Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata kuliah : Hukum Perdata


Grup :B
Nama : Dolly Anugrah Aritonang
NIM : 200200180
Hari/Tanggal : Selasa, 08 Juni 2021
Dosen Penguji : Prof. Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum

1. Buku ke III KUHPerdata menentukan tentang perikatan. Sebutkan sumber-sumber


perikatan.
Jawab :
Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan ”Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena
perjanjian, baik karena undang-undang”. Maknanya, perikatan bersumber dari,
1) Perjanjian, 2) Undang-Undang. Namun demikian, perikatan juga dapat bersumber dari
Jurisprudensi, Hukum Tertulis dan Hukum Tidak Tertulis serta Ilmu Pengetahuan
Hukum.
1. Perikatan Bersumber dari Perjanjian (Persetujuan).
 Ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata, menyebutkan bahwa :
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
 Prof. Subekti dalam bukunya yang berjudul "Hukum Perjanjian", menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan :perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang
berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.
Dari peristiwa perjanjian tersebut, maka timbullah suatu hubungan antara dua orang yang
terlibat dalam perjanjian yang dinamakan perikatan. Jadi suatu perjanjian akan
menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Sedangkan dalam
bentuknya, perjanjian berupa suatu rangkaian kata yang mengandung janji-janji atau
kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

2. Perikatan Bersumber dari Undang-Undang.


 Ketentuan Pasal 1352 KUH Perdata menyebutkan bahwa :
Perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undang-undang, timbul dari undang-undang
saja, atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1352 KUH Perdata tersebut, perikatan yang bersumber
pada undang-undang, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Perikatan yang hanya terjadi karena undang-undang
 Perikatan yang timbul dari undang-undang karena perbuatan manusia.
 Selanjutnya ketentuan Pasal 1353 KUH Perdata, menyebutkan bahwa :
Perikatan-perikatan yang dilahirkan dari undang-undang sebagai akibat perbuatan
orang, terbit dari perbuatan halal atau dari perbuatan melawan hukum.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1353 KUH Perdata tersebut, jelas disebutkan bahwa
perikatan yang lahir atau bersumber dari undang-undang karena perbuatan manusia,
digolongkan menjadi dua hal, yaitu :
 Perbuatan menurut hukum.
 Perbuatan melawan hukum
Dalam Perikatan yang timbul karena Undang-Undang, hak dan kewajiban debitur dan
kreditur ditetapkan oleh Undang-Undang. Pihak debitur dan kreditur wajib memenuhi
ketentuan Undang-Undang. Undang-Undang mewajibkan debitur berprestasi dan kreditur
berhak atas prestasi. Kewajiban ini disebut kewajiban Undang-Undang. Jika kewajiban
tidak dipenuhi, berarti pelanggaran Undang-Undang.

2. Jelaskan perbedaan antara perbuatan melawan hukum dengan wanprestasi


Jawab :

Wanprestasi atau yang juga dikenal dengan cidera janji adalah suatu kondisi tidak
dilaksanakannya suatu prestasi/ kewajiban sebagaimana mestinya yang telah disepakati
bersama – sebagaimana yang dinyatakan dalam kontrak. Wanprestasi dapat terjadi karena
kesengajaan; kelalaian ataupun tanpa kesalahan (kesangajaan dan/kelalaian).
Konsekuensi yuridis dari wanprestasi adalah timbulnya hak dari pihak yang dirugikan
dalam kontrak tersebut untuk menuntut ganti rugi dari pihak yang melakukan
wanprestasi.
Seseorang dapat dikatakan telah ingkar janji atau wanprestasi, apabila orang tersebut
(debitor) tidak melakukan apa yang dijanjikannya atau ia melanggar perjanjian, dan
wanprestasi seorang debitor terdiri dari empat macam, yaitu:
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan;
3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Sedangkan pengaturan Perbuatan Melawan Hukum secara khusus diatur dalam ketentuan
1365 KUHPer yaitu “Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada
orang lain mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”. Dari isi Pasal 1365 KUHPer tesebut dapat disimpulkan
bahwa Perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang bertentangan dengan hak dan
kewajiban hukum menurut undang-undang. Dengan kata lain bahwa perbuatan melawan
hukum (onrechtmatige daad) sama dengan melawan undang-undang (onwetmatige daad).
Berdasarkan pengertian tersebut dan yurisprudensi di Indonesia, Perbuatan Melawan
Hukum adalah perbuatan yang memenuhi kriteria:
1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, atau
2. Melanggar hak subjektif orang lain, atau
3. Melanggar kaidah tata susila, atau
4. Bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang seharusnya
dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga masyarakat atau terhadap
harta benda orang lain.
Perbedaan paling mendasar antara Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum adalah
dasar pengaturannya, Pengaturan Wanprestasi secara khusus diatur dalam ketentuan Pasal
1343 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang didasarkan pada adanya
cedera janji dalam suatu perjanjian sehingga salah satu pihak harus bertanggung jawab.

3. Jelaskan syarat sah perjanjian dan bagaimana akibat hukumnya jika syarat-syarat
perjanjian itu tidak terpenuhi.
Jawab :
Syarat sah perjanjian itu diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, khususnya
Pasal 1320. Syarat-syarat sah tersebut, antara lain:
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3. Suatu pokok persoalan tertentu.
4. Suatu sebab yang tidak terlarang.
Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subjektif karena berkaitan dengan para
subjek yang membuat perjanjian. Sementara itu, syarat kedua dan ketiga disebut syarat
objektif karena berkaitan dengan objek dalam perjanjian. Apabila satu di antara empat
syarat sah perjanjian yang telah disebutkan sebelumnya tidak terpenuhi, maka perjanjian
bisa dibatalkan. Jika yang tidak terpenuhi adalah syarat nomor 1 dan 2, yaitu sepakat dan
kecakapan, maka proses pembatalannya harus dilakukan melalui pengadilan. Sementara
bila yang tidak terpenuhi nomor 3 dan 4, perjanjian dianggap batal dan tidak pernah ada.
Bila salah satu pihak mengingkari perjanjian dan syarat sah perjanjian, pihak satunya bisa
menuntut ke pengadilan dan pihak yang mengingkari berpotensi menerima sanksi denda,
atau sanksi yang telah disepakati keduanya.

4. Bagaimana kedudukan perjanjian yang diatur di luar KUH Perdata menurut ketentuan
Pasal 1319 KUH Perdata.
Jawab :

Pasal 1319 KUHPerdata mendefinisikan semua perjanjian, baik yang mempunyai nama
khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan
umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain. Lahirnya perjanjian ini didasarkan
pada asas kebebasan berkontrak yang menyatakan setiap orang bebas mengadakan
perjanjian dengan siapapun atau partij otonomi. Perjanjian ini disebut sebagai perjanjian
tak bernama. Perjanjian tak bernama merupakan perjanjian yang belum diatur dalam
KUHPerdata dan KUHD. Di luar KUHPerdata dikenal pula perjanjian lainnya, seperti
kontrak joint venture, kontrak production sharing, leasing, franchise, kontrak karya dan
lain sebaginya. Perjanjian jenis ini disebut perjanjian innominaat (perjanjian tak
bernama), yakni perjanjian yang timbul, tumbuh, hidup, dan berkembang dalam praktik
kehidupan masyarakat. Keberadaan perjanjian baik nominaat (perjanjian bernama)
maupun innominaat (perjanjian tak bernama) tidak terlepas dari adanya sistem yang
berlaku dalam hukum perjanjian itu sendiri. Adanya perjanjian tidak bernama mengikat
dalam Buku III KUHPerdata menganut sistem terbuka dan asas kebebasan berkontrak,
yang diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata.72 Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengatur
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Hal ini disebut
sebagai asas pacta sunt servanda.

5. Buat satu soal sendiri dan beri jawaban sendiri dan masih berkaitan dengan mata kuliah
Hukum Perdata, tapi tidak termasuk soal 1 s/d 4 di atas.
Jawab :
SOAL : Sebutkan dan Jelaskan bagian atau unsur perjanjian dan berikan contohnya
masing-masing.
JAWABAN :
1. Essentalia : Bagian yang harus ada dalam perjanjian
Contoh:
o Jual beli : barang dan harga
o Tukar menukar : barang dan uang
o Sewa menyewa: barang dan uang

2. Naturalia: Peraturan yang bersifat mengikat

Contoh :

o Penanggungan (vrijwaring) pasal 1491


o Pembayaran: pasal 1514

3. Accidentalia : Bagian yang ditambahkan para pihak

Contoh:

o Jual rumah beserta perabotnya

Anda mungkin juga menyukai