Anda di halaman 1dari 18

SISWA TERMOTIVASI BELAJAR SAINS DAN GURU TERMOTIVASI

BELAJAR TEKNOLOGI PADA MASA PENDEMI COVID-19

ARISTA NOVIHANA PRATIWI


SMP NEGERI 3 PRINGAPUS
aristanovi62@gmail.com

Abstrak

Pembelajaran di SMP Negeri 3 Pringapus pada masa pandemi Covid-19


dilaksanakan secara daring dan luring. Faktor lingkungan sekolah seperti tempat
di daerah pegunungan sehingga sinyal susah didapatkan, siswa belum terfasilitasi
belajar daring karena ada siswa yang tidak memiliki smart phone, dan
keterbatasan dalam memenuhi kuota internet. Oleh sebab itu pembelajaran
dikombinasi antara daring dan luring. Tujuan pembelajaran daring adalah
mematuhi peraturan kemendikbud agar siswa mengurangi interaksi dengan orang
lain selama pandemi Covid-19 dan memotivasi guru mengaplikasikan teknologi
saat mengajar, sedangkan tujuan pembelajaran luring adalah mengatasi
kesenjangan siswa yang tidak punya perangkat belajar seperti Hp dan kuota
internet, serta mengetahui keterampilan siswa belajar IPA dari observasi guru
secara langsung kepada siswa. Metode yang digunakan Discovery Learning,
Project Based Learning (PjBL) dan Scientific Literacy. Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) karena pandemi Covid-19 tidak menjadi penghalang bagi guru untuk
menyampaikan ilmu. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa termotivasi belajar
sains dan guru termotivasi belajar teknologi.
LEMBAR PERSETUJUAN

Penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “SISWA TERMOTIVASI


BELAJAR SAINS DAN GURU TERMOTIVASI BELAJAR TEKNOLOGI
PADA MASA PENDEMI COVID-19” karya:
Nama : Arista Novihana Pratiwi
Instansi : SMP Negeri 3 Pringapus
Guru Mata Pelajaran : IPA
Telah disetujui oleh Kepala Sekolah untuk dimengikuti lomba Guru
Menulis Artikel HUT PGRI Ke-75 Tahun 2020.

Semarang, 13 November 2020


Mengetahui
Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Pringapus

Kusmadi, S.Pd, M.Pd


NIP. 19690920 200501 1 006
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pandemi Covid-19 melumpuhkan aktivitas baik di civitas akademik
maupun di civitas non akademik, begitu juga aktivitas belajar mengajar di
SMP Negeri 3 Pringapus, Kab. Semarang. Lokasi sekolah SMP Negeri 3
Pringapus di daerah pegunungan menemui kesulitan tersendiri dalam
belajar daring, terutama susah sinyal. Selain itu mayoritas pekerjaan
orang tua siswa sebagai petani dan peternak, sebagian sebagai pekerja
pabrik masih ada yang belum dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran
jarak jauh yaitu smart phone.
Masalah pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks
karena berterkaitan dengan masalah kuantitas, kualitas, relevansi dan
efektivitas. Masalah kuantitas timbul sebagai akibat hubungan antara
pertumbuhan sistem pendidikan dan pertumbuhan penduduk, masalah
kualitas adalah masalah bagaimana meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia, masalah kualitas pendidikan merupakan masalah yang
cukup serius dalam rangka kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara,
penanganan masalah aspek kualitas berhubungan erat dengan penanganan
aspek kuantitas,oleh karenanya perlu ada keseimbangan antara keduanya.
Masalah relevansi timbul dari hubungan antara sistem pendidikan dan
pembangunan nasional, dan harapan masyarakat tentang peningkatan
ouput pendidikan. Masalah efektivitas merupakan masalah kemampuan
pelaksanaan pendidikan sedangkan masalah efisiensi pada hakekatnya
juga merupakan masalah pengelolaan pendidikan.
Mutu pendidikan tidak terlepas dari mutu guru dalam memberikan
ilmu, menjadi fasilitator bagi siswa, dan salah satu sumber belajar bagi
siswa. Guru perlu membiasakan diri dalam pembelajaran jarak jauh yang
menggunakan teknologi mulai dari google classroom, google meet, zoom,
dll. Guru SMP Negeri 3 Pringapus belum terbiasa dengan era disrupsi
dalam dunia pendidikan ini. Oleh sebab itu diperlukan analisis dan
tindaklanjut agar guru mau belajar menggunakan teknologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat di
rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana motivasi siswa SMP Negeri 3 Pringapus selama masa
pandemi Covid-19?
2. Bagaimana keefektifan Bapak/Ibu guru SMP Negeri 3 Pringapus
menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran selama masa
pandemi Covid-19?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui motivasi siswa SMP Negeri 3 Pringapus selama
masa pandemi Covid-19.
2. Untuk mengetahui keefektifan Bapak/Ibu guru SMP Negeri 3
Pringapus menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran
selama masa pandemi Covid-19.

D. Manfaat
Memberikan tambahan informasi kepada pembaca mengenai
pembelajaran yang berjalan di SMP Negeri 3 Pringapus sebagai inspirasi
agar bisa mengaplikasikan pembelajaran yang baik ini. Memberikan
contoh-contoh kegiatan yang bermanfaat dan menginspirasi siswa untuk
meningkatkan motivasi belajarnya selama masa pandemi Covid-19.
KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar
Motivasi sebagai suatu keadaan atau kondisi yang timbul dari
dalam diri seseorang. Motivasi ini memberikan pengaruh pada persepsi
agar seseorang dapat melakukan kegiatan yang dapat dilihat dari perilaku
yang di tunjukkan seseorang. Menurut Oemar Hamalik (2008), motivasi
memiliki dua komponen yaitu komponen luar dan komponen dalam.
Komponen luar adalah apa yang di inginkan seseorang, tujuanlah yang
menjadi arah kelakuan nya. Sedangkan komponen dalam adalah
perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak puas, ketegangan
psikologis.
Motivasi belajar merupakan faktor yang mempunyai arti penting
bagi seorang siswa. Apalah artinya siswa yang pergi kesekolah tanpa
adanya motivasi belajar. Djamarah (2009) Dimiyati dan Mujiono
menambahkan bahwa,“pada diri siwa terdapat kekuatan penggerak yang
yang menjadi pemicu belajar yaitu motivasi belajar”. Motivasi mendasari
terjadinya perilaku individu (Guay et al., 2010). Selain itu, motivasi
sangat penting untuk kehidupan sosial dan kerja sehingga merupakan
komponen penting dalam membentuk individu.
Motivasi belajar terjadi karena ada kemauan, kebutuhan, hasrat dan
dorongan siswa untuk berpartisipasi, dan sukses dalam proses belajar.
Inilah yang membuat siswa terlibat dalam kegiatan akademik, membuat
mereka berusaha ketika keadaan menjadi sulit, dan menentukan seberapa
banyak mereka harus belajar. Menurut Feng, Fan, & Yang (2013),
Motivasi belajar yang tinggi dan peserta didik yang percaya diri biasanya
akan menghasilkan prestasi belajar yang baik. Motivasi berprestasi adalah
suatu usaha untuk mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya dengan
berpedoman pada suatu standar keunggulan tertentu (standards of
exellence).
Motivasi mendorong siswa untuk dapat melakukan sebuah perilaku,
termasuk juga dalam belajar. Siswa bergerak untuk memperolah hasil
belajar yang baik jika memiliki motif yang kuat, sehingga motivasi
memiliki peran yang penting untuk membuat siswa memperoleh hasil
belajar yang baik. Selain dari motivasi banyak faktor yang
mempengaruhinya prestasi belajar siswa, antara lain faktor lingkungan
yang meliputi siswa, situasi rumah, sekolah guru, budaya dan kebijakan
pendidikan (Kpolovie, 2012) serta faktor gizi dan administrasi akademik
juga menentukan hasil prestasi belajar (Kpolovie, Joe, & Okoto, 2014).
Aspek keuangan juga menentukan karena menyangkut fasilitas
infrastruktur dan fasilitas dasar di lingkungan sekolah. Selain itu faktor
Kemampuan intelektual juga menentukan keberhasilan memperoleh
prestasi (Adiputra:2015).

B. Metode Pembelajaran
a) Discovery Learning
Discovery learning adalah suatu tipe pembelajaran dimana
siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan
suatu percobaan dan menemukan sebuah prinsip dari hasil percobaan
tersebut. Discovery learning merupakan komponen dari praktek
pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara
belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri dan
reflektif.
Model pembelajaran discovery merupakan kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menemukan sesuatu (benda, manusia, atau
peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Model discovery lebih efektif dalam pembelajaran IPA, karena
model ini membantu siswa bertemu dengan dua kriteria penting
dalam pembelajaran aktif yaitu membangun pengetahuan untuk
membuat pengertian dari informasi baru dan mengintegrasikan
informasi baru sampai ditemukan pengetahuan yang tepat.
Model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa
kelebihan, yaitu: 1) menambah pengalaman siswa dalam belajar, 2)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih dekat lagi dengan
sumber pengetahuan selain buku, 3) menggali kreatifitas siswa, 4)
mampu meningkatkan rasa percaya diri pada siswa, dan 5)
meningkatkan kerja sama antar siswa (Setyosari, 2012).

b) Project Based Learning


“Model Project-Based Learning” (PjBL) merupakan model
pembelajaran yang melibatkan siswa didalam suatu proyek
berdasarkan suatu masalah dan pada akhirnya siswa dapat
menghasilkan suatu karya nyata (Lisminingsih, 2010). Model
Project-Based Learning (PjBL) lebih menekankan model
pembelajaran yang berfokus pada siswa (student-centered) siswa
sebagai subjek aktivitas belajar lebih mandiri dalam menyelesaikan
karya autentik sebagai hasil pembelajaran.
Ada kelebihan dalam menerapkan “Model Project-Based
Learning” yaitu: 1) Problem Solving (melatih siswa untuk mampu
menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi), 2) Self
Directed Learning (memupuk dan melatih rasa tanggung jawab,
inisiatif dan kebebasan untuk belajar mandiri), 3) Creative Thinking
(melatih kemampuan daya kreasi siswa dalam menciptakan hal-hal
baru), 4) Real World Connection (melatih siswa untuk
menghubungkan konsep yang diperoleh dalam pembelajaranagar
dapat diaplikasikan dalam penyelesaian permasalahan di dunia nyata),
5) Cooperative dan Collaborative Learning (melatih siswa untuk
saling berbagi dan bekerja sama dengan orang lain), 6) Refleksi
(siswa berlatih untuk mampu mengemukakan dan menceritakan
kembali pengalaman belajar yang telah mereka peroleh), 7) Authentic
Material (ada produk nyata hasil karya siswa)(Gora, 2009).

c) Scientific Literacy
“Scientific literacy was to provide a broad understanding of
science and of the rapid developing scientific enterprise whether one
was to become a scientist or not”. Artinya, literasi sains
diperuntukkan bagi seluruh siswa, tidak memandang apakah nanti
siswa tersebut akan menjadi saintis atau tidak. Sedangkan National
Science Education Standards menyatakan bahwa “Scientific literacy
is knowledge and understanding of scientific concepts and processes
required for personal decision making, participation in civic and
cultural affairs, and economic productivity”. Berdasarkan pengertian
tersebut, penekanan literasi sains bukan hanya pengetahuan dan
pemahaman terhadap konsep dan proses sains, tetapi juga diarahkan
bagaimana seseorang dapat membuat keputusan dan berpartisipasi
dalam kehidupan bermasyarakat, budaya, dan pertumbuhan ekonomi.

Gambar 1. Program 4-H berfokus pada empat poin jangkar yang


membentuk literasi ilmiah: konten, penalaran ilmiah, minat dan sikap,
dan kontribusi melalui partisipasi terapan.
HASIL

A. Motivasi Siswa Belajar pada Masa Pandemi Covid-19


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran
daring di SMP Negeri 3 Pringapus, Kec Penawangan, Kab. Semarang.
Siswa aktif dan antusias seluruhnya di minggu ke-1, minggu ke-10 hanya
10% siswa yang akif dan antusias dalam belajar online (Gambar 2).

Gambar 2. Respon Siswa SMP Negeri 3 Pringapus selama 10 Minggu di


Masa Pandemi Covid-19

Motivasi belajar perlu diberikan kepada siswa dengan cara melakukan


pembelajaran tidak hanya daring tetapi juga diberikan pembelajaran luring.
Penjadwalan pembelajaran daring dan luring yang telah berjalan di SMP
Negeri 3 Pringapus (Tabel 1).
Tabel 1. Jawal During dan Laring SMP Negeri 3 Pringapus
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
Waktu VII VII B VII A VII VIII VIII B VIII A VIII IX IX B IX A IX B
A B A B A
07.15- PKn IPS IPS PKn PKn IPS IPS PKn PKn IPS IPS PKn
07.45
07.45- IPA Prakarya Prakarya IPA IPA Prakarya Prakarya IPA IPA Prakarya Prakarya IPA
08.15
08.15- PAI MAT MAT PAI PAI MAT MAT PAI PAI MAT MAT PAI
08.45
08.45- BI Penjas Penjas BI BI Penjas Penjas BI BI Penjas Penjas BI
09.15
09.15- TIK B.Ingg B.Ingg TIK TIK B.Ingg B.Ingg TIK TIK B.Ingg B.Ingg TIK
09.45
09.45- SB B.Jawa B.Jawa SB SB B.Jawa B.Jawa SB SB B.Jawa B.Jawa SB
10.15
B. Guru Termotivasi Belajar Tekonologi
Guru yang menggunakan teknologi sebelum masa pandemi tidak
banyak. Namun, sangat berbeda ketika masa pandemi Covid-19. Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan selama masa pandemi Covid-19 terhadap
guru SMP Negeri 3 Pringapus dalam penggunaan teknologi dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Guru SMP Negeri 3 Pringapus Memanfaatkan Teknologi secara
Maksimal pada Masa Covid-19
Sebelum Pandemi Covid-19 Masa Pandemi Covid-19
Menerapkan Menerapkan
Guru Mata Menerapkan Menerapkan
Pemb. Pemb.
Pelajaran Pemb. Pemb.
Berbasis Berbasis
Konvensional Konvensional
Teknologi Teknologi
PAI √ - √ √
Bahasa √ - √ √
Indonesia
Bahasa √ - √ √
Inggris
Bahasa Jawa √ - √ √
Matematika √ - √ √
IPA √ - √ √
IPS √ - √ √
Prakarya √ - √ √
Seni Budaya √ - √ √
PKn √ - √ √
TIK √ - √ √
Penjas Orkes √ - √ √

Meningkatkan profesional guru dalam mengajar di SMP Negeri 3


Pringapus salah satunya dengan cara memaksimalkan penggunaan teknologi
selama PJJ.
PEMBAHASAN

A. Motivasi Siswa Belajar pada Masa Pandemi Covid-19


COVID-19 telah menjadi pademi, oleh sebab itu pemerintah di bebagai
negara telah menerapkan lockdown atau karantina. Pengertian karantina
menurut UU Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan adalah pembatasan kegiatan atau pemisahan seseorang yang
terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan meskipun belum menunjukkan gejala apapun untuk
mencegah kemungkinan penyebaran ke orang di sekitarnya (UU No 6 tahun
2018).
Pembelajaran di SMP Negeri 3 Pringapus saat masa pandemi ini
menjadi online atau daring. Siswa kurang dapat menyampaikan apresiasi dan
pemikirannya, pembelajaran menjadi menjenuhkan. Oleh sebab itu,
diperlukan sebuah dorongan atau motivasi dari guru agar menggerakkan
siswa kembali belajar. Cara yang dipakai oleh Guru SMP Negeri 3 Pringapus
salah satunya adalah menggunakan berbagai macam aplikasi dalam
pembelajaran, tidak hanya sekedar melalui Whatsapp, tetapi menggunakan
google classroom, zoom metting, dan video pembelajaran dari Youtube.
Faktor penghambat pertama berhubungan dengan orangtua siswa.
Orangtua merupakan salah satu faktor dari luar diri anak yang dapat
mempengaruhi minat belajar, dukungan dari orangtua dapat berupa dukungan
emosional (kepedulian, perhatian, motivasi), dukungan penghargaan
(dorongan positif atau pemberian reward), dukungan instrumental (biaya dan
fasilitas belajar), dan dukungan informasi (petunjuk, saran, nasehat). Selain
itu, perhatian yang diberikan oleh orangtua kepada anak dapat meningkatkan
motivasi belajar anak dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah. Orangtua pada
masa pandemi COVID-19 ini memiliki pengaruh dominan terhadap anak
dalam menjalankan peran yang selama ini dilaksanakan di satuan pendidikan,
sebab distorsi dalam hal penjadwalan waktu pembelajaran siswa, entah secara
struktur, pembagian tugas, maupun internalisasi beberapa norma. Pemaparan
tersebut menunjukan urgensi peran orangtua dalam pelaksanaan PJJ
(Pembelajaran Jarak Jauh) di tengah adanya pandemi COVID-19 ini yang
mengharuskan setiap orang untuk melakukan semua kegiatannya di rumah
saja, termasuk kewajiban belajar bagi siswa yang sedang menempuh
pendidikan. Latar belakang orang tua siswa yaitu sebagai petani, buruh pabrik,
menjadikann pekerjaan mereka lebih penting dan tidak bisa ditinggalkan
hanya untuk mengajari atau membimbing siswa belajar daring seperti jadwal
yang telah ditentukan oleh sekolah. Orang tua tidak semuanya dapat
menyediakan kuota yang dapat digunakan dalam pembelajaran online pada
jangka panjang. Untuk kebutuhan kuota 3 minggu - 4 minggu masih bisa
terpenuhi, sedangakan untuk kebutuhan berbulan-bulan rasanya sulit. Hal ini
terlihat pada keatifan siswa merespon guru pada minggu pertama online
sampai minggu ke-4 terlihat 90% siswa aktif merespon pembelajaran online,
namun bulan berikutnya terlihat persentasenya semakin menurun 50%
kemudian hanya tersisa 10% saja.
Siswa belajar sains tidak bisa hanya membaca materi, melihat video
pembelajaran, dan mendengarkan audio video visual dari guru saja. Siswa
butuh mengerjakan, mencoba, dan mengaplikasikan teori yang sudah
diketahui. Oleh sebab itu pembelajaan luring yang diterapkan sangat
bermanfaatan untuk diberikan kesempatan kepada siswa melakukan
praktikum atau ujuk kerja. Selain guru dapat melihat keterampilan yang
dimiliki siswa, guru juga dapat menilai sikap siswa.
Pembelajaran yang dikonsep luring dan daring memotivasi siswa
belajar lagi, yang awalnya mulai menurun dengan pembelajaran full daring.
Pembelajaran yang dikombinasikan ini sangat efaktif, melihat bahwa di
daerah sekolah merupakan zona hijau. Jadi memungkinkan siswa datang ke
sekolah secara bergantian dalam 1 minggu hanya tatap muka 2x, yaitu jadwal
untuk siswa kelas 7 hanya hari Senin dan Selasa, kelas 8 hari Rabu dan Kamis,
dan kelas 9 hari Jumat dan Sabtu. Pelajaran sains sangat tertolong dengan
adanya tatap muka, walaupun sangat terbatas waktunya yaitu 1 JP tiap mata
pelajaran. Karena siswa berada disekolah hanya dari pukul 07.00-10.15.
Pembelajaran sains mengalami peningkatan setelah guru menggunakan
Google Classroom. Ini menunjukkan bahwa google classroom efektif
digunakan sarana belajar IPA. Guru menerapkan berbagai metode belajar,
diantaranya Discovery learning, Project Based Learning, Scientific Literacy.
Hal ini didukung oleh (Sardiman, 2007) bahwa cara/metode mengajar yang
diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila menhasilkan sesuatu
sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai, bila
makin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu makin efektif metode
tersebut.

B. Guru Termotivasi Belajar Teknologi


Perkembangan teknologi menjadi sebuah potensi dalam berbagai
bidang khususnya dalam bidang pendidikan sehingga harus direspon secara
positif dan adaptif. Penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan telah
menjadi isu yang sangat penting dan sering dibicarakan dalam berbagai
kegiatan, teknologi bagi dunia pendidikan merupakan sarana yang dapat
dipakai sebagai media penyampaian program pembelajaran baik secara searah
maupun secara interaktif, proses belajar tidak lagi dibatasi oleh ruang kelas
tertentu, selain itu penggunaan teknologi telah memungkinkan munculnya
pembelajaran jarak jauh dan mendorong inovasi yang lebih besar dalam
menciptakan metode pengajaran di dalam dan diluar kelas. Guru SMP Negeri
3 Pringapus termotivasi belajar teknologi demi beradaptasi di masa pandemi
Covid-19 yang mengharuskan pembelajaran jarak jauh atau daring. Mengatasi
masalah kejenuhan siswa belajar dari Whatsapp maka guru belajar
menggunakan aplikasi lain seperti google classroom atau zoom metting.
Google Classroom merupakan platform yang disediakan google dengan
kemudahan akses dan tanpa biaya atau gratis hanya menyediakan kuota
internet saja. Guru sudah dapat menikmati untuk digunakan dalam PJJ, lebih
efektif dan efisien. Solusi ini ditawarkan dengan belajar teknologi guru bisa
membuat kelas virtual, memberikan materi pada siswa dengan video,
persentasi, memberi tugas pada siswa, kuis, memantau progres pembelajaran,
dan menjadwalkan kegiatan belajar mengajar siwa secara rutin dan terencana,
membuat daftar hadir siswa yang mengikuti pembelajaran. Pembelajaran
daring dan luring memiliki perbandingan Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Pembelajaran Daring dan Luring oleh


Guru SMP Negeri 3 Pringapus
Faktor Daring Luring
Guru Mediator, Pembimbing, Sumber Ilmu
dan Motivator bagi siswa
Ketersediaan Materi Mudah diakses, belajar Tidak mudah diakses,
tidak terbatas belajar terbatas waktu
sekolah
Media Audio Visual Lisan
Mandiri Belajar Siswa mandiri belajar Siswa tidak mandiri
belajar
Inovatif dan Guru semakin berinovasi Guru kurang berinovasi
Kreativitas dan kreatif tetapi siswa dan kreatif tetapi siswa
kurang inovatif dan bisa berkreativitas
kreatif
Interaktif Interaktif siswa tambah Interaktif siswa
karena mencari informasi cenderung kurang
sendiri dan mandiri
Ruang dan Waktu Fleksibel Terbatas jam sekolah

Guru dengan mudah mengecek kehadiran siswa, mengecek tugas-tugas


siswa yang sudah mengumpulkan dan memberikan nilai pada siswa yang
telah mengumpulkan tugas. Selain itu siswa juga dengan mudah mendapatkan
dan mengetahui balikan koreksi dari guru. Guru memiliki kelas
masing-masing di Google Classroom dapat mengatur jawdal munculkan tugas,
kuis, atau materi sesuai dengan jam mengajarnya. Guru juga dapat
memberikan batasan waktu mengerjakan kuis yang diberikan. Guru sangat
terbantu dengan belajar membuat dan mengaplikasikan Goolge Classroom.
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
dengan bergotong royong pada semua pihak sekolah kepala sekolah, guru,
siswa, dan dan orang tua siswa maka dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa dan guru juga termotivasi menggunakan teknologi dalam mengajar.
Bapak/Ibu guru efektif dalam menggunakan teknologi untuk mengajar dan
berkreativitas membuat video pembelajaran. Merdeka Belajar dapat terwujud
dimasa pandemi Covid-19 sampai New Normal dikemudian hari.

B. SARAN
Keterbatasan PJJ di sekolah daerah pegunungan seperti di SMP
Negeri 3 Pringapus yaitu sinyal. Disarankan agar siswa mendapat fasilitas
belajar online mulai dari kuota atau jaringan internet dan media belajar seperti
smart phone.
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, S. 2015. Keterkaitan Self Efficacy dan Self Esteem Terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa. Jurnal Fokus Konseling, 1(2).
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika.
Feng, H. Y., Fan, J. J., & Yang, H. Z. (2013). The relationship of learning
motivation and achievement in EFL: Gender as an intermediated variable.
Educational Research International, 2(2), 50-58.
Guay, F., Chanal, J., Ratelle, C. F., Marsh, H. W., Larose, S., & Boivin, M. (2010).
Intrinsic, identified, and controlled types of motivation for school subjects
in young elementary school children. British Journal of Educational
Psychology, 80(4), 711–735.
Gora.2009. Menggagas Penerapan Strategi PJBL (Project Based Learning) untuk
Bidang Studi Teknik Informatika.
Kpolovie, P. J. 2012. Education reforms without evaluation designs: Nigeria at
risk. Owerri: Springfield Publishers Ltd.
Kpolovie, P. J. 2014. Test, measurement and evaluation in education. Second
Edition. Owerri: Springfield Publishers Ltd.
Lisminingsih. 2010. Pembelajaran Berbasis Proyek: Alternatif Model Pendidikan
Lingkungan Hidup untuk Meningkatkan Kecakapan Hidup. Jurnal
Paradigma Tahun XV, Nomor 30, Juli – Desember 2010. IKIP Budi
Utomo Malang.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. (Jakarta:Raja Grafindo
Persada).
Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangannya.
Jakarta: Kharisma Putra Utama.
LAMPIRAN

Dokumentasi Guru SMP Negeri 3 Pringapus Termotivasi Belajar Teknologi


secara bersama-sama dengan sistem tuor sebaya
LAMPIRAN

Dokumentasi Siswa SMP Negeri 3 Pringapus Termotivasi Belajar Sains


dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Anda mungkin juga menyukai