Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Terhitung sejak 2 Maret 2020 pemerintah menyatakan Indonesia telah terinfeksi
virus korona yang pertama kali ditemukan di Wuhan China. Virus tersebut lebih lanjut
dikenal dengan nama Covid-19. Virus ini menular sangat cepat dan menyebar hampir di
semua negara sehingga WHO pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai
pandemi global. Hal ini mengakibatkan banyak negara melakukan kebijakan lockdown
untuk mencegah penyebaran virus korona. Adapun Indonesia memberlakukan aturan
Pembatasan Sosial berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus.
Hampir seluruh negara memutuskan untuk menutup sekolah, perguruan tinggi
maupun universitas, termasuk Indonesia mengingat cepatnya penyebaran virus yang
berbahaya ini. Kebijakan ini terkait aturan agar seluruh masyarakat membatasi aktivitas
sosial untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran virus. Pembelajaran dilakukan
dengan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Bagaimanapun
situasinya pendidikan tidak boleh berhenti, maka meskipun keputusan melaksanakan
sekolah harus jarak jauh merupakan langkah yang berat, namun harus disikapi dengan
bijak.
Pembelajaran secara jarak jauh atau daring sudah terbiasa dilakukan di tingkat
universitas sehingga tidak masalah ketika terjadi peralihan sitem pembelajaran yang tidak
dilakukan secara tatap muka. Akan tetapi di tingkat sekolah dasar dan menengah
pembelajaran daring merupakan suatu hal baru yang perlu penyesuaian dalam
pelaksanaannya. Ketersediaan ruang-ruang belajar secara online belum sepenuhnya bisa
digunakan secara maksimal. Bahkan permasalahannya semakin rumit ketika masih banyak
siswa belum memiliki gawai pribadi. Motivasi belajar menjadi turun karena belajar
mandiri, berpisah dengan teman dan gurunya.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi pandemi. Kebijakan PSBB telah
berganti format dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang
diberlakukan dengan empat level. Pembedaan level digunakan untuk mengatur
2

pembatasan kegiatan sosial. Pembatasan sosial menggunakan level ternyata efektif


terbukti dengan semakin menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia. Keberhasilan
vaksinasi juga menjadi alasan pandemi di Indonesia semakin terkendali. Dalam
perkembangannya kemudian di wilayah dengan PPKM level satu sampai dengan tiga
diberi kesempatan bagi satuan pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka
(PTM) terbatas dengan izin dari pemerintah daerah dan dengan menerapkan protokol
kesehatan yang ketat. Dengan diberlakukannya pembelajaran tatap muka secara terbatas
memberi kesempatan bagi guru dan siswa untuk berinteraksi secara langsung dalam proses
pembelajaran agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Tujuan pendidikan telah digariskan dalam UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 dimana
pendidikan merupakan wahana proses pembentukan dan pengembangan watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dengan mengembangkan potensi yang ada pada
peserta didik dalam membentuk manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, cerdas, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Tidaklah mengherankan
jika pemerintah selalu memberikan perhatian lebih dalam pendidikan, hal ini juga
dibuktikan dengan besarnya bagian anggaran APBN untuk pendidikan. Berbagai upaya
telah dilakukan pemerintah terkait dengan memajukan pendidikan diantaranya dengan
memberikan tunjangan professional kepada guru, memberikan bnatuan sarana prasarana
pendukung di sekolah, yang semuanya bertujuan mmberi kelancaran proses pembelajaran.
Besarnya perhatian pemerintah pada pendidikan tidak serta merta membuat proses
pembelajaran di lingkup sekolah menjadi tanpa hambatan. Di masa pandemi permasalahan
terkait proses pembelajaran masih banyak ditemui di sela-sela pelaksanaan belajar dan ini
harus dicari penyelesaian. Beberapa permasalahan seperti kurangnya motivasi siswa dalam
belajar menyebabkan keaktifan dan hasil belajar rendah. Banyak siswa yang melalaikan
tugas dan PR nya, malas dan kurang perhatian pada pelajaran sehingga sulit memahami
materi pelajaran. Seperti halnya yang terjadi di kelas XI IPS 5 keaktifan belajar ekonomi
rendah. Hal ini terlihat dari pengumpulan tugas yang tepat waktu pada saat pembelajaran
daring pada materi indeks harga hanya 28,57%. Pada saat pembelajaran tatap muka
mereka kurang aktif. Keaktifan yang rendah ini juga diikuti dengan hasil belajar yang tidak
memuaskan, terbukti saat diadakan ulangan harian siswa yang tuntas hanya sebesar 60%
dengan nilai rata-rata sebesar 69.71 dari ketentuan KKM 68 .
3

Salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk mengubah situasi pembelajaran
menjadi aktif adalah menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
penuh dalam menemukan pengalaman belajar. Ada tujuh kriteria yang harus dimiliki guru
agar pembelajaran menjadi ideal menurut Suyono dan Hariyanto (2012:207) yaitu: 1) Guru
memiliki antusiasme yang tinggi dalam mendorong siswa untuk maju, 2) Memiliki
kemampuan yang memadai terkait bidang pengetahuannya, 3) Mampu memberikan
jaminan bahwa materi yang disampaikan mencakup semua unit bahasan, 4) Memiliki
kemampuan menyampaikan informasi dengan berbagai variasi, 5) Mampu membuat siswa
akuntabel, 6) Mau menerima masukan, resiko dan memberi dukungan pada siswa, 7)
memiliki keahlian manajerial di dalam kelas.
Kenyataan yang dialami peneliti ketika mengajar memiliki kesenjangan dengan
kondisi yang ideal. Kondisi yang kurang ideal ini harus diupayakan penyelesaiannya
sehingga situasi di kelas menjadi aktif, siswa termotivasi dan hasil belajar menjadi tinggi.
Banyak model yang ditawarkan bisa diambil sebagai cara memecahkan kesenjangan
kondisi kenyataan dengan kondisi ideal tersebut. Pemilihan model yang tepat dapat
membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar tujuan yang telah dicanangkan
dapat tercapai dan terjadi perubahan tingkah laku ketika proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan Snowball Throwing merupakan salah satu model
pembelajaran yang dilakukan agar siswa ikut berperan aktif mencari pemecahan masalah
pada suatu topik bahasan. Snowball throwing dilakukan saat pembelajaran tatap muka
dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Guru dapat melakukan variasi pembelajaran
dengan melibatkan siswa secara aktif tanpa harus berkerumun. Selain itu dapat digunakan
untuk membangkitkan motivasi. yang rendah. Berdasarkan uraian latar belakang masalah
tersebut penulis membuat makalah dengan maksud meningkatkan kualitas pembelajaran
ekonomi dengan judul ” Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi dengan Model
Pembelajaran Snowball Throwing pada Pembelajaran Tatap Muka terbatas di Kelas XI
IPS 5 SMAN Kerjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2021/2022”.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan pada penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Snowball Throwing di kelas XI IPS 5
SMA Negeri Kerjo semester 1 tahun pelajaran 2021/2022?
4

b. Apakah penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan


hasil belajar siswa di kelas XI IPS 5 SMA Negeri Kerjo semester 1 tahun pelajaran
2021/2022?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran Snowball Throwing di kelas
XI IPS 5 SMA Negeri Kerjo semester 1 tahun pelajaran 2021/2022?
b. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model Pembeljaran
Snowball Throwing di kelas XI IPS 5 SMA Negeri Kerjo semester 1 tahun pelajaran
2021/2022?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
a. Bagi siswa:
1. Pembelajaran dengan Snowball Throwing akan meningkatkan keaktifaan siswa
2. Pembelajaran dengan Snowball Throwing akan meningkatkan hasil belajar
siswa
3. Dapat mengingat lebih lama pada materi yang dipelajari.
b. Bagi guru :
1. Membantu guru dalam menyampaikan konsep suatu materi agar siswa lebih
mudah memahaminya.
2. Memberikan perbaikan kualitas pembelajaran.
c. Bagi peneliti lain
1. Memberikan sumbangan informasi penerapan model pembelajaran
2. Memberikan referensi dalam melakukan penelitian sejenis
d. Bagi sekolah
1. Memberikan sumbangan pemikiran yang baik dalam hal perbaikan
pembelajaran dengan model pembelajaran Snowball Throwing pada sekolah
tempat penelitian pada khususnya dan sekolah lain pada umumnya.
2. Dengan adanya guru yang melakukan variasi mengajar, maka akan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
5

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi sering dikaitkan dengan ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam upaya mencapai kemakmuran hidupnya. Dalam upaya tersebut manusia
akan berperilaku bijak dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan tidak
melupakan unsur kelangkaan. Dalam beberapa rujukan literasi disebutkan asal muasal
istilah ekonomi berasal dari kata oikos dan nomos yang artinya aturan rumah tangga.
Dalam perkembangannya ilmu ekonomi terdiri dari ekonomi mikro dan mikro dan
mempunyai cabang-cabang ilmu ekonomi yang lebih luas lagi misalnya ekonomi publik,
ekonomi moneter, ekonomi terapan, ekonomi kesehatan dan lain-lain.
Adam Smith mengungkapkan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia selalu
berusaha mengalokasikaan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan tertentu
(https://www.zonareferensi.com/pengertian-ilmu-ekonomi/). Pakar Ekonomi yang lain
yakni Alfred Marshall mengatakan bahwa ekonomi adalah studi tentang umat manusia
dalam usaha mengkaji bagian dari tindakan individu dan sosial yang paling dekat dengan
pencapaian dan penggunaan kesejahteraan material.
(https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-ilmu-ekonomi-menurut-para-ahli/).
Ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan
perikehidupan dalam rumah tangga tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya
kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari
suami,isteri dan anak-anaknya, melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah
tangga bangsa, negara dan dunia (Putong, 2010: 1). Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa ilmu ekonomi mempelajari perilaku manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk
mendapatkan kesejahteraan secara materiil. Adapun lingkup pemenuhan kebutuhan
tersebut meliputi seluruh pelaku ekonomi yang meliputi rumah tangga keluarga, rumah
tangga perusahaan, rumah tangga negara dan mayarakat luar negeri.
6

B. Pembelajaran Tatap Muka terbatas.


Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas mulai diijinkan untuk daerah dengan
kategori Zona hijau, kuning dan merah. Hal ini sejalan dengan instruksi Menteri Dalam
Negeri Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) Berbasis Mikro yang menyatakan, kabupaten/kota yang berada di
zona merah melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran online.
Sedangkan kabupaten/kota di luar zona merah melaksanakan kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan pengaturan teknis dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi (Kemendikbud Ristek) dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) yang
ketat.
Bagi sekolah yang masuk zona hijau, kuning dan oranye, bisa bersiap-siap mengikuti
pembelajaran tatap muka terbatas pada tahun ajaran baru mendatang.
(https://jateng.tribunnews.com/2021/09/03/apa-itu-ptm-aturan-prokes-saat-
penyelanggaraan-kegiatan-belajar-mengajar-di-sekolah).
Di SMA Negeri Kerjo sendiri pelaksanaan PTM diawali dengan simulasi pada
pertengahan September 2021. Pelaksanaan pembelajaran daring yang sudah berlangsung
lebih dari satu tahun ternyata mengurangi semangat belajar dan kedisiplinan, hal ini terjadi
karena belum semua pihak memiliki kesiapan pada pembelajaran daring. Proses belajar
mandiri masih perlu pembenahan disana sini. Kesulitan pengukuran yang akurat menjadi
alasan diberlakukannya pembelajaran tatap muka terbatas dengan pelaksanaan tetap
mematuhi aturan protocol kesehatan yang ketat. Kondisi kelas di tingkat SMA, SMK, MA,
MAK, SMP, MTs, SD, MI harus memperhatikan jarak 1,5 meter, maksimal peserta didik di
kelas 18 atau 50% siswa. Hari, jumlah dan jam pelajaran terbatas dengan pembagian
rombongan belajar. Menggunakan masker kain tiga lapis atau masker bedah dengan
menutup hidung, mulut, cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer serta tidak
melakukan kontak fisik seperti salaman dan cium tangan. Siswa dan warga satuan
pendidikan harus dalam kondisi sehat. Dilarang melakukan kegiatan yang berpotensi
menimbulkan kerumunan seperti kantin, olahraga, dan kegiatan ekstra kurikuler, serta
tidaka ada pertemuan orang tua didik di sekolah.
7

Terkait dengan upaya pencegahan penularan virus covid-19 maka digiatkan


program vaksinasi baik dosis pertama maupaun dosis kedua bagi seluruh warga sekolah.
Berbagai upaya ini dilakukan sebagai ikhtiar mengendalikan pandemi dan sekaligus
meningkatkan kembali output pendidikan. Untuk melengkapi jam pembelajaran maka
pembelajaran daring tetap dilaksanakan disamping PTM terbatas.

C. Model Pembelajaran Snowball Throwing


Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan metode pembelajaran yang
dapat menggali potensi kepemimpinan perserta didik dalam kelompok dan ketrampilan
membuat dan menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif
membentuk dan melempar bola salju. Metode pembelajaran Snowball Throwing
merupakan salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan
kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti ‘bola salju
bergulir’ dapat diartikan sebagai metode pembelajaran dengan menggunakan bola
pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara
bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Dilihat dari pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran ekonomi, metode pembelajaran Snowball Throwing ini memadukan
pendekatan komunikatif, integratif, dan keterampilan proses. Kegiatan melempar bola
pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya
berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas
fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap
anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus
menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Menurut Huda (2014:226) metode pembelajaran Snowball Throwing merupakan
pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari game fisik dimana segumpalan salju
dilempar dengan maksud memukul orang lain. Pada konteks pembelajaran, Snowball
Throwing diterapkan dengan cara melempar gumpalan kertas untuk memperoleh siswa
yang akan menjawab soal dari guru. metode ini digunakan untuk memberikan konsep
pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut.. Model
8

pembelajaran Snowball Throwing adalah metode pembelajaran yang dapat digunakan


untuk memberikan pemahaman materi yang sulit kepada siswa dan dapat juga digunakan
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut
(Rahman, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh (Akhiriyah, 2011:216) menyatakan bahwa
pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran
IPS dan juga dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Hal ini memperkuat dugaan bahwa
penggunaan model Snowball Throwing dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar ekonomi

D. Hasil Belajar

Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran
dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh orang yang
bersangkutan (orang yang sedang belajar itu ) guru tidak dapat melihat aktifitas pikiran dan
perasaan siswa yang diamati guru adalah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai
akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut. Sebagai contoh siswa
bertanya, siswa menjawab pertanyaan, siswa menanggapi, siswa melakukan diskusi, siswa
memecahkan soal, siswa mengamati sesuatu, siswa melaporkan hasil pekerjaan, siswa
membuat rangkuman dan sebagainya.
Dalam proses belajar mengajar banyak masalah yang dihadapi oleh seorang guru,
diantaranya pemilihan metode mengajar yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara baik dan siswa dapat belajar secara efektif dan efesien, salah satu upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu memperbaiki metode pengajaran, karena belajar.
merupakan suatu proses komunikasi, sehingga diperlukan kemampuan khusus guru dalam
mengembangkan strategi dan metode pengajaran baru untuk membantu proses belajar
mengajar. Salmi (2019: 6) berpendapat Hasil Belajar merupakan suatu prestasi yang
dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar . Sedangkan menurut Winarti (2013:
127) Hasil Belajar kemampuan siswa baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran yang umumnya dinyatakan dalam angka
9

angka. Menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian, sikap, apresiasi dan ketrampilan
Dari uraian tersebut di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku di ranah kognitif, psikomotor dan afektif, setelah melakukan kegiatan belajar.
belajar merupakan suatu proses atau usaha individu untuk berinteraksi terhadap lingkungan
yang yang diarahkan kepada tujuan dan mengakibatkan perubahan perilaku. Perubahan
atau perkembangan kearah yang lebih baik merupakan dasar dari belajar.
10

BAB III
PEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah.


Makalah ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menjelaskan
tentang fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel
yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Pembelajaran model Snowball Trhrowing dilakukan dalam 1 kali pertemuan pada
dua sesi tatap muka dimana setiap sesi memiliki alokasi waktu 60 menit. Penerapan model
Snowball Throwing dilakukan pada saat jam pelajaran ekonomi pada hari Rabu tanggal 3
November 2021. Sedangkan sumber data adalah siswa kelas XI IPS 5 SMAN Kerjo pada
semester 1 tahun 2021/2022 yang berjumlah 35 siswa.

B. Proses dan Hasil Pelaksanaan


Pelaksanaan Pembelajaran model Snowball Throwing merupakan implikasi dari
semua tindakan yang telah dibuat yaitu diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap ini, guru membuat silabus, sistem penilaian, dan desain pembelajaran
yang akan digunakan sebagai pedoman pelaksanaan model Pembelajaran Snowball
Throwing.
2. Presentasi Guru
Guru memberikan penjelasan secara singkat materi yang akan didiskusikan siswa,
berikut indikator yang harus dikuasainya.
3. Kegiatan Kelompok
Siswa dalam sesi pertama dan kedua masing masing dijadikan satu kelompok besar
dengan jumlah peserta pada sesi pertama 18 siswa dan sesi ke dua 17 siswa.
Pembagian kelompok besar dilakukan mengingat masih dalam kondisi PPKM level
2 dimana pertemuan dilakukan dengan sangat terbatas dengan menerapkan protokol
kesehatan yang ketat diantaranya memakai masker dan menjaga jarak. Sehingga
model ini dilakukan dengan tetap memperhatikan ketentuan tersebut.
11

4. Formalisasi
Guru memerintahkan siswa untuk menulis satu soal tanpa nama dan tanpa jawaban,
namun penulis soal harus tahu jawaban dari soal yang dibuatnya. Langkah
berikutnya masing-masing siswa menggumpalkan kertas soalnya menjadi bentuk
bola dan kemudian soal-soal tersebut dikumpulkan oleh ketua kelompok dan
menngumpalkannya ke dalam lembaran kertas yang lebih lebar sampai berbentuk
bola putih seperti salju. Guru melempar pertama kali ke ketua kelompok untuk
mengambil soal, membacanya dan menjawab pertanyaan. Apabila jawaban yang
dikemukakan salah, maka akan dikoreksi oleh pembuat soal dan teman-teman
lainnya. Dari kegiatan ini terjadi kegiatan diskusi pemecahan masalah.
Setelah pertanyaan terjawab maka ketua melempar ke anggota kelompok dengan
membelakanginya. Siswa yang mendapat lemparan bola mengambil soal, membaca
dan menjawabnya. Setelah menjawab dengan benar siswa tersebut kemudian
mendapat giliran melempar bola ke temannya. Begitu seterusnya sampai semua soal
terjawab. Karena terbatasnya waktu maka tiap siswa hanya diberi waktu satu menit
dalam menjawab soal.

5. Evaluasi Kelompok

Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam
memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan
dari hasil pembelajaran yang dikirim melalui Google Form.

Data yang diperoleh adalah data hasil belajar yang diukur dengan tes yang
dilaksanakan sebelum perlakuan model pembelajaran Snowball Throwing dan setelah
dilakukannya model pembelajaran Snowball Throwing. Pengumpulan data dilakukan
dengan metode dokumentasi (pengambilan data awal berupa daftar nama siswa, jumlah
12

siswa, prestasi siswa dan foto-foto), metode tes untuk mengetahui hasil belajar siswa dan
metode observasi.
Hasil belajar kognitif diukur dari perolehan nilai pada soal tes kognitif yang
diberikan setelah guru menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Nilai hasil
belajar kognitif siswa dan ketercapaian ketuntasan sebelum dan setelah diterapkan model
Snowball Throwing disajikan dalam tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Hasil Belajar Kognitif Siswa Sebelum dan Setelah menggunakan Snowball
Throwing
Sebelum
Setelah diterapkan
diterapkan
Snowball Throwing
Snowball
Interval KKM
Throwing

Jumlah Siswa Jumlah Siswa

≤ 48 4 0

49 - 57 8 3

58 - 66 2 2
68
67 - 75 7 16

76 - 84 3 4

≥ 85 11 10
Jumlah Tuntas 21 30
Jumlah Tidak
14 5
Tuntas
Jumlah 35 35
13

Tabel 2. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa


Setelah
Sebelum
Persentase Snowball
Aspek yang diukur Snowball
target capaian Throwing
Throwing

Ketuntasan hasil belajar 100% 60% 85,71%


siswa

Tabel 1 menjelaskan tentang adanya peningkatan hasil belajar siswa yang


ditunjukkan semakin meningkatnya jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar. Pada
tabel 2 terlihat dengan diterapkannya model pembelajaran Snowball Throwing hasil
belajar berupa pemahaman konsep permintaan dan penawaran ternyata mengalami
peningkatan. Ketercapaian ketuntasan belajar mula-mula 60%, dan pada pelaksanaan
model pembelajaran Snowball Throwing 85,71%. Siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran, dan dampaknya terjadi peningkatan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan
pengertian bahwa belajar adalah proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami
konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini secara
berkelompok. Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa dalam kelompok akan diberi
kesempatan yang sama untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya kepada anggota
kelompok yang lain sehingga akan diperoleh jawaban dari permasalahan yang dihadapinya.

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi


Kendala yang dihadapi pada saat penerapan model Snowball Throwing adalah; (1)
belum terbiasanya siswa dalam melakukan kegiatan dengan model pembelajaran ini
sehingga peneliti perlu mengefektifkan diskusi siswa dan memberikan tambahan
penjelasan secara klasikal untuk memperkuat konsep; (2) masih ada aktivitas siswa pada
tahap presentasi yang kurang maksimal karena siswa masih kurang percaya diri dalam
menjawab pertanyaan; (3) Keterbatasan waktu dan kondisi yang masih harus menjaga jarak
membuat kegiatan diskusi masih belum maksimal.
14

Dengan melihat kendala tersebut, alternatif cara mengatasinya adalah:


a. Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Snowball
Throwing guru memberi contoh melalui video terkait.
b. Memberi motivasi siswa agar mempunyai kepercayaan diri dalam presentasi atau
menjawab pertanyaan dan memberi stimulus pemberian reward bagi yang mampu
menampilkan presentasi terbaik.

D. Tindak Lanjut Pengembangan


Dengan mencermati hasil model pembelajaran Snowball Throwing yang
menimbulkan perubahan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi permintaan dan
penawaran, penulis mendapatkan dukungan untuk pengembangan lebih lanjut.
Beberapa faktor pendukung sebagai penguat penerapan model pembelajaran
Snowball Throwing di antaranya: (1) sekolah sangat mendukung setiap program yang
dibuat guru untuk pengembangan diri, sehingga memudahkan guru dalam mengembangkan
sumber daya yang dimiliki secara optimal; (2) Dukungan dari rekan sejawat untuk
menerapkan model Snowball Throwing sebagai bahan penulisan makalah; dan (3) siswa
yang antusias dalam melaksanaakan model pembelajaran Snowball Throwing, sehingga
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Keberhasilan pembelajaran ini dapat menjadi acuan bagi rekan-rekan guru ekonomi
atau guru mapel lainnya sebagai alternatif variasi dalam mengajar. Diharapkan dengan
metode ini bisa membantu guru untuk membuat suasana baru yang lebih meningkatkan
semangat belajar, disisi lain kemampuan guru dalam variasi mengajar akan menjadikan guru
sebagai pengajar dan pendidik yang memberi inspirasi bagi siswa-siswanya.
15

BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
1. Model pembelajaran Snowball Throwing mampu merubah sikap belajar siswa yang
semula kurang aktif menjadi menyenangkan, bersemangat, penuh perhatian, gembira,
interaktif dan terarah.
2. Siswa menjadi terlatih berpendapat sekaligus menghargai pendapat orang.
Penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing juga dapat meningkatkan
keaktifan siswa kelas XI IPS 5 SMAN Kerjo semester 1 tahun 2021/2022.
3. Pemahaman konsep pembelajaran ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat
dari ketercapaian ketuntasan belajar yang semula hanya 60% menjadi meningkat
sebesar 85,71% setelah penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing.

B. Rekomendasi
Dengan mengamati dan mencermati hasil diterapkannya model pembelajaran
Snowball Throwing yang signifikan terhadap peningkatan aktifitas dan hasil belajar, maka
model ini dapat digunakan sebagai alternatif guru dalam pembelajaran ekonomi pada
khususnya dan guru mata pelajaran lain pada umumnya. Guru diharapkan mampu
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman dan
menjadi termotivasi dalam belajar. Dengan demikian pelajaran ekonomi tidak lagi menjadi
pelajaran yang kurang diminati namun menjadi pelajaran yang digemari siswa.
Keberhasilan proses pembelajaran ekonomi di sekolah menjadi bagian peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia.
16

DAFTAR PUSTAKA

(https://jateng.tribunnews.com/2021/09/03/apa-itu-ptm-aturan-prokes-saat-
penyelanggaraan-kegiatan-belajar-mengajar-di-sekolah).

Akhiriyah, Dewi Yuni. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SDN Kalibanteng
Kidul 01 Kota Semarang. Jurnal Kependidikan Dasar. 1 (2) 206-219.

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-ilmu-ekonomi-menurut-para-ahli/

https://www.zonareferensi.com/pengertian-ilmu-ekonomi/

Huda,Miftahul. (2014). Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Putong, I. (2010). Economics Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta:Mitra Wacana


Media.

Rahman, A. (2015). Penerapan Metode Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil


Belajar IPS Siswa Kelas V pada SDN No.1 Pantolobete. Jurnal Kreatif Tadulako
Online, 5(4), 154 – 167.

Salmi. (2019). Jurnal Profit, 6 (1), 1-16.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Suyono dan Hariyanto, 2011.Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Offset

Winarti. (2013) Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan
Ekonomi Dinamika Pendidikan 8(2), 123 – 132.

Lampiran 1
17

RPP
SMA NEGERI KERJO
RENCANA PELAKSANAAN
Sumberejo, Kec. Kerjo, Kab. Karanganyar
PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Ekonomi Peminatan Materi Pokok : Ketenagakerjaan
Kelas/Semester : XI IPS 5/ 1 (Ganjil) Alokasi Waktu : 2 x 30 menit
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Tujuan Pembelajaran :
Melalui model pembelajaran Snowball Throwing , peserta didik mampu :
1. Menjelaskan konsep ketenagakerjaan;
2. Mengklasifikasi jenis-jenis tenaga kerja;

Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan/ Nilai-nilai
DISKRIPSI KEGIATAN
Sintak Karakter
PENDAHULUAN ( 10 MENIT)
1. Guru memberi salam dan menyapa siswa. Religius
2. Guru mengajak berdoa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Disiplin
3. Mengecek kehadiransiswa.
4. Guru memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari kaitan
dengan konsep ketenagakerjaan dan mengklasifikasi jenis-jenis tenaga
kerja
5. Siswa menerima informasi tentang materi yang akan dipelajari serta metode
yang akan dilaksanakan.
KEGIATAN INTI (45 MENIT)
Memberi 1. Guru membagi siswa menjadi satu kelompok besar kelas sesi satu dan sesi Rasa ingin
dua. tahu
Stimulus 2. Guru memberi stimulus dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang
konsep ketenagakerjaan dan mengklasifikasi jenis-jenis tenaga kerja
Mengidentifikas 3. Siswa mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan konsep Berkomunika
i masalah ketenagakerjaan dan mengklasifikasi jenis-jenis tenaga kerja si, kreatif
Mengumpulkan 4. Siswa membuat satu soal dari hasil identifikasi Kerja keras
data
Mengolah Data 5. Siswa membaca dan mengerjakan soal Kerja sama/
6. Guru memberi bantuan jika dibutuhkan. kolaborasi
Memverifikasi 7. Guru dan siswa membahas soal yang dibuat dan dikerjakan Toleransi,
saling
menghargai
Menyimpulkan 8. Siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang telah dipelajari. Mandiri,
kreatif
PENUTUP (5 MENIT)
1. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah dipelajari dengan Tanggung
18

membuat catatan penguasaan materi. jawab


2. Guru memberikan tugas rumah.
3. Peserta didik mendengarkan arahan guru untuk materi pada pertemuan
berikutnya.
4. Guru memberi salam penutup.

Penilaian Pembelajaran :
1) Penilaian sikap: mencakup sikap religius, disiplin, tanggungjawab, jujur, aktif dan
jiwa sosial.
2) Penilaian pengetahuan: bentuk tes tertulis, soal uraian.
3) Penilaian keterampilan: kemampuan berdiskusi, berargumentasi, dan berkoordinasi.

Mengetahui Kerjo, 03 November 2021


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Drs. Sardiyo, M.Pd. Marheni Dharyadi Siwi, S.Pd.


NIP. 19641002 199103 1 003 NIP 19710708 200501 2 008

Lampiran 2
19

Hasil belajar sebelum dan sesudah dilaksanakan model pembelajaran Snowball Throwing

N NAMA L/P I II
O
1. AGUSTA CANDRA BIRAWA L 50 75
2 ALVIN FIKRI MEI PAMUNGKAS L 40 70
3 AMELYLIA CHELSY MAHDALENA P 85 90
4 ARDIANSYAH SATRIO UTOMO L 55 65
5 ARINNISA MUKTININGTIAS P 95 80
6 ARSITA SEPTI ANGGRAINI P 50 50
7 ARYO SENO WIBOWO L 40 75
8 BAGAS SETYAJI DARMAWAN L 50 50
9 CLARA JULIA WIDIASTARA P 85 85
10 DAVA SATRIA UDHIARTA L 75 85
11 DESMA ARIFAH P 85 90
12 DIANAH P 85 70
13 EMILIA MARSHANDA GIANASTASYA P 95 90
14 EVA ELIS ROKHILFAH P 80 60
15 FRISKA DEVI ARSITA P 90 85
16 GISKA NAVISA PUTRI YUNIANTO P 60 75
17 INTAN PRIHATININGTYAS P 55 70
18 IPUNG SANUSI L 70 85
19 IRMAWATI P 75 80
20 IRSYAT L 45 75
21 KEVIN MUHAMAD RIZKI L 50 75
22 NOFIANA NURLITA P 75 70
23 PUTRI AGUSTINA P 50 55
24 RENGGANIS PUTRI CAHYA KAMILA P 60 70
25 RESKI HARIYANTO L 95 90
26 RIVALDO SANSIRO TIYO PUTRA L 40 70
27 SRI MARYATI P 90 70
28 SULASTRI P 70 80
29 SYIFAU MIFTAHUL JANAH P 90 95
30 TEGAR TEMBANG WIJAYA L 80 80
31 TIAR SAPUTRO L 55 70
32 TINA WAHYUNI P 95 75
33 WINDI EKA AGUSTINA P 70 85
34 YULIANITA PUTRIANA DEWI P 80 75
35 NUR AISYAH WULANDARI P 75 75
Rerata 69.71 75.43
Prosentase ketuntasan 60% 85,71%

I = Pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing


II = Pembelajaran setelah menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing

Lampiran 3
20

Foto-Foto Kegiatan

1. Berdoa memulai pembelajaran

2. Penyampaian materi dari guru

3. Siswa membuat pertanyaan


21

4. Siswa melempar bola salju

5. Siswa menjawab pertanyaan dari bola salju


22

Anda mungkin juga menyukai