PERTEMUAN KE-4 :
PRESTASI DAN WANPRESTASI
Mata Kuliah Hukum Perikatan.
PENGANTAR:
Buku II KUH Pdt atau BW terdari dari suatu bagian umum dan bagian khusus.
Bagian umum bab I sampai dengan bab IV, memuat peraturan-peraturan yang berlaku
bagi perikatan pada umumnya, misalnya tentang bagaimana lahir dan hapusnya
perikatan, macam-macam perikatan dan sebagainya. Buku III KUH Pdt menganut azas
apa saja, asal tidak melanggar ketentuan Undang-Undang, ketertiban umum dan
kesusilaan. Azas ini dapat disimpulkan dari pasal 1338 KUH Pdt yang menyatakan
bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai Undang-Undang bagi
mereka yang membuatnya. Yang dimaksud dengan pasal ini adalah bahwa semua
1
TUJUAN PERKULIAHAN:
URAIAN MATERI:
A. Prestasi
prestasi dari debitur selalui disertai dengan tanggung jawab (liability), artinya debitur
kreditur. Menurut ketentuan Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata, semua harta
kekayaan debitur baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun
yang akan ada menjadi jaminan pemenuhan hutangnya terhadap kreditur, jaminan
Pada prakteknya tanggung jawab berupa jaminan harta kekayaan ini dapat dibatasi
sampai jumlah yang menjadi kewajiban debitur untuk memenuhinya yang disebutkan
secara khusus dan tertentu dalam perjanjian, ataupun hakim dapat menetapkan batas-
batas yang layak atau patut dalam keputusannya. Jaminan harta kekayaan yang dibatasi
ini disebut jaminan khusus. Artinya jaminan khusus itu hanya mengenai benda tertentu
saja yang nilainya sepadan dengan nilai hutang debitur, misalnya rumah,kendaraan
bermotor. Bila debitur tidak dapat memenuhi prestasinya maka benda yang menjadi
jaminan khusus inilah yang dapat diuangkan untuk memenuhi hutang debitur.
2
Prestasi merupakan sebuah esensi daripada suatu perikatan. Apabila esensi ini tercapai
dalam arti dipenuhi oleh debitur maka perikatan itu berakhir. Agar esensi itu dapat
tercapai yang artinya kewajiban tersebut dipenuhi oleh debitur maka harus diketahui
Karena perikatan dengan obyek yang dapat ditentukan diakui sah. Sebagai
contoh yaitu Pasal 1465 BW yang menetukan bahwa pada jual beli harganya
dapat ditentukan oleh pihak ketiga. Perikatan adalah tidak sah jika obyeknya
tidak tertentu atau tidak dapat ditentukan. Misalnya, sesorang menerima tugas
berapa luasnya.
2. Harus mungkin
3
Perbedaan antara ketidakmungkinan obyektif dengan ketidakmungkinan
pada contoh pertama setiap orang mengetahui bahwa prestasi tidak mungkin
Menurut Pasal 1335 dan 1337 BW, persetujuan tidak akan menimbulkan
kesusilaan. Di satu pihak Pasal 23 AB lebih luas daripada Pasal-pasal 1335 dan
akan tetapi di lain pihak lebih sempit karena kebatalannya hanya jika
dan kesusilaan.
4
B. WANPRESTASI
Semua subjek hukum baik manusia atau badan hukum dapat membuat suatu
persetujuan tersebut. Persetujuan ini mempunyai kekuatan yang mengikat bagi para
pihak yang melakukan perjanjian tersebut sebagai mana yang diatur di dalam pasal
Di dalam perjanjian selalu ada dua subjek yaitu pihak yang berkewajiban untuk
melaksanakan suatu prestasi dan pihak yang berhak atas suatu prestasi.
Didalam pemenuhan suatu prestasi atas perjanjian yang telah dibuat oleh para
pihak tidak jarang pula debitur (nsabah) lalai melaksanakan kewajibannya atau
yang artinya tidak dipenuhinya prestasi atau kewajiban yang telah ditetapkan
dilahirkan dari suatu perjanjian ataupun perikatan yang timbul karena undang-
undang.
terdapat kata sepakat untuk menentukan istilah mana yang hendak dipergunakan.
5
Istilah mengenai wanprestasi ini terdaspat di berabgai istilah yaitu: “ingkar janji,
suatu prestasi didalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus dilaksanakan
sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali daslam bahasa Indonesia dapat dipakai
istilah “pelaksanaan janji untuk prestasi dan ketiadaan pelaksanaannya janji untuk
wanprestasi”.1
2. Melaksanakan apa yang telah diperjanjikannya, tetapi tidak sebagai mana yang
diperjanjikan.
6
H. Mariam Darus Badrulzaman SH, mengatakan bahwa apabila debitur “karena
wanprestasi atau cidera janji. Kata karena salahnya sangat penting, oleh karena
dabitur tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sama sekali bukan karena
salahnya.2 (R. Subekti, Hukum Perjanjian, Cet ke-IV (Jakarta: Pembimbing Masa,
sebagai pelaksanaan kewajuban yang tidak tepat pada waktunya atau dilaksankan
tidask selayaknya.3
Hal ini mengakibatkan apabila salah satu pihak tidak memnuhi atau tidak
melaksanakan isi perjanjian yang telah mereka sepakati atau yang telah mereka
buat maka yang telah melanggar isi perjajiab tersebut telah melakukan perbuatan
wanprestasi.
Dari uraian tersebut di atas kita dapat mengetahui maksud dari wanprestasi itu,
2R. Subekti, Hukum Perjanjian, Cet ke-IV Jakarta: Pembimbing Masa, Hal 59
3M.yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1982), hal 60.
7
Faktor waktu dalam suatu perjanjian adalah sangat penting, karena dapat
dikatakan bahwa pada umumnya dalam suatu perjanjian kedua belah pihak
Dengan demikian bahwa dalam setiap perjanjian prestasi merupakan suatu yang
wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perjanjian. Prests merupakan isi dari suatu
sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan
memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
a. Memberikan Sesuatu
8
Dalam pasal 1235 dinyatakan :“Dalam tiap-tiap perikatan untuk memberikan
Kewajiban yang terakhir ini adalah kurang atau lebih luas terhadap
Pasal ini menerangkan tentang perjanjian yang bersifat konsensual (yang lahir
menyerahkan barang itu harus tetap merawat dengan baik barang tersebut
4Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233
sampai 1456 BW, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2008), hal. 5.
9
Prestasi penjual untuk menyerahkan barang kepada pembeli
b. Berbuat Sesuatu
Dalam melaksanakan prestasi ini debitur harus mematuhi apa yang telah
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diperjanjikan oleh para pihak.
ukuran kelayakan atau kepatutan yang diakui dan berlaku dalam masyarakat.
Tidak berbuat sesuatu dalam suatu perikatan yakni berarti tidak melakukan
sesuatu yang bersifat aktif, tetapi justru sebaliknya yaitu bersifat pasif yang
10
berlangsung.6 Disini bila ada pihak yang berbuat tidak sesuai dengan
Prestasi tidak mendirikan pagar tembok yang tinggi yang dapat mengganggu
lingkungan
Wujud wanprestasi
undang.
Contoh :
Contoh: A dan B telah sepakat untuk jual-beli motor dengan merek Snoopy
menunggu lama, ternyata si B tidak datang sama sekali tanpa alasan yang
jelas.
11
2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru
Contoh:
(Konteks contoh nomor 1). Si B datang tepat waktu, tapi membawa motor
Contoh:
(Konteks contoh nomor 1). Si B datang pada hari itu membawa motor Snoopy,
namun datang pada jam 14.00.
Contoh:(Konteks contoh nomor 1). Si B datang tepat pukul 10.00 pada hari itu
dan membawa motor Snoopy, namun menyertakan si C sebagai pihak ketiga yang
sudah jelas-jelas dilarang dalam kesepakatan kedua belah pihak sebelumnya.
12
Ilmu hukum mengenal tiga macam wanprestasi, yaitu:
25 Maret 2016)
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, walaupun ia insaf bahwa tindakannya atau
Contoh : Dalam perjanjian peruntungan modal, dalam hal ini Burhan bersedia
Wanprestasi yang disegaja mempengaruhi besarnya denda atau dan ganti rugi
Wanprestasi karena kesalahan adalah akibat dari sikap debitor yang acuh tetap
acuh, atau debitor tidak melakukan usaha yang dapat diharapkan dari seorang
13
Contoh : Dalam hal perjanjian pengangkutan barang, dimana Perusahaan
pengangkutan barang di berbagai daerah dan saat itu Perusahaan milik Badu
menerima orderan yang lebih besar dari biasanya karena tergiur dengan
Disini ada pihak yang terpenuhi prestasinya dan juga ada pihak yang ditunda
prestasinya.
Dari contoh itu dapat dianalisa bahwa perusahaan milik Badu mempunyai
tergiur dengan keuntungan yang besar dan tidak mau memberikan satupun
tiba, perusahaan Badu tetap dapat memenuhi prestasinya dengan disertai ganti
Badu.
14
Akibat wanprestasi yang dilakukan debitur, dapat menimbulkan kerugian bagi
kreditur, sanksi atau akibat-akibat hukum bagi debitur yang wanprestasi ada 4 macam,
yaitu:
1. Debitur diharuskan membayar ganti-kerugian yang diderita oleh kreditur (pasal 1243
KUH Perdata);
Perdata);
3. Peralihan risiko kepada debitur sejak saat terjadinya wanprestasi (pasal 1237 ayat 2
KUH Perdata);
4. Pembayaran biaya perkara apabila diperkarakan di muka hakim (pasal 181 ayat 1
HIR).
kewajibannya swbagaimana mestinya dan tidak dipenuhinya kewajiban itiu karena ada
unsure salah padanya, maka seperti telah dikatakan bahwa ada akibat-akibat hokum
Sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1236 dan 1243 dalam hal debitur
pasal 1237 mengatakan, bahwa sejak debitur lalai, maka resiko atas objek perikatan
menjadi tanggungan debitur. Yang ketiga adalah bahwa kalau perjanjian itu berupa
perjanjian timbale balik, maka berdasarkan pasal 1266 sekarang kreditur berhak untuk
menuntut pembatalan perjanjian, dengan atau tanpa disertai dengan tuntutan ganti
rugi.7[10]
15
D. Penyelesaian Sengketa Wanprestasi di Pengadilan
(debitur) tersebut telah melakukan wanprestasi, bukan overmacht. Begitu pula dengan
debitur, debitur harus meyakinkan hakim jika kesalahan bukan terletak padanya
1. Overmacht;
3. Kelalaian kreditur.
Jika debitur tidak terbukti melakukan wanprestasi, maka kreditur tidak bisa
Tetapi jika yang diucapkan kreditur di muka pengadilan terbukti, maka kreditur
dapat menuntut:
2. Menuntut hak pemenuhan perjanjian berikut dengan ganti rugi sesuai Pasal 1246 KUH
Perdata yang menyatakan, “biaya, ganti rugi dan bunga, yang boleh dituntut kreditur,
terdiri atas kerugian yang telah dideritanya dan keuntungan yang sedianya dapat
penghitungan ganti rugi harus dapat diatur berdasarkan jenis dan jumlahnya secara
rinci seperti kerugian kreditur, keuntungan yang akan diperoleh sekiranya perjanjian
16
c. Ganti bunga yaitu mengganti keuntungan yang seharusnya didapat.
3. Pembatalan perjanjian
pembatalan ini dilakukan oleh hakim dengan mengeluarkan putusan yang bersifat
Dan hak-hak yang dituntut oleh kreditur dicantumkan pada bagian petitum
dalam surat gugatan. Jika debitur tidak bisa membuktikan bahwa ia tidak melakukan
adalah perbuatan melawan hukum (genus spesific). Banyak kasus contohnya dalam
kemudian A cidera janji atas perjanjian tersebut, kemudian B dengan banyak bicara
akan menuntut A ke pengadilan kemudian membuat surat gugatan. Hal ini salah besar
karena kita harus melihat kaidah kaidah hukum itu sendiri sebelum membuat surat
gugatan karena jika dicampur adukan akan menimbulkan kekeliruan posita, bisa saja A
dapat tuntutan karena perbuatan melawan hukum tapi bisa saja tidak, kembali lagi
17
kepada asas kebebasan berkontrak. Namun dalam perbuatan melawan hukum
timbulnya hak menuntut ketika melakukan perbuatan yang dilarang Undang- Undang.
Maka dari itu sebelum menuntut dan membuat surat gugatan anda perlu
wanprestasi saat pihak yang memiliki kewajiban tersebut tidak dapat menjalankan
yang tertera sebelumnya pada perjanjian. Sedangkan perbuatan melawan hukum ialah
perbuatan melawan hukum berpatokan pada melawan hukum atau tidak sesuai dengan
2. Pada wanprestasi pihak yang dirugikan tidak dapat langsung memberikan somasi
kepada pihak yang cidera janji, karena butuh proses untuk melihat perjanjian awal,
apakah dia cidera janji karena lalai atau tidak. sedangkan dalam Perbuatan melawan
hukum jika pihak yang dirugikan sesuai dengan ketentuan Undang undang hukum
positif maka bisa dapat langsung melaporkan kerugian tersebut kepada kepolisian.
3. Ganti rugi dalam wanprestasi (injury damage) yang dapat dituntut haruslah terinci dan
jelas. Sementara, dalam perbuatan melawan hukum, tuntutan ganti rugi sesuai dengan
ketentuan pasal 1265 KUHPerdata, tidak perlu menyebut ganti rugi bagaimana
bentuknya, tidak perlu perincian. Dengan demikian, tuntutan ganti rugi didasarkan
pada hitungan objektif dan konkrit yang meliputi materiil dan moril. Dapat juga
18
Mata Kuliah Hukum Perikatan
Nama : ______________________________________ )*
NIM : ______________________________________ )*
PETUNJUK:
PERTANYAAN:
19