Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki seorang
perawat, agar menjadi seorang perawat yang profesional, sehingga mampu
menyelesaikan masalah.

Dalam makalah ini,kita membahas Meliputi cara membangkitkan semangat,


kebahagiaan, dan pengharapan.menjelaskan salah satu cara berpikir tidak bisa
dilakukan secara luas, karena bagian dalam keperawatan sebagai suatu perkumpulan
profesi dengan “bagaimana mengerjakan sesuatu?”. Bagaimanapun juga semua
tindakan keperawatan yang perawat lakukan membutuhkan tingkat pemikiran yang
tinggi, tidak ada tindakan yang dilakukan tanpa berpikir kritis.

Berpikir bukan proses yang statis tetapi dapat berubah setiap hari bahkan setiap jam.
Karena berpikir merupakan sesuatu yang dinamis dan karena tindakan keperawatan
selalu membutuhkan berpikir, hal ini sangat penting untuk memahami berpikir secara
umum. Dan sangat diperlukan pula untuk menghadapi klien dengan gaya yang unik
dan untuk mengidentifikasi apa yang bisa membuat mereka lebih baik.

1.2. RUMUSAN MASALAH

a. Pengertian dari berpikir kritis?

b. Kerakteristik berfikir kritis?

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pada berfikir kritis?

d. Keterampilan berfikir kritis?


e. Standar berfikir kritis?

f. Pendekatan berfikir kritis?

g. Langkah-langkah berfikir kritis?

h. Berfikir kritis dalam keperawatan?

1.3. TUJUAN

Untuk lebih memahami makna dan maksud dari berpikir kritis dalam
keperawatan, serta untuk mengetahui penerapan dan model berpikir kritis dalam
keperwatan,sehingga kita mampu menylesaikan suatu masalah serta dapat mengambil
suatu keputusan

1.4 MANFAAT

Dengan kita memahami konsep dan tujuan dalam penerapan berpikir kritis
keperawatan, kita dapat berpikir kritis sehingga mampu mengambil suatu keputusan
dengan tepat dan pasti .
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN DARI BERPIKIR KRITIS

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir istematik yang penting bagi seorang
professional. Berpikir kritis akan membantu professional dalam memenuhi kebutuhan
klien. Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleksyang berdasarkan pada
pikiran yang cermat dan rasiona. Menjadi seorang pemikir kritis adalah sebuah
dominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pimikiran yang
disiplin dan mandiri.

Pengertian berpikir kritis menurut beberapa ahli, yaitu:

1. Berpikir kritis mencakup sikap jujur, dan keterampilan intelektual yang di


gunakan dalam menalar proses (Wilkinson, 1992).

2. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang


membantu individu membuat penilaian berdasarkan data bukan perkiraan (Alfar-
Le Fevre, 1995)

3. Berpikir kritis adalah ditujukan pada situasi rencana dan aturan-aturan yang
tersendiri yang mendahului pembuatan keputusan (MZ. Ken Zie)

4. Berpikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh,


prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinandan aktivitas pengujian
tersebut didasarkan alasan ilmiah dalam rangka pengambilan keputusan
(Bandman, 1998)
5. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang
tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan
dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi (Anggelo, 1995).

6. Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini dapat


diartikan bahwa awal munculnya kreativitas adalah karena secara kritis kita
melihat fenomena-fenomena yang kita lihat dengar dan rasakan maka akan
tampak permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif.
Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan (Beyer, 1995).

7. Berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan
keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi (Scriven).

2.2. KARAKTERISTIK BERFIKIR KRITIS

Menurut Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita, 2010:154), terdapat empat komponen
berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:

1. Basic operations of reasoning. Untuk berpikir secara kritis, seseorang


memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi, menarik
kesimpulan deduktif dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara
mental.
2. Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu problem, seseorang
harus mengetahui tentang topik atau kontennya. Untuk memecahkan suatu
konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person dan
dengan siapa yang memiliki konflik tersebut.
3. Metakognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan
seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami
suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru dan mereka-reka
bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi
tersebut.
4. Values, beliefs and dispositions. Berpikir secara kritis berarti melakukan
penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada semacam keyakinan diri
bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada
semacam disposisi yang persisten dan reflektif ketika berpikir.

Sedangkan menurut Beyer (dalam Surya, 2011:137), terdapat delapan


karakteristik dalam kemampuan berpikir kritis, yaitu:

1. Watak (dispositions). Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis


mempunyai sikap skeptis (tidak mudah percaya), sangat terbuka, menghargai
kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap
kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda,
dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya
baik.
2. Kriteria (criteria). Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau
patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk
diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari
beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.
Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada
relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti,
tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan
pertimbangan yang matang.
3. Argumen (argument). Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang
dilandasi oleh data-data. Namun, secara umum argumen dapat diartikan
sebagai alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu
pendapat, pendirian, atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi
kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
4. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning). Yaitu kemampuan untuk
merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan
meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
5. Sudut pandang (point of view). Sudut pandang adalah cara memandang atau
landasan yang digunakan untuk menafsirkan sesuatu dan yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang atau menafsirkan sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang
yang berbeda.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi berfikir kritis

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi berpikir kritis peserta didik, yaitu
sebagai berikut :

1. Kondisi fisik: menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik
adalah kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani
kehidupan. Ketika kondisi fisik siswa terganggu, sementara ia dihadapkan pada
situasi yag menuntut pemikiran yang matang untuk memecahkan suatu masalah
maka kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya. Ia tidak dapat
berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak memungkinkan untuk
bereaksi terhadap respon yanga ada.

2. Motivasi: Kort (1987) mengatakan motivasi merupakan hasil faktor internal


dan eksternal. Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan
ataupun pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu atau
memperlihatkan perilaku tertentu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Menciptakan minat adalah cara yang sangat baik untuk
memberi motivasi pada diri demi mencapai tujuan. Motivasi yang tinggi terlihat
dari kemampuan atau kapasitas atau daya serap dalam belajar, mengambil resiko,
menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang tidak mau berubah kearah yang
lebih baik, mempergunakan kesalahan sebagai kesimpulan belajar, semakin cepat
memperoleh tujuan dan kepuasan, mempeerlihatkan tekad diri, sikap kontruktif,
memperlihatkan hasrat dan keingintahuan, serta kesediaan untuk menyetujui hasil
perilaku.

3. Kecemasan: keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan


ketakutan terhadap kemungkinan bahaya. Menurut Frued dalam Riasmini (2000)
kecemasan timbul secara otomatis jika individu menerima stimulus berlebih yang
melampaui untuk menanganinya (internal, eksternal). Reaksi terhadap kecemasan
dapat bersifat; a) konstruktif, memotivasi individu untuk belajar dan mengadakan
perubahan terutama perubahan perasaan tidak nyaman, serta terfokus pada
kelangsungan hidup; b) destruktif, menimbulkan tingkah laku maladaptif dan
disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik serta dapat membatasi
seseorang dalam berpikir.

4. Perkembangan intelektual: intelektual atau kecerdasan merupakan


kemampuan mental seseorang untuk merespon dan menyelesaikan suatu
persoalan, menghubungkan satu hal dengan yang lain dan dapat merespon dengan
baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual tiap orang berbeda-beda
disesuaikan dengan usia dan tingkah perkembanganya. Menurut Piaget dalam
Purwanto (1999) semakin bertambah umur anak, semakin tampak jelas
kecenderungan dalam kematangan proses.

2.4. KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS

keterampilan berpikir kritis menurut Schfersman (dalam Aryati, 2008) baik dalam
konteks pengetahuan, kemampuan, sikap, maupun konteks kebiasaan perilaku adalah:

1. menggunakan bukti atau fakta secara terampil dan berimbang


2. mengorganisasi ide dan mengartikulasikannya secara ringkas dan koheren
3. membedakan antara kesimpulan yang secara logika, valid, dan invalid
4. meragukan penilaian yang tidak didukung oleh bukti yang cukup guna
pengambilan keputusan
5. memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi;
6. berusaha mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi dan
tindakan alternative
7. melihat kesamaan dan analogi secara mendalam
8. mampu belajar secara mandiri
9. menerapkan teknik pemecahan masalah dalam domain lain dari yang telah
dipelajari;

2.5 STANDAR BERPIKIR KRITIS

Standar 1: Kejelasan (clarity)

Supaya bisa bersikap kritis terhadap pandangan atau pendapat orang lain, kita
harus mendengar atau membaca pendapat orang itu. Ini yang seringkali bermasalah.
Tidak jarang kita menemukan betapa pendapat orang tersebut sulit dimengerti.
Sebabnya bisa macam-macam. Ada orang yang sulit mengemukakan pendapatnya
karena tidak terampil dalam berkomunikasi. Ada orang yang memang bodoh, tetapi
yang lainnya lebih karena kemalasan atau ketidakpeduliaan. Dengan kata lain,
kejelasan (clarity) dalam mengemukakan gagasan atau pendapat menjadi salah satu
standar berpikir kritis.

Standar 2: Presisi (precision)

Ketepatan (presisi) dalam mengemukakan pikiran atau gagasan sangat ditentukan


oleh bagaimana seseorang membiasakan dan melatih dirinya dalam mengobservasi
sesuatu dan menarik kesimpulan-kesimpulan logis atas apa yang diamatinya tersebut.
Kemampuan presisi juga berhubungan dengan apa yang diistilah dengan close
attention. “Really valuable ideas can only be had at the price of close attention,”
demikian Charles S. Pierce. Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak bidang yang
membutuhkan presisi. Misalnya dalam bidang kedokteran, teknik, arsitektur, dan
sebagainya. Dalam pemikiran kritis pun dibutuhkan ketepatan. Kemampuan
mengamati dan menentukan apa yang sebenarnya sedang terjadi atau sedang dihadapi
membutuhkan kemampuan presisi ini. Misalnya, Anda seorang dokter menghadapi
pasien dengan gejala-gejala tertentu. Anda harus dengan tepat mengatakan jenis
penyakit apa yang diderita pasien tersebut plus alasan-alasannya.

Standar 3: Akurasi (Accuracy)

Keakuratan putusan kita sangat ditentukan oleh informasi yang masuk ke dalam
pikiran kita. Jika kita menginput informasi yang salah atau menyesatkan, maka
jangan heran kita menghasilkan suatu putusan atau kesimpulan yang salah pula.
Misalnya, seorang pemimpin perusahaan memutuskan memecat karyawannya karena
mendengar informasi yang salah dari karyawan lain bahwa karyawan yang dipecat itu
melanggar kode etik perusahaan. Seharusnya sang pimpinan memanggil dan
menggali sendiri informasi dari karyawan tersebut dan informasi-informasi lainnya
yang terkait. Meskipun Anda seorang yang sangat pintar, Anda tetap bisa mengambil
putusan yang keliru jika informasi yang Anda dapatkan keliru. Orang yang selalu
berpikir kritis tidak akan gegabah dalam mengambil putusan jika informasi-informasi
yang dibutuhkan belum mencukupi. Mereka yang terbiasa berpikir kritis tidak hanya
menjunjung tinggi dan memberikan penilaian pada suatu kebenaran. Mereka juga
memiliki passion yang mendalam tentang keakuratan dan informasi-informasi yang
tepat. Socrates mengatakan bahwa hidup yang tidak direfleksikan tidak pantas untuk
dihidupi tampaknya tepat untuk menggambarkan kemampuan berpikir kritis yang
satu ini.

Standar 4: Relevansi (Relevance)

Yang dimaksud di sini adalah bagaimana kita memusatkan perhatian pada


informasi-informasi yang dibutuhkan bagi kesimpulan berpikir kita, dan tidak
membiarkan pikiran dikuasai, dikendalikan, atau dialihkan oleh informasi-informasi
lain yang tidak relevan. Misalnya, dalam sebuah debat politik mengenai boleh
tidaknya menggusur sebuah gedung bersejarah untuk membangun supermarket.
Seorang politisi, misalnya, mengalihkan pembicaraan dari substansi permasalahan
dengan mengatakan bahwa gedung tua itu temboknya sudah lapuk, catnya sudah
mengelupas, dan tidak enak dipandang mata. Gedung tua itu merusak pemandangan
kota. Cara berargumentasi seperti ini, jika diikuti hanya akan mengalihkan perhatian
dari hal-hal yang substansial ke hal-hal yang sifatnya sekunder dan periferal.
Bukankah debat-debat politik yang kita saksikan di televisi seringkali tidak
mengandung relevansi logis? Coba selidiki dan temukan satu contoh diskusi atau
perdebatan publik yang mengandung kesesatan relevansi! Kemukakan dan diskusikan
temuan Anda itu dengan dosen dan temanmu!

Standar 5: Konsistensi (Consistency)

Apa yang kamu ketahui tentang konsistensi? Mengapa konsistensi penting dalam
berpikir kritis? Mencari dan mempertahankan kebenaran menuntut adanya
konsistensi sikap, baik dalam upaya terus menerus mencari kebenaran maupun
membangun argument-argumen mengenai pengetahuan. Kebenaran tidak pernah
dicapai sekali untuk selamanya, dia harus terus dikejar dan diusahakan. Tanpa sikap
konsisten dalam mencari kebenaran mustahil memperoleh kebenaran. Demikian pula
sikap konsisten dalam membangun argumentasi yang adalah ekspresi pengetahuan
subjek mengenai sesuatu. Argumen yang jelas dan terpilah-pilah harus tetap
dipertahankan, dan ini langsung memperlihatkan konsistensi dari si subjek yang
berpikir kritis.

Ada dua ketidakkonsistenan yang harus dihindari. Pertama, inkonsistensi logis,


dalam arti percaya atau menerima sebagai benar suatu materi tertentu yang tidak
benar sebagian atau seluruhnya. Kedua, inkonsistensi praktis, yakni diskrepansi
antara perkataan dan perbuatan. Orang yang konsisten harus memiliki sikap yang
mencerminkan apa yang dikatakannya. Hal ini akan nyata benar dalam pemikiran dan
sikap moral.

Seorang politikus yang gagal melaksanakan apa yang sudah dijanjikannya atau
membual di televisi, seorang penceramah agama terkenal yang ketahuan memiliki
istri simpanan, seorang artis yang mengkampanyekan penolakan terhadap narkotika
tetapi terlibat sebagai pengguna, semuanya adalah kaum farisi dan munafik, Mereka
gagal menjadi orang-orang kritis bagi dirinya sendiri, tetapi juga memiliki karakter
yang buruk secara moral.

2.6 PENDEKATAN BERFIKIR KRITIS

Pendekatan siswa berpikir kritis dan kreatif dirancang dan dibentuk dengan tujuan
untuk pelajaran meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir logis dan
sistematik, penguasaan konsep-konsep , serta mempelajari berbagai sumber.
Pembentukan dan perancangan pendekatan siswa berpikir kritis dan kreatif
didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

a. Tidak ada seorang guru pun yang dapat membuat siswanya pintar, melainkan
siswa itu sendiri yang harus berusaha untuk membuat dirinya pintar. Tugas guru
adalah menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mendorong siswanya untuk
berusaha sendiri.

b. Penguasaan pelajaran tidak hanya terletak pada pengetahuan saja, tetapi juga
pada cara berpikir dan bekerja, serta sikap dalam mempelajarinya. Sikap yang
dimaksud adalah sikap keingintahuan dan keberanian untuk bertanya, menjawab,
mencoba dan berdiskusi.
c. Dalam pembelajaran selalu ada hal-hal yang dapat di pikirkan siswa dan hal-
hal yang tidak dapat di pikirkan siswa. Guru harus mengetahui mana yang harus
dipikirkan siswa dan yang mana yang harus dicari siswa.

d. Ilmu di peroleh dari berbagai sumber, bukan hanya dari buku saja, tetapi
bukan hanya dari percobaan saja. Oleh karena itu, siswa harus belajar dari
berbagai sumber dan mempelajari cara belajar dari berbagai sum ber tersebut.

e. Jika guru menjelaskan, guru tidak akan mengetahui siswa yang paham,
kurang paham, tidak paham dan salah paham. Tetapi guru harus bertanya, tugas
guru adalah memperbaiki siswa yang kurang paham, tidak paham, dan salah
paham. (Darliana, 2000).

2.7. LANGKAH-LANGKAH BERFIKIR KRITIS

1. Pengenalan Masalah (Defining and Clarifying Problem)

a. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.

b. Membandigkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.

c. Memilih informasi yang relevan.

d. Merumuskan/memformulasikan masalah.

2. Menilai Informasi (Judging Informations)

a. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment.

b. Mengecek konsistensi.

c. Mengidentifikasi asumsi.

d. Mengenali kemungkinan faktor stereotip.


e. Mengenali kemungkinan bias, emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat
(semantic slanting).

f. Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.

3. Memecahkan masalah atau menarik kesimpulan (Solving Problems/Drawing


Conclusion)

a. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.

b. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan atau pemecahan


masalah dan atau kesimpulan yang diambil.

2.8 BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan

a. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan


data berfikir kritis, mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu
lain.

b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap menentukan masalah dan argumen


yang rasional, dan juga tahap pengambilan keputusan yang paling kritis.

c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan


hasil yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk
memilih tindakan.

d. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah


keterampilan dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat
keberhasilan.

e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat


mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Berpikir kritis merupakan proses berfikir dalam menyelesaikan masalah melalui


pertimbangan dengan merumuskan kesimpulan dan berbagai kemungkinan, sehingga
keputusan yang diambil bersifat efektif. Untuk berpikir kritis dalam keperawatan
melalui beberapa model dan penerapan, seperti penggunaan bahasa keperawatan,
penerapan proses keperawatan serta pengkajian,sehingga berpikir kritis dalam
keperawatan merupakan komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi
dan kualitas perawat.

3.2 SARAN

Mahasiswa keperawatan harus belajar berpikir kritis dari saat ini, agar ketika
terjun kemasyarakat mereka mampu mengambil suatu keputusan dan menylesaikan
suatu masalah. Kami mengharapkan agar mahasiswa mengerti tentang berpikir kritis
terutama dalam keperawatan, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3.3 DAFTAR PUSTAKA

http:/naupalafrablogspot.comresume-untukmukpst-standar-standar.html

https://www.materibelajar.id/2016/08/3-langkah-langkah-berpikir-kritis.html

https://www.slideshare.net/aderahmann/konsep-dasar-proses-keperawatan

file:///C:/Users/acer/Downloads/BERPIKIR%20KRITIS%20LEONY3%20(1).pdf
Daftar Isi :

Bab I :
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................
1.3 Tujuan .................................................................................................................
1.4 Manfaat ...............................................................................................................

Bab II :
Isi

2.1 Pengertian Dari Berfikir Kritis ...........................................................................

2.2 Karakteristik Berfikir Kritis ................................................................................

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berfikir Kritis ...........................................

2.4 Keterampilan Berfikir Kritis ...............................................................................

2.5 Standar Berfikir Kritis ........................................................................................

2.6 Pendekatan Berfikir Kritis ..................................................................................

2.7 Langkah-Langkah Berfikir Kritis .......................................................................

2.8 Berfikir Kritis Dalam Keperawatan ....................................................................

Bab III :

Penutup

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................

3.2 Saran ...................................................................................................................

3.3 Daftar Pustaka .....................................................................................................


Makalah

Konsep Berfikir Keritis Dalam Keperawatan

Nama Dosen :

Nama Kelompok :

1. Amoy Sp Chairul
2. Bellah Aprita
3. Edo Bisri Afriansa
4. Elfina Tri Tasya
5. Inda Andreani
6. Nala Miratul Soleha
7. Puput Sari Putri
8. Sofyan Syahro Romadhan
9. Tiara Ariska Sari
10. Wulan Anggraeny

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


TAHUN AJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai