Anda di halaman 1dari 31

BERPIKIR KRITIS

LATAR BELAKANG BERPIKIR KRITIS


 Setiap orang berpikir sebab manusia makhluk
yang berpikir. Tetapi pikiran kita sering bias,
terdistorsi, sepotong-sepotong, tak cermat, atau
dipengaruhi oleh prasangka.
 Kualitas hidup kita dan apa yang kita hasilkan,
kita buat atau bangun bergantung pada kualitas
pikiran kita.
 Pikiran yang sembrono berisiko biaya yang besar,
baik uang maupun kualitas hidup yang rendah.
 Pikiran yang tepat, cermat dan relevan
meningkatkan kualitas hidup kita: membantu
menyelesaikan masalah dan mengembangkan
kesejahteraan.

 Dengan demikian, pikiran yang tepat, cermat


dan relevan perlu secara sistematis dirawat
dan dikembangkan.
 Berpikir kritis membantu kita menghasilkan
pikiran yang tepat, cermat dan relevan.

 Berpikir kritis menghindarkan kita dari


pembuatan keputusan tidak tepat yang
disebabkan oleh kesalahan penggunaan
informasi.
 Berpikir kritis membantu orang untuk
dapat menemukan hal-hal yang perlu
diperbaiki dan dikembangkan.

 Berpikir kritis membantu kita mengarah


kepada solusi-solusi efektif dari masalah-
masalah yang kita hadapi.
ARTI KATA KRITIS
 Kata 'critical' diturunkan secara etimologis
dari dua akar kata Yunani: "kriticos" (meaning
discerning judgment) dan "kriterion" (meaning
standards).
 Secara etimologis, kata ‘critical’ berimplikasi
pengembangan "discerning judgment based
on standards."
INTI BERPIKIR KRITIS

 Tidak begitu saja menerima atau


menolak sesuatu.
 Tidak begitu saja menerima apa yang
ada.
DEFINISI BERPIKIR KRITIS
 “...suatu usaha yang dilakukan secara
sistematis dan mengikuti prinsip-prinsip
logika serta mempertimbangkan berbagai
sudut pandang untuk memahami dan
mengevaluasi informasi dengan tujuan
menentukan apakah informasi itu diterima,
ditolak atau ditangguhkan penilaiannya.”
(Takwin, 2007)
Definisi Berpikir Kritis lanj.
 Berpikir kritis sebagai suatu usaha
 Berpikir kritis sebagai proses yang aktif
 Berpikir kritis sebagai proses yang sistematis
 Berpikir kritis didasarkan atas penalaran dengan
dasar ‘logika’ (prinsip,metode dan aturan berpikir)
 Berpikir kritis menggunakan berbagai sudut
pandang.
 Berpikir kritis mencakup pemahaman akan informasi
yang umumnya berwujud argumen.
 Berpikir kritis mencakup pengevaluasian
informasi/argumen
 Berpikir kritis bertujuan membuat keputusan
Mengajar berpikir kritis berarti:
 Memfasilitasi mahasiswa untuk aktif berpikir
 Memfasilitasi mahasiswa untuk percaya pada
kekuatan nalar
 Memfasilitasi dan melatih mahasiswa untuk
dapat berpikir sistematis
 Memfasilitasi dan melatih mahasiswa untuk
dapat menggunakan berbagai sudut pandang
dalam berpikir
 Memfasilitasi dan melatih mahasiswa untuk
dapat membuat keputusan.
LANGKAH-LANGKAH BERPIKIR KRITIS

1) Memperjelas pernyataan yang diterima


atau diajukan,
2) Mencari tambahan informasi,
3) Mencari yang tersirat dari yang tersurat
atau maksud-maksud yang tersembunyi,
dan
4) Mengevaluasi pernyataan berdasarkan
hasil ketiga kegiatan sebelumnya
BERPIKIR KRITIS
MEMPERTIMBANGKAN:
 Perasaan dan kehendak.
 Pikiran menyimpulkan sesuatu setelah
mempertimbangkan perasaan dan
kehendak.
 Pikiran yang mengabaikan perasaan dan
kehendak cenderung menghasilkan
kesimpulan yang tidak realistis dan
mengarahkan manusia menjadi tidak
seimbang.
KARAKTERISTIK
BERPIKIR KRITIS
 Berpikir yang merespon dan dipandu oleh
STANDARD INTELEKTUAL:
Relevance, accuracy, precision, clarity, depth,
and breadth.“
 Berpikir yang mendukung terbentuknya TRAIT
INTELEKTUAL, seperti:
Kerendahatian intelektual, integritas
intelektual, kegigihan intelektual, empati
intelektual, dan disiplin-diri intelektual.
 Berpikir yang membawa pemikirnya mengenali
UNSUR-UNSUR PIKIRAN seperti:

Apa tujuan saya berpikir? Apa tepatnya pertanyaan


yang mau saya jawab? Dalam sudut pandang apa
saya berpikir? Informasi apa yang saya gunakan?
Bagaimana saya menafsirkan informasi? Konsep-
konsep atau ide-ide utama apa yang dikandung
pikiran saya? Apa kesimpulan yang akan saya
peroleh? Apa yang saya terima begitu saja, apa
asumsi yang saya pakai atau saya buat? Jika saya
menenerima kesimpulan dari pikiran saya, apa
implikasinya? Konsekuensi apa yang akan diperoleh
jika saya menerapkan pikiran saya dalam tindakan?
 Berpikir yang secara rutin
memeriksa diri-sendiri, menguji
diri-sendiri, dan mengembangkan
diri-sendiri didasari oleh kesadaran
adanya kemungkinan:
distorsi, misleading, prasangka,
superficial, unfair, atau kekurangan-
kekurangan dan cacat-cacat lainnya.
 Berpikir yang MENGHASILKAN
JAWABAN YANG DAPAT
DIRAMALKAN DENGAN ALASAN
YANG MEMADAI sebab:
komprehensif dan menuntut proses
runtut yang dijalankan oleh
pemikirnya. Pikiran yang baik
memberi hasil yang baik.
 Berpikir yang merespon keharusan sosial
dan moral, tidak hanya berdebat secara
antusias dan menentang pendapat lain,
melainkan juga MENCARI DAN
MENEMUKENALI KETERBATASAN
POSISI PIKIRAN SENDIRI

 Ketika seseorang mengisyafi bahwa ada


berbagai sudut pandang yang sah; setiap
sudut pandang, jika dipikirkan secara
mendalam, menghasilkan insight dalam level
tetentu yang satu sama lain dapat saling
melengkapi. Dari sini orang dapat memahami
keterbatasan pikirannya: ia tak dapat
memahami segalanya sendirian betapa pun
hati-hatinya ia berpikir.
BERPIKIR KRITIS MEMILIKI
DUA KOMPONEN:
1. Serangkaian keterampilan penghasil
dan pengolah informasi dan keyakinan
(belief);
2. Kebiasaan yang didasari komitmen
intelektual untuk menggunakan
keterampilan-keterampilan dalam
bertingkahlaku.
Berpikir kritis sangat beda
dengan:
(1) sekedar memperoleh dan mempertahankan
informasi sebab berpikir kritis meliputi cara
khusus merangkai dan menata informasi;
(2) sekedar memiliki serangkaian keterampilan
sebab berpikir kritis meliputi keberlanjutan
pegunaan keterampilan-keterampilan itu;
(3) sekedar menggunakan berbagai
keterampilan itu (sebagai latihan, misalnya)
tanpa penerimaan hasilnya.
Berpikir Kritis mencakup kemampuan:
 Penalaran Verbal
 Analisis Argumen
 Uji Hipotesis
 Metakognisi (pemahaman tentang pikiran sendiri)
 Diferensiasi (melihat satu hal dari berbagai sudut
pandang)
 Integrasi (memadukan berbagai sudut pandang untuk
membuat satu kesimpulan)
 Pembuatan Kesimpulan

Semuanya melibatkan juga kemampuan ABSTRAKSI


Berpikir Kritis mencakup ranah:
 Kognitif (pikiran)
 Afektif (perasaan)
 Psikomotor/konatif (tindakan)

Dengan demikian melibatkan juga:


 Kecerdasan emosional
Penggunaan Metakognisi
Dengan metakognisi, pemikir kritis:
 Memahami diri; kelebihan dan
kekurangannya; tahu batas-batas diri
 Memahami faktor-faktor di luar kendali
dan kesadarannya
 Memahami hal-hal apa saja yang
diperlukan sebagai bantuan dalam menilai
sesuatu.
Yang diharapkan dari Berpikir Kritis
 Mampu berpikir secara jernih (clear),
mendalam dan tuntas.
 Mampu menemukan masalah yang ada di
sekitar
 Mampu menemukan alternatif solusi bagi
masalah
 Mampu menyelesaikan masalah
Apa saja yang perlu dikritik?
1. Mempertanyakan secara cermat
kemampuan akal budi (pikiran) sendiri
dan orang yang menyampaikan
informasi;
2. mempertanyakan secara cermat kondisi
dan dinamika masyarakat serta obyek
lain disekitarnya; dan
3. mempertanyakan secara cermat kondisi
psikis diri sendiri dan orang yang
menyampaikan informasi.
Artinya:
 Kritis terhadap pikiran (akal budi)
sendiri
 Kritis terhadap masyarakat dan
hal-hal di sekitar
 Kritis terhadap kondisi psikis
sendiri
Belajar Berpikir Kritis berarti:
 Membiasakan diri berkomunikasi dengan
banyak orang.
 Belajar untuk membiasakan diri mengenal,
mencermati, mengevaluasi dan
memperbaiki diri sendiri.
 Membiasakan diri untuk memahami
proses terjadinya sesuatu, bertanya
mengapa sesuatu terjadi; memahami alur
dari proses berpikir mulai dari input,
proses, hingga output.
Kurikulum Berdasarkan
Berpikir Kritis:
 Memfasilitasi kesempatan memadai bagi
siswa untuk berkomunikasi dengan banyak
orang.
 Memfasilitasi siswa untuk mengenal,
mencermati, mengevaluasi dan memperbaiki
diri sendiri.
 Memfasilitasi siswa untuk dapat memahami
proses terjadinya sesuatu, mencermati dan
bertanya mengapa sesuatu terjadi;
memahami alur dari proses berpikir mulai dari
input, proses, hingga output.
Hindari proses mengetahui
yang salah
 Mengasumsikan:
Berasumsi berarti menerima sesuatu begitu saja;
memegang satu ide atau opini tanpa mencoba
membuktikannya.
 Menebak:
Menebak adalah menjawab pertanyaan atau
sampai kepada kesimpulan berdasarkan terkaan.
 Spekulasi
Bersepekulasi adalah menebak berdasarkan
sebagian bukti yang tidak cukup ‘membuktikan’.
Pemikir kritis yang mumpuni 1
 Mengajukan pertanyaan dan masalah vital,
merumuskannya secara jelas dan tepat.
 Mengumpulkan dan memeriksa informasi yang
relevan, menggunakan ide-ide abstrak untuk
menafsirkannya secara efektik.
 Sampai kepada kesimpulan dan solusi yang
beralasan kuat, mengujinya dengan kriteria
yang relevan dan standar.
Pemikir kritis yang mumpuni 2
 Berpikir secara terbuka di antara berbagai
alternatif sistem berpikir; mengenali dan
memeriksa, sejauh dibutuhkan, asumsi-
asumsi, implikasi-implikasi, dan konsekuensi
praktis setiap sistem itu.
 Berkomunikasi secara efektif dengan orang
lain dalam mencari dan memaparkan solusi
terhadap masalah-masalah kompleks.
Secara singkat…
 Berpikir kritis adalah berpikir yang self-directed, self-
disciplined, self-monitored, dan self-corrective.
 Berpikir kritis mengandaikan kesediaan untuk
mengikuti ‘aturan’ yang sesuai dengan standar
kesempurnaan dan pikiran yang awas dalam
melakukannya.
 Berpikir kritis mensyaratkan komunikasi efektif dan
kemampuan problem solving, serta komitmen untuk
mengatasi dan melampaui kecenderungan
egosentrisme dan sosiosentrisme yang dibentuk
oleh alam dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai