Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup


interaksi dari suaturangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir kritis merupakan
konsep dasar yang terdiri darikonsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar
dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandangselain itu juga membahas tentang komponen
berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnyadipelajari karakteristik, sikap dan standar
berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilankeputusan dan kreatifitas dalam
berpikir kritis.

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman barudan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang 8alid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikirdan belajar.Keterampilan kognitif yang
digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual,e8aluasi diri,
berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.erpikir kritis adalah proses perkembangan
kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermatmenjadi pemikir kritis adalah
denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin
dan mandiri

Menurut Paul dan Elder (2005),berfikir kritis merupakan cara bagi seseorang untuk
meningkatkan kualitas dari hasil pemikira menggunakan teknik sistematis cara berfikir dan
menghasilkan daya piker intelektual dalam ide-ide yang digagas.
Seseorang yang berfikir secara kritis dapat menjawab permasalahan-permasalahan
yang penting dengan baik Dia akan berfikir secara jelas dan tepat.Selain itu dapat
menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membbuat model penyelesaian masalah secara
efektif.

1
1.2 Rumusan masalah
Bagaimanakah contoh kasus berpikir kritis dalam masa nifas

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang Critical Thinking dalam
Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

1.3.2 Tujuan khusus


1. Menjelaskan Critical Thinking (Berfikir Kritis) dalam Asuhan Kebidanan
2. Menjelaskan Critical Thinking (Berfikir Kritis) dalam Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Berpikir Kritis Secara Umum


Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang
dipelajari.Dalam proses belajar terdapat pengaruh perkembangan mental yang digunakan
dalam berfikir atau perkembanagan kognitif dan konsep yang digunakan dalam belajar.
Menurut Beyer (Filsaime,2008:56) berfikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin
yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas tertentu(pernyataan-pernyataan/ide-
ide,argument,dan penelitian).
Berpikir kritis tidak sama dengan sikap argumentatif atau mengecam orang
lain.Berpikir kritis bersifat netral,objektif,tidak bias.Meskipun berpikir kritis digunakan untuk
menunjukkan kekeliruan atau alasan-alasan yang buruk.Berpikir kritis juga dapat memainkan
peran penting dalam kerja sama menemukan alasan yang benar maupun melakukan tugas
konstruktif.Pemikir kritis mampu melakukan intropeksi tentang kemungkinan bias dalam
alasan yang dikemukakan.
Berfikir kritis juga tidak sama dengan mengakumulasi informasi.Seseorang dengan
daya ingat baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti adalah seorang pemikir kritis.Seorang
pemikir kritis mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya,dan mengetahui cara
memamfaatkan informasi untuk memecahkan masalah dan mencari sumber-sumber informasi
yang relevan untuk dirinya
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir
kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai
pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini
(Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli.Kember (1997)
menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir kritis menyebabkan
adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan
berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving,
meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari kemampuan berpikir
kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).

3
Berdasarkan pengertian-pengertian keterampilan berfikir kritis di atas dapat dikatakan
bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang melibatkan proses
kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan.
Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize
assumptions, Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali masalah, menilai
beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam menyimpulkan hasil pemikiran kritis,
diperlukan upaya gigih untuk memeriksa setiap keyakinan atau pemahaman akan
pengetahuan berdasarkan dukungan bukti ilmiah (evidence based) yang mendukung
kecenderungan pengambilan kesimpulan tersebut.

2.2 Berfikir Kritis Dalam Kebidanan

Berfikir meliputi proses yang tidak statis , berubah setiap saat. Berfikir kritis dalam
kebidanan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan professional dan kualitas
asuhan kebidanan. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi bidan mencapai
sukses dalam berbagai aktivitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta
pengetahuan teknis atau keterampilan teknis dalam memberikan asuhan kebidanan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun
menjawab, membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk
mencari jawaban dengan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.
Bidan setiap hari mengambil keputusan. Bidan menggunakan keterampilan berpikirin
kritis dalam berbagai cara:
a. Bidan menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dari lingkungannya.
b. Bidan menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan.
c. Bidan penting membuat keputusan.

Beberapa tahun yang lalu ditemukan bahwa berpikir kritis dalam kebidanan
diperlukan untuk mengeksplorasi. Berpikir kritis dalam kebidanan adalah komponen dasar
dalam pertanggunggugatan professional dan kualitas asuhan kebidanan. Pemikir kritis dalam
kebidanan menunjukkan kebiasaan perasaan : percaya diri, kontekstual perspektif, kreatifitas,
fleksibilitas, ingin tahu, intuisi, keterbukaan, tekun, refleksi.

4
2.3 Manfaat Berfikir Kritis Dalam Kebidanan
Berikut ini merupakan manfaat berpikir kritis dalam kebidanan adlah sebagai berikut:
1) Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas kebidanan sehari-hari
2) Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam kebidanan
3) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kebidanan
4) Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan
tujuan, serta tingkat hubungan
5) Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan
6) Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam kebidanan
7) Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam kebidanan
8) Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data kebidanan
9) Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas kebidanan
10) Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan
yang dilakukan
11) Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam kebidanan
12) Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip aktivitas nilai-nilai keputusan
13) Mengevaluasi penampilan kinerja bidan dan kesimpulan asuhan kebidanan

2.4 Model Berfikir Kritis Dalam Kebidanan


Dalam penerapan pembelajaran berfikir kritis di pendidikan kebidanan, dapat digunakan
tiga model, yaitu sebagai berikut :
1. Feeling model
Model ini menekankan pada rasa, kesan dan data atau fakta yang ditemukan.
Pemikiran kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan
pengalaman, kepekaan dan melakukan aktivitas kebidanan dan perhatian.
Misalnya terhadap aktivitas dalam pemeriksaan tanda vital, bidan merasakan
gejala, petunjuk, dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.

2. Vision model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan
menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide
tentang permasalahan bidanan kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan

5
untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepa
untuk merespon ekspresi.

3. Examine model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Bidan menguji
ide dengan bantuan criteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari
peran yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, menlihat, konfrimasi,
kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan, sesuatu yang berkaitan dengan ide.

2.5 Berfikir Kritis dalam Asuhan Nifas


Proses berpikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan asuhaan
kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan memberikan
asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan
dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah menerapkan proses berpikir kritis.
Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan antenatal care
sesuai dengan program maka bidan telah menerapkan proses berpikir kritis. Penerapan dalam
asuhan kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan antenatal care sesuai dengan
program yang telah disepakati sebagai upaya pencegahan dan penanganan secara dini
penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat kehamilan, dengan proses
kehamilan dapat berjalan dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan
selamat.

6
BAB III
PENERAPAN CRITICAL THINKING DALAM KASUS MASA NIFAS

Kasus
Ny. M umur 28 tahun , melahirkan normal 4 hari yang lalu datang ke BPM mengeluh
payudara terasa berat , payudara bengkak dan mengkilap , agak keras , menggigil dan sedikit
nyeri jika disentuh .Pemberian ASI diajari oleh mertuanya . Hasil pemeriksaan;TD :110/70
mmHg, suhu : 39 ºC , RR : 20x/I . HR : 82x/I , tampak putting susu tegang , payudara keras
dan bengkak.
Soal :
1. Pada kasus ny.M, Apakah diagnosa yang paling mungkin pada kasus diatas dan apa
penyebabnya ?
2. Bagaimana sikap bidan dalam menghadapi kasus pada ny.M ?
3. Jelaskan penanganan yang dilakukan pada kasus ny.M sesuai dengan prosedur dan
kewenangan bidan !
4. Pada no.3, Tindakan yang dilakukan pada kasus ny.M dapat menyebabkan komplikasi,
untuk memperkecil komplikasi maka tindakan yang dilakukan adalah ...
Jawab :
1. Pada kasus diatas jika kita melihat tanda dan gejala yang dirasakan oleh Ny.M diagnose
yang tepat pada kasus diatas adalah ibu postpartum dengan mastitis.
a. Penyebab mastitis pada kasus diatas adalah :Kurangnya pengetahuan ibu tentang
bagaimana menyusui bayi dengan benar
b. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang
akan menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
c. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk
menyebabkan infeksi mastitis
d. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
e. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis
f. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui
dengan adekuat, maka bias terjadi mastitis
g. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi
h. Ibu jarang menyusui sementara produksi ASI banyak
i. Bayi menyusu dominan hanya dengan satu payudara ibu saja

7
j. Menurunnya waktu pemberian ASI misalnya pada malam hari ketika tidur atau ketika
ibu sedang bekerja

2. Sikap bidan dalam menghadapi kasus ny.M yaitu


a. Sikap umum Bidan Memperhatikan k/u penderita , TTV : TD, nadi dan suhu , Keadaan
payudara pada Ny.M.
b. Sikap khusus bidan dalam menghadapi kasus Ny.M yaitu menganjurkan ibu untuk :

 Mengompres payudara dengan air hangat


 Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik
 Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika
 Bayi mulai menyusu pada payudara yang mengalami peradangan
 Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
 Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
 Konseling

Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan
membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan
pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui; yang aman untuk diteruskan; bahwa ASI dari payudara
yang terkena tidak akan membahayakan bayinya; dan bahwa payudaranya akan pulih baik
bentuk maupun fungsinya.

 Pengeluaran Asi Dengan Efektif

Dengan membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara, mendorong untuk
sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu
peras ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui dapat
dimulai lagi.

3. Penanganan yang dilakukan pada kasus ny.M sesuai prosedur dan kewenangan bidan yaitu
 Perawatan puting susu atau perawatan payudara
 Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal

8
 Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak
dan susu yang sudah kering
 Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.
 Bra yang cukup meyangga tetapi tidak ketat
 Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
 Kompres hangat pada area yang terkena
 Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
 Peningkatan asupan cairan
 Istirahat
 Membatu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan keletihan dalam
kehidupannya
 Suportif, pemeliharaan perawatan ibu
 Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
 Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara
dengan cara memompanya
 Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH
tidak boleh terlalu sempit dan menekan payudara.
 Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat
tekan pada payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta
obat penghenti ASI pada dokter atau bidan.

1. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ny.M no.3 adalah abses payudara ,
pengumpulan nanah di payudara dan sepsisAbses payudara. Untuk memperkecil
komplikasi maka tindakan yang dilakukan adalah periksa kembali tanda vital ibu,
Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui seperti Menyusui sidini mungkin
setelah melahirkan,Menyusui dengan posisi yang benar,Memberikan ASI On Demand
dan memberikan ASI eklusif,Makan dengan gizi yang seimbang

DIANGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

9
1. Gangguan rasa 1. Nyeri 1. Ajarkan teknik 1.Teknik relaksasi akan
nyaman nyeri berkurang/hilang relasksasi sangat membantu
berhubungan mengurangi rasa nyeri
dengan proses 2. Ibu dapat menyusui 2. Kompres hangat pada
infeksi mastitis bayinya dengan area nyeri 2.Kompres hangat akan
nyaman membantu melancarkan
peredaran darah pada area
3. Ibu dapat 3. Kolaborasi nyeri
beraktifitas dengan pemberian obat 3.Pemberian obat analgetik
normal analgetik bekerja mengurangi rasa
nyeri

2. 1. Intake nutrisi adekuat1.Anjurkan pemberian


1. Porsi kecil tapi sering akan
2. Gangguan lebih memberikan banyak
pemenuhan 2.Tidak terjadi makanan/nutrisi kesempatan bagi pasien
kebutuhan nutrisi penurunan berat
kurang dari dengan porsi kecil tapi untuk memenuhi kebutuhan
badan khususnya nutrisinya
kebutuhan selama masa sering
menyusui 2. Pendidikan
2. Jelaskan pentingnya kesehatan/penkes mengenai
nutrisi khususnya nutrisi akan mendorong
pasien untuk lebih
pada masa menyusui memperhatikan pemenuhan
kebutuhan nutrisinya
3.
3. Jika perlu berikan Multi vitamin dapat
meningkatkan nafsu makan
tambahan multi
vitamin

3. 1. Suhu tubuh 2. Beri 1. Agar pasien dan


Gangguan normal penjelasan keluarga
peningkatan suhu 2. Tidak da kepada pasien mengetahui sebab
tubuh berhubungan peningkatan suhu dan keluarga peningkatan suhu
dengan proses terhadap tubuh dan dapat
infeksi peningkatan mengurangi
suhu tubuh kecemasan
pasien 2. TTV merupakan
3. Observasi acuan utama untuk
TTV mengetahui keadaan
umum pasien
4. Beri kompres 3. Untuk membantu
hangat menurunkan suhu
tubuh
4. Kolaberosi dalam 4. Antibiotik untuk
pemberian obat mengurangi infeksi
antibiotik dan obat dan antipiretik untuk
antipiretik menurunkan suhu

10
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berfikir kritis di atas dapat dikatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan
keterampilan berpikir yang melibatkan proses kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir
reflektif terhadap permasalahan. Seseorang yang berfikir secara kritis dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang penting dengan baik Dia akan berfikir secara jelas dan
tepat.Selain itu dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membbuat model
penyelesaian masalah secara efektif.
Proses berpikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan asuhaan
kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan memberikan
asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan
dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah menerapkan proses berpikir kritis.

3.2 Saran
Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti serta
dapat memberikan penatalaksanaan yang baik pada Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas serta
mengerti tentang Berfikir Kritis dalam memberikan pelayanan Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas

11
DAFTAR PUSTAKA

Nani Lia Dewi,Vivian.2012.AsuhanKebidananPadaIbuNifas.Jakarta: SalembaMedika


Saleha,Sitti.2009.AsuhanKebidananPadaMasaNifas.Jakarta:SalembaMedika
Sarwono.2010.Ilmu Kandungan.Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai