Nim : 431418067
Berpikir merupakan sebuah aktivitas yang selalu dilakukan manusia, bahkan ketika sedang
tertidur. Bagi otak, berpikir dan menyelesaikan masalah merupakan pekerjaan paling penting,
bahkan dengan kemampuan yang tidak terbatas. Berpikir merupakan salah satu daya paling
utama dan menjadi ciri khas yang membedakan manusia dari hewan.
Menurut Sardiman (1996: 45), berpikir merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan
pengertian, mensintesis, dan menarik kesimpulan. Ngalim Purwanto (2007: 43) berpendapat
bahwa berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuanterarah
kepada suatu tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman/pengertian yang
dikehendakinya. Santrock (2011: 357) juga mengemukakan pendapatnya bahwa berpikir adalah
memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Berpikir sering
dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan bepikir secara kritis, membuat keputusan,
berpikir kreatif, dan memecahkan masalah.
Jika berpikir merupakan bagian dari kegiatan yang selalu dilakukan otak untuk mengorganisasi
informasi guna mencapai suatu tujuan, maka berpikir kritis merupakan bagian dari kegiatan
berpikir yang juga dilakukan otak. Menurut Santrock (2011: 359), pemikiran kritis adalah
pemikiran reflektif dan produktif, serta melibatkan evaluasi bukti. Jensen (2011: 195)
berpendapat bahwa berpikir kritis berarti proses mental yang efektif dan handal, digunakan
dalam mengejar pengetahuan yang relevan dan benar tentang dunia. Cece Wijaya (2010: 72)
juga mengungkapkan gagasannya mengenai kemampuan berpikir kritis, yaitu kegiatan
menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam,
memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah proses berpikir
yang mengharuskan murid untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang
memberi mereka pengertian dan implikasi baru (Gunawan, 2012:171). Limpan menggambarkan
berpikir tingkat tinggi melibatkan berpikir kritis dan kreatif yang dipandu oleh ide-ide kebenaran
yang masing-masing mempunyai makna. Berpikir kritis dan kreatif saling ketergantungan,
seperti juga kriteria dan nilai-nilai, nalar dan emosi. (Kuswana, 2012: 200)
Menurut Ernawati (2017:196-197), berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills
(HOTS) merupakan cara berpikir yang tidak lagi hanya menghafal secara verbalistik saja namun
juga memaknai hakikat dari yang terkandung diantaranya, untuk mampu memaknai makna
dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis, mengasosiasi hingga
menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif dan produktif.
Orang-orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis tidak hanya mengenal sebuah jawaban.
Mereka akan mencoba mengembangkan kemungkinan-kemungkinan jawaban lain berdasarkan
analisis dan informasi yang telah didapat dari suatu permasalahan. Berpikir kritis berarti
melakukan proses penalaran terhadap suatu masalah sampai pada tahap kompleks tentang
“mengapa” dan “bagaimana” proses pemecahannya.
Jensen (2011: 199) dalam bukunya yang berjudul “pemelajaran berbasis otak”, berpendapat
bahwa pemikiran intelejen tidak hanya dapat diajarkan, melainkan juga merupakan bagian
fundamental dari paket keterampilan esensial yang diperlukan bagi kesuksesan dalam dunia.
Fokus primer pada kreativitas, keterampilan hidup, dan pemecahan masalah membuat
pengajaran tentang pemikiran menjadi sangat berarti dan produktif bagi siswa.
Berikut ini beberapa keterampilan yang harus ditekankan pada level pengembangan abstraksi
dalam mengajarkan pemecahan masalah dan berpikir kritis menurut Jensen (2011: 199-200):
3. Meramalkan
13. Memeriksa pendekatan alternatif (misalnya, pergeseran bingkai rujukan, pemikiran luar
kotak)
Terdapat berbagai rujukan yang mengemukakan indikator berpikir kritis, yang dikemukakan
berikut ini.
1. Krathwohl dalam Lewy, dkk (2009:16), menyatakan bahwa indikator untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi menliputi:
a. Menganalisis
2. Mampu mengenali serta membedaka faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario
yang rumit
3. Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan
b. Mengevaluasi
c. Mengkreasi
2. permasalahan
3. Menguji data-data
8. entoleransi ambiguitas.
3. Beyer (1995) menjelaskan karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis berikut.
1. Watak (dispositions)
2. Kriteria (criteria)
Berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah
sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun
sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan
mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka
haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber
yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan
pertimbangan yang matang.
3. Argumen (argument)
Kemampuan ini adalah untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa
premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa
pernyataan atau data.
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut
akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan
diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
4. Ada 13 indikator karakter berpikir kritis yang dikembangkan Ennis (1985, dalam Costa, 1985),
berikut.
2. Mencari alasan.
8. Mencari alternatif.
9. Berpikiran terbuka.
10. Mengambil posisi (dan mengubah posisi) ketika bukti-bukti dan alasan-alasan
memungkinkan untuk melakukannya.
11. Mencari dokumen-dokumen dengan penuh ketelitian.
12. Sepakat dalam suatu cara yang teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan
kompleks.
4. Mengembangkan tes kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOT) berdasarkan Silabus dan RPP
yang sudah dikembangkan sebelumnnya.
Jawaban
Karena dalam perkembangan lebih lanjut, ternyata sebagian dari ide-ide sebelumnya
mengenai bumi dan kehidupan di bumi, menjadi landasan bagi munculnya gagasan
Darwin.
2) Jelaskan, di mana letak perbedaan teori katastrofisme dari Cuvier dengan teori
gradualisme dari Hutton!
Jawaban
Menurut teori katastrofisme, setiap batas di antara strata berhubungan dengan suatu
masa terjadinya bencana alam, seperti banjir, kekeringan, dan kemarau hebat, yang
memusnahkan spesies yang hidup di dalamnya. Sedangkan menurut teori gradualisme
menganggap, perubahan mendalam dan nyata pada setiap strata merupakan produk
kumulatif dari proses yang berlangsung lambat tetapi konstan.
3) Dengan mengacu kepada konsep genetika modern, coba Anda temukan di mana letak
kelemahan teori evolusi Lamarck!
Jawaban
Jawaban
Karena Darwin memaparkan dan mengembangkan teori seleksi alam jauh lebih
jelas dan dalam dibandingkan dengan Wallace, selain itu Buku catatan Darwin juga
memberikan bukti ia menyusun teorinya mengenai seleksi alam 15 tahun sebelum
membaca naskah Wallace.
2. Dalam periode satu dekade, buku Darwin dan pendukungnya telah berhasil
meyakinkan sebagian besar kalangan ahli biologi bahwa keanekaragaman biologi
merupakan hasil dari evolusi. Darwin bisa berhasil, pada hal para ahli evolusi
sebelumnya gagal. Coba beri penjelasan!
Jawaban
Karena Darwin telah berhasil meyakinkan para pembacanya dengan logika yang
bersih tanpa noda dan didukung oleh banyak bukti-bukti.
3. Lalau dunia memiliki Galapagos, kita memiliki Sulawesi. Di Pulau ini sebagian besar
flora dan faunanya eksotis (memiliki kekhasan tersendiri) yang tidak ditemukan di
tempat lain di dunia. Coba Anda jelaskan menurut perspektif Darwinisme, kenapa
hal itu bisa terjadi!
Jawaban
Apa yang terjadi di Sulawesi hampir sama dengan apa yang terjadi di kepulauan
Galapagos. Ketika zaman es di mana benua-benua menyatu, bagian timur Indonesia
disatukan dengan benua Australia dan bagian barat Indonesia disatukan dengan
benua Asia. Sedangkan Sulawesi dan kepulauan kecil di sekitarnya terisolir. Hal in
dapat memberi gambaran mengapa flora dan fauna bagian barat Indonesia
memiliki kemiripan dengan flora dan fauna oriental sedangkan kawasan timur
memiliki kemiripan dengan flora dan fauna Australian. Karena Sulawesi terisolasi
oleh sawar geografis (laut) maka flora dan faunanya menunjukkan penampakan
yang berbeda dari daerah lainnya di Indonesia dan juga di dunia. Flora dan fauna
yang hidup di pulau ini, mengalami radiasi adaptif secara permanen dan akumulasi
sifat yang didapatkan dari hasil adaptasi. Karena alasan inilah Sulawesi memiliki
flora dan fauna yang eksotis.
Fosil kuda dapat digunakan sebagai bukti evolusi, karena fosil ini ditemukan pada
setiap lapisan bumi sehingga dapat dilihat perubahan pada struktur tubuhnya.
Jawaban
2. Mesohippus (Oligosin)
3. Merihippus (Miosin)
4. Pliohippus (Pliosin)
5. Equus (Pleiostosin-sekarang)
1. Bersifat uniseluler
2. Inti prokarion
Jawaban
Ciri-ciri virus
1. Tidak memiliki inti sel, sitoplasma, dan membran sel. Sehingga tidak
berbentuk sel
3. Ukuran tubuh lebih kecil dari bakteri sehingga dapat melewati saringan
bakteri
4. Selubung dari protein
3. Kalau dunia memiliki Galapagos, kita memiliki Sulawesi. Di Pulau ini sebagian
besar flora dan faunanya eksotis (memiliki kekhasan tersendiri) yang tidak
ditemukan di tempat lain di dunia. Coba Anda jelaskan menurut perspektif
Darwinisme, kenapa hal itu bisa terjadi!
Jawaban
Apa yang terjadi di Sulawesi hampir sama dengan apa yang terjadi di kepulauan
Galapagos. Ketika zaman es di mana benua-benua menyatu, bagian timur
Indonesia disatukan dengan benua Australia dan bagian barat Indonesia
disatukan dengan benua Asia. Sedangkan Sulawesi dan kepulauan kecil di
sekitarnya terisolir. Hal in dapat memberi gambaran mengapa flora dan fauna
bagian barat Indonesia memiliki kemiripan dengan flora dan fauna oriental
sedangkan kawasan timur memiliki kemiripan dengan flora dan fauna Australian.
Karena Sulawesi terisolasi oleh sawar geografis (laut) maka flora dan faunanya
menunjukkan penampakan yang berbeda dari daerah lainnya di Indonesia dan
juga di dunia. Flora dan fauna yang hidup di pulau ini, mengalami radiasi adaptif
secara permanen dan akumulasi sifat yang didapatkan dari hasil adaptasi. Karena
alasan inilah Sulawesi memiliki flora dan fauna yang eksotis.
Daftar pustaka
Ariyanto. 2006. Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 14. Jakarta: Salemba Infotek.
Depdiknas.2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) melalui Pendekatan Broad-Based
Education (BBE). Jakarta: Tim Broad-Based Education Depdiknas.
Dick, W. and Carey, L. 1990.The Systematic Design of Intruction.New York : Harpe Colling Publisher.
Hart, D. 1994. Authentic Assesment A Hand Book for Educators. New York: Addison-Wesley Publishing
Company.
Hanggono. 2010. Perkembangan Biologi Molekuler Tuntut Transformasi Kurikulum, (Online) (Universitas
Padjadjaran » Blog Archive »
Perkembangan Biologi Molekuler Tuntut Transformasi Kurikulum.htm, diakses tanggal 9 Maret 2010)
Liliasari. 2000. Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat
Tinggi Calon Dosen IPA. Prosiding Seminar Nasional, Malang,23 Pebruari 2000. Malang: Ditjen Dikti
Depdiknas-JICA-IMSTEP. Hlm 135-140.
Muchtarijah, Husnul, 2009, Bila Siswa Tanya Teori Harun Yahya(Artikel), Surabaya, Jawa Pos. Diakses
tanggal 11 Februari 2009.Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya
Nasution, S. 1988. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Nur, M. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran.
Surabaya: UNESA- University Press.
Nurhadi, Y.B. dan Senduk, A.G. 2004.Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang Press.
Pujayanto, dkk, (2013), Analisis Pencapaian Kompetensi Kognitif Tingkatan Aplikasi(C3) Dan Analisis (C4)
Dalam Pembelajaran Biologi Pada Siswa Berkesulitan Belajar. Jurnal PendidikanFisika. 1:1-19.
Suryosubroto, (2002), Proses Belajar Mengajar diSekolah, Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.