A. PENGERTIAN
Buku III KUH Perdata mengatur “Perihal Perikatan” (Van Verbintenissen). Didalamnya diatur
tentang Hukum Pribadi yang dijabarkan dalam Bab 9 dan Hukum Kekayaan yang diatur
dalam Bab 1-8 dan 10-19.
Kata “perikatan” merupakan terjemahan dari kata “verbitenis” yang juga dapat diterjemahkan
sebagai istilah “perutangan”. Pengertian perikatan menurut Burgerlik Wetboek adalah suatu
hubungan hukum (mengenai harta benda) antara dua pihak yang menimbulkan hak dan
kewajiban atas suatu prestasi.
Sebelum membahas hukum perikatan dan perjanjian lebih lanjut, maka terlebih dahulu kita
harus mengetahui perbedaan antara perikatan dan perjanjian. Berdasarkan Pasal 1313 KUH
Perdata, disebutkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Berdasarkan pengertian perikatan dan perjanjian yang telah disebutkan diatas, dapat dilihat
bahwa perbedaan dari perikatan dan perjanjian adalah bahwa perikatan adalah suatu
pengertian yang abstrak, sedangkan perjanjian merupakan sesuatu yang konkret dan
merupakan suatu peristiwa. Maka dapat disimpulkan bahwa perikatan lahir dati suatu
perjanjian.
B. UNSUR-UNSUR PERIKATAN
Berdasarkan pengertian perikatan yang telah disebutkan, unsur-unsur dari perikatan adalah:
1. Terbentuknya hubungan hukum
2. Adanya 2 pihak:
- Kreditur yaitu pihak yang berhak atas suatu prestasi
- Debitur yaitu pihak yang wajib berprestasi
3. Adanya hak dan kewajiban
4. Adanya prestasi, yang wujudnya menurut Pasal 1234 KUH Perdata:
- Memberikan sesuatu
- Berbuat sesuatu
- Tidak berbuat sesuatu
Sementara itu syarat suatu prestasi adalah:
- Harus tertentu atau dapat ditentukan
- Objek diperkenankan atau halal
- Dimungkinkan atau dapat dilaksanakan
C. MACAM-MACAM PERIKATAN
Berdasarkan ketentuan yang ada dalam Buku III KUH Perdata, maka perikatan dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Perikatan bersyarat (Pasal 1253 — 1267 KUH Perdata)
Suatu perikatan adalah bersyarat apabila ia digantungkan pada suatu peristiwa yang
masih akan datang dan yang masih belum tentu akan terjadi, baik secara
menggantungkan perikatan menurut terjadinya atau tidak terjadinya peristiwa tersebut.
Ada dua jenis perikatan bersyarat:
- Perikatan dengan syarat tangguh —> perikatan lahir pada saat terjadinya suatu
peristiwa tertentu
- Perikatan dengan syarat batal —> perikatan berakhir jika suatu peristiwa tertentu
terjadi
5. Perikatan yang dapat dibagi-bagi dan yang tidak dapat dibagi-bagi (Pasal 1296 —
1303 KUH Perdata)
Suatu perikatan dapat dibagi-bagi atau tidak dapat dibagi-bagi bergantung pada
barang atau perbuatan yang berkaitan dapat dibagi-bagi atau tidak dibagi-bagi, baik
secara nyata maupun secara perhitungan.
D. SUMBER PERIKATAN
E. WANPRESTASI
Wanprestasi adalah tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan debitur, baik karena
kelalaian maupun kesengajaan. Dalam wujudnya yang riil, bentuk dari wanprestasi adalah:
1. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali
2. Melaksanakan prestasi tetapi tidak tepat waktu
3. Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai
Tidak semua wanprestasi harus dimulai dengan adanya somasi. Wanprestasi yang tanpa
somasi adalah:
1. Adanya ketentuan batas waktu (fataal termijn) dalam perjanjian
2. Jika prestasi berupa tidak berbuat sesuatu
3. Debitur mengakui dirinya wanprestasi
Apabila terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak dalam suatu perikatan, maka pihak yang
lainnya (kreditur) dapat menuntut:
1. Prestasi dipenuhi
2. Prestasi dipenuhi ditambah ganti rugi
3. Pejanjian putus
4. Perjanjian putus ditambah ganti rugi
5. Ganti rugi
Ganti rugi adalah mengembalikan kreditur ke dalam keadaan seandainya debitur tidak
wanprestasi. Dalam memenuhi tuntutan ganti rugi, yang dimaksud dengan kerugian meliputi
biaya-biaya (kosten), kerugian (schaden) dan bunga (interessen).
Overmacht adalah tidak terpenuhinya prestasi karena suatu peristiwa yang dapat diduga
terlebih dahulu dan sifatnya di luar kemampuan manusia. Overmacht dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Overmacht absolut (objektif) —> debitur benar-benar tidak dapat berprestasi
2. Overmacht relatif (subjektif) —> debitur sesungguhnya dapat berprestasi tetapi
dengan pengorbanan yang luar biasa
Overmacht berkaitan dengan risiko, yang pada hakikatnya bukan merupakan kewajiban.
Dalam hukum perikatan di Indonesia dianut asas umum yang menanggung risiko adalah:
- Perjanjian sepihak —> ditanggung kreditur
- Perjanjian timbal balik —> ditanggung kedua belah pihak
G. HAPUSNYA PERIKATAN
Pasal 1381 KUH Perdata menyebutkan sepuluh cara hapusnya perikatan, yaitu:
1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan
3. Pembaharuan hutang
4. Kompensasi
5. Pencampuran hutang
6. Pembebasan hutang
7. Musnahnya barang yang terhutang
8. Batal atau pembatalan
9. Berlakunya suatu syarat batal
10. Lewat waktu (kadaluarsa)
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhammad, S. and Suprayogo, R. (2015). UAS PHI Survival Kit. 1st ed. [ebook] Depok:
Universitas Indonesia, pp.6-8. Available at:
http://bem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/diktat/rangkuman-materi-uas-phi-2015-(satria-afif-
muhammad-dan-richsan-suprayogo).pdf [Accessed 17 Mar. 2017].
2. Bahan Ajar Hukum Perdata. (n.d.). 1st ed. [ebook] Yogyakarta: Universitas Gajah Mada,
pp.19-23. Available at:
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/24003/4f7032ef7f56bfa2a3f9a15b67827e4f
[Accessed 17 Mar. 2017].
3. Djamali, R. (1999). Pengantar hukum Indonesia. 1st ed. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.