PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan karena setiap orang yang
membuat kontrak terikat untuk memenuhi kontrak tersebut. Era reformasi adalah era perubahan.
Perubahan disegala bidang kehidupan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Salah satunya
adalah dibidang hukum. Dalam bidang hukum, diarahkan pada pembentukan peraturan
perundang-undangan yang memfasilitasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti kita ketahui
bahwa banyak peraturan perundang-undangan kita yang masih berasal dari masa pemerintahan
Hindia Belanda.
Hukum kontrak kita masih mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau
Burgerlijk Wetboek Bab III tentang Perikatan (selanjutnya disebut buku III) yang masuk dan
diakui oleh Pemerintahan Hindia Belanda melalui asas Konkordansi yaitu asas yang menyatakan
bahwa peraturan yang berlaku di negeri Belanda berlaku pula pada pemerintahan Hindia Belanda
(Indonesia), hal tersebut untuk memudahkan para pelaku bisnis eropa/ Belanda agar lebih mudah
dalam mengerti hukum.
Dan seiring berjalannya waktu maka pelaku bisnis lokal pun harus pula mengerti isi
peraturan dari KUHPerdata terutama Buku III yang masih merupakan acuan umum bagi
pembuatan kontrak di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
B.
Akibat hukum
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat
hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Hak adalah suatu kenikmatan dan kewajiban adalah
suatu beban.
C. Azas hukum kontrak
1.
Asas kebebasan berkontrak (Pasal 1320 KUH Perdata)
yaitu asas yang membebaskan para pihak untuk: mengadakan perjanjian dengan
siapapun, menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratan, menentukan bentuknya mau
tertulis atau cukup lisan.
2.
Asas konsensualisme
merupakan asas yang yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan
secara formal, tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan
merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
3.
Asas Pacta Sunt Servanda/asas kepastian hukum,
asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Sebagaimana layaknya sebuah
undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat
oleh para pihak.
4.
Asas Itikad baik
merupakan asas bahwa para pihak yaitu kreditur dan debitur harus melaksanakan
substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari
para pihak.
5.
Asas Kepribadian
yaitu asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan membuat kontrak hanya untuk
kepentingan (person) itu sendiri.
Sumber hukum kontrak dalam Civil Law (Indonesia dan sebagian besar Negara Eropa)
adalah Undang-undang, Perjanjian antar Negara, Yurisprudensi dan Kebiasaan.
E.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Adalah suatu ketentuan yang mengatur mengenai pihak mana yang memikul
kerugian/menanggung akibat, jika ada sesuatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak yang
menimpa obyek perjanjian. Misal ketika telah terjadi suatu kesepakatan pembangunan gedung,
maka segala sesuatu akibat sebelum penyerahan terjadi menjadi tanggung jawab pihak ketiga
selakurisk insurance. Jika terjadi kebakaran sebelum diserahkan maka itu risiko pihak asuransi
yang harus dipertanggungjawabkan.
F. Penyusunan Kontrak
Penyusunan suatu kontrak bisnis meliputi bebrapa tahapan sejak persiapan atau
perencanaan sampai dengan pelaksanaan isi kontrak.
Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prakontrak
a.
Negosiasi
b.
Memorandum of Understanding (MoU);
c.
Studi kelayakan;
d.
Negosiasi
(lanjutan).
2.
Kontrak
Penulisan naskah awal;
Perbaikan naskah;
Penulisan naskah akhir;
Penandatanganan.
3.
Pascakontrak
Pelaksanaan;
Penafsiran;
Penyelesaian
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
1)
sengketa.
Sebelum kontrak disusun atau sebelum transaksi bisnis berlangsung, biasanya terlebih
dahulu dilakukan negosiasi awal. Negosiasi merupakan suatu proses upaya untuk mencapai
kesepakatan dengan pihak lain. Dalam negosiasi inilah proses tawar menawar berlangsung.
Tahapan berikutnya pembuatan Memorandum of Understanding (MoU). MoU merupakan
pencatatan atau pendokumentasian hasil negosiasi awal tersebut dalam bentuk tertulis. MoU
walaupun belum merupakan kontrak, penting sebagai pegangan untuk digunakan lebih lanjut di
dalam negosiasi lanjutan atau sebagai dasar untuk melakukan studi kelayakan atau pembuatan
kontrak.
Setelah pihak-pihak memperoleh MoU sebagai pegangan atau pedoman sementara, baru
dilanjutkan dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study, due diligent) untuk melihat tingkat
kelayakan dan prospek transaksi bisnis tersebut dari berbagai sudut pandang yang diperlukan
misalnya ekonomi, keuangan, pemasaran, teknik, lingkungan, sosial budaya dan hukum. Hasil
studi kelayakan ini diperlukan dalam menilai apakah perlu atau tidaknya melanjutkan transaksi
atau negosiasi lanjutan. apabila diperlukan, akan diadakan negosiasi lanjutan dan hasilnya
dituangkan dalam kontrak.
Dalam penulisan naskah kontrak di samping diperlukan kejelian dalam menangkap
berbagai keinginan pihak-pihak, juga memahami aspek hukum, dan bahasa kontrak. Penulisan
kontrak perlu mempergunakan bahasa yang baik dan benar dengan berpegang pada aturan tata
bahasa yang berlaku. Dalam penggunaan bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing
harus tepat, singkat, jelas dan sistematis.
Walaupun tidak ditentukan suatu format baku di dalam perundang-undangan, dalam
praktek biasanya penulisan kontrak bisnis mengikuti suatu pola umum yang merupakan anatomi
dari sebuah kontrak, sebagai berikut :
Judul;
2)
3)
4)
5)
6)
Pembukaan;
Pihak-pihak;
Latar belakang kesepakatan (Recital);
Isi;
Penutupan.
Judul harus dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas misalnya Jual Beli Sewa, Sewa Menyewa,
Joint Venture Agreementatau License Agreement. Berikutnya pembukaan terdiri dari kata-kata
pembuka,
isalnya
dirumuskan
sebagai
berikut
:
Yang bertanda tangan di bawah ini atau Pada hari ini Senin tanggal dua Januari tahun dua ribu,
kami yang bertanda tangan di bawah ini. Setelah itu dijelaskan identitas lengkap pihak-pihak.
Sebutkan nama pekerjaan atau jabatan, tempat tinggal, dan bertindak untuk siapa. Bagi
perusahaan/badan hukum sebutkan tempat kedudukannya sebagai pengganti tempat tinggal.
Contoh penulisan identitas pihak-pihak pada perjanjian jual beli sebagai berikut :
1.
Nama ....; Pekerjaan ....; Bertempat tinggal di .... dalam hal ini
bertindak untuk diri sendiri/untuk dan atas nama .... berkedudukan
di .... selanjutnya disebut penjual;
2.
Nama ....; Pekerjaan ....; Bertempat tinggal di .... dalam hal ini
bertindak untuk diri sendiri/selaku kuasa dari dan oleh karenanya
bertindak untuk atas nama .... berkedudukan di .... selanjutnya disebut
pembeli.
3.
dengan menerangkan penjual telah menjual kepada pembeli dan pembeli telah membeli
dari penjual sebuah mobil/sepeda motor baru merek .... tipe .... dengan ciri-ciri berikut ini :
Engine No. .... Chasis ...., Tahun Pembuatan .... dan Faktur Kendaraan tertulis atas nama ....
alamat .... dengan syarat-syarat yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli seperti berikut
ini.
Pada bagian inti dari sebuah kontrak diuraikan panjang lebar isi kontrak yang dapat dibuat
dalam bentuk pasal-pasal, ayat-ayat, huruf-huruf, angka-angka tertentu. Isi kontrak paling banyak
mengatur secara detail hak dan kewajiban pihak-pihak, dan bebagai janji atau ketentuan atau
klausula yang disepakati bersama.
Jika semua hal yang diperlukan telah tertampung di dalam bagian isi tersebut, baru
dirumuskan penutupan dengan menuliskan kata-kata penutup, misalnya:
Dibuat dan ditandatangani di .... pada hari ini .... tanggal .... Di bagian bawah kontrak
dibubuhkan tanda tangan kedua belah pihak dan para saksi (kalau ada). Dan akhirnya diberikan
materai. Untuk perusahaan/badan hukum memakai cap lembaga masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Banyak permasalahan yang terjadi pada suatu kontrak bila tidak tersusun dengan baik,
rapi dan jelas. Permasalahan tersebut akan semakin merugikan pihak yang lemah kedudukannya
dalam kontrak tersebut bila terjadi perselisihan dan terpaksa memasuki jalur pengadilan. Oleh
karena itu, kita harus memperhatikan dengan seksama efek atau akibat kontrak tersebut sebelum
menandatanganinya. Apakah kita telah memiliki kedudukan yang seimbang atau tidak.
Mengingat pengaturan hukum
pemerintahan Hindia Belanda, tidak ada salahnya bagi kita para praktisi, bisnis, masyarakat
maupun akademis untuk mempelajari dan mengerti.
Sumber : http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-hukum-kontrak.html