Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN HOME VISIT TERHADAP MINAT

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI ERA PANDEMI COVID 19

( suatu penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2 Pulubala )

PROPOSAL

Oleh :

I GEDE NGURAH SAPUTRA


431418072

PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tahun 2020 menjadi tahun yang berat bagi kita semua, hingga saat ini Indonesia
masih dilanda pandemic covid 19. COVID 19 merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh sindrom pernapasan akut koronavirus 2 (serever acute resipitory
sydrome coronavirus 2 atau SARSCoV-2) virus ini merupakan keluarga coronavirus yang
dapat menyerang hewan. Ketika menyerang manusia, coronavirus biasanya menyebabkan
penyakit infeksi saluran pernapasan, seperti flu MERS (Middke East Respiratory
Syndrome) dan SARS (Serever Acute Resipiratory Syndrome). COVID 19 sendiri
merupakan coronavirus jenis baru yang ditemukan diwuhan Hubei, China pada tahun
2019 (Ilmiyah,2020:hui, et al :2020)
Kasus COVID 19 di Indonesia terdeteksi pada tanggak 2 maret 2020, ketika dua
orang terkorfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang. Hingga saat ini, di
Indonesia telah melaporkan 39.294 kasus positif sehingga menimpati peringkat kedua
terbanyak di Asia Tenggara setelah Singapura dan sebelum Filipina (Bangkok post,2020)
Covid-19 banyak membawa dampak baik maupun buruk bagi semua makhluk hidup
dan alam semesta. Segala daya dan upaya sudah dilakukan pemerintah guna memperkecil
kasus penularan covid-19. Tak terpungkiri salah satunya adalah kebijakan belajar online
atau dalam jaringan (Daring) untuk seluruh siswa/siswi hingga mahasiswa/mahasiswi
karena adanya pembatasan sosial.
Menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia mengeluarkan surat edaran
nomor 4 tahun 2020tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat
penyebaran coronavirus disease (Covid-19) poin ke-2 yaitu proses belajar dari rumah
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksnakan untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani
menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.
b. Belajar dari rumah dapat difokudkan pada pemdidikan kecakapan hidup antara
lain mengenai pandemic covid-19
c. Aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah dapat bervariasi antarsiswa,
sesuai minat dan kondisi masing-masing termasuk mempertimbangkan
kesenjangan akses/fasilitas belajar dirumah.
d. Bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat
kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif
Pemanduan penggunaan sumber belajar tradisional (Offline) dan Online adalah suatu
keputusan demokratis untuk menjebatani derasnya arus penyebaran sumber belajar
elektronik dan kesulitan melepaskan diri dari pemanfaatan sumber-sumber belajara yang
digunakan dalam ruang kelas. Artinya e-leraning bagaimanapun cangihnya teknologi
yang digunakan belum mampu menggantikan pelaksanaan pembelajaran tatap muka
karena metode interaksi tatap muka konvensional masih jauh lebih efentif dibandingkan
pembelajaran online. Selain itu, keterbatasan dalam aksesibilitas internet, perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software) serta pembiayaan sering menjadi hambatan
dalam memaksimalkan sumber-sumber belajar online (Yaumi,2018).
Kondisi tersebut sama halnya dengan yang dialami oleh sekolah SMP Negeri 2
pulubala. Dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh kementrian pendidikan dan
kebudayaan tentang pembelajaran secara daring (dalam jaringan) hal ini menyebabkan
guru melakukan perubahan dalam pembelajaran. Siswa menerima pembelajaran melalui
handphone mereka masing-masing hal ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi
guru dan siswa dalam menghadapi keadaan baru ini. beberapa bulan setelah pelaksanaan
kegiatan pembelajaran secara daring banyak peserta yang mengeluhkan dan merasa bosan
dengan pembelajaran secara daring apalagi dengan kondisi jaringan internet yang tidak
stabil di daerah mereka menyebabkan penurunan minat untuk belajar secara daring.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di sekolah SMP NEGERI 2
PULUBALA bahwa minat belajar siswa menjadi menurun akibat pembelajaran secara
daring yang menurut mereka membosankan. Maka dari itu perlu diadakan suatu terobosan
pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa.
1.2 Identifikasi masalah .
1. Berkurangnya minat peserta didik terhadap pembelajaran dikarenakan pembelajaran
daring yang tidak efesien dan membosankan
1.3 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas peneliti dapat merumuskan
masalah yaitu “bagaimana Pengaruh Penerapan Pembelajaran Home Visit Terhadap Minat
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Era Pandemi Covid 19?” hal ini dimaksudkan
untuk dapat mengetahui pengaruhnya maka dibuat perbandingan sebelum dan sesudah
perlakuan, sehingga dapat diketahui minat belajar peserta didik, oleh karena itu dapat
dapat diambil rumusan masalah secara operasionalnya yaitu “bagaimanakah pengaruh
penerapan kurikulum darurat covid 19 terhadap nilai KKM dan minat belajar siswa pada
pembelajaran IPA ?
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh Penerapan Pembelajaran Home Visit Terhadap Minat Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Era Pandemi Covid 19.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari prnrlitian ini adalah sebagai berikut :
1.5.1. Bagi guru
Manfaat dari penelitian ini bagi guru adalah dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dalam pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang berbeda dan dapat
meningkatkan minat belajar siswa.
1.5.2. Bagi siswa
Manfaat dari penelitian ini bagi siswa yakni dapat meningkatkan minat belajar
terhadap pembelajaran IPA pada masa pandemi covid 19.
1.5.3. Bagi peneliti
Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengetahuan, dan keterampilan peneliti dalam mengelola pembelajaran sebagai
calon tenaga pendidik dan memberikan informasi untuk memilih teknik yang cocok
digunakan dalam pembelajaran
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. . Pembelajaran
Menurut Uno (2007), pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar
dan peserta didik. Dalam proses pembelajaran peserta didik akan memperoleh tentang
sesuatu yang mereka belum ketahui, mereka akan mempelajari suatu pengetahuan
dengan cara yang lebih efisien, dari proses tersebut akan adanya kaitan tentang
pengetahuan baru pada struktur kognitif yang lebih mantap, yang dapat diperoleh pada
hasil belajar.
Pembelajaran adalah bagian yang memiliki peran sangat dominan untuk
mewujudkan kualitas, baik itu proses maupun lulusan. Pembelajaran memiliki pengaruh
yang menyebabkan kualitas pendidikan rendah, artinya pembelajaran itu sangat
tergantung dari kemampuan seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Tujuan dari pembelajaran lebih ditekankan untuk memperluas atau menambahkan
pengetahuan siswa, agar siswa itu memiliki kemampuan mengungkapkan kembali
pengetahuan dan pemahaman yang sudah dipelajari, baik dalam tempo waktu yang
singkat maupun waktu yang panjang, yang diperoleh melalui berbagai cara dalam
proses pembelajaran (Muchitch, 2008).
2.2. Home visit (kunjungan rumah)
Layanan kunjungan rumah (home visit) adalah salh satu teknik pengumpul data
dengan jalan mengunjungi rumah siswa untuk membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi siswa untuk melengkapi data siswa yang sudah ada yang diperoleh dengan
teknik lain (WS. Winkel,1995:76)
Rahardjo & gudnanto (2011:224) menjelaskan bahwa home visit atau kunjungan
rumah adalah metode untuk memahami individu dengan car konselor mengadakan
kunjungan ke rumah orang tua siswa dengan tujuan mengenal dan memahami keadaan
siswa di rumah.
Sedangkan sukardi (2008:235) menyatakan kunjungan rumah atau home visit
adalah metode yang bertujuan mengetahui keadaan siswa di rumah untuk memperoleh
berbagai keterangan atau data yang diperoleh dalam pemahaman lingkungan dan
permsalahan siswa yang berguna dalam pembahasan dan pemecahan siswa.
Jadi, home visit atau kunjungan rumah adalah metode atau upaya yang dilakukan
konselor untuk mendeteksi kondisi kelaurga dalam kaitannya dengan permasalahan anak
atau individu agar mendapat berbagai informasi yang dapat digunakan lebih efektif untuk
membantu anak atau individu menyelesaikan masalahnya.
Menurut indrafachrudi home visit termsuk kedalam metode face to face
(pertemuan dengan tatap muka). Metode ini dilakukan untuk mengetahui masalah-
masalah yang dihadapi peserta didik dirumahnya. Dengan mengetahui problema anak
secara totalitas maka akan sangat membantu sekolah dalam merencanakan program yang
sesuai dengan minat peserta didik.
2.3. Belajar
Aktivitas utama bagi masing-masing individu, yang di mana termasuk
belajar sebagaimana belajar adalah belajar. Berdasarkan sebuah survey 82% anak anak
yang masuk sekolah padamusia 5 atau 6 tahun mempunyai gambaran dini yang
baik mengenai kemampuan belajar. Namun pada usia 18 tahun, angka ini sangat
mengalami penurunan menjadi 18%. Akibatnya, 4 dari 5 remaja dan orang dewasa
merasakan ketidaknyamanan perasaannya saat mengawali peristiwa belajarnya yang baru.
James O. Whittaker mengemukakan) proses perilaku disebabkan atau
diubah melalui edukasi disebut berlatih (Anurrahman, 2009: 32). Adapun pernyataan
Dimyati & Mudjiono (2009: 7) belajar yaitu suatu perilakuwdan tindakan siswa
yang kompleks. Dari segi perilaku, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri
dan proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu.yang terdapat di
lingkungan sekitar. Skinner mempunyai pandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku. Ketika orang belajar, maka dampaknya berubah jadi lebih baik. Namun, akan
berlawanan jika tidak belajar maka reaksinya menurun (Dimyati dan Mudjinono, 2009:9).
Anshori (2018: 89) mendefinisikan belajar merupakan suatu proses atau
tahapan-tahapan yang kompleks terjadi sepanjang hidup bagi setiap orang. Interkasi
antara seseorang dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya proses belajar. Oleh
sebab itu, belajar dapatyiterjadi di mana saja dan kapanpun. Adanya perubahan sikap
dalam diri individu diartikan sebagai salah satu tanda belajar. Hal tersebut terjadi kerena
perubahan pada tingkat kongnitif, psikomotirik maupun afektif. Belajar juga dapat
dipahami sebagai fase perubahan seluruh tingkah laku masing-masing orang yang relatif
menetap sebagai hasil sebuah pengalaman dan hubungan dengan area yang
menyangkut proses kongitif (Syah, 2001: 91). Berdasarkan beberapa definisi diatas,
maka dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu proses kompleks dimana perubahan
tingkah laku kepribadian individu yang merupakan sebuah hasil dari pengalaman
individu tersebut.
2.4. Minat belajar
Minat diartikan sebagai “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu,
gairah, keinginan” sedangkan “berminat” diartikan mempunyai (menaruh)
minat,kecenderungan hati kepada, ingin (akan) (Depdiknas, 2013: 1152). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu;gairah,
keinginan (Depdiknas, 2013: 656). Sedang minat menurut Mahfudz Shalahuddin
adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan, Sementara itu menurut
Soeganda Poerbakawatja dan Harahap, minat diartikan kesediaan jiwa yangt sifatnya
aktif untuk menerima sesuatu dari luar (Poerbakawatja dan Harahap, 2012: 214).
Minat belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk
melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta
pengalaman. Minat ini tumbuh karena adanya keinginan untuk mengetahui dan
memahami sesuatu mendorong serta mengarahkan minat belajar peserta didik sehingga
lebih sungguh-sungguh dalam belajarnya (Iskandar, 2012: 181). Minat belajar
menurut Clayton Aldelfer dalam Nashar adalah kecenderungan peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil
belajar sebaik mungkin (Nashar, 2014: 42). Berdasarkan defInisi dari para ahli dapat
disimpulkan bahwa minat belajar adalah energi kekuatan yang mendorong seseorang
untuk mencapai tujuan belajar.
Minat belajar tidak hanya bergantung pada kemampuan, namun juga
bergantung pada apakah seseorang memilih tujuan penguasaan (tujuan mempelajari),
yang fokusnya adalah mempelajari suatu kemampuan baru dengan baik; atau tujuan
kinerja, yang fokusnya adalah mendemonstrasikan atau memperlihatkan kemampuan
kita pada orang lain.
2.5. Pembelajaran IPA
2.5.1. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan makna alam dan berbagai
fenomenanya/perilaku/karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun
konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia. Teori maupun
konsep yang terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi tercapainya teknologi yang dapat
dimanfaatkan bagi kehidupan manusia (I Made Alit M dan Wandy, 2009: 2)
Abdullah Aly (2008: 18) menjelaskan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan
teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan
observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi
dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan yang lain.
Suastra (2002) menyebutkan dalam I Gusti Ayu Tri Agustiana (2014: 434-435)
mengemukakan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu sebagai berikut.
1. Sikap , yaitu rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan
melalui prosdur yang benar, IPA bersifat Open Ended.
2. Proses, yaitu prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
3. Produk, yaitu berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
4. Aplikasi, yaitu penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-
hari.
2.5.2. Pembelajaran IPA
Pembelajaan adalah proses kegiatan belajar mengajar yang
melibatkan guru dan sisea dalam pencapaian tujuan/indikator yang telah
ditentukan (Hamzah Uno dan Nurdin, 2014: 142). Menurut Eveline Siregar dan
Hartini Nara (2011: 13) mengungkapkan bahwa pembelajaran memiliki ciri
sebagai berikut : (1) merupakan upaya sadar dan direncana; (2) pembelajaran
harus membuat siswa belajar; (3) tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu
sebelum proses dilaksanakan; (4) pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu,
proses, maupun hasilnya. Metode keilmuwan merupakan dasar pemahaman
terhadap hakikat IPA dapat diperoleh dan diterapkan melalui pembelajaran IPA.
Hakikat IPA menyatakan bahwa terdapat keterampilan proses intelektual yang
harus dimiliki oleh setiap individu dalam pembelajaran IPA yaitu (1)
membangun prinsip melalui induksi; (2) menjelaskan dan meramalkan; (3)
pengamatan dan mencatat data; (4) identifikasi dan mengendalikan variabel; (5)
membuat grafik untuk menemukan hubungan; (6) perancangan dan melaksanakan
penyelidikan ilmiah; (7) menggunakan teknologi dan matematika selama
penyelidikan; (8) menggambarkan simpulan dari bukti-bukti (I Gusti Ayu Tri
Agustiana, 2014:433)..
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA merupakan
interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru beserta sumber belajar yang
menggabungkan berbagai bidang kajian IPA agar peserta didik mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar secara utuh melalui metode ilmiah untuk memecahkan
masalah serta mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan waktu penelitian
3.1.1 Lokasi penelitian
penelitian ini dilakuakn di SMP Negeri 2 Pulubala
3.1.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap bulan Februari-Juli tahun ajaran 2020-
2021 dalam 5 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 × 45 menit untuk satu kali
pertemuan.
3.2. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui penerapan Pembelajaran Home Visit Terhadap Minat Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Ipa Di Era Pandemi Covid 19.
3.3. Sasarn penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII (Delapan) di SMP Negeri 2 Pulubala
tahun ajaran 2020/2021. Kelas yang digunakan sebagai kelas penelitian merupakan kelas
homogen yaitu hasil belajara yang dimiliki siswa sama.
3.4. Variabel penelitian
3.4.1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran home visit
3.4.2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat belajar
3.5. Desain penelitian
Desain penelitian ini menggunakan Pre-eksperimental design dengan
rancangan one group pretest and posttest design yaitu desain yang memiliki dua kali tes
terdiri dari Pre-test dan Post-test, Desain yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
Pretest treatment posttest
O1 x O2
Keterangan :
O1 = test awal pengetahuan siswa
X = Pembelajaran dengan home visit
O2 = test akhir pengetahuan siswa
3.6. Teknik validitas dan Reabilitas data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yaitu dengan menyediakan instrumen
penelitian berupa lembar aktivitas siswa, tes hasil belajar (pretest dan posttest) dan angket
3.6.1. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengetahui karakteristik siswa,
aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas serta melihat nilai perolehan
siswa dalam 2 bulan terakhir.
3.6.2. Angket
Angket adalah salah satu teknik pengumpulan data yang berbentuk kumpulan
pernyataan.
3.6.3. Analisis aktivitas siswa
aktivitas siswa diukur melalui lembar pengamatan aktivitas siswa, kemudian
dianalisis, dikelompokkan, dan dipresentasikan melalui grafik. Untuk menganalisis
hasil kegiatan guru dan kegiatan siswa maka data dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
rumus aktivitas guru dan siswa
Presentase setiap aspek = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖
× 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘

(Purwanto, 2010)
data yang dianalisis harus memperhatikan kriteria aktivitas siswa sebagai berikut :
tabel 3.1 kriteria aktivitas siswa
Aktivitas (%) Kriteria
76-100 Sangat baik
51-75 baik
26-50 Cukup baik
< 25 Kurang baik
(Trianto,2011)
3.7. Teknik analisis data
3.7.1. Pengujian N-gain
Pada saat pengamatan siswa akan diberikan tes. Tes ini diberikan sebelum
pembelajaran yang disebut pre-test (tes awal) dan sesudah pembelajaran yang
disebut post-test (tes akhir) dilakukan pada kelas penelitian, sehingga hasil belajar
merupakan selisih dari hasil pre-test dan posttest dengan menggunakan rumus N-
gain (Normalitas gain). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:N – gain (g) = 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 (%) − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡(%) : 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 (%)

Anda mungkin juga menyukai