Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan karena setiap orang yang
membuat kontrak terikat untuk memenuhi kontrak tersebut. Era reformasi adalah era perubahan.
Perubahan disegala bidang kehidupan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Salah satunya
adalah dibidang hukum. Dalam bidang hukum, diarahkan pada pembentukan peraturan
perundang-undangan yang memfasilitasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti kita ketahui
bahwa banyak peraturan perundang-undangan kita yang masih berasal dari masa pemerintahan
Hindia Belanda.
Hukum kontrak kita masih mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau
Burgerlijk Wetboek Bab III tentang Perikatan (selanjutnya disebut buku III) yang masuk dan
diakui oleh Pemerintahan Hindia Belanda melalui asas Konkordansi yaitu asas yang menyatakan
bahwa peraturan yang berlaku di negeri Belanda berlaku pula pada pemerintahan Hindia Belanda
(Indonesia), hal tersebut untuk memudahkan para pelaku bisnis eropa/ Belanda agar lebih mudah
dalam mengerti hukum.
Dan seiring berjalannya waktu maka pelaku bisnis lokal pun harus pula mengerti isi
peraturan dari KUHPerdata terutama Buku III yang masih merupakan acuan umum bagi
pembuatan kontrak di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Hukum Kontrak


Hukum kontrak dalam bahasa inggris adalah Contract of law, sedangkan dalam bahsa
Belanda disebut dengan istilah overeenscomstrecht. Menurut Lawrence M. Friedman, hukum
kontrak adalah perangkat hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur
jenis perjanjian tertentu.
Michael D. Bayles mengartikan hukum kontrak sebagai Might then be taken to be the law
pertaining to enporcement of promise or agreement. (aturan hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan perjanjian atau persetujuan).
Charles L. Knapp and Nathan M. Crystal mengartikan, Law of contract is: Our societys
legal mechanism for protecting the expectations thst arise from the making of agreemenets for the
future exchange of various types of performance, such as the compeyance of property (tangible
and untangible), the performance of services, and the payment of money.3 (Hukum kontrak
adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk melindungi harapan-harapan yang timbul
dalam pembuatan persetujuan demi perubahan masa datang yang bervariasi kinerja, seperti
pengangkutan kekayaan (yang nyata maupun yang tidak nyata), kinerja pelayanan, dan
pembayaran dengan uang).
Suharnoko mengatakan, suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya
perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu, dan sebab yang halal. Dengan memenuhi
keempat syarat tersebut, kontrak menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang
membuatnya.
Rumusan tentang kontrak atau perjanjian dalam BW terdapat dalam Pasal 1313,
yaitu Suatu Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Dengan mencermati pendapat-pendapat para ahli di atas, penulis memilih pandangan
mengenai arti Hukum Kontrak adalah aturan yang membahas mengenai tata cara membuat suatu
kesepatan antara kedua belah pihak yang mana mereka mengikatkan dirinya dengan ithikad baik,
suatu hal tertentu dan dikemudian hari akan menimbulkan akibat hukum apabila salah satu
diantaranya melakukan wanprestasi.

B.

Unsur-unsur Hukum Kontrak


Dengan memperhatikan beberapa pendapat para ahli tersebut diatas maka dapat
dikemukakan unsur-unsur yang tercantum dalam hukum yakni :
a)
Adanya kaidah hukum
Menurut Salim H.S. , kaidah dalam hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum kontrak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang
terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Adapun kaidah
hukum kontrak tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam
masyarakat.
b)
Subjek hukum
Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson yang artinya sebagai pendukung hak dan
kewajiban. Subjek hukum dalam hukum kontrak adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang
yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang berutang.
c)
Adanya prestasi
Prestasi adalah hak kreditur dan kewajiban debitur. Prestasi terdiri atas:
a.
Memberikan sesuatu
b.
Berbuat sesuatu
c.
Tidak berbuat sesuatu
d.
Kata sepakat.
Dalam Pasal 1320 KUHPerdata, ditentukan empat syarat sahnya perjanjian. Salah satunya
adalah kata sepakat (konsensus). Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara
para pihak.
d)

Akibat hukum
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat
hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Hak adalah suatu kenikmatan dan kewajiban adalah
suatu beban.
C. Azas hukum kontrak
1.
Asas kebebasan berkontrak (Pasal 1320 KUH Perdata)
yaitu asas yang membebaskan para pihak untuk: mengadakan perjanjian dengan
siapapun, menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratan, menentukan bentuknya mau
tertulis atau cukup lisan.
2.
Asas konsensualisme
merupakan asas yang yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan
secara formal, tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan
merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
3.
Asas Pacta Sunt Servanda/asas kepastian hukum,
asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Sebagaimana layaknya sebuah
undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat
oleh para pihak.
4.
Asas Itikad baik
merupakan asas bahwa para pihak yaitu kreditur dan debitur harus melaksanakan
substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari
para pihak.
5.
Asas Kepribadian
yaitu asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan membuat kontrak hanya untuk
kepentingan (person) itu sendiri.
Sumber hukum kontrak dalam Civil Law (Indonesia dan sebagian besar Negara Eropa)
adalah Undang-undang, Perjanjian antar Negara, Yurisprudensi dan Kebiasaan.

Sementara Amerika, Inggris (juga Negeri Persemakmuran) yang menganut system


Common Law adalah Judicial Opinion/Keputusan Hakim, Statutory Law/perundang-undangan, the
Restatement (rumusan ulang tentang hukum dikeluarkan oleh Institut Hukum Amerika/ALI) dan
Legal
commentary.
D.

Syarat sahnya kontrak


Sepakat : Tanpa paksaan, kekhilafan maupun penipuan
Cakap dalam melakukan perbuatan hukum
Mengenai hal tertentu
Suatu sebab yang halal
Momentum terjadinya kontrak pada umumnya adalah ketika telah tercapai kata sepakat
yang ditandai dengan penandatanganan kontrak sebagai bentuk kesepakatan oleh para pihak.
Fungsi kontrak adalah demi memberikan kepastian hukum bagi para pihak agar mereka
tenang dan mengetahui dengan jelas akan hak dan kewajiban mereka.
Kontrak menurut penulis ada 2 macam yaitu Kontrak Nominaat atau bernama dan
Innominaat atau tidak bernama. Maksud dari kontrak Nominaat adalah bahwa kontrak tersebut
telah dikenal dan diatur oleh KUHPerdata sedang Innominaat maksudnya adalah bahwa jenis
kontrak tersebut belum dikenal dalam KUHPerdata dan pengaturannya diluar KUHPerdata. Sifat
pengaturan buku III ini adalah terbuka (open) artinya dimungkinkan dilakukan suatu bentuk
perjanjian lain selain yang telah diatur dalam KUHPerdata. Hal ini didasarkan pada asas kebebasan
berkontrak sehingga seiring kebutuhan hidup manusia dalam memenuhi kebutuhannya ada saja
suatu bentuk kontrak/perjanjian yang belum dikenal oleh KUHPerdata. Kontrak Nominaat
contohnya adalah tentang jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, hibah dll. Sementara itu
Innominaat adalah franchise, joint venture, kontrak rahim, leasing, belisewa, production sharing
dll yang akan muncul sesuai perkembangan zaman dan sesuai kebutuhan manusia.

E.

Ketentuan-ketentuan Umum dalam Hukum Kontrak.


Somasi
Diatur dalam pasal 1238 KUHPerdata dan 1243 KUHPerdata. Somasi adalah teguran dari si
berpiutang (kreditur) kepada si berutang (debitur) agar dapat memenuhi prestasi sesuai dengan
isi perjanjian yang telah disepakati bersama. Somasi timbul karena debitur tidak melaksanakan
prestasi sesuai yang diperjanjikan.
Wanprestasi
Adalah tidak terpenuhinya suatu prestasi oleh salah satu pihak. Dapat dikatakan
wanprestasi jika sebelumnya pihak berhutang telah diberi surat teguran atau somasi sebanyak
minimal tiga kali.
Tuntutan atas dasar wanprestasi dapat berupa: meminta pemenuhan prestasi dilakukan,
menuntut prestasi dilakukan disertai ganti kerugian, meminta ganti kerugian saja, menuntut
pembatalan perjanjian, menuntut pembatalan perjanjian disertai ganti kerugian.
Ganti rugi
Ganti rugi karena wanprestasi diatur dalam pasal 1243 hingga 1252 KUHPerdata. Ganti
rugi ini timbul karena salah satu pihak telah wanprestasi atau tidak memenuhi isi perjanjian yang
telah disepakati bersama. Ganti kerugian yang dapat dituntut berupa: kerugian yang telah nyatanyata diterima, kerugian berupa keuntungan yang seharusnya dapat diperoleh (ditujukan kepada
bunga-bunga).
Keadaan memaksa/force majeur
Diatur dalam pasal 1244 KUHPerdata dan 1245 KUHPerdata. Ketentuan ini memberikan
kelonggaran kepada debitur untuk tidak melakukan penggantian biaya, ganti kerugian ataupun
bunga kepada kreditur oleh karena suatu keadaan yang berada diluar kekuasaanya dalam
upayanya melakukan prestasi.
5.
Risiko

1.
2.
3.
4.

1.

2.

3.

4.

Adalah suatu ketentuan yang mengatur mengenai pihak mana yang memikul
kerugian/menanggung akibat, jika ada sesuatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak yang
menimpa obyek perjanjian. Misal ketika telah terjadi suatu kesepakatan pembangunan gedung,
maka segala sesuatu akibat sebelum penyerahan terjadi menjadi tanggung jawab pihak ketiga
selakurisk insurance. Jika terjadi kebakaran sebelum diserahkan maka itu risiko pihak asuransi
yang harus dipertanggungjawabkan.
F. Penyusunan Kontrak
Penyusunan suatu kontrak bisnis meliputi bebrapa tahapan sejak persiapan atau
perencanaan sampai dengan pelaksanaan isi kontrak.
Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prakontrak
a.
Negosiasi
b.
Memorandum of Understanding (MoU);
c.
Studi kelayakan;
d.
Negosiasi
(lanjutan).
2.

Kontrak
Penulisan naskah awal;
Perbaikan naskah;
Penulisan naskah akhir;
Penandatanganan.

3.

Pascakontrak
Pelaksanaan;
Penafsiran;
Penyelesaian

a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.

1)

sengketa.

Sebelum kontrak disusun atau sebelum transaksi bisnis berlangsung, biasanya terlebih
dahulu dilakukan negosiasi awal. Negosiasi merupakan suatu proses upaya untuk mencapai
kesepakatan dengan pihak lain. Dalam negosiasi inilah proses tawar menawar berlangsung.
Tahapan berikutnya pembuatan Memorandum of Understanding (MoU). MoU merupakan
pencatatan atau pendokumentasian hasil negosiasi awal tersebut dalam bentuk tertulis. MoU
walaupun belum merupakan kontrak, penting sebagai pegangan untuk digunakan lebih lanjut di
dalam negosiasi lanjutan atau sebagai dasar untuk melakukan studi kelayakan atau pembuatan
kontrak.
Setelah pihak-pihak memperoleh MoU sebagai pegangan atau pedoman sementara, baru
dilanjutkan dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study, due diligent) untuk melihat tingkat
kelayakan dan prospek transaksi bisnis tersebut dari berbagai sudut pandang yang diperlukan
misalnya ekonomi, keuangan, pemasaran, teknik, lingkungan, sosial budaya dan hukum. Hasil
studi kelayakan ini diperlukan dalam menilai apakah perlu atau tidaknya melanjutkan transaksi
atau negosiasi lanjutan. apabila diperlukan, akan diadakan negosiasi lanjutan dan hasilnya
dituangkan dalam kontrak.
Dalam penulisan naskah kontrak di samping diperlukan kejelian dalam menangkap
berbagai keinginan pihak-pihak, juga memahami aspek hukum, dan bahasa kontrak. Penulisan
kontrak perlu mempergunakan bahasa yang baik dan benar dengan berpegang pada aturan tata
bahasa yang berlaku. Dalam penggunaan bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing
harus tepat, singkat, jelas dan sistematis.
Walaupun tidak ditentukan suatu format baku di dalam perundang-undangan, dalam
praktek biasanya penulisan kontrak bisnis mengikuti suatu pola umum yang merupakan anatomi
dari sebuah kontrak, sebagai berikut :
Judul;

2)
3)
4)
5)
6)

Pembukaan;
Pihak-pihak;
Latar belakang kesepakatan (Recital);
Isi;
Penutupan.
Judul harus dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas misalnya Jual Beli Sewa, Sewa Menyewa,
Joint Venture Agreementatau License Agreement. Berikutnya pembukaan terdiri dari kata-kata
pembuka,
isalnya
dirumuskan
sebagai
berikut
:
Yang bertanda tangan di bawah ini atau Pada hari ini Senin tanggal dua Januari tahun dua ribu,
kami yang bertanda tangan di bawah ini. Setelah itu dijelaskan identitas lengkap pihak-pihak.
Sebutkan nama pekerjaan atau jabatan, tempat tinggal, dan bertindak untuk siapa. Bagi
perusahaan/badan hukum sebutkan tempat kedudukannya sebagai pengganti tempat tinggal.
Contoh penulisan identitas pihak-pihak pada perjanjian jual beli sebagai berikut :

1.

Nama ....; Pekerjaan ....; Bertempat tinggal di .... dalam hal ini
bertindak untuk diri sendiri/untuk dan atas nama .... berkedudukan
di .... selanjutnya disebut penjual;

2.

Nama ....; Pekerjaan ....; Bertempat tinggal di .... dalam hal ini
bertindak untuk diri sendiri/selaku kuasa dari dan oleh karenanya
bertindak untuk atas nama .... berkedudukan di .... selanjutnya disebut
pembeli.

3.

Pada bagian berikutnya diuraikan secara ringkas latar belakang


terjadinya kesepakatan (recital). Contoh perumusannya seperti ini :

dengan menerangkan penjual telah menjual kepada pembeli dan pembeli telah membeli
dari penjual sebuah mobil/sepeda motor baru merek .... tipe .... dengan ciri-ciri berikut ini :
Engine No. .... Chasis ...., Tahun Pembuatan .... dan Faktur Kendaraan tertulis atas nama ....
alamat .... dengan syarat-syarat yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli seperti berikut
ini.
Pada bagian inti dari sebuah kontrak diuraikan panjang lebar isi kontrak yang dapat dibuat
dalam bentuk pasal-pasal, ayat-ayat, huruf-huruf, angka-angka tertentu. Isi kontrak paling banyak
mengatur secara detail hak dan kewajiban pihak-pihak, dan bebagai janji atau ketentuan atau
klausula yang disepakati bersama.
Jika semua hal yang diperlukan telah tertampung di dalam bagian isi tersebut, baru
dirumuskan penutupan dengan menuliskan kata-kata penutup, misalnya:
Dibuat dan ditandatangani di .... pada hari ini .... tanggal .... Di bagian bawah kontrak
dibubuhkan tanda tangan kedua belah pihak dan para saksi (kalau ada). Dan akhirnya diberikan
materai. Untuk perusahaan/badan hukum memakai cap lembaga masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Banyak permasalahan yang terjadi pada suatu kontrak bila tidak tersusun dengan baik,
rapi dan jelas. Permasalahan tersebut akan semakin merugikan pihak yang lemah kedudukannya
dalam kontrak tersebut bila terjadi perselisihan dan terpaksa memasuki jalur pengadilan. Oleh

karena itu, kita harus memperhatikan dengan seksama efek atau akibat kontrak tersebut sebelum
menandatanganinya. Apakah kita telah memiliki kedudukan yang seimbang atau tidak.
Mengingat pengaturan hukum

kontrak kita yang memang tidak berubah sejak masa

pemerintahan Hindia Belanda, tidak ada salahnya bagi kita para praktisi, bisnis, masyarakat
maupun akademis untuk mempelajari dan mengerti.

Sumber : http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-hukum-kontrak.html

Anda mungkin juga menyukai