Anda di halaman 1dari 11

Konsep Berpikir Kritis Kebidanan

A. Definisi dan makna berpikir kritis


Plato mendefinisikan berpikir adalah berbicara dalam hati. Menurut (Suryabrata
2006) berpikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita.
Dalam KBBI, berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan
memutuskan sesuatu. Dalam proses berpikir, ada tiga langkah pembentukan
pengertian, pembentukan pendapat dan penarikan kesimpulan.
Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Kemampuan berpikir kritis
merupakan kemampuan yang sangat penting dalam kehidupan, pekerjaan dan semua
aspek kehidupan. Berpikir kritis tidak sama dengan berpikir biasa maupun berpikir
dalam keseharian. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual. Dalam
berpikir kritis, individu dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, menggunakan
pemikiran yang reflektif, independen, jernih dan rasional (Murti n.d.).
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang diawali dan
diproses oleh otak kiri. Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif
yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Fisher
2008). Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis diperlukan dalam melakukan
penalaran.
Berpikir kritis adalah berpikir dengan baik dan merenungkan atau mengkaji
tentang proses berpikir orang lain. John Dewey dalam (Surya 2011) menyarankan
agar institusi pendidikan mengajarkan cara berpikir kritis yang betul, karena dengan
berpikir kritis seorang individu akan aktif, gigih dan pertimbangan yang cermat
tentang sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun yang diterima
dipandang dari berbagai sudut alasan yang mendukung dan menyimpulkannya.
Berpikir kritis mencakup ketrampilan menafsirkan dan menilai pengamatan,
informasi dan argumentasi. Berpikir kritis meliputi pemikiran dan penggunaan alasan
yang logis, mencakup ketrampilan membandingkan, mengklasifikasi, melakukan
pengurutan, menghubungkan sebab dan akibat, mendiskripsikan pola, membuat
analogi, menyusun rangkaian, memberi alasan secara deduktif dan induktif,
peramalan, perencanaan, perumusan hipotesis dan penyampaian kritik. Berpikir kritis
mencakup penentuan tentang makna dan kepentingan dari apa yang dilihat atau
dinyatakan, penilaian argumen, pertimbangan apakah kesimpulan ditarik berdasarkan
bukti-bukti pendukung yang memadai. Berpikir kritis berbeda dengan berdebat atau
mengkritisi orang lain. Kata “kritis” terhadap suatu argumen tidak sama dengan
“ketidaksetujuan” terhadap suatu argumen atau pandangan orang lain. Penilaian
kritis dapat dilakukan terhadap suatu argumen yang bagus, karena pemikiran kritis
bersifat netral, imparsial dan tidak emosional (Murti n.d.).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir
kritis adalah suatu proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi
secara mendalam sehingga membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi.
Dengan berpikir kritis, seorang individu berarti menelaah proses berpikir orang lain
untuk mengevaluasi proses berpikir yang digunakan masuk akal atau tidak. Menurut
(Murti n.d.) agar seseorang mampu melakukan kemampuan berpikir kritis diperlukan
3 syarat, yaitu :
1. Sikap untuk menggunakan pemikiran yang dalam, di dalam melihat suatu
permasalahan dengan menggunakan pengalaman dan bukti yang ada.
2. Pengetahuan tentang metode untuk bertanya dan mengemukakan alasan
dengan logis
3. Ketrampilan untuk menerapkan metode tersebut.

B. Karakteristik berpikir kritis


Proses berpikir kritis mencakup seluruh kegiatan mendapatkan, membandingkan,
menganalisa, mengevaluasi, internalisasi dan bertindak melampaui ilmu pengetahuan
dan nilai-nilai. Berpikir kritis bukan sebatas berpikir logis karena berpikir kritis harus
memiliki keyakinan dalam nilai-nilai, dasar pemikiran dan percaya sebelum
mendapatkan alasan yang logis. Karakteristik berpikir kritis yang dijelaskan oleh
Beyer dalam (Surya 2011) yaitu :
1. Watak (Dispositions)
Seseorang yang mempunyai ketrampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis,
sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data
dan pendapat terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan
lain yang berbeda dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat
yang dianggapnya baik.
2. Kriteria (Criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Dalam
menentukan suatu patokan maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan
atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber,
namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila akan menerapkan
standarisasi maka harus berdasarkan pada relevansi, keakuratan fakta-fakta,
berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang
keliru, logika yang konsisten dan pertimbangan yang matang.
3. Argumen (Argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data.
Ketrampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan
menyusun argumen.
4. Pertimbangan atau pemikiran (Reasoning)
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis.
Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa
pernyataan atau data.
5. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir kritis akan memandang
sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
6. Prosedur Penerapan Kriteria (Procedures for Applying Criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur
tersebut akan meliputi perumusan masalah, menentukan keputusan yang akan
diambil dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

Menurut (Fisher 2008) ada 6 karakteristik berpikir kritis, yaitu :


1. Mengidentifikasi masalah
2. Mengumpulkan berbagai informasi yang relevan
3. Menyusun sejumlah alternatif pemecahan masalah
4. Membuat kesimpulan
5. Mengungkapkan pendapat
6. Mengevaluasi argumen

12 karakteristik berpikir kritis dikelompokkan oleh (Ennis 2000) menjadi lima


besar aktivitas sebagai berikut :
1. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi : menfokuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang
suatu penjelasan atau pernyataan
2. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan
suatu laporan hasil observasi
3. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan
hasil deduksi, menginduksi atau mempertimbangkan hasil induksi dan membuat
serta menentukan nilai pertimbangan
4. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah
dan definisi pertimbangan dan juga dimensi serta mengidentifikasi asumsi
5. Mengatur strategi dan teknik yang terdiri atas menentukan tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain
(Surya 2011) mengemukakan karakteristik berpikir kritis menurut Carole Wade,
yaitu :
1. Kegiatan merumuskan pertanyaan
2. Membatasi permasalahan
3. Menguji data-data
4. Menganalisis berbagai pendapat dan bias
5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
6. Menghindari penyederhanaan berlebihan
7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi
8. Mentoleransi ambiguitas

Menurut (Ennis 2000) berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif
dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan. Oleh karena itu, karakteristik kemampuan berpikir kritis dapat dijabarkan
dari aktivitas berpikir kritis meliputi :
1. Mencari pernyataan yang jelas dari pertanyaan
2. Mencari alasan
3. Berusaha mengetahui informasi dengan baik
4. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya
5. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan
6. Berusaha tetap relevan dengan ide utama
7. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar
8. Mencari alternatif
9. Bersikap dan berpikir terbuka
10. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu
11. Mencari penjelasan sebanyak mungkin
12. Bersikap sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah

C. Prinsip berpikir kritis


1. Sistematik dan senantiasa menggunakan kriteria yang tinggi (terbaik) dari sudut
intelektual untuk hasil berpikir yang ingin dicapai
2. Individu bertanggungjawab sepenuhnya atas proses kegiatan berpikir
3. Selalu menggunakan kriteria berdasar standar yang telah ditentukan dalam
memantau proses berpikir
4. Melakukan evaluasi efektivitas dari kegiatan berpikir yang ditinjau dari pencapaian
tujuan yang telah dicapai
Pada prinsipnya, inti berpikir kritis adalah
1. Tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu
2. Tidak begitu saja menerima yang ada
D. Model berpikir kritis
Rubenfeld & Scheffer (2006) mengemukakan Model T.H.I.N.K
Model T.H.I.N.K menjelaskan berpikir kritis merupakan perpaduan dari beberapa
aktivitas berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses berpikir tersebut
terjadi. Berpikir kritis merupakan proses kompleks yang jauh dari berpikir lurus.
Walaupun berpikir kritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian untuk dipelajari,
komponen-komponennya harus “dilekatkan kembali” agar penggunaannya optimal.
1. Ingatan Total (T)
Ingatan total berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat tempat dan
bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Ingatan total juga
merupakan kemampuan untuk mengakses pengetahuan yang selanjutnya
dipelajari dan disimpan dalam pikiran.
2. Kebiasaan (H)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi
sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam
melakukan segala hal yang berhasil, menghemat waktu, atau yang diperlukan.
Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus
memikirkan sebuah metode baru setiap kali akan bertindak.
3. Penyelidikan (I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan
isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Penyelidikan juga merupakan jenis
berpikir yang sangat penting untuk mencapai kesimpulan. Kesimpulan dapat
dicapai tanpa menggunakan penyelidikan, tetapi kesimpulan lebih akurat jika
menggunakan penyelidikan.
Tahapan dalam penyelidikan antara lain :
a. Melihat sesuatu (menerima informasi)
b. Menarik kesimpulan yang cepat
c. Mengenali adanya gap dalam informasi yang diketahuinya
d. Mengumpulkan informasi tambahan untuk membenarkan atau menyingkirkan
kesimpulan pertama
e. Membandingkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahui
tentang situasi ini dengan menggunakan pengalaman masa lalu
f. Mempertanyakan setiap bias yang ada
g. Mempertimbangkan satu atau lebih kesimpulan alternatif
h. Memvalidasi kesimpulan awal atau kesimpulan alternatif dengan lebih banyak
informasi
4. Ide dan kreativitas (N)
Ide baru dan kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi
seseorang. Pemikiran pribadi ini melebihi pemikiran yang biasanya guna
membentuk kembali norma. Seperti penyelidikan, model ini memungkinkan
seseorang untuk memiliki ide melebihi ide-ide dalam buku ajar. Berpikir kreatif
bukanlah untuk orang yang penakut, seseorang harus bersedia mengambil resiko
yang terkadang membuatnya terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan karakternya.
Pemikir kreatif menghargai kesalahan sebagai pelajaran yang berharga.
5. Mengetahui bagaimana anda berpikir (K)
Mengetahui bagaimana anda berpikir merupakan model T.H.I.N.K yang terakhir,
tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir
tentang pemikiran disebut dengan metakognisi yang berarti “proses mengetahui”.
Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar.
Sebagian besar kita “hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk
merenungkan bagaimana kita berpikir.
Dalam keperawatan (kebidanan) mengharuskan untuk menjadi pemikir kritis.
Bagian dari berpikir kritis adalah terus-menerus berusaha membuat seseorang
berpikir dengan lebih baik atau untuk “mengetahui bagaimana anda berpikir”.
Membuat seseorang berpikir, mungkin lebih baik tidak dilakukan jika orang
tersebut tidak mengetahui dari mana ia harus memulai. Salah satu cara untuk
mengidentifikasi posisi anda saat ini dan mulai mengeksplorasi bagaimana anda
berpikir adalah dengan menggunakan refleksi-diri.

Asumsi terhadap Model Think


1. Berpikir, merasa, dan bertindak merupakan semua komponen esensial dari
keahlian keperawatan (kebidanan) yang berkerja bersama secara sinergis
2. Walaupun berpikir, merasa, dan bertindak tidak terpisahkan dalam praktik
keperawatan (kebidanan) yang nyata, tetapi dapat dipisahkan untuk pembahasan
dalam teks dan ruangan kelas.
3. Perawat (bidan) dan mahasiswa keperawatan (kebidanan)bukan selembar kertas
kosong, sehingga mereka masuk ke dalam keperawatan (kebidanan) dengan
berbagai ketrampilan berpikir
4. Meningkatkan cara berpikir merupakan tindakan disengaja yang dapat diajarkan
dan dipelajari.
5. Sebagian besar mahasiswa dan perawat (bidan) mengalami kesulitan
menjelaskan ketrampilan berpikir mereka. Oleh karena itu, setiap model berpikir
kritis dimulai dengan menghargai kemampuan berpikir yang telah ada sehingga
mahasiswa dapat menjelaskan apa yang telah mereka miliki.
6. Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan perpaduan beberapa aktivitas
berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses berpikir tersebut terjadi.
E. Metode berpikir kritis
Ketrampilan berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menimbang faktor-faktor
yang penting dan tidak penting, konkrit dan abstrak yang mempengaruhi suatu
situasi, agar dapat dibuat solusi yang terbaik dari suatu masalah.
Berdasarkan hasil riset psikologi kognitif, institusi pendidikan perlu memusatkan
perhatian untuk mengajarkan ketrampilan berpikir kritis kepada mahasiswa, dan
memupuk sifat-sifat intelektual mereka.
Dalam mempelajari cara berpikir kritis terdiri dua fase:
1. Fase internalisasi
Fase internalisasi mencakup konstruksi ide-ide dasar, prinsip, dan teori-teori
berpikir kritis di dalam pikiran pebelajar.
2. Fase penerapan.
Fase penerapan mencakup penggunaan ide-ide, prinsip, dan teori itu oleh
pebelajar di dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidik perlu memupuk dan menumbuhkan pemikiran kritis pada setiap stadium
pembelajaran, dimulai dari pembelajaran awal. Karena itu di dalam kurikulum
pendidikan, pengembangan pemikiran kritis sebaiknya dimulai sejak semester awal.
Teknik untuk melatih ketrampilan berpikir kritis menurut (Murti n.d.) antara lain
sebagai berikut :
1. Analisis teks
Latihan ini memberikan kepada mahasiswa sebuah teks tentang suatu kejadian
atau cerita. Mereka diminta untuk menjelaskan hubungan logis antara peristiwa-
peristiwa di dalam cerita itu. Mereka juga diminta untuk memberikan saran judul
teks tersebut, dan memberikan tambahan isi cerita. Kegiatan ini menuntut
mahasiswa untuk berpikir logis dan memberikan alasan terhadap setiap kejadian
yang berhubungan dengan cerita.
Sebagai varian dari latihan ini, mahasiswa bisa diminta untuk memperluas cerita
dengan menambahkan tokoh (karakter) atau peristiwa yang terkait dengan cerita
semula.
2. Diskusi Socrates
Latihan ini mencakup pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mencetuskan
pemikiran kritis. Latihan ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada
mahasiswa tentang isu-isu kompleks atau masalah-masalah hipotetik
(perumpamaan). Mahasiswa diminta untuk menganalisis konsep, membedakan
antara fakta dan asumsi, dan mengusulkan solusi yang tepat.
3. Berpikir dari kotak masalah (Think-out-of-the Box)
Latihan ini memberikan teka-teki dan pertanyaan kepada mahasiswa untuk
mendorong mereka berpikir kreatif yang dapat meningkatkan ketrampilan berpikir
kritis. Sebagai contoh, mahasiswa bisa diminta untuk menggambar sejumlah titik,
lalu mereka diminta untuk menghubungan titik-titik itu dengan seminimal
mungkin jumlah garis-garis lurus. Permainan ini melatih kemampuan mahasiswa
untuk mengidentifikasi koneksi-koneksi yang kuat dari suatu keadaan yang
kompleks, dan membedakannya dengan koneksi-koneksi yang lebih lemah,
sehingga dapat melatih kemampuan untuk menemukan solusi yang lebih baik.
Permainan berpikir kritis ini bisa dilanjutkan dengan memperkenalkan tititik-titik
dengan pola yang berbeda.

F. Aspek berpikir kritis


Menurut Brookfield ada lima aspek berpikir kritis yaitu :
1. Berpikir kritis adalah aktivitas yang produktif dan positif
2. Berpikir kritis adalah proses bukan hasil
3. Perwujudan berpikir kritis sangat beragam tergantung dari konteksnya
4. Berpikir kritis dapat berupa kejadian yang positif maupun negatif
5. Berpikir kritis dapat bersifat emosional dan rasional

Berpikir kritis dibagi dalam dua aspek besar, yaitu :


1. Aspek pembentukan watak (disposition)
Terdiri dari komponen :
a. Mencari sebuah pertanyaan yang benar dari pertanyaan,
b. Mencari alasan
c. Mencoba untuk memperoleh informasi yang baik,
d. Menggunakan sumber yang dapat dipercaya dan menyebutkannya,
e. Memasukkan informasi/ sumber ke dalam laporan,
f. Mencoba mempertahankan pemikiran yang relevan,
g. Menjaga pikiran tetap dalam focus perhatian,
h. Melihat beberapa alternatif,
i. Menjadi berpikir terbuka,
j. Mengarah sebuah posisi ketika fakta dan alasan sesuai,
k. Mencari keakuratan subjek secara benar,
l. Mengikuti sebuah kebiasaan yang teratur,
m. Menjadi lebih respon dalam merasakan tingkatan pengetahuan dan pengalaman.
2. Aspek keterampilan.:
Keterampilan berpikir kritis meliputi 3 ketrampilan, 4 sub keterampilan, dan 6
indikator.
Tabel 1. Aspek Ketrampilan Berpikir Kritis
Ketrampilan Sub ketrampilan Indikator
Memberikan Menganalisis argument Mencari persamaan
penjelasan dasar dan perbedaan
Membangun Mempertimbangkan Kemampuan
keterampilan dasar apakah sumber dapat memberikan alasan
dipercaya atau tidak?
Menyimpulkan Menginduksi dan - Berhipotesis
mempertimbangkan - Menggeneralisasi
hasil induksi
Membuat dan mengkaji - Mengaplikasikan
nilai-nilai hasil konsep
pertimbangan - Mempertimbangka
n alternative

G. Fungsi berpikir kritis


Berpikir kritis bukan hanya persoalan berpikir secara analitis, tetapi juga berpikir
secara berbeda (thinking differently). Berpikir kritis mencakup analisis secara kritis
untuk memecahkan masalah. Analisis kritis berguna tidak hanya untuk mengiris/
menganalisis masalah, tetapi juga membantu menemukan cara untuk menemukan
akar masalah. Memahami masalah dengan baik penting untuk dapat
memecahkannya.
Dengan menggunakan kerangka skeptisisme ilmiah, berpikir kritis diperlukan di
semua bidang profesi dan disiplin akademik, termasuk bidang profesi kebidanan.
Sebagai contoh, dalam menentukan asuhan bagi klien, seorang bidan perlu berpikir
kritis apakah keputusan untuk memilih asuhan sudah tepat, apakah didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang kuat yang membenarkan bahwa asuhan itu memang efektif
untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
Dalam skeptisisme ilmiah, proses berpikir kritis meliputi akuisisi dan interpretasi
informasi, penggunaan informasi itu untuk menarik kesimpulan yang bisa
dipertanggungjawabkan. Konsep dan prinsip berpikir ilmiah bersifat universal. Berpikir
kritis membentuk sebuah sistem pemikiran yang saling terkait dan overlapping,
misalnya pemikiran filosofis, pemikiran sosiologis, pemikiran antropologis, pemikiran
historis, pemikiran politis, pemikiran psikologis, pemikiran matematis, pemikiran
biologis, pemikiran ekologis, pemikiran medis, pemikiran legal, pemikiran etis,
pemikiran estetis/ artistik, dan sebagainya. Berpikir kritis dapat diterapkan kepada
kasus di bidang profesi apa saja. Hanya saja penerapannya perlu merefleksikan
konteks bidang profesi dan disiplin yang bersangkutan.
Berpikir kritis penting, karena memungkinkan seorang untuk menganalisis, menilai,
menjelaskan, dan merestrukturisasi pemikirannya, sehingga dapat memperkecil risiko
untuk mengadopsi keyakinan yang salah, maupun berpikir dan bertindak dengan
menggunakan keyakinan yang salah tersebut. Berpikir kritis penting dilakukan dalam
profesi kebidanan. Berpikir kritis mengurangi risiko pembuatan diagnosis yang keliru
dan pemilihan asuhan yang tidak tepat yang dapat merugikan atau berakibat fatal
bagi klien.
Berpikir kritis juga diperlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
membutuhkan kreativitas seperti menulis buku. Jika seorang tidak berpikir kritis,
maka ia tidak bisa berpikir kreatif.

H. Komponen berpikir kritis


Brookfield mendefinisikan empat komponen berpikir kritis yaitu :
1. Identifikasi dan menarik asumsi adalah pusat berpikir kritis
2. Menarik pentingnya konteks adalah penting dalam berpikir kritis
3. Pemikir kritis mencoba mengimajinasikan dan menggali alternatif
4. Mengimajinasikan dan menggali alternatif akan membawa pada skeptisme
reflektif

Subskill berpikir kritis terdiri dari enam sub-skill menurut Facione (2004 dalam Potter
& Perry, 2009) yaitu sebagai berikut :
1. Interpretasi (Interpretation)
Interpretasi merupakan proses memahami dan menyatakan makna atau
signifikansi variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian,
persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria. Interpretasi meliputi sub-
skill kategorisasi, pengkodean, dan penjelasan makna.
2. Analisis (Analysis)
Analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara pernyataan,
pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi lainnya untuk
mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi dan opini.
3. Inferensi (Inference)
Inferensi merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang
dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk membentuk suatu dugaan atau
hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan mengembangkan
konsekuensi yang sesuai dengan data., pernyataan, prinsip, bukti, penilaian,
keyakinan, opini, konsep, deskripsi, pertanyaan dan bentuk-bentuk representasi
lainnya
4. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas pernyataan atau
representasi yang menilai atau menggambarkan persepsi, pengalaman, situasi,
penilaian, keyakinan atau opini seseorang serta mengkaji kekuatan logis dari
hubungan aktual antara dua atau lebih pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau
bentuk representasi lainnya.
5. Eksplanasi (Explanation)
Eksplanasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempresentasikan hasil
penilaian seseorang dengan cara meyakinkan dan koheren.
6. Pengontrolan diri (Self-Regulation)
Pengontrolan diri adalah kesadaran untuk memantau aktivitas kognitif sendiri,
unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan hasil-hasil yang
dikembangkan, terutama melalui penggunaan keterampilan dalam menganalisis,
mengevaluasi penilaian inferensial seseorang dengan suatu pendangan melalui
pengajuan pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau pembetulan terhadap hasil
penilaian seseorang.

Anda mungkin juga menyukai