Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa
saja di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara
terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-
standar intelektual padanya. (Paul 1993)

Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir


kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan
penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis
diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah
merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).

Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat diperlukan mengingat bahwa dewasa ini
ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa
saja bisa memperolah informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari
berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya
perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. Jika tidak dibekali
dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif maka tidak akan mampu mengolah
menilai dan megambil informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan
tersebut. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis dan kreatif adalah merupakan
kemampuan yang penting dalam kehidupan. Strategi pengajaran berpikir kritis pada
program sarjana kedokteran yang dilakukan di Melaka Manipal Medical College India
adalah dengan memberikan penilaian menggunakan
pertanyaan yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih tinggi dan
belajar ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang

1
sudah terintegrasi menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah
pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban didiskusikan pada pertemuan
berikutnya untuk meluruskan a danya kesalahan konsep dan memperjelas materi yang
belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa pada
program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-
soal hapalan maupun soal yang menuntut jawaban
yang memerlukan telaah yang lebih dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk
belajar (Abraham RR., et al., 2004)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian berpikir kritis ?
2. Bagaimana ciri-ciri dari berfikir kritis?
3. Apa manfaat berpikir kritis ?
4. Bagaimana indikator dari berfikir kritis?
5. Bagaiman tahapan dari berfikir kritis?
6. Apa saja model berpikir kritis dalam keperawatan ?
7. Apa contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis?
8. Bagaimana pembahasan mengenai kasus tersebut?
9. Bagaimana penerapan berfikir kritis dalam roses keperawatan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian berpikir kritis
2. Mengetahui ciri-ciri dari berfikir kritis
3. Mengetahui manfaat berpikir kritis
4. Mengetahui indikator dari berfikir kritis
5. Mengetahui tahapan dari berfikir kritis
6. Mengetahui saja model berpikir kritis dalam keperawatan

2
7. Mengetahui contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis
8. Mengetahui pembahasan mengenai kasus tersebut
9. Mengetahui penerapan berfikir kritis dalam keperawatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian berfikir kritis

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan


keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui
setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada
sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka
memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai
kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan
tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga
merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil
manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir
kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang
akan dituju.
Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995:6), berpikir kritis adalah
mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan
menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya,
menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir
yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai
kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir
kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam
membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis,
dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman,
pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan
sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1). Definisi para ahli tentang berpikir kritis sangat

4
beragam namun secara umum berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kognitif
dengan menggabungkan kemampuan intelektual dan kemampuan berpikir untuk
mempelajari berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan, sehingga bentuk ketrampilan
berpikir yang dibutuhkan pun akan berbeda untuk masing–masing disiplin ilmu.

Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri sebagai sudut pandang selain
itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang
didalamnya dipelajari krakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis,
pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis. Untuk
lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya paham atau tahu dari
komponen berpikir kritis itu sendiri, dan komponen berpikir kritis meliputi
pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi, sikap dalam berpikir kritis, standar/
krakteristik berpikir kritis. Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir
kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi,
tantangan dan dukungan. Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks, yang
berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah
denominatur umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang
disiplin dan mandiri.

2.2 Ciri – ciri berfikir kritis.

Ciri-ciri berpikir kritis menurut Cece Wijaya (1996: 72) :

1. Pandai mendeteksi masalah

2. Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan

3. Mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat

5
4. Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-
kesenjangan informasi

5. Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis

6. Dapat membedakan di antara kritik membangun dan merusak

7. Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan
data yang diperoleh dari lapangan

8. Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.

Dari penjelasan di atas terkait ciri-ciri kemampuan berpikir kritis, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ciri-ciri berpikir kritis meliputi :

1. Kemampuan mengidentifikasi. Pada tahapan ini terdiri atas mengumpulkan


dan menyusun informasi yang diperlukan, mampu menentukan pikiran utama
dari suatu teks atau script, dan dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dari
suatu pernyataan.

2. Kemampuan mengevaluasi. Hal ini terdiri atas dapat membedakan informasi


relevan dan tidak relevan, mendeteksi penyimpangan, dan mampu
mengevaluasi pernyataan-pernyataan.

3. Kemampuan menyimpulkan. Hal ini terdiri atas mampu menunjukkan


pernyataan yang benar dan salah, mampu membedakan antara fakta dan nilai
dari suatu pendapat atau pernyataan, dan mampu merancang solusi sederhana
berdasarkan naskah.

4. Kemampuan mengemukakan pendapat. Hal ini terdiri atas dapat


memberikan alasan yang logis, mampu menunjukkan fakta – fakta yang

6
mendukung pendapatnya, dan mampu memberikan ide-ide atau gagasan yang
baik.

2.3 Manfaat berfikir kritis

Arief Achmad, 2009, menyatakan kemampuan berpikir kritis merupakan


kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif
dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Keuntungan yang didapatkan sewaktu kita tajam dalam berpikir kritis, kita bisa menilai
bobot kemampuan seseorang dari perkataan yang ia keluarkan, kita juga dengan tidak
gampangnya menyerap setiap informasi tanpa memikirkan terlebih dahulu hal yang
sedang disampaikan. Bayangkan! Jika kita semua terbentuk dengan kebiasaan ini, bisa
dipastikan akan muncul kreatifitas yang baru dan kita bisa terus menerus mengalami
pertumbuhan yang lebih baik di setiap aspek dari bidang yang sedang kita tekuni.

Dengan berpikir kritis maka seseorang:


1. Terhindar dari berbagai upaya penipuan, manipulasi, pembodohan, dan penyesatan.
2. Selalu fokus pada suatu hal yang sebenarnya.
3. Hidup dalam dunia nyata daripada dunia fantasi.
4. Terhindar dari berbagai kesalahan, seperti membuang waktu, uang, dan melibatkan
emosi dalam kepercayaan atau ajaran atau dogma atau ideologi yang salah dan
menyesatkan.
5. Selalu mampu memberikan sumbangsih kemanusiaan yang nyata dan bermanfaat
demi menemukan dan mengedepankan kebenaran yang didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan akal sehat.
6. Mampu menyaring semua informasi yang diperoleh dari semua sumber.
7. Mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dalam hal menjelaskan dan
berargumentasi mengenai banyak topik/fenomena serta mampu meyakinkan orang lain
yang didasarkan pada akal sehat, kejujuran, dan kebijaksanaan

7
2.4 Indikator berfikir kritis

Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:


(1) kegiatan merumuskan pertanyaan,
(2) membatasi permasalahan,
(3) menguji data-data,
(4) menganalisis berbagai pendapat dan bias,
(5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
(6) menghindari penyederhanaan berlebihan,
(7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
(8) mentoleransi ambiguitas.

Ennis (1985: 55-56), mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang


dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:

a). Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan,


menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu
penjelasan atau pernyataan.

b). Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah


sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi.

c). Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan


hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta
menentukan nilai pertimbangan.

d). Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah dan
definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.

8
e). Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain.

Indikator-indikator tersebut dalam prakteknya dapat bersatu padu membentuk sebuah


kegiatan atau terpisah-pisah hanya beberapa indikator saja.

Penemuan indikator keterampilan berpikir kritis dapat diungkapkan melalui aspek-


aspek perilaku yang diungkapkan dalam definisi berpikir kritis. Menurut beberapa
definisi yang diungkapkan terdahulu, terdapat beberapa kegiatan atau perilaku yang
mengindikasikan bahwa perilaku tersebut merupakan kegiatan-kegiatan dalam berpikir
kritis.

2.5 Tahapan berfikir kritis

2.5.1 Keterampilan Menganalisis

Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan


sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian
struktur tersebut . Dalam keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami
sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke
dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki
agar pembaca mengindentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses
berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan (Harjasujana, 1987: 44).

Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis,


diantaranya: menguraikan, membuat diagram, mengidentifikasi, menggambarkan,
menghubungkan, memerinci, dsb.

9
2.5.2 Keterampilan Mensintesis

Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan


keteramplian menganallsis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan
menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.
Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi yang
diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak
dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. Pertanyaan sintesis ini memberi
kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol (Harjasujana, 1987: 44).

2.5.3 Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah

Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa


pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan
kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa
pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan
ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke
dalam permasalahan atau ruang lingkup baru (Walker, 2001:15).

2.5.4 Keterampilan Menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan


pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai
pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain (Salam, 1988: 68).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan ini menuntut
pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap
agar sampai kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran
manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara, yaitu : deduksi dan induksi. Jadi,
kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya
sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru.

10
2.5.5 Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai

Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan


nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai
menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur
dengan menggunakan standar tertentu (Harjasujana, 1987: 44).
Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom, keterampilan mengevaluasi
merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa
ituntut agar ia mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam
menilai sebuah fakta atau konsep.

Pengukuran indikator-indikator yang dikemukan oleh beberapa ahli di atas dapat


dilakukan dengan menggunakan universal intellectual standars. Pernyataan ini
diperkuat oleh pendapat Paul (2000: 1) dan Scriven (2000: 1) yang menyatakan, bahwa
pengukuran keterampilan berpikir kritis dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan:
“Sejauh manakah siswa mampu menerapkan standar intelektual dalam kegiatan
berpikirnya”.

Universal inlellectual standars adalah standardisasi yang harus diaplikasikan dalam


berpikir yang digunakan untuk mengecek kualitas pemikiran dalam merumuskan
permasalahan, isu-isu, atau situasi-situasi tertentu. Berpikir kritis harus selalu mengacu
dan berdasar kepada standar tersebut (Eider dan Paul, 2001: 1).

2.6 Model Berpikir Kritis Pada Praktik Keperawatan

2.6.1Total Recall/Kemampuan Mengingat.

Total recall adalah mengingat fakta-fakta dimana dan mengapa serta menemukan
suatu yang diperlukan dan fakta dalam keperawatan yang diperoleh dari berbagai
sumber termasuk klien dan keluarganya.

11
2.6.2 Habits/Kebiasaan

Pola piker yang berulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan yang baru yang
secara spontan dapat dilakukan.

2.6.3 Inquiry/Penyelidikan

Inquiry/Penyelidikan adalah suatu penemuan fakta melalui pembuktian dengan


pengujian terhadap suatu isu penting atau pertanyaan yang membutuhkan suatu
jawaban.

2.6.4 New Ideas/and Creativity/Ide baru dan Kreatifitas

Berpikir kreatif (Creative thinking) adalah kebalikan dari kebiasaan yang


merupakan ide-ide dan kreatifitas yang menekankan bentuk berpikir yang sangat
khusus.

2.6.5 Knowing How You Think/mengetahui bagaimana kamu berpikir

Adalah pengetahuan kita tentang bagaimana kita berpikir .Model ini dapat
membantu perawat bekerja secara kolaborasi dengan profesi kesehatan lain.

2.7 CONTOH KASUS YANG MENERAPKAN BERFIKIR KRITIS

2.7.1 Kasus

- Kasus 1

Ny. Susi, 60 th, seorang pedagang kain, mengalami kecelakaan mobil sehingga
kaki kanannya harus diamputasi. Ia sangat pendiam, dan menolak untuk
menggunakan kaki palsu untuk belajar jalan. Kulit di daerah punggung bawah
tampak kemerahan dan mulai mengelupas. Anda menyimpulkan bahwa klien
mengalami : Kerusakan Integritas kulit b.d < mobilisasi.

Pikirkan apa yang akan anda rasakan saat membuat rencana kep klien?

12
- Kasus 2

Tn. Roni, 26 th, perawat, ditabrak oleh truk saat mengganti ban mobilnya shg
kaki kanannya hrs diamputasi. Bayinya yg berumur 9 bln yg berada dimobil saat
kecelakaan juga hrs dirawat di RS. Ia berusaha menggunakan kaki palsu tp hal
itu menyakitkan ujung pangkal pahanya. Ia menolak u/ turun dari tempat tidur
2 hari terakhir yg mengakibatkan terbentuknya dua luka di punggung. Anda
menyimpulkan bahwa klien mengalami : Kerusakan Integritas kulit b.d <
mobilisasi.

Pikirkan apa yang akan anda rasakan saat membuat rencana kep klien?

2.8 Pembahasan tentang kasus

2.8.1 Pembahasan kasus 1

Perasaan saya saat melakukan atau membuat perencanaan kepada klien adalah
menganggap klien seperti keluarganya sendiri agar nantinya rencana
keperawatan yang saya rancang lebih maksimal dan rencana keperawatan saya
adalah

a. Saya melakukan pengkajian kepada klien terlebh dahulu


b. Setelah mengetahui kesimpulannya bahwa pasien mengalami
kerusakan integritas kulit b.d < kekurangan mobilissi dengan dilihat dari
yang dialami pasien seperti kulit didaerah punggung bawah tampak
kemerahan dan mulai mengelupas dan lain sebagainya, maka maka
tindakan selanjutnya adalah
- Menganjurkan pada pasien untuk menggunakan pakaian yang
longgar agar kulit didaerah punggung bawah pasien yang
kemerahan dan mulai mengelupas tidak semakinmemburuk

13
- Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
khususnya pada bagian punggung bawah pasien yang
mengelupas tadi.
- Menganjurkan pada pasien agar mengubah posisinya setiap 2
jam sekali. Hal ini dimaksudkan agar pasien idak terus-terusan
menggunakan posisi telentang yang lama-kelamaan juga bisa
memperburuk keadaan punggugnya yang sudah terkelupas
- Melihat aktifitas pasien guna menghindari terjadinya gesekan
pada luka punggung, benturan dan lain sebagainya yang dapat
memperburuk keadaan luka punggung pasien
- Memperhatikan status nutrisi pasien agar nantinya proses
penyembuhan semakin efektif
- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat agar
menghindari infeksi bakteri
- Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka
- Memperhatikan tanda dan gejala infeksi yang mungkin terdapat
pada luka

2.8.1 Pembahasan kasus 2

Perasaan saya saat membuat perencanaan pada klien adalah menganggap


sepenuhnya klien seperti keluarga sendiri agar nantinya rencana keperawatan
yang saya lakukan lebih maksimal. Dan rencana keperawatan saya adalah

a. Saya melakukan pengkajian terlebih dahulu pada klien


b. Setelah mengetahui kesimpulannya bahwa pasien mengalami kerusakan
integritas kulit b.d < mobilisasi dengan dilihat dari yang dialami pasien
seperti adanya dua luka di punggung dan lain sebagainya, maka tindakan
saya selanjutnya adalah

14
- Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang logger
agar tidak memburuknya luka yang terdapat dipunggung pasien
- Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
khususnya pada bagian luka dipunggung
- Menganjurkan pasien mengubah posisi tidurnya setiap dua jam
sekali, hal ini dimaksudan agar pasien tidak terus-terusan dalam
posisi terlentang yang mengakibatkan luka pada bagian
punggung.
- Perhatikan aktifitas pasein yang dapat memperburuk keadaan
luka dipunggung
- Perhatiakn status nutrisi pasien agar mempercepat lukanya.
- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat agar
menghindari infeksi bakteri
- Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka
- Memperhatikan tanda-taanda dan gejala infeksi yang mungkin
terdapat pada luka.

2.9 Penerapan Berfikir Kritis Dalam Proses Keperawatan

2.9.1 pengkajian

Mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data, berfikir kritis


mengelola dan menkategorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.

2.9.1 perumusan diagnosa keperawatan

Tahap pengambilan keputusan ang paling kritis, menetukan masalah dan dengan
argument yaitu secara rasional.

15
2.9.3 perencanaan keperawatan

Menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil ang diharapkan, keterampilan


guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.

2.9.4 pelaksanaan keperawatan

Pelaksanaan tindakn keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesa,


tindakan nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.

2.9.5 evaluasi keperawatan

Mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil keputusan tentang


pemenuhan tentang kebutuhan dasar klien.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa
saja di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara
terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-
standar intelektual padanya. Tahapan berfikir kritis ialah :

- Keterampilan Menganalisis
- Keterampilan Mensintesis
- Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah
- Keterampilan Menyimpulkan
- Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai

Penerapan dalam berfikir kritis dalam keperawatan dimulai dari pengkajian yang isinya
seperti mengumpulkan data dan lain sebagainya, kemudian merumuskan diagnose
keperawatan, perencanaan keperawatan, melaksanakan keperawatan dan yang terakhir
mengevaluasi keperawatan.

3.1 Saran

Bagi pembaca diharapkan untuk lebih teliti dalam berfikir kritis sebagai
tenaga kesehatan, perawat sedapat mungkin harus selalu berfikir kritis dalam
penanganan pasien tentunya tetap beracuan pada peran perawat itu sendiri. Untuk
memahami secara keseluruhan berfikir kritis dalam keperawatan kita harus
mengembangkan fikiran secara rasional dan crmat, agar dalam berfikir kita dapat
mengidentifikasi dan merumuskn masalah keperawatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R.Siti, S.Kep.,Ns. Santun Setiawan, S.Kep,.Ns.Mia Fatma


Ekasari,S.Kep.,2014. Buku Ajar Berfikir Kritis dalam Proses Keperawatan.Jakarta
:EGC

Deswani. 2015. Proses Keperawatan dan berfikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika

Rubenfelfeld, M, Gaie. 2006. Berfikir kritis dalam keperawatan . Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai