Anda di halaman 1dari 32

RESUME SKRIPSI

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DI MASA PANDEMIC COVID


19 ANTARA YANG MENGUNAKAN METODE BELAJAR STUDY
CLUB DENGAN ONLINE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V
MIN 2 KOTA BENGKULU
Penulis ;
Elli Nopiati

Disusun Oleh ;
 Ade Yusni Salia
 Asep Maulana Yusup
 Irma Yusmalinda
 Khilda Aini Syifa

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI )


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
AL-HIKMAH GLOBAL CENDIKIA ( AGC ) DEPOK
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peristiwa belajar- mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep,
oleh karena itu perwujudan proses belajar-mengajar dapat terjadi dalam berbagai model.
Bruce Joyce dan Marshal Weill mengemukakan ada 22 (dua puluh dua) model mengajar
yang dikelompokkan ke dalam 4 (empat) hal, yaitu : proses informasi, perkembangan
pribadi, interaksi sosial, dan modifikasi tingkah laku.1
Proses belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Sedangkan proses belajar-mengajar merupakan kegiatan
pokok sekolah yang didalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam
konteks interaktif dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat
perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan ataupun sikap. 2
Melalui proses belajar-mengajar tersebut akan dicapai
tujuan pendidikan tidak hanya dalam hal membentuk perubahan tingkah laku dalam diri
siswa, akan tetapi juga meningkatkan pengetahuan yang ada dalam diri siswa.
Mata pelajaran IPS mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi
pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik, yaitu mampu
menumbuhkembangkan cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang bertanggung jawab
selaku individual, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia. Selain itu, IPS pun
bertugas mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif untuk perbaikan segala ketimpangan,
dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun di masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-
program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.3
IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang, tanggung jawab utamanya
adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
sikap, nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat baik di
tingkat lokal, nasional maupun global. IPS sebagai suatu pelajaran diberikan di jenjang
persekolahan, yaitu SD, SMP, dan SMA. Di SD dan SMP diberikan secara terintegrasi,
1
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h4
2
Oemar Hamalik, Proses Belajar-Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 27.
3
5Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012),
h. 287.

1
namun dalam Standar Isi masih tampak adanya materi yang terpisah-pisah (separated), di
SMA sebagai ilmu sosial sangat terpisah-pisah, walaupun payungnya dalam kurikulum
tetap IPS. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi
dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara
keseluruhan.
Perkembangan teknologi informasi memiliki pengaruh besar terhadap perubahan
dalam setiap bidang. Salah satunya ialah perubahan pada bidang pendidikan. Teknologi
dapat dimanfaatkan dalam kegiatan proses belajar mengajar, yang dapat dikatakan
merupakan pergantian dari cara konvensional menjadi ke modern. Gheytasi menyebutkan
bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya teknologi memberikan
banyak pengaruh positif terhadap pembelajaran. Internet telah dipadukan menjadi sebuah
alat yang digunakan untuk melengkapi aktivitas pembelajaran. Pembelajaran online
(daring) merupakan sistem pembelajaran yang dilakukan dengan tidak bertatap muka
langsung, tetapi menggunakan platform yang dapat membantu proses belajar mengajar
yang dilakukan meskipun jarak jauh. Tujuan dari adanya pembelajaran online (daring)
ialah memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat masif dan
terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih luas.
Pembelajaran online (daring) adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan
siswa dan guru untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan bantuan internet.
Pada tataran pelaksanaannya, pembelajaran online (daring) memerlukan dukungan
perangkat-perangkat mobile seperti smartphone atau telepon adroid, laptop, komputer,
tablet, dan iphone yang dapat dipergunakan untuk mengakses informasi kapan saja dan
dimana saja.
Berdasarkan hasil wawancara awal penulis dengan guru Kelas V MIN 2 Kota
Bengkulu pada tanggal 20 November 2020, bahwa para guru di sekolah ini saat ini
menerapkan pembelajaran online (daring) dikarenakan masyarakat sedang menghadapi
pandemi covid-19, yang menyebabkan pemerintah membuat aturan dalam pembelajaran
tatap muka di sekolahnya diganti dengan pembelajaran melalui online (daring) yang
dilakukan di rumah masing-masing. Menurut informan, pembelajaran online (daring)
berjalan dengan banyak permasalahan yang muncul, seperti proses pembelajaran
berlangsung melalui aplikasi zoom, dimana guru hanya menjelaskan materi pelajaran
sementara para siswa mendengarkan penjelasan guru di rumahnya masing-masing
melalui handphone atau laptop.
Situasi pembelajaran seperti itu mengakibatkan sebagian siswa bersikap pasif dan

2
malas untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Ada siswa yang kurang
memperhatikan penjelasan guru dikarenakan merasa bosan dengan suasana pembelajaran.
Situasi pembelajaran tersebut menyebabkan konsentrasi belajarnya tidak fokus lagi karena
menahan rasa kantuk, dikarenakan guru yang mengajar cenderung monoton dan tidak
menarik. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah yang panjang,
sehingga siswa menjadi bosan dan mengantuk dikarenakan hanya mendengarkan guru
berbicara saja, sehingga pembelajaran tidak menarik minat siswa untuk aktif dalam belajar.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka penulis mencari
pendekatan pembelajaran yang efektif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pelajaran IPS pada masa pandemi ini. Untuk itu penulis ingin melakukan penelitian tentang
pelaksanaan pelajaran IPS dengan menerapkan metode belajar study club dengan online.
Keunggulan dari metode study club (kelompok belajar) adalah kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu tergantung pada kebutuhan
siswa. Guru dapat berperan sebagai tutor atau fasilitator dan dapat pula sebagai pendidik.
Kelompok belajar dapat membantu peserta didik untuk dapat meningkatkan hasil
belajarnya apabila benar-benar diikuti dengan baik. Sedangkan salah satu keunggulan dari
pembelajaran online adalah guru dapat menentukan materi pembelajaran yang
dipelajarinya sesuai dengan minat, keinginan dan kebutuhan siswa, sehingga pembelajaran
akan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
metode study club dan pembelajaran online pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini
tertuang dalam judul: “Perbedaan Hasil Belajar Siswa di Masa Pandemi Covid-19 Antara
yang Menggunakan Metode Belajar Study Club dengan Online pada Mata Pelajaran IPS di
Kelas V MIN 2 Kota Bengkulu”.

B. Identifikasi Masalah
1) Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini,
yaitu:
2) Hasil belajar siswa yang belum mencapai ketuntasan pada pelajaran IPS.
3) Sebagian siswa bersikap pasif dan malas untuk bertanya tentang materi yang belum
dimengerti.
4) Ada siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru dikarenakan merasa bosan
dengan suasana pembelajaran, yang menyebabkan konsentrasi belajarnya tidak
fokus lagi karena menahan rasa kantuk.

3
5) Guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah yang panjang,
sehingga siswa menjadi bosan dan mengantuk dikarenakan hanya mendengarkan
guru berbicara saja.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada,
maka penelitian ini dibatasi pada hasil belajar siswa Kelas V pada pelajaran IPS dalam
aspek kognitif.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu apakah terdapat perbedaan hasil
belajar siswa di masa pandemi covid-19 antara yang menggunakan metode belajar study
club dengan online pada mata pelajaran IPS di Kelas V MIN 2 Kota Bengkulu ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
hasil belajar siswa di masa pandemi covid-19 antara yangmenggunakan metode belajar
study club dengan online pada mata pelajaran IPS di Kelas V MIN 2 Kota Bengkulu.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis,
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Menambah wawasan peneliti tentang metode belajar yang efektif dalam pelajaran
IPS pada masa pandemi covid-19, sehingga dapat memperbaiki dan menciptakan
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Serta penelitian ini menjadi
bahan referensi penelitian berikutnya.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat yang diperoleh siswa
Melalui metode belajar study club dengan online diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Selain itu kedua metode belajar ini dapat menjadi alternatif gaya belajar
siswa pada masa pandemi covid-19 sehingga pembelajaran menjadi tetap menarik dan
4
tidak membosankan.
b. Manfaat yang diperoleh guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa, serta memperluas
wawasan dan pengetahuan guru mengenai berbagai metode pembelajaran yang dapat
diterapkan pada masa pandemi covid-19, khususnya metode belajar study club dengan
online pada pembelajaran IPS.
c. Manfaat bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan menerapkan metode belajar study club dengan online pada
pembelajaran IPS pada masa pandemi covid-19.

5
BAB III
LANDASAN TEORI

1. Hasil Belajar
a) Pengertian Belajar
Belajar merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, karena dengan
belajar seseorang memahami dan menguasai sesuatu sehingga orang tersebut dapat
meningkatkan kemampuannya. Belajar merupakan perkembangan hidup manusia yang
dimulai sejak lahir dan berlangsung seumur hidup. Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang melalui pengalaman. Perubahan
sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuan, sikap, pemahaman, informasi, kecakapan dan keterampilan berdasarkan
pengalaman.
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.
b) Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami
proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
dan sintesis, yang diraih siswa dan merupakan tingkat penguasaan setelah menerima
pengalaman belajar. Adapun hasil belajar tersebut meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif,
ranah efektif, dan ranah psikomotorik.¹⁶ Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.
Hasil belajar dalam perspektif pendidikan dinamai sebagai penguasaan terhadap
beberapa indikator pada setiap Kompetensi Dasar (KD) yang dilaksanakan dalam proses
belajar mengajar di sekolah. Dengan kata lain, siswa dianggap berhasil apabila memiliki
kecakapan hidup (life skills) pada setiap bidang study.
c) Evaluasi Hasil Belajar
Penilaian/evaluasi merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang

6
bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta
didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan
nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,
penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan
penilaian diri.

2. Metode Belajar Study Club


a. Pengertian Metode Belajar
Metode secara harfiah berarti ‘cara’. Dalam pemakaian yang umum, metode
diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.20
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya
bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang
guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satupun metode
belajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan oleh para ahli psikologi dan ahli
pendidikan.
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai
satupun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan oleh para ahli
psikologi dan ahli pendidikan.
b. Pengertian Metode Belajar Study Club
Study club (kelompok belajar) adalah kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu tergantung pada kebutuhan siswa. Program belajar dapat
berupa paket-paket belajar dan dapat disusun bersama antara guru dan siswa. Guru dapat
berperan sebagai tutor atau fasilitator dan dapat pula sebagai pendidik. Kelompok belajar
dapat membantu peserta didik untuk dapat meningkatkan hasil belajarnya apabila benar-
benar diikuti dengan baik.
Manfaat dari kelompok belajar, diantaranya:
1) Belajar dengan membentuk kelompok belajar sendiri dapat memotivasi semangat
belajar antara teman satu dengan lainnya.
2) Saling berbagi informasi dengan pengetahuan antara teman. Teman yang pandai
dapat mengajarkan dan menularkan kepandaiannya kepada teman lainnya. Dengan

7
begitu, materi yang diserap oleh siswa dapat merata kepada siswa lain.
3) Membangun komunikasi timbal balik dengan adanya diskusi.
4) Bekerja sama menyelesaikan PR maupun tugas sekaligus bersosialisasi di luar
sekolah sehinga tidak membosankan.
5) Meringankan tugas yang diberikan kepada siswa karena dikerjakan bersama-sama
dengan siswa lain.

c. Langkah-Langkah Metode Belajar Study Club


Adapun langkah-langkah penerapan metode belajar study club yaitu:
1) Berilah peserta didik satu ringkasan, selebaran pelajaran yang disusun dengan baik
berupa teks singkat, bagan atau diagram yang menarik. Mintalah peserta didik
membacanya dengan tenang. Kelompok belajar melaksanakan tugasnya dengan
baik kalau materinya cukup menantang atau terbuka untuk interpretasi luas.
2) Bentuklah sub kelompok dan beri peserta didik ruang yang tenang untuk
mengadakan sesi belajar mereka.
3) Guru meminta setiap siswa untuk mendiskusikan topik pembelajaran yang sudah
dipersiapkan oleh guru. Guru sebaiknya juga memberikan bahan atau sumber
bacaan lain mengenai topik pembelajaran yang dibahas.
4) Berikan petunjuk yang jelas yang dapat memandu peserta didik belajar dan
terangkan materi dengan jelas. Petunjuk tersebut mencakup hal-hal seperti jelaskan
isi; buatlah contoh, ilustrasi atau permintaan informasi atau ide; tandai poin-poin
yang membingungkan atau yang tidak disetujui; jika ragu dengan teks, kembangkan
sudut pandang yang berlawanan. Taksirlah seberapa jauh siswa mendalami materi.

d. Kelebihan Metode Belajar Study Club


Metode belajar study club memiliki kelebihan diantaranya, yaitu:
1) Menjadikan siswa yang satu dengan siswa yang lain terjalin keakraban karena
saling bertukar ide dan gagasan.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat keadaan realita
secara obyektif yang dikaitkan dengan teori yang dibahas dalam pelajaran.
3) Memberikan apresiasi terhadap siswa supaya selalu mengambil hikmah dari
suatu pembahasan materi yang dianjurkan serta memberikan suatu
kebijaksanaan kepada siswa dan guru untuk mengaplikasikan kesimpulan dari
pembahasan yang diajarkan.

8
e. Kekurangan Metode Belajar Study Club
Sedangkan kekurangan metode belajar study club yaitu:
1) Siswa terkadang menggunakan kesempatan untuk membicarakan masalah dengan
temannya sendiri.
2) Dalam penggunaan metode belajar study club, siswa hanya mengandalkan
temannya yang aktif saja.
3) Siswa terkadang menyalahgunakan kesempatan yang diberikan oleh guru.

3. METODE BELAJAR ONLINE


a. Pengertian metode belajar Online
Pembelajaran online (daring) adalah program penyelenggaraan kelas pembelajaran
dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang massif dan luas. Melalui jaringan,
pembelajaran dapat diselenggarakan secara massif dengan peserta yang tidak terbatas.
Pembelajaran online (daring) bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu secara
dalam jaringan (daring) yang bersifat massif dan terbuka untuk menjangkau audiens yang
lebih banyak dan luas.
b. Langkah-Langkah Metode Belajar Online
langkah-langkah pembelajaran online (daring) yaitu:
1) Alokasikan waktu dengan tepat dan proporsional untuk siswa mempelajari
materi pembelajaran dan penyelesaian tugas-tugas.
2) Keterampilan teknologis yang perlu dimiliki pembelajar/guru untuk
memperlancar kegiatan pembelajarannya.
3) Menyiapkan fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan
pembelajaran online (daring).
4) Pembelajar/guru selalu merespons setiap informasi yang
disampaikan pembelajar/siswa.
5) Pembelajar/guru menyiapkan dan menyajikan risalah dan berbagai
sumber referensi lainnya.

c. Kelebihan Metode Belajar Online (Daring)


Pembelajaran online (daring) memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihannya antara lain:
1) Adanya pemerataan pendidikan ke berbagai tempat, bahkan ke tempat terpencil
9
atau pedalaman sekalipun.
2) Kapasitas daya tampung pembelajaran jarak jauh lewat daring/online tidak
terbatas, karena tidak memerlukan ruang kelas, sehingga antara pengajar
dengan pembelajar tidak perlu bertatap muka secara langsung dalam ruang
kelas. Pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran memanfaatkan
fasilitas handphone dan komputer yang dihubungkan dengan internet atau
intranet.
d. Kekurangan Metode Belajar Online (Daring)
Adapun kekurangan yang mungkin timbul dalam sistem pembelajaran online
(daring) antara lain:
1) Tingginya kemungkinan gangguan belajar yang akan menggagalkan proses
pembelajaran karena pembelajaran jarak jauh atau daring menuntut pembelajar
untuk belajar mandiri atau belajar individual. Jika pembelajar tidak disiplin
belajar secara mandiri, maka ada kemungkinan akan terjadi gangguan selama
belajar, bahkan mungkin pula kegagalan dengan terhentinya program
pembelajaran.
2) Pembelajar ketika membuka internetnya tidak mendapatkan materi pembelajaran
yang diperlukannya, sehingga perlu menghubungi pengajar atau tutornya.
Namun jika harus menunggu pengajar atau tutornya untuk online melalui
internet, maka pembelajar akan mengalami kesulitan mendapat penjelasan
pengajar atau tutor secepat mungkin.

4. Mata Pelajaran IPS


a. Hakikat pelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial disingkat dengan IPS merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu
sosial. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari
isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. 33 Istilah IPS, merupakan nama mata
pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan
tinggi yang identik dengan istilah “social studies” dalam kurikulum persekolahan di negara
lain.34 Bidang pengajaran IPS terutama akan berperan dalam pembinaan kecerdasan

10
keterampilan, pengetahuan, rasa tanggung jawab, dan demokrasi. Pokok-pokok persoalan
yang dijadikan bahan pembahasan difokuskan pada masalah kemasyarakatan Indonesia
yang aktual, IPS mengemban dua fungsi utama yaitu membina pengetahuan, kecerdasan,
dan keterampilan.

b. Tujuan pembelajaran IPS


Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi
setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran
IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Secara khusus, mata pelajaran IPS di SD/MI
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, sebagai berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi di
masyarakat yang majemuk pada tingkat lokal/nasional, dan global.
5. Pandemi Covid-19
a. Pengertian Pandemi Covid-19
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Diseases 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia.36 Tanda dan gelaja umum infeksi Covid-19
antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari.

b. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Proses Pembelajaran


1) Dampak pandemi terhadap guru
Pandemik ini memberikan dampak bagi guru dalam proses pembelajaran secara
daring, karena guru tidak leluasa memantau perkembangan anak secara keseluruhan,

11
ditambah dengan adanya anak yang jarang dibimbing oleh orang tua dan juga kurangnya
pemahaman orang tua terhadap perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran
sebagian besar tidak terlaksana secara maksimal. Selain itu, kurang optimalnya
penyampaian materi pembelajaran yang disampaikan kepada murid, sehingga
pembelajaran dirasa kurang bermakna bagi murid.

2) Dampak pandemi terhadap siswa


Ada sebagian dari orang tua murid tidak menggunakan perangkat-perangkat yang
memadai. Dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring yang dilakukan di rumah, salah
satu keterbatasan dalam pelaksanaan ini ialah sarana dan prasarana yang mendukung,
seperti laptop, komputer, handphone, kouta internet dan lain sebagainya. Sarana prasarana
menjadi begitu penting dalam mengakomodasi pelaksanaan pembelajaran bagi murid.
Seringkali dalam melaksanakan proses pembelajaran daring, jaringan internet tiba-tiba
menjadi lamban, atau kuota internet habis di tengah proses pembelajaran sedang berjalan.

3) Dampak pandemi terhadap orang tua siswa


Mencermati fakta di masyarakat saat ini, sebagian orang tua peserta didik tidak
memiliki perangkat handphone (android) atau komputer untuk menunjang pembelajaran
daring, terlebih bagi peserta didik sendiri. Kondisi demikian membuat mereka
kebingungan menghadapi kenyataan yang ada. Satu sisi dihadapkan pada ketiadaan
fasilitas penunjang, sisi lain adanya tuntutan terpenuhinya pelayanan pendidikan bagi
peserta didik. Permasalahan yang terjadi bukan hanya pada ketersediaan fasilitas
pembelajaran, melainkan ketiadaan kuota (pulsa) yang membutuhkan biaya cukup tinggi,
guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring, terutama orangtua peserta didik dari
kalangan ekonomi menengah ke bawah, tidak memiliki anggaran dalam menyediakan
jaringan internet.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif, yaitu teknik yang

digunakan untuk membandingkan persamaan atau perbedaan dua atau lebih fakta-fakta

dan sifat-sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka penelitian tertentu.4 Penelitian

komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara

mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya

ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.5 Hipotesis pada penelitian komparatif

menggunakan hipotesis komparatif, yang merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah komparatif, pada rumusan ini variabelnya sama tapi populasi atau

sampelnya yang berbeda.6

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah ex post facto korelasi. Disebut demikian

karena data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari data yang sudah ada

sehingga penelitiannya menggunakan metode penelitian ex post facto. Data yang

dimaksud adalah Nilai UTS dan Nilai UAS siswa Kelas V.A dan V.B MIN 2 Kota

Bengkulu pada mata pelajaran IPS pada Semester II tahun ajaran 2020-2021. Penelitian

ex post facto adalah suatu peneltian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah

terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

menimbulkan kejadian tersebut. Dikatakan penelitian korelasi karena penelitian ini

dilakukan ketika ingin mengetahui tentang kuat atau lemahnya hubungan antara dua atau

4
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 232.
5
Sutanto Leo, Kiat Jitu Menulis Skripsi, Tesis, dan Desertasi, (Jakarta: Erlangga, 2013), h.99.
6
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 248.

13
lebih variabel.7

Pada penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian paradigma

ganda dengan dua variabel independen, yakni dalam paradigma ini terdapat

dua variabel independen dan satu dependen. Desain dalam penelitian ini dapat

digambarkan seperti berikut:

r1
X1

Y
rx R
X2
r2
Gambar 3.1
Desain Penelitian Paradigma8

Keterangan:
X1 : Metode belajar study club.
X2 : Metode belajar online.
Y : Hasil belajar IPS.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas V MIN 2 Kota Bengkulu

yang melakukan pembelajaran study club di rumah guru dengan

pembelajaran online di rumah masing-masing.

2. Waktu penelitian

Sedangkan waktu penelitian ini yaitu mulai tanggal 17 September

sampai dengan 29 Oktober 2021.

7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 122.
8
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian ..., h. 10.

14
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kelompok yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

karena kelompok itu akan memberikan hasil penelitian yang dapat

digeneralisasikan.9 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek-objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.10 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas

V MIN 2 Kota Bengkulu yang berjumlah 214 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi.11 Dalam penelitian kuantitatif, sampel dilakukan oleh

sejumlah individu dengan cara sedemikian rupa agar setiap individu

mewakili kelompok besar yang dipilih.12 Teknik pengambilan sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan teknik proporsional

random sampling. Yang dimaksud dengan proporsional adalah dimana

tiap-tiap sub populasi mendapat bagian atau kesempatan yang sama untuk

menjadi sampel dalam penelitian. Sedangkan random sampling adalah

memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Suatu cara disebut random apabila peneliti tidak

memilih-milih individu yang akan ditugaskan untuk menjadi sampel

9
Sutanto Leo, Kiat Jitu …, h. 102.
10
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian …, h. 61
11
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian ..., h. 62.
12
Sutanto Leo, Kiat Jitu …, h. 103.

15
penelitian. 13
Jadi sampel dari penelitian ini, yaitu 24 orang siswa Kelas

V.A sebagai kelas eksperimen dan 24 orang siswa Kelas V.B sebagai kelas

kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah seluruh aktivitas yang dilihat di lapangan sesuai

dengan masalah dan tujuan penelitian. Gunanya untuk mengumpulkan

dan melengkapi data penelitian. 1456


Observasi dapat digunakan untuk

menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial

sesama siswa, hubungan guru dengan siswa, dan prilaku sosial lainnya.

Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung, maksudnya

pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam

situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.15 Peneliti

melakukan observasi tentang pembelajaran study club dan pembelajaran

online siswa Kelas V MIN 2 Kota Bengkulu.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk dalam tulisan, gambar, ataupun dalam bentuk

karya monumental.16 Berupa profil MIN 2 Kota Bengkulu dan foto-foto

selama melakukan penelitian.

13
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 27.
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.
179.
15
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.
85.
16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ..., h. 326.

16
E. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji normalitas data

Uji normalitas merupakan uji untuk mengukur apakah data

memiliki populasi berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini

uji normalitas menggunakan SPSS Kolmogorov-Smirnov Test, dengan

ketentuan yaitu:

a. Jika nilai signifikan (Sig) > 0,05 maka data penelitian berdistribusi

normal.

b. Jika nilai signifikan (Sig) < 0,05 maka data penelitian tidak

berdistribusi normal.

2. Uji homogenitas data

Sedangkan uji homogenitas merupakan uji untuk mengetahui

apakah variasi beberapa data dari populasi memiliki varians yang sama

atau tidak, dengan ketentuan yaitu:

a. Jika nilai signifikan (Sig) > 0,05 maka dikatakan bahwa data

homogen.

b. Jika nilai signifikan (Sig) < 0,05 maka dikatakan bahwa data tidak

homogen.

3. Uji hipotesis data (uji t)

Uji t berpasangan (paired t-test) merupakan salah satu metode

pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas

(berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang

berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) mendapat dua buah

17
perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama,

peneliti tetap memperoleh dua macam data sampel, yaitu data dari

perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua. Hipotesis dalam

penelitian ini yaitu:

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa di masa pandemi covid-19

antara yang menggunakan metode belajar study club dengan online

pada mata pelajaran IPS di Kelas V MIN 2 Kota Bengkulu

H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa di masa pandemi covid-

19 antara yang menggunakan metode belajar study club dengan

online pada mata pelajaran IPS di Kelas V MIN 2 Kota Bengkulu.

18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian Kelas Eksperimen

1. Data Nilai Pelajaran IPS Kelas V.A MIN 2 Kota Bengkulu

Kelas V.A MIN 2 Kota Bengkulu merupakan kelas yang menerapkan metode

belajar study club, yang merupakan pembelajaran tatap muka pada masa pandemi covid-

19, pada mata pelajaran IPS. Di bawah ini merupakan data nilai UTS pelajaran IPS Kelas

V.A MIN 2 Kota Bengkulu pada Semester II tahun ajaran 2020-2021 yang menerapkan

metode belajar study club, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.1
Nilai UTS IPS Kelas V.A (Kelas Eksperimen)

No Nama Siswa Nilai


1 AR 48
2 AF 56
3 AZ 60
4 AM 52
5 CM 68
6 CMr 72
7 FW 64
8 FH 72
9 IH 52
10 KC 40
11 KH 80
12 NS 40
13 MA 72
14 QA 52
15 RD 80
16 RP 64
17 RF 76
18 SW 52
19 SA 56
20 PS 64
21 TA 52
22 LM 64
23 HH 68
24 ZA 68
Jumlah 1472

19
Rata-rata 61,33

20
Sedangkan data hasil nilai UAS pelajaran IPS Kelas V.A MIN 2 Kota Bengkulu

pada Semester II tahun ajaran 2020-2021 yang menerapkan metode belajar study club,

yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2
Nilai UAS IPS Kelas V.A (Kelas Eksperimen)

No Nama Siswa Nilai


1 AR 72
2 AF 80
3 AZ 80
4 AM 68
5 CM 76
6 CMr 92
7 FW 72
8 FH 80
9 IH 60
10 KC 60
11 KH 92
12 NS 68
13 MA 80
14 QA 68
15 RD 100
16 RP 80
17 RF 84
18 SW 72
19 SA 68
20 PS 80
21 TA 60
22 LM 72
23 HH 80
24 ZA 76
Jumlah 1810
Rata-rata 75,42

21
Selanjutnya hasil nilai siswa Kelas V.A di atas dimasukan ke dalam tabulasi

frekuensi, guna mencari mean rata-rata. Hasil tabulasi dengan perhitungannya sebagai

berikut:

Tabel 4.3
Perhitungan Mean Nilai UTS dan Nilai UAS Siswa Kelas V.A
(Kelas Eksperimen)

Nilai UTS Nilai UAS


Frekuensi
X Fx X Fx
40 2 80 - -
48 1 48 - -
52 5 260 - -
56 2 112 - -
60 1 60 3 180
64 4 256 - -
68 3 204 4 272
72 3 216 4 288
76 1 76 2 152
80 2 160 7 560
84 - - 1 84
92 - - 2 184
100 - - 1 100
Jumlah 24 1472 24 1810

Penjelasan :

Mean Nilai UTS: X = ∑Fx = 1472 = 61,33


n 24

Mean Nilai UAS: X = ∑Fx = 1810 = 75,42


n 24

2. Pengujian Hipotesis Nilai UTS dan Nilai UAS Pelajaran IPS Kelas V.A

belajar study club, yang merupakan pembelajaran tatap muka pada masa pandemi
covid-19
Mean Nilai UAS: X = ∑Fx = 1810 = 75,42
n 24

3. Pengujian Hipotesis Nilai UTS dan Nilai UAS Pelajaran IPS Kelas V.A

belajar study club, yang merupakan pembelajaran tatap muka pada masa pandemi

covid-19. Adapun perhitungan uji hipotesis nilai UTS IPS Kelas V.A sebagai berikut:

22
Tabel 4.4
Perhitungan Uji Hipotesis Nilai UTS IPS Siswa Kelas V.A
(Kelas Eksperimen)

No X X² x x²
1 48 2304 -13,24 175,2976
2 56 3136 -5,24 27,4576
3 60 3600 -1,24 1,5376
4 52 2704 -9,24 85,3776
5 68 4624 6,76 45,6976
6 72 5184 10,76 115,7776
7 64 4096 2,76 7,6176
8 72 5184 10,76 115,7776
9 52 2704 -9,24 85,3776
10 40 1600 -21,24 451,1376
11 80 6400 18,76 351,9376
12 40 1600 -21,24 451,1376
13 72 5184 10,76 115,7776
14 52 2704 -9,24 85,3776
15 80 6400 18,76 351,9376
16 64 4096 2,76 7,6176
17 76 5776 14,76 217,8576
18 52 2704 -9,24 85,3776
19 56 3136 -5,24 27,4576
20 64 4096 2,76 7,6176
21 52 2704 -9,24 85,3776
22 64 4096 2,76 7,6176
23 68 4624 6,76 45,6976
24 68 4624 6,76 45,6976
1472 93280 0,04 2997,74

Hasil perhitungan pada tabel di atas, selanjutnya dimasukan ke dalam tabulasi frekuensi,

dengan mean rata-rata 61,24. Perhitungannya sebagai berikut:


∑𝑥2 2997,74
SD = √ =√ = √124,91 = 11,18
𝑁 24

Langkah selanjutnya menetapkan kelompok atas, tengah, dan bawah dengan

memasukkan ke dalam rumus sebagai berikut:

M + 1.SD = 61,24 + 11,18 = 72,42

23
M – 1.SD = 61,24 – 11,18 = 50,06
Atas/Tinggi

Tengah/SedangBawah/Rendah

Setelah semua perhitungan selesai, berikut ini data frekuensi nilai UTS IPS siswa Kelas

V.A (Kelas Eksperimen), yaitu:

Tabel 4.5
Frekuensi Nilai UTS IPS Siswa Kelas V.A

No Nilai UTS Kategori Frekuensi Persentase


1 72,43 - ke atas Atas/Tinggi 3 12,50 %
2 50,06 - 72,42 Tengah/Sedang 18 75,00 %
3 50,05 - ke Bawah/Rendah 3 12,50 %
bawah
Jumlah 24 100%

Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa Nilai UTS siswa Kelas V.A pada

pelajaran IPS, terdapat 3 siswa di kelompok atas/tinggi (12,50%), 18 siswa di kelompok

tengah/sedang (75%), dan 3 siswa di kelompok bawah/rendah (12,50%).

B. Deskripsi Data Penelitian Kelas Kontrol

Tabel 4.10
Perhitungan Mean Nilai UTS dan Nilai UAS Siswa Kelas V.B
(Kelas Kontrol)

Nilai UTS Nilai UAS


Frekuensi
X Fx X Fx
52 1 52 - -
56 - - - -
60 6 360 3 180
64 7 448 4 256
68 1 68 2 136
72 4 288 6 432
76 4 304 4 304
80 1 80 2 160
82 - - 1 82

24
84 - - 2 168
92 - - - -
Jumlah 24 1600 24 1718

Penjelasan :

Mean Nilai UTS: X = ∑Fx = 1600 = 66,67


n 24
Mean Nilai UAS: X = ∑Fx = 1718 = 71,58

n 24

Tabel 4.11
Perhitungan Uji Hipotesis Nilai UTS IPS Siswa Kelas V.B
(Kelas Kontrol)

No X X² x x²
1 60 3600 -7,58 57,4564
2 64 4096 -3,58 12,8164
3 72 5184 4,42 19,5364
4 60 3600 -7,58 57,4564
5 76 5776 8,42 70,8964
6 64 4096 -3,58 12,8164
7 64 4096 -3,58 12,8164
8 72 5184 4,42 19,5364
9 60 3600 -7,58 57,4564
10 52 2704 -15,58 242,7364
11 72 5184 4,42 19,5364
12 60 3600 -7,58 57,4564
13 64 4096 -3,58 12,8164
14 60 3600 -7,58 57,4564
15 76 5776 8,42 70,8964
16 64 4096 -3,58 12,8164
17 76 5776 8,42 70,8964
18 64 4096 -3,58 12,8164
19 76 5776 8,42 70,8964
20 80 6400 12,42 154,2564
21 64 4096 -3,58 12,8164
22 60 3600 -7,58 57,4564
23 68 4624 0,42 0,1764
24 72 5184 4,42 19,5364
1600 107840 0,18 1193,36

25
23 68 4624 0,42 0,1764
24 72 5184 4,42 19,5364
1600 107840 0,18 1193,36

Hasil perhitungan pada tabel di atas, selanjutnya dimasukan ke

dalam tabulasi frekuensi, dengan mean rata-rata 67,58.

Perhitungannya sebagai berikut:

∑𝑥2 1193,36
SD = √ =√ = √49,73 = 7,05
𝑁 24

Langkah selanjutnya menetapkan kelompok atas, tengah, dan bawah dengan

memasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :

M + 1.SD = 67,58 + 7,05 = 74,63

M – 1.SD = 67,58 - 7,05 = 60,53

C. Atas/TinggiTengah/Sedang Bawah/RendahAnalisis Data Penelitian

1. Uji normalitas data

Uji normalitas merupakan uji untuk mengukur apakah data memiliki populasi

berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan SPSS

Kolmogorov-Smirnov Test, dengan ketentuan yaitu:

1. Jika nilai signifikan (Sig) > 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal.

2. Jika nilai signifikan (Sig) < 0,05 maka data penelitian tidak berdistribusi normal.

Berikut ini hasil uji normalitas data kelas eksperimen dan kelas kontrol, sebagai berikut:

a. Uji normalitas data kelas eksperimen

Hasil dari uji normalitas data kelas eksperimen yaitu sebagai berikut:

26
Tabel 4.15
Hasil Uji Normalitas Data
Kelas Eksperimen

Kelas Eksperimen
Observed N Expected N Residual
60 3 3.0 .0
68 4 3.0 1.0
72 4 3.0 1.0
76 2 3.0 -1.0

1. Uji homogenitas data

Uji homogenitas merupakan uji untuk mengetahui apakah variasi beberapa data

dari populasi memiliki varians yang sama atau tidak, dengan ketentuan yaitu:

a) Jika nilai signifikan (Sig) > 0,05 maka dikatakan bahwa data homogen.

b) Jika nilai signifikan (Sig) < 0,05 maka dikatakan bahwa data tidak homogen

2. Uji hipotesis data

Uji t berpasangan (paired t-test) merupakan salah satu metode pengujian hipotesis

dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering

ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) mendapat

dua buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti

tetap memperoleh dua macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data

dari perlakuan kedua.

Pembelajaran online (daring) adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan

siswa dan guru untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan bantuan internet.

Pada tataran pelaksanaannya, pembelajaran online (daring) memerlukan dukungan

perangkat-perangkat mobile seperti smartphone atau telepon adroid, laptop, komputer,

tablet, dan iphone yang dapat dipergunakan untuk mengakses informasi kapan saja dan

27
dimana saja melalui jaringan internet.

Keunggulan dari metode study club (kelompok belajar) adalah kegiatan belajar

mengajar yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu tergantung pada kebutuhan

siswa. Guru dapat berperan sebagai tutor atau fasilitator dan dapat pula sebagai pendidik.

Kelompok belajar dapat membantu peserta didik untuk dapat meningkatkan hasil

belajarnya apabila benar-benar diikuti dengan baik. Sedangkan salah satu keunggulan

dari pembelajaran online adalah guru dapat menentukan materi pembelajaran yang

dipelajarinya sesuai dengan minat, keinginan dan kebutuhan siswa, sehingga

pembelajaran akan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

28
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka

kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan hasil belajar siswa di masa

pandemi covid-19 antara yang menggunakan metode belajar study club dengan online

pada mata pelajaran IPS di Kelas V MIN 2 Kota Bengkulu. Hal tersebut dibuktikan dari

hasil nilai uji indepdendent samples t-test (t-hitung) sebesar 2,258 dan nilai t-tabel

sebesar 2,013 dengan nilai p sebesar 0,029. Karena nilai t-hitung lebih besar dari t- tabel

(2,258 > 2,013) atau nilai p < 0,05 maka dapat dikatakan adanya perbedaan rata-rata

antara hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini berarti hipotesis kerja (H a)

dalam penelitian ini diterima, sedangkan hipotesis nihil (H0) ditolak. Dengan demikian

penggunaan metode belajar study club lebih meningkatkan hasil belajar IPS siswa Kelas

V dibandingkan penggunaan pembelajaran online di masa pandemi covid-19.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MIN 2 Kota Bengkulu,

peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Sekolah hendaklah senantiasa mendukung dan memfasilitasi guru dalam memberikan


pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.
2. Guru hendaknya menggunakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa lebih aktif,
salah satunya gunakan me tode belajar study club untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dan siswa juga tidak mudah lupa dengan materi yang telah disampaikan sehingga
mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
3. SiswaSiswa hendaknya lebih aktif lagi tanpa harus adanya motivasi atau dorongan dari
guru dan bisa lebih fokus lagi dalam memperhatikan materi yang sedang dijelas

29
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmuni. 2020. Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi
Pemecahannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 7 No. 4.

Aunurrahman. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Bilfaqih, Yusuf, dan M. Nur Qomarudin. 2015. Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring.
Yogyakarta: Deepublish.

Departemen Agama Republik Indonesia. 2009. Mushaf Al-Qur’an dan Terjemah.


Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Dewi, Hasma. 2012. Pengaruh Kegiatan Study Club (Kelompok Belajar) di Sekolah Terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru.
Skripsi. Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.

Dewi, Wahyu Aji Fatma. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran
Daring di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 2 Nomor 1.

Djamarah, Syaiful Bahri, & Aswan Zein. 2005. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Fathurrohman, Pupuh, & M. Sobry Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar.


Bandung: Refika Aditama.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Handarini, Oktafia
Ika. 2020. Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From

Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran,
Volume 8 Nomor 3.

Leo, Sutanto. 2013. Kiat Jitu Menulis Skripsi, Tesis, dan Desertasi. Jakarta: Erlangga.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mufarokah, Anissatul. 2009. Strategi Belajar-Mengajar. Yogyakarta: Teras. Munir. 2009.


Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Penerbit
Alfabeta.

30
Sadikin, Ali, dkk. 2020. Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi Volume 6, Nomor 02.

Safilin, Agus. 2014. Perbedaan Hasil Belajar Matematika antara Pembelajaran yang
Menggunakan Strategi Think-Talk-Write dengan Strategi Konvensional pada Kelas V di MIN
2 Kota Bengkulu. Skripsi. Bengkulu: IAIN Bengkulu.

Sam’s, Rosma Hartiny. 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Sukses Offset.

Sapriya. 2012. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Satria, Irwan. 2015. Konsep Dasar dan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Bogor: IPB Press.

Satrianingrum, Arifah Prima. 2020. Persepsi Guru: Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap
Pelaksanaan Pembelajaran Daring di PAUD. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 5
Nomor 1.

Sobron A.N, dkk. 2019. Pengaruh Daring Learning terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Sains dan Entepreneurship.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryani, Nunuk, & Leo Agung. 2012. Strategi Belajar-Mengajar. Yogyakarta: Ombak.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.

31

Anda mungkin juga menyukai