Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan pusat kegiatan belajar mengajar, yang

terdiri dari guru dan siswa, yang bermuara pada pematangan intelektual,

kedewasaan emosional, ketinggian spiritual, kecakapan hidup, dan keagungan

moral. Sebagaian besar waktu anak dihabiskan untuk menjalai rutinitas

pembelajaran setiap hari. Bahkan dalam ekstrakurikuler pun, pembelajaran

masih terus berlangsung. Relasi guru dan pembelajaran ini sangat mentukan

keberhasilan pembelajaran yang dilakukan (Asmani, 2013:05).

Aktivitas belajar merupakan unit instruksional yang bermakna. Hal

ini secara konseptual merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh peserta

didik selama proses belajar. Menurut Bilfaqih, (2014:22) sebuah aktivitas

belajar artinya menyediakan sumber daya pembelajaran (aset atau obyek

pembelajaran) kepada peserta didik.

Akhir tahun 2019 merupakan cobaan untuk semua Negara di belahan

dunia, hal ini disebabkan menyebarnya wabah penyakit bernama Covid-19

yang mulai berkembang di Wuhan, Cina (Nugroho, 2020:43). World Health

Organization (WHO) menyatakan wabah penyebaran virus ini sebagai

pandemik dunia saat ini (Widyaningrum, 2020). Negara Indonesia mengalami

Covid-19 pada tanggal 2 maret 2020 untuk pertama kalinya pemerintah

mengumumkan dua kasus pasien yang dinyatakan positif Covid-19 (Pranita,


2

2020). Wabah virus ini sangat cepat penyebarannya Sehingga pemerintah

Indonesia melakukan berbagai upaya untuk memutus mata rantai Covid-19

ini. Salah satunya menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan physical

distancing yaitu dengan menjaga jarak diantara masyarakat, menjauhi segala

bentuk kerumunan, perkumpulan, dan pertemuan yang melibatkan banyak

orang (Rosa, 2020:55).

Melalui Surat Edaran Mendikbud RI No. 3 Tahun 2020 tentang

pencegahan Covid-19 pada satuan pendidikan dan kebudayaan. Dalam surat

edaran tersebut berisi tentang pelaksanaan pembelajaran jarak jauh sesuai

dengan kondisi sekolah masing-masing sehingga mengharuskan siswa untuk

belajar secara during.

Pendidikan adalah usaha akurat dalam meningkatkan kualitas

kemanusiaan seseorang, Pendidikan merupakan aktivitas serta usaha yang

dilakukan untuk menciptakan potensi diri peserta didik, Pendidikan

diharapkan mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik, sehingga

siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi, tujuan pendidikan adalah

memanusiakan manusia (Bulkia, 2021:17).

Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

menyebabkan kesulitan belajar. Kemungkinan rendahnya hasil belajar siswa

khusnya pada saat pandemi berhubungan erat juga dengan faktor

pembelajaran seperti kurang memahami materi serta tidak focus dalam

mengikuti pembelajaran.
3

Hasil observasi yang dilaksanakan di SMPN 11 Kota Bengkulu

diketahui bahwa pembelajaran pada saat pandemi berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa kelas VIII SMPN 11 Kota Bengkulu yang mana terlihat dari

sedikitnya siswa yang mengumpulkan tugas dan sedikit siswa yang membaca

materi yang telah disediakan serta sedikit siswa yang berpartisipasi dalam

pembelajaran yang dilakukan secara during, karena pembelajaran secara

during dinilai kurang efektif untuk menjelaskan materi pembelajaran dan

dapat membuat siswa merasa bosan dan jenuh.

Hasil belajar siswa terlihat pada nilai rata-rata yang diperoleh siswa

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dari nilai tugas dan nilai ulangan dalam

mata pelajaran Bahasa Indonesia. Nilai rata-rata yang diperoleh

memperlihatkan bahwa seluruh siswa kelas VIII SMPN 11 Kota Bengkulu

yang mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia selama masa Pandemi

Covid-19 banyak yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Selain itu sistem pembelajaran secara daring juga mempersulit siswa

memahami materi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Pada Masa

Pandemi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 11 Kota

Bengkulu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

masalah yaitu:
4

1. Bagaimanakah Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Masa Pandemi pada

Siswa Kelas VIII SMPN 11 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2020/2021

2020/2021?

2. Bagaimanakah Hasil Belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas

VIII SMPN 11 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2020/2021 pada Masa

Pandemi Covid-19?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara Pembelajaran mata pelajaran

Bahasa Indonesia Pada Masa Pandemi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas

VIII SMPN 11 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2020/2021?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Motivasi Belajar Bahasa Indonesia pada Masa Pandemi

Covid-19 Siswa Kelas VIII SMPN 11 Kota Bengkulu Tahun Ajaran

2020/2021

2. Untuk mengetahui Hasil Belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada

Masa Pandemi Covid-19 pada Siswa kelas VIII SMPN 11 Kota Bengkulu

Tahun Ajaran 2020/2021

3. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara Pembelajaran mata

pelajaran Bahasa Indonesia Pada Masa Pandemi Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Kelas VIII SMPN 11 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2020/2021.


5

E. Manfaat Penelitian

1. Dari Segi Teoritis

a) Memberikan kontribusi teoritis dalam pengayonan perencanaan

pembelajaran Bahasa Indonesia, strategi belajar mata pelajaran Bahasa

Indonesia.

b) Sebagai pengembangan penelitian di bidang pendidikan sehingga

dapat membantu penelitian berikutnya terutama dalam meneliti

komponen sekolah.

2. Dari Segi Praktis

a) Bagi Peneliti

1) Menambah pengetahuan tentang penelitian dalam bidang

pendidikan

2) Menambah pengalaman bagi calon tenaga pengajar yang

professional.

b) Bagi Guru

Memberi masukan agar para guru memperhatikan pembelajaran pada

masa pandemi dalam diri anak sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar
6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembalajaran Daring

1. Pengertian Pembelajaran Daring

Secara sederhana pembelajaran dapat diartikan sebagai aktifitas

menyampaikan informasi menyampaikan informasi dari pengajar kepada

pelajar. Menurut Azhar menjelaskan bahwa pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi

yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. Alat yang

digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang

diajarkan, sesuai dengan karakteristik peserta didik, dan dipandang sangat

efektif untuk menyampaikan informasi, sehingga siswa dapat memahami

dengan baik. Pengertian pembelajaran menurut Knowles adalah suatu cara

pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Hayati,

2020).

Masa pandemi yang terjadi saat ini banyak merusak tatanan

perekonomian, sosial, politik dan budaya sampai pada tahap pendidikan

yang sangat memprihatinkan bangsa Negara dan juga masyarakat secara

umum profesionalisme guru diuji dengan beratnya tantangan menghadapi

situasi yang tidak terkendali biasa melaksanakan pembelajaran secara

offline sekarang harus melaksanakan secara online dengan aplikasi yang

baru dikenal secara massif sehingga pendidik diwajibkan untuk familiar


7

terhadap aplikasi tersebut begitu juga para siswa tingkat dasar yang harus

didampingi para orangtua untuk menggunakan aplikasi tersebut.

Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem

pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa

tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru

harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun

siswa berada dirumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media

pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring

(Widyaastuti, 2021).

Pembelajaran daring sangat dikenal dikalangan masyarakat dan

akademik dengan istilah pembelajaran online (online learning). Istilah lain

yang sangat umum diketahui adalah pembelajaran jarak jauh (learning

distance). Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang berlangsung

di dalam jaringan dimana pengajar dan yang diajar tidak bertatap muka

secara langsung. Menurut Isman pembelajaran daring adalah pemanfaatan

jaringan internet dalam proses pembelajaran (Pohan, 2020).

MacDonald & Creanor memberikan penjelasan kedua istilah ini.

Komunikasi sinkron berarti kegiatan komunikasi online yang berlangsung

secara real-time dengan semua peserta hadir, seperti konferensi video dan

pesan instan, misalnya menggunakan platform Zoom, Google Meet, dan

Whatsapp Group. Sedangkan komunikasi asinkron berarti kegiatan

komunikasi yang tidak mengharuskan semua peserta untuk online secara

bersamaan, contoh paling umum adalah forum diskusi online yang dapat
8

dibaca dan ditanggapi setiap saat, seperti penggunaan Platform Google

Form, Google Doc, dan Spreadsheet, bahkan juga whatsapp group ketika

kelas daring tidak dapat dilakukan secara asinkron

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring

dapat diartikan sebagai tolak ukur keberhasilan dari sebuah proses

pembelajaran jarak jauh dimasa pandemi yang dilakukan dengan

menggunakan internet antara siswa dengan siswa, atau siswa dengan guru

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Belajar daring menuntut peran

pendidik mengevaluasi efektivitas dan disesuaikan dengan kebutuhan

belajar. Ini penting dilakukan untuk tetap memenuhi aspek pembelajaran

seperti proses pengetahuan, moral, keterampilan, kecerdasan dan estetika.

2. Ketentuan Pembelajaran Daring

Ketentuan pembelajaran daring telah diatur Peraturan Menteri

Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Surat Edaran

Nomor 4 Tahun 2020 tentang batasan-batasan dalam pelaksanaan

pembelajaran daring. Adapun batasan-batasannya sebagai berikut:

1) Siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum

untuk kenaikan kelas.

2)Pembelajaran dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar

yang bermakna bagi siswa.

3) Difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai

Covid-19
9

4) Tugas dan aktivitas disesuaikan dengan minat dan kondisi siswa, serta

mempertimbangkan kesenjangan akses dan fasilitas belajar di rumah.

5) Bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik

yang bersifat kualitatif dari guru, tanpa harus berupa skor/nilai

kuantitatif (Pohan, 2020).

Dari ketentunan-ketentuan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa

pada intinya pendidikan yang dilaksanakan dalam pembelajaran daring

dimasa pandemi ini difokuskan kepada pendidikan kecakapan hidup atau

kemampuan siswa dalam mengenal serta menghadapi tantangan masa

pandemi COVID-19. Serta batasan lain dalam pelaksanaan daring yaitu

tidak membebani siswa karena tugas dan aktivitas sekolah harus

disesuaikan dengan kondisi dan akses belajar siswa di rumah.

3. Kelebihan pembelajaran daring

Dalam pelaksanaannya pembelajaran daring di era pandemi ini

pasti terdapat kelebihan dan kekurangan. Ada beberapa kelebihan dari

pembelajaran daring yang dimuat dalam penelitian jurnal pendidikan dan

kebudayaan yang mengungkapkan sebagai berikut :

Kelebihan pertama dalam pembelajaran daring adalah lebih praktis

dan santai. Praktis karena dapat memberikan tugas setiap saat dan

pelaporan tugas setiap saat. Kedua, lebih fleksibel bisa dilakukan

kapanpun dan dimanapun. Pembelajaran daring menyebabkan waktu yang

lebih fleksibel bagi wali yang bekerja di luar rumah dan bisa

menyesuaikan waktu untuk mendampingi siswa belajar. Ketiga,


10

menghemat waktu dan dapat dilakukan kapan saja. Semua siswa dapat

mengaksesnya dengan mudah, artinya dapat dilakukan dimana saja,

penyampaian informasi lebih lebih cepat dan bisa menjangkau banyak

siswa lewat WA Group. Keempat, lebih praktis dan memudahkan dalam

pengambilan nilai pengetahuan terutama bila memakai Google Form. Jika

menggunakan Google Form, nilai bisa langsung diketahui sehingga siswa

lebih tertarik dalam mengerjakan tugas. Selain itu siswa juga dimudahkan

dalam mengerjakannya, siswa tinggal memilih pilihan jawaban yang

dianggap benar dengan meng-klik pilihan jawaban yang dimaksud.

Kelebihan kelima adalah siswa bisa dipantau dan didampingi oleh orang

tua masing-masing. Kelebihan keenam, guru dan siswa memperoleh

pengalaman baru terkait pembelajaran daring. Peran orang tua dalam

mendampingi siswa lebih banyak (Anugraha, 2020).

Beberapa kelebihan pembelajaran daring bagi peserta didik yaitu dapat

mengakses aktivitas pembelajaran di mana pun berada, mengurangi cost

anggaran, efektif waktu dalam proses belajar mengajar, fleksibilitas dalam

interaksi, tuntutan pengetahuan melek digital, membangun kecakapan secara

mandiri, kreatif, bertanggung jawab, belajar menjadi sebuah kebutuhan

bukan lagi beban karena dibangun lewat ketekunan dan keseriusan.

Dari beberapa kelebihan dalam pembelajaran daring tersebut dapat

penulis perjelas, bagi para wali murid walau pun siswa tidak terpantau oleh

guru maka orang tua lah yang harus mendampingi siswa di rumah

sehingga orang tua bisa melihat langsung dan mengontrol anak-anaknya


11

dalam belajar. Bagi siswa, jam pelajaran menjadi lebih fleksibel yaitu bisa

dikerjakan kapan saja dan dimana saja sehingga menyesuaikan kondisi

siswa dan melatih kemandirian siswa, sedangkan bagi para guru dapat

memperoleh pengalaman baru dalam pembelajaran berbasis teknologi.

4. Faktor Penentu Keberhasilan Pembelajaran Daring

Keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran daring pada

situasi pandemi ini adalah kemampuan guru dalam berinovasi merancang,

meramu materi, metode pembelajaran, dan aplikasi yang sesuai dengan

materi dan metode pembelajaran. Kreativitas merupakan kunci sukses dari

seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap semangat dalam

belajar secara daring (online) dan tidak menjadi beban psikis (Wijoyo,

2021).

Terdapat beberapa faktor penentu yang dapat membantu

keberhasilan pembelajaran jarak jauh:

1) Pengajar atau guru harus semangat dan konsisten dengan metode

pembelajarannya.

2) Materi pengajaran guru harus direncanakan dengan baik supaya mereka

dapat diuji dan selalu tersedia.

3) Perhatikanlah fasilitas dan dorongan terhadap interaksi peserta baik

dengan pengajar maupun dengan para peserta sendiri belajar.

4) Pengajar atau guru harus tetap berkomunikasi secara rutin dengan

semua peserta didik.


12

5) Memastikan kemampuan untuk menggunakan setiap teknologi

yang digunakan merupakan keharusan. Kenalkan siswa sepenuhnya

dengan teknologi sehingga mereka dapat mengenali dengan baik dan

merasa nyaman dengan pembelajaran jarak jauh.

6) Sangatlah penting untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran

langsung tatap muka paling tidak satu kali, yang sebaiknya dilakukan

diawal dalam rangka membantu para siswa terbiasa dengan rutinitas

pembelajaran jarak jauh (Widyaastuti, 2021).

5. Ciri-ciri Pembelajaran Daring

Ciri-ciri umum pembelajaran daring. Beberapa ciri-ciri pembelajaran

daring menurut Flinders University yaitu personal, structured, active,

connective (Siahaan, 2021)

a. Personal, merupakan pengalaman belajar yang diciptakan oleh siswa

atas pijakan sendiri. Dalam pembelajaran ini siswa dapat menciptakan

suasana belajar yang nyaman dan sesuai dengan keinginan.

b. Structured, berarti dalam pembelajaran guru terlebih dahulu

menyiapkan silabus, materi pelajaran, media, dan sumber belajar

sehingga kegiatan dapat dilakukan secara terstruktur.

c. Active, yaitu guru dan siswa aktif dalam proses pembelajaran melalui

teknologi.

d. Connective, berarti terdapat hubungan guru dan siswa dalam proses

pembelajaran yang tidak ada batasan ruang dan waktu.


13

Dabbagh menyebutkan bahwa ciri-ciri peserta didik dalam aktivitas

belajar daring atau secara online yaitu (Handarini, 2020):

a. Semangat belajar: semangat pelajar pada saat proses pembelajaran

kuat atau tinggi guna pembelajaran mandiri.

b. Literacy terhadap teknologi: selain kemandirian terhadap kegiatan

belajar, tingkat pemahaman pelajar terhadap pemakaian teknologi.

Ketika pembelajaran online/daring merupakan salah satu keberhasilan

dari dilakukannya pembelajaran daring. Sebelum pembelajaran

daring/online siswa harus melakukan penguasaan terhadap teknolologi

yang akan digunakan.

c. Kemampuan berkomunikasi interpersonal: dalam ciriciri ini pelajar

harus menguasai kemampuan berkomunikasi dan kemampuan

interpersonal sebagai salah satu syarat untuk keberhasilan dalam

pembelajaran daring.

d. Berkolaborasi: memahami dan memakai pembelajaran interaksi dan

kolaborasi

e. Keterampilan untuk belajar mandiri: salah satu karakteristik

pembelajaran daring adalah kemampuan dalam belajar mandiri.

Karena ketika proses pembelajaran, Pelajar akan mencari, menemukan

sampai dengan menyimpulkan sendiri yang telah ia pelajari.

B. Prestasi Belajar
14

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “prestasi”

dan “belajar”. Pada setiap kata tersebut memiliki makna tersendiri.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah

dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Prestasi

dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas

belajar yang telah dilakukan. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan

yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu atau kelompok.

Menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar yang dikutip Djamarah, prestasi

adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang

menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja. Menurut

Purwodarminto, prestasi adalah hasil sesuatu yang telah dicapai (Rosyid,

2019).

Belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan

latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik

yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan

meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Adapun pengertian

prestasi belajar menurut beberapa ahli yaitu, prestasi belajar menurut

Depdiknas merupakan hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan,

dan sebagainya). Nana Sudjana yang mendefinisikan prestasi belajar

adalah hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu sehingga

untuk mengetahui tingkat prestasi belajar maka perlu dilakukan

evaluasi belajar (Suwatno, 2017).


15

Pada pelaksanaanya baik belajar secara jarak jauh secara online

maupun belajar tatap muka langsung (offline) tetap harus memperhatikan

tercapainya tujuan pembelajaran. Merujuk pada pendapat Robert F.

Mager dalam Uno, tujuan pembelajaran adalah prilaku yang hendak

dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat

kompetensi tertentu. Henry Ellington dalam Hamzah B. Uno menyatakan

bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat

dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Hamalik menyebutkan

bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku

yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran

(Kurniasari, 2020).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Dimyati Mahmud, mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup: “faktor internal dan

eksternal” sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal atau faktor yang berasal dari siswa adalah faktor

yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dari N. Ach (need for

achievement) yaitu kebutuhan atau dorongan atau motif untuk

berprestasi. Faktor ini meliputi motivasi, perhatian pada mata

pelajaran yang berlangsung, tingkat penerimaan dan pengingatan

bahan, kemampuan menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan


16

memproduksi dan kemampuan menggeneralisasi. Faktor internal lain

adalah:

a. fisiologi yang berupa kondisi fisik dan kondisi pancaindra,

b. Psikologi yang berupa bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan

kemampuan kognitif.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal

ini dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan

keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Menurut pendapat

Rooijakkers yang diterjemahkan oleh Soenoro mengatakan bahwa “Faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari si

pelajar, faktor yang berasal dari si pengajar”. Faktor dari luar ini

merupakan faktor yang berasal dari luar si pelajar (siswa) yang meliputi: a.

lingkungan alam dan lingkungan sosial, b. instrumentasi yang berupa

kurikulum, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas serta admnistrasi

Termasuk juga faktor eksternal yang meliputi kemampuan dalam

membangun hubungan dengan si pelajar kemampuan menggerakkan minat

pelajaran, kemampuan memberikan penjelasan, kemampuan menyebutkan

pokokpokok masalah yang diajarkan, kemampuan mengarahkan perhatian

pada pelajaran yang sedang berlangsung. kemampuan memberikan

tanggapan terhadap reaksi. Dari pendapat Rooijakkers tentang faktor yang

memengaruhi prestasi belajar siswa dapat diberikan kesimpulan bahwa


17

prestasi siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari

diri pelajar dan faktor yang berasal dari si pengajar (guru) (Darmadi,

2017).

Dari pendapat di atas maka penulis simpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar yaitu ada faktor dari dalam diri siswa

(internal) diantaranya fisik dan psikologis. Fisik siswa yaitu keadaan

jasmani dan rohani serta kesehatan pancaidra sangat mempengaruhi

prestasi siswa, sedangkan psikologis yaitu minat, bakat, motivasi serta

intelegensi siswa. Apabila motivasi dan intelegensi siswa tinggi maka

kemampuan siswa dalam menerima materi akan maksimal. Dari faktor

luar siswa (eksternal) diantaranya ada faktor lingkungan keluarga, teman

dan lingkungan belajar seperti dari gurunya, fasilitas belajar dan juga

kurikulum.

6. Indikator Prestasi Belajar

Indikator-indikator prestasi belajar dikelompokkan menjadi tiga

ranah, yaitu (Imanudin, 2013) :

1) Ranah cipta (kognitif) Mencakup pengamatan, ingatan, pemahaman,

penerapan, analisis, dan sintesis (dapat menyimpulkan).

2) Ranah rasa (afektif) Meliputi penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap

menghargai), internalisasi (pendalaman), dan karakterisasi

(penghayatan).
18

3) Ranah karsa (psikomotorik) Mencakup keterampilan bergerak dan

bertindak serta kecakapan ekspresi verbal dan non verbal.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa

indikator prestasi belajar terdiri dari ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Ketiga ranah tersebut adalah suatu kegiatan yang

dinamis, siswa melalui keaktifannya secara terus menerus dalam

mengembangkan kemampuannya.

E. Kerangka Berpikir

Menurut Winarni (2017: 21) kerangka berpikir adalah penjelasan

rasional dan logis yang diberikan oleh seseorang peneliti terhadap

pokok/obyek penelitiannya. kemudian menurut Sugiyono (2016: 92) kerangka

bepikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari

berbagai teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya dianalisis secara kritis

dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel

yang diteliti.

Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini seperti pada gambar

berikut :

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Pembelajaran (X) Prestasi Belajar


(Y)
19

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang masih bersifat

sementara dan teoritis yang terkait dengan permasalahan yang ada (Daramadi,

2017: 76). Hopotesis dalam penelitian menggunakan hipotesis asosiatif, yaitu

jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yang menanyakan

hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2016: 103). Adapun hipotesis

dalam penelitian ini adalah diduga ada hubungan pembelajaran pada masa

pandemi dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMPN 11 Kota Bengkulu.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelas VIII SMPN 11 Kota

Bengkulu. Penelitian akan dilakukan selama satu bulan dari bulan Maret

sampai April 2022.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi ganda.

Menurut Winarni (2017: 46) korelasional adalah penelitian yang akan melihat

hubungan antara variabel atau beberapa variabel dengan variabel lain.

Kemudian menurut Darmadi (2017: 7) bahwa penelitian korelasi bertujuan

untuk menentukan ada tidaknya hubungan, dan seberapa jauh hubungan yang

ada antara dua variabel (yang dapat diukur) atau lebih.


20

C. Definisi Operasional

1. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh melalui kegiatan

belajar untuk memperoleh perubahan dalam diri individu seseorang

dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat sebagai ukuran

tingkat keberhasilan siswa.

2. Indikator

Adapun indikator dari prestasi belajar siswa adalah skor total

yang mencakup ranah kognitif yaitu nilai harian, Penilaian Tengah

Semester (PTS), dan Penilaian Akhir Semester (PAS) yang diperoleh dari

nilai raport siswa kelas VIII SMPN 1 Kota Bengkulu pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Darmadi (2017: 46), bahwa populasi adalah kelompok

dimana seseorang peneliti akan memperoleh hasil penelitian yang dapat

disamaratakan (digeneralisasikan). Populasi merupakan kelompok yang

menarik peneliti, kelompok tersebut oleh peneliti dijadikan sebagai objek

untuk menggeneralisasikan hasil penelitian (Fraenkel dan Wallen

dalamWinarni, 2017: 94). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas VIII SMPN 11 Kota Bengkulu sebanyak 48 orang yang

terdiri dari 2 kelas.


21

2. Sampel

Winarni (2017: 96) menjelaskan bahwa sampel dapat

didefinisikan sebagai sembarang himpunan yang merupakan bagian dari

suatu populasi. Sampel pada penelitin ini menggunakan sampel populasi,

yaitu siswa kelas VIII SMPN 11 Kota Bengkulu sebanyak 48 orang.

Sesuai dengan pendapat Arikunto (2016: 134) jika subyek yang diteliti

kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Hal ini juga di perkuat oleh

pendapat (Darmadi, 2017: 165) bahwa jumlah sampel terkecil yang dapat

diterima pada riset korelasi adalah 30 subjek. Teknik sampling yang

digunakan adalah total sampling, yaitu seluruh siswa VIII SMPN 11

Kota Bengkulu sebanyak 35 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data yang relevan,

akurat, dan reliable. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

1) Kuesioner (Angket)

Angket adalah alat untuk mengumpulkan data berupa daftar

pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara

tertulis. Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang

pembelajaran siswa pada masa pandemi (Winarni, 2017: 137).

Pada penelitian ini, akan menggunakan angket tertutup dalam

pengumpulan data. Angket tertutup adalah angket yang menghendaki

jawaban pendek, atau jawabannya diberikan dengan membubuhkan tanda


22

tertentu. Angket disusun dengan disertai alterrnatif jawaban

(Winarni,2017: 138)

2) Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Winarni (2017: 156) mengatakan bahwa

dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang sering digunakan untuk

keperluan penelitian, karena alasan-alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Dokumentasi yang akan digunakan dalam

penelitian ini berupa nilai ulangan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada

kelas VIII SMPN 11 Kota Bengkulu.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Coba Instrumen

Secara umum, kita dapat menguji instrumen yang telah disusun

peneliti, yaitu menguji keandalan dan validitas pengukuran. Tentunya

dalam penyusunan sebuah kuesionar harus benar-benar dapat

menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid) dan juga dapat

konsisten bila pertanyaan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda

(reliabel) (Sugiyono, 2014:82). Sebelum melakukan penelitian, peneliti

terlebih dahulu menguji kevalidan angket dengan memgujikannya kepada

siswa yang bukan menjadi sampel dalam penelitian.

a. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah menerangkan sejauah mana suatu alat ukur itu

mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen dikatakan valid apabila


23

instrumen tersebut dapat digunakan dengan tepat mengukur apa yang

hendak diukur.

Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagian suatu derajat

ketetapan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur.

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas angket penelitian

adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2014:113):

∑ x . y− (∑ x ) . ( ∑ y )
r xy=
√ {N .∑ x −( ∑ x ¿¿¿ 2 } .{ N . ∑ Y −¿ ¿¿
2 2

Keterangan:

r xy = korelasi antara variabel X dengan Y

∑ xy = Jumlah variable x dikali y / total keseluruhan

∑ x = Jumlah variabel x

∑ y = Jumlah variabel y

Perhitungan validitas item soal dilakukan dengan penafsiran

koefisien korelasi, yakni rxy atau rhitung. Untuk mengtahui validitasnya

maka dilanjutkan dengan melihat table nilai koefisien korelasi “r”

product moments dengan terlebih dahulu mencari “df” dengan rumus:

df= N-nr

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata dalam bahasa inggris rely, yang

berarti percaya, dan reliable yang berarti dapat dipercaya. Dengan

demikian reliabilitas dapat diartikan sebagai kepercayaan.Kepercayaan

hubungan dengan ketetapan dan konsisten.


24

Instrumen yang dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang

tetap atau konsisten apabila diteskan berkali-kali.Untuk mengetahui

reliabilitas angket, peneliti menggunakan teknik Alfa Cronbach.Proses

perhitungannya dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alfa

Cronbach yaitu (Sugiyono, 2014:115):

ri=
k
(k −1) { ∑ s2i
1− 2
st }
r i = Reliabilitas instrumen

k = Banyak butir pertanyaan


2
∑ si = Jumlah varians butir item

st 2 = Varians total

Rumus mencari varians total:


2 2
2 ∑ X t (∑ Xt )
st = −
n n2

Rumus mencari varians butir item:


2 2
2∑ X i (∑ Xi )
si = −
n n2

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Analisis Regresi Linear Sederhana

Untuk menarik kesimpulan dari data yang diperoleh, maka teknik

analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode statistik

dengan rumus regresi linier sederhana dengan rumus (Sugiyono,

2014:121):

Y^ = a + bX
25

Keterangan :

Y^ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.

a=¿ Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan

pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan

bila (-) maka arah garis turun.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

b. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mencari hubungan

pembelajaran pada masa pandemi dengan prestasi belajar di SMPN 11

Kota Bengkulu. Besarnya harga koefisien determinasi didasarkan pada

kuadrat dari nilai koefisien korelasi dikali 100%. Rumus koefisien

determinasi yaitu:

Koefisien determinasi (r2) = r × 100%

Untuk mendapatkan nilai koefisien determinasi, maka terlebih

dahulu dilakukan perhitungan mencari nilai koefisien korelasi dengan

rumus:

N ∑ xy−( ∑ x ) (∑ y )
rxy=
√( N ∑ x −(∑ x )²)(N ∑ y 2−(∑ y) ²)
2

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah responden

∑ xy = Jumlah perkalian x dan y


26

(∑ x )² = Kuadrat dari jumlah x

(∑ y )² = Kuadrat dari jumlah y

Setelah didapat nilai koefisien korelasi, untuk melihat apakah nilai

tersebut signifikan (dapat digeneralisasikan) atau tidak, maka dapat

dihitung melalui uji t dengan rumus:

r √n−2
t=
√1−r 2
Keterangan:

t =thitung (distribusi table t pada α = 5%, derajat kebebasan (dk) = n – 2)

r = Koefisien korelasi

n = Jumlah sampel

b. Hipotesis

Ha = apabila ttabel > thitung

H0 = apabila thitung < ttabel

Keterangan:

thitung> ttabel :maka menerima hipotesis nol (Ho) yang secara statistic

menyimpulkan bahwa variabel independent (X) tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen (Y).

thitung< ttabel :maka menolak hipotesis nol (Ho) yang secara statistic

menyimpulkan bahwa variabel independent (X) berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (Y).

Anda mungkin juga menyukai