BERPIKIR KRITIS
A. Kajian Teori
1. Berpikir Kritis
a. Definisi Berpikir Kritis
Pemikiran adalah aksi yang menyebabkan pikiran mendapatkan
pengertian baru dengan perantaraan hal yang sudah diketahui. Proses
pemikiran adalah suatu pergerakan mental dari saru hal menuju hal
lain, dari proporsi satu ke proporsi lainya, dari apa yang sudah
diketahui ke hal yang belum diketahui (W. Poespoprodjo, 2007: 178).
Berpikir kritis adalah berpikir yang wajar dan reflektif yang berfokus
pada memutuskan apa yang diyakini atau dilakukan (Ennis dalam
Wowo, 2012: 196). Berpikir kritis diartikan sebagai kegiatan
mempertimbangkan beberapa faktor yang mendukung keputusan yang
akan diambil. Jadi harus benar-benar dengan pemikiran yang matang.
Dengan pengambilan keputusan yang tepat maka masalah yang akan
dihadapai siswa akan terpecahkan atau dapat diatasi
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/11/24/jadikanlah-anak-berpikir-
kritis-dan-kreatif-dalam-usaha-problem-solver/). Menurut John Dewey
(dalam Alec Fisher, 2008: 2), berpikir kritis merupakan pertimbangan
yang aktif, terus menerus dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau
bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut
alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan
lanjutan yang menjadi kecenderungannya.
Keterampilan berpikir kritis merupakan kecakapan dan
kemampuan menggunakan pemikiran untuk menilai kesesuaian dan
kewajaran suatu ide, berdasar atau tidak, kebaikan dan kelemahan
sesuatu alasan dan membuat pertimbangan yang wajar dengan
menggunakan asalan dan bukti yang sesuai (Tim Penyusun, 2008: 20).
Berpikir kritis berupa kemampuan memberi alasan secara terorganisasi
9
10
Sub Indikator
Indikator Keterampilan
Keterampilan Berpikir Penjelasan
Berpikir Kritis
Kritis
A. Memberi penjelasan 1. Memfokuskan a. Mengidentifikasi atau
sederhana pertanyaan merumuskan
(elementary permasalahan.
15
e. Menggunakan
prosedur yang sudah
baku.
f. Mengetahui resiko
suatu reputasi.
g. Kemampuan memberi
alasan.
h. Kebiasaan hati-hati.
5. Mengobservasi dan a. Ikut terlibat dalam
mempertimbangkan menyimpulkan.
hasil observasi. b. Interval waktu yang
pendek antara
observasi dan
laporan.
c. Dilaporkan oleh
pengamat sendiri.
d. Mencatat yang
diperlukan secara
umum.
e. Penguatan.
f. Kemungkinan
penguatan kondisi
akses yang baik.
g. Penggunaan teknologi
yang kompeten.
h. Kepuasan oleh
pengamat dan kriteria
yang kredibel.
C. Menyimpulkan 6. Membuat deduksi dan a. Kelompok yang logis.
(inference) mempertimbangkan b. Kondisi yang logis.
hasil deduksi. c. Interpretasi
pernyataan.
7. Membuat induksi dan a. Membuat
mempertimbangkan generalisasi.
hasil induksi. b. Membuat kesimpulan
dan hipotesis.
8. Membuat dan a. Fakta latar belakang.
mempertimbangkan b. Konsekuensi.
keputusan yang c. Penerapan prinsip-
bernilai. prinsip.
d. Mempertimbangkan
alternatif.
e. Menyeimbangkan,
memutuskan.
D. Penjelasan lebih 9. Mengidentifikasi a. Bentuk, sinonim,
lanjut (advance istilah dan klarifikasi, rentang,
17
2. Penilaian Kognitif
a. Definisi Penilaian Kognitif
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 tahun 2003, dijelaskan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan
informasi dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
19
Rencana Mengajar
Penilaian
Gambar1.
Prosedur Penilaian Kelas
Sumber: Abdul Majid. 2009. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya, halaman 192.
d) Analisis
Analisis yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menguraikan situasi atau keadaan tertentu ke dalam
unsur-unsur atau komponen pembentuknya (Zaenal Arifin,
2010: 22). Analisis adalah usaha menilai suatu integritas
menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas
hierarkinya dan atau susunanya (Nana Sudjana, 2009: 27).
Analisis merupakan kecakapan yang kompleks yang
memanfaatkan kecakapan dari aspek sebelumnya. Jika
kecakapan analisis telah dikuasai yang bersangkutan akan dapat
mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif (Ngalim
Purwanto, 2008: 46).
Wowo Sunaryo Kuswana (2012: 53) menyatakan bahwa
analisis menekankan pada uraian materi utama ke dalam
pendeteksian hubungan-hubungan setiap bagian yang tersusun
secara sistematis. Keterampilan analisis dapat dikembangkan
27
Gambar2.
Klasifikasi Domain Kognitif
Sumber: Bermawi Munthe. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani, halaman 36.
30
C. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran merupakan sebuah proses komunikasi pendidikan dua
arah yang melibatkan guru dan siswa. Pembelajaran juga dimaknai sebagai
proses transformasi ilmu pengetahuan dari sumber pengetahuan dalam hal ini
guru dan penerima pengetahuan yang dikenal dengan siswa. Dalam setiap
proses pembelajaran terdapat sebuah tujuan yang akan menentukan sebuah
41
Kegiatan Pembelajaran
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Observasi
Gambar3.
Kerangka Pemikiran
45
D. Hipotesis
Dalam meneliti suatu masalah, hipotesis memegang peranan penting.
Adanya hipotesis ini peneliti akan memperoleh gambaran tentang jawaban
masalah yang dihadapi sehingga memperjelas dalam usaha mencari langkah-
langkah yang akan ditempuh dalam mengatasi persoalan yang ada.
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian dampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Suharsimi Arikunto, 2006: 71).
Berdasarkan rumusan yang telah dikemukakan, hipotesis penelitian
adalah:
1. Penerapan penilain kognitif dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa;
2. Melalui penerapan penilaian kognitif hasil belajar matematika siswa dapat
mengalami peningkatan yang signifikan;
3. Respon siswa positif terhadap penerapan penilain kognitif dan aktivitas
siswa meningkat pada pembelajaran matematika.