Anda di halaman 1dari 5

BAB II

KAJIAN TEORI

Pengertian hukum pada umumnya merupakan segala sesuatu aturan yang

mengatur segala bentuk aktivitas atau kegiatan yang sifatnya adalah mengatur dan

memaksa. Sedangkan pengertian bisnis ialah keseluruhan kegiatan usaha yang

dijalankan oleh orang atau badan yang dijalankan secara terus menerus berupa

kegiatan pengadaan barang, jasa, maupun fasilitas untuk diperjualbelikan,

dipertukarkan, atau disewagunakan dengan tujuan mendapat keuntungan atau

profit.

Adapun pengertian bisnis lainnya yaitu suatu kegiatan dagang, industri,

keuangan, produksi, pertukaran barang dan jasa, pengangkutan, pendistribusian,

dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan bisnis. (Ensiklopedia Ekonomi

Keuangan, Perdagangan: Abdurachman)

Maka dari itu pengertian hukum bisnis adalah keseluruhan dari peraturan

hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hak dan kewajiban yang

timbul dari perjanjian maupun perikatan yang timbul dalam praktik bisnis.

Dalam dunia bisnis kontrak/perjanjian sangat banyak dipergunakan orang,

bahkan hampir semua kegiatan bisnis diawali dengan adanya kontrak/perjanjian,

meskipun kontrak/perjanjian dalam tampilan yang sangat sederhana sekalipun.

Oleh karena itu, banyak anggapan mengenai pengertian kontrak/perjanjian dari

para ahli.
Berikut adalah pengertian-pengertian perjanjian dari para ahli:

1. Yang dimaksud dengan kontrak adalah suatu kesepakatan yang

diperjanjikan (promissory agreement) di antara 2 (dua) atau lebih pihak

yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan

hukum. (Black, Henry Campbell, 1968:394)

2. Menurut Joni Emirson

Perjanjian adalah kesepakatan antara 2 (dua) orang atau lebih yang

mana satu pihak mengikat diri untuk melaksanakan kewajiban dan pihak

lain mempunyai hak untuk menuntut pelaksanaan prestasi yang telah

disepakati.

3. Menurut Abdulkadir Muhammad

Pengertian perjanjian adalah suatu persetujuan dengan dua orang

atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai

harta kekayaan.

4. Menurut J. Satrio

Perjanjian dapat mempunyai dua arti, yaitu arti luas dan arti

sempit, dalam arti luas suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang

menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki oleh para pihak

termasuk di dalamnya perkawinan, perjanjian kawin, dan lain-lain,

sedangkan dalam arti sempit perjanjian di sini berarti hanya ditujukan

kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja,

seperti yang dimaksud oleh Buku III Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUHPerdata).
Pengertian perjanjian menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata) adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini, timbullah suatu

hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang disebut perikatan yang di

dalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Dalam perjanjian terdapat suatu istilah yaitu prestasi dan wanprestasi.

Berikut adalah beberapa pengertian dari prestasi:

1. Prestasi dalam hukum kontrak (dalam Bahasa Inggris disebut

dengan istilah “performance”) adalah pelaksanaan dari isi

kontrak yang telah diperjanjikan menurut tata cara yang telah

disepakati bersama.

2. Prestasi adalah sesuatu yang bisa dituntut dan sifatnya timbal

balik.

Dalam suatu perjanjian terdapat prestasi. Prestasi di sini dapat berupa

sebagai berikut:

1. Melakukan sesuatu

2. Memberikan sesuatu

3. Tidak berbuat sesuatu

Di dalam suatu perjanjian, terdapat resiko yang seringkali dialami oleh

berbagai pihak. Resiko tersebut sering disebut wanprestasi atau terdapat istilah

lain yaitu suatu “ingkar janji”. Pengertian wanprestasi menurut buku referensi dan

menurut para ahli, diantaranya:


1. Menurut Kamus Hukum

Wanprestasi berarti kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak

menepati kewajibannya dalam perjanjian. Dengan demikian,

wanprestasi adakah suatu keadaan di mana seorang debitur

(berutang) tidak memenuhi atau melaksanakan prestasi

sebagaimana telah ditetapkan dalam suatu perjanjian.

2. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1238

Wanprestasi diatur dalam Pasal 1238 KUHPerdata yang

menyatakan bahwa:

“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat

perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan

lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan,

bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu

yang ditentukan.”

Atau dapat diartikan bahwa wanprestasi artinya tidak

memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yang telah ditetapkan

dalam perikatan.

3. Menurut Dr. Wirjono Prodjodikoro SH

Wanprestasi adalah ketiadaan suatu prestasi didalam hukum

perjanjian, berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi

dari suatu perjanjian. Barangkali daslam bahasa Indonesia dapat

dipakai istilah “pelaksanaan janji untuk prestasi dan ketiadaan

pelaksanaannya janji untuk wanprestasi”.


4. Menurut M.Yahya Harahap

“Wanprestasi” dapat dimaksudkan juga sebagai

pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau

dilaksanakan tidak selayaknya.

Konsekuensi yuridis dari tindakan wanprestasi adalah timbulnya hak dari

pihak yang dirugikan dalam kontrak tersebut untuk menuntut ganti kerugian dari

pihak yang telah merugikannya, yaitu pihak yang telah melakukan wanprestasi

tersebut.

Wanprestasi tersebut dapat dipilah-pilah menjadi sebagai berikut:

1) Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi.

2) Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi.

3) Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi.

Anda mungkin juga menyukai