestasi, yakni:
a. Prestasi yang berupa barang, cara melaksanakannya adalah menyerahkan sesuatu
( barang).
b. Prestasi yang berupa jasa, cara melaksanakannya adalah dengan berbuat sesuatu.
c. Prestasi yang berupa tidak berbuat sesuatu, cara pelaksanaannya adalah dengan
bersikap pasif yaitu tidak berbuat sesuatu yang dilarang dalam perjanjian.
Walaupun pada umumnya prestasi para pihak secara tegas ditentukan dalam kontrak,
prestasi tersebut juga dapat lahir karena diharuskan oleh kebiasaan, kepatuhan atau
undang-undang. Oleh karena itu, prestasi yang harus dilakukan oleh para pihak yang telah
ditentukan dalam perjanjian atau diharuskan oleh kebiasaan, kepatuhan atau UU, tidak
dilakukannya prestasi tersebut berarti telah terjadi ingkar janji atau disebut wanprestasi.5
C. WANPRESTASI
a) Pengertian Wanprestasi
5
Ahmadi Miru, Op, Cit, h.74
Mengenai pengertian dari wanprestasi, menurut Ahmadi
Miruwanprestasi itu dapat berupa perbuatan :
1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi.
2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna.
3. Terlambat memenuhi prestasi.
4. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan6.
Sehubungan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasi maka dikatakan debitur
tidak memenuhi prestasi sama sekali.
2. Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.
Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru tersebut
tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi
sama sekali. Abdul kadir Muhammad, menyatakan wanprestasi terjadi
dikarenakan adanya 2 (dua) kemungkinan yaitu
3. Overmach adalah suatu keadaan atau kejadian yang tidak dapat diduga-
duga terjadinya, sehingga menghalangi seorang debitur untuk
melakukan prestasinya sebelum ia lalai untuk apa dan keadaan mana
tidak dapat dipersalahkan kepadanya.
6
Ahmadi Miru, Op, Cit, h.74
Kesengajaan maupun lalai, kedua hal tersebut menimbulkan akibat yang
berbeda, dimana akibat akibat adanya kesengajaan, sidebitur harus lebih banyak
mengganti kerugian dari pada akibat adanya kelalaian. Surat peringatan yang
menyatakan debitur telah melakukan wanprestasi disebut dengan somasi.
Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada debitur
yang berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau
dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu.
Dari ketentuan pasal 1238 KUH Perdata dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan
apabila sudah ada somasi ( in grebeke stelling ).
Somasi itu bermacam bentuk, seperti menurut pasal 1238 KUH Perdata adalah:
1. Surat perintah
Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk
penetapan. Dengan surat penetpan ini juru sita memberitahukan secara lisan
kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus bprestasi. Hal ini biasa
disebut “exploit juru sita”
2. Akta sejenis
Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta notaris.
3. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri.
Maksudnya sejak pembuatan perjanjian,kreditur sudah menentukansaat adanya
wanprestasi
Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih.
Selanjutnya ada pula beberapa syarat untuk perjanjian yang berlaku umum
tetapi diatur di luar Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut:7
a. Perjanjian harus dilakukan dengan iktikad baik, artinya kedua belah
pihak benar-benar mau melaksanakan isi perjanjian yang disepakati.
7
Sri Soedewi Masyohen Sofwan, Hukum Acara Perdata Indonesia dalam Teori danPraktek,
(Yogyakarta: Liberty, 1981), h.15
b. Perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku,
artinya isi dari perjanjian tidak dibenarkan bertentangan dengan
kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, tidak boleh
bertentangan dengan kondisi yang ada dalam masyarakat.
c. Perjanjian harus dilakukan berdasarkan asas kepatutan, artinya
perjanjian yang telah disepakati harus mengikuti asas yang tidak
bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dalam masyarakat, tidak
boleh melanggar hak-hak masyarakat. Perjanjian tidak boleh melanggar
kepentingan umum, artinya kontrak yangdibuat tersebut tidak
dibenarkan bertentangan dengan kepentingan yang ada dalam
masyarakat, tidak boleh menimbulkan kerugian dalam masyarakat8
2. Karena dalam memaksa diatur dalam pasal 1244 dan pasal 1245
KUH Perdata, namun kedua ketentuan normatif ini hanya bersifat
sebagai pembelaan debitur atau pihak yang mempunyai kewajiban
melaksanakan prestasi dalam kontrak untuk dibebaskan dari
pembayaran ganti kerugian jika ia tidak melaksanakan prestasi
dalam kontrak karena adanya keadaan memaksa.9
8
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2002), h.16
9
Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak, Mandar Maju, Bandung : 2016, hal. 351
Ada empat akibat adanya wanprestasi yaitu sebagai berikut :
b. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur (Pasal 1243 KUH
Perdata).
c. Beban resiko beralih untuk kerugian debitur jika halangan itu timbul
setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesenjangan atau kesalahan
besar dari pihak kreditur. Oleh karena itu, debitur tidak dibenarkan untuk
berpengang pada keadaan memaksa.
d. Jika perikatan beralih lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat
membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan
menggunakan pasal 1266 KUH Perdata.10
10
https://journal. Universitassuryadarma. id
BAB II
PENUTUP
1. Kesimpulan
Walaupun pada umumnya prestasi para pihak secara tegas ditentukan dalam
kontrak, prestasi tersebut juga dapat lahir karena diharuskan oleh kebiasaan,
kepatuhan atau undang-undang. Oleh karena itu, prestasi yang harus dilakukan
oleh para pihak yang telah ditentukan dalam perjanjian atau diharuskan oleh
kebiasaan, kepatuhan atau UU, tidak dilakukannya prestasi tersebut berarti telah
terjadi ingkar janji atau disebut wanprestasi.
1. SARAN
Kami dari penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini jauh dari
kesempurnaan, dan keterbatasan referensi untuk itu kami berharap kepada
pembaca, terutama dosen pembimbing mata kuliah ini berupa kritik dan Saranya
terhadap makalah yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ahmad Miru, S.H., M.S. Hukum Kontrak Dan Perancangan Kontrak. Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
Sri Soedewi Masyohen Sofwan, Hukum Acara Perdata Indonesia dalam Teori
danPraktek. Yogyakarta: Liberty, 1981.
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis. Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2002.
http://repository.unand.ac.id/6172/
Subekti, “Hukum Perjanjian”, Jakarta. 1987. Hal 1