Anda di halaman 1dari 17

Membangun Proses Pembelajaran Kontruktivisme yang

Efektif di Pascapandemi

Farda Lu’luah1), Fandy Saputra Saiful2) dan Fazry


3
Mochamad Aprizal )
1) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. A.H Nasution
no. 105A, Cibiru, Kab.Bandung, Jawa Barat
Email: fardaluluah2001@gmail.com
2) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. A.H Nasution
no. 105A, Cibiru, Kab.Bandung, Jawa Barat
Email: fandysaiful113@gmail.com
3) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. A.H Nasution
no. 105A, Cibiru, Kab.Bandung, Jawa Barat
Email: fazrymochamad@gmail.com

Abstrak : Studi ini dilatar belakangi oleh perubahan


pembelajaran secara online di situasi pandemi covid-19
menjadi pembelajaran secara tatap muka seperti semula di
era pascapandemi di Indonesia. Perubahan proses
pembelajaran ini harus disertai dengan metode pembelajaran
yang sesuai. Studi ini dilakukan pada bulan September 2022.
Studi ini bertujuan untuk mendapatkan cara bagaimana
membangun pembelajaran kontruktivisme yang efektif di
pascapandemi. Pada studi ini menggunakan metode
penelitian melalui studi literatur yaitu dengan cara
mengumpulkan beberapa penilitian terdahulu untuk
menjawab bagaimana proses pembelajaran yang efektif,
metode kontruktivisme, serta perbedaan keadaan antara
masa pandemi dan pascapandemi. Hasil penelitian ini teori
kontruktivsime dapat membangun proses pembelajaran
secara efektif di pascapandemi dengan beberapa indikator,
diantaranya : 1) Scaffolding, ialah sebuah cara Pendidik
menstimulus para peserta didiknya untuk lebih proaktif
dalam memperoleh materi dan pengetahuannya. 2)
Fasilitator, ialah berfokus bahwa Mengajar adalah
membantu siswa untuk belajar. 3) Belajar itu berfokus
terhadap proses dan bukan hasil. 4) Peserta didik berperan
sebagai subjek pembelajaran dan bukan objek pembelajaran,
5) Proses penyerapan materi berupa skemata (proses

1
seseorang menyesuaikan dirinya dengan hal yang dianggap
baru olehnya), asimilasi (menstimulus proses skemata
namun tidak untuk merubah hasil dari skemata itu sendiri)
dan akomodasi (hasil dari pengamatan dan penyerapan dari
materi-materi pembelajaran yang telah ia pelajari). Hasil
temuan ini bertujuan supaya bisa membantu para guru serta
pendidik menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif
secara kontruktivisme di pascapandemi.
Kata kunci :
Efektif, Kontruktivsime, Pascapandemi.

Abstract : This study is motivated by changes in online


learning in the Covid-19 pandemic situation to a face-to-face
learning process in the post-pandemic era in Indonesia.
Changes in the learning process must be accompanied by
appropriate learning methods. This study was conducted in
September 2022. This study aims to find ways to build an
effective constructivism learning process in the aftermath of
the pandemic. In this study using research methods through
the study of literature, namely by collecting some previous
research to answer how the learning process is effective, the
constructivism method, and the differences in conditions
between the pandemic and post-pandemic times. The results
of this research are constructive theory that can build
learning processes effectively in the post-pandemic period
with several indicators, including: 1) Scaffolding, which is a
way for educators to stimulate their students to be more
proactive in obtaining material and knowledge. 2)
Facilitator, namely focusing that Teaching is helping
students to learn. 3) Learning focuses on processes and not
results. 4) Learners act as learning subjects and not learning
objects, 5) The process of absorption of material in the form
of schemata (the process of a person adapting himself to
things that are considered new to him), assimilation
(stimulating the schemata process but not changing the
results of the schemata itself) and accommodation (the result
of observing and absorbing the learning materials he has
learned). The results of these findings aim to be able to help

2
teachers and educators create effective learning activities in
a constructivist way in the aftermath of the pandemic
Keywords :
Effectiveness, Constructivism, Post-pandemic.

3
PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa covid-19 mengakibatkan
kemunduran perkembangan di bidang pendidikan di
Indonesia. Pembelajaran formal yang sejatinya selalu
dilaksanakan di sekolah dengan proses offline berubah
menjadi dilakukan di rumah dengan sistem daring, tentu saja
hal ini menjadi faktor utama menurunnya daya serap siswa
untuk memahami materi yang diajarkan oleh gurunya.
Menurut Siti Nita Sari dan Haryono dengan diberlakukannya
pembelajaran online ini, sering kali memunculkan
permasalahan-permasalahan baik permasalahan yang
dihadapi oleh guru maupun siswa. Salah satunya yaitu guru
sulit untuk memantau proses belajar siswanya secara
langsung. Selanjutnya permasalahan yang dihadapi oleh
siswa yaitu keterbatasan dalam mengakses informasi secara
online yang dapat terkendala oleh jaringan yang mungkin di
beberapa wilayah sulit untuk didapatkan yang menjadikan
terhambatnya informasi dari pendidik kepada siswanya
sehingga siswa tersebut terlambat untuk mengumpulkan
tugasnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kemdikbud
yang menyatakan bahwa sebagian banyak siswa tidak dapat
memahami secara maksimal pelajaran dengan kondisi
pembelajaran jarak jauh. Siswa mendapatkan gangguan lebih
apabila belajar belajar di rumah dibanding di Sekolah.
Meskipun pembelajaran daring menerapkan teknologi secara
keseluruhan dalam proses pembelajaran, hal ini tidak dapat
dirasakan secara maksimal oleh semua kalangan di Indonesia
sebagaimana yang diungkapkan oleh Sarah Novianti (2021)
bahwasannya pandemi semakin menimbulkan kesenjangan
pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu pembelajaran secara
kontruktivisme dapat menjadi solusi di pascapandemi
setelah pembelajaran dapat dilaksanakan secara tatap muka
untuk memperbaiki kemunduran pemahaman siswa terhadap
materi dan pelajarannya di masa pandemi yang telah lalu.
Seperti yang dirasakan di beberapa daerah tertinggal di
Indonesia yang belum bisa menjalankan pembelajaran jarak
jauh secara maksimal seperti daerah yang belum mendapat
akses internet dengan baik, menjadi faktor utama terjadinya
kemunduran pemahaman siswa akan materi dan

4
pelajarannya. Dalam pembelajaran jarak jauh tentu saja
media pembelajaran berupa akses internet sangatlah penting.
Media pada dasarnya ialah alat yang harus digunakan untuk
menunjang pembelajaran menjadi optimal. Yusufhadi
Miarso, mengungkapkan media pembelajaran adalah
serangkaian sesuatu yang berguna untuk menyalurkan pesan
secara tersurat maupun tersirat sehingga dapat menarik
perhatian, minat dan keinginan siswa sehingga bisa
menciptakan suatu proses pembelajaran yang berarah dan
terkendali. Dina Indriana (Jakarta: PT.Diva Press. 2011)
menjelaskan media adalah sesuatu yang bisa berguna untuk
peserta didik dan pendidik dalam kegiatan belajar megajar.
Menurut Nasution, media pembelajaran adalah alat sebagai
untuk membantu pendidik dalam mengajar, sebagai
penunjang untuk menstimulus peserta didik dipergunakan
guru untuk mengajar. Sedangkan menurut Azhar Arsyad,
media pembelajaran adalah sesuatu yang dipergunakan
untuk menyampaikan pesan pembelajaran sehingga dapat
menarik rasa keingintahuan siswa. Berdasarkan pendapat
tersebut, bisa disimpulkan bahwasannya media
pembelajaran ialah hal-hal yang dipergunakan selama
pembelajaran untuk menyampaikan pesan pembelajaran
sehingga makna pesan yang akan disampaikan pendidik
menjadi lebih konkrit dan mudah diterima siswa sehingga
pembelajaran bisa tercapai dengan lebih efektif serta efisien.
Dengan berakhirnya masa pandemi, pembelajaran dapat
dilakukan secara tatap muka kembali. Hal ini menjadi
kesempatan emas untuk mengembalikan keadaan
pendidikan di Indonesia dan mengembangkannya menjadi
lebih baik. Untuk mencapai hal tersebut, pembelajaran
secara kontruktivisme bisa menjadi solusi yang efektif untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Kontruktivisme berarti
sesuatu yang bersifat membangun, dalam bidang pendidikan,
kontruktivisme dapat diartikan suatu cara untuk membangun
tata susunan hidup baik secara berurutan, teratur, selangkah-
demi selangkah. Berdasarkan definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa kontruktivsime ialah teori yang bersifat
mengkontruksi, membentuk, serta membangun pemahaman,
skill atau kemampuan, serta dapat membangun penalaran

5
peserta didik yang baik. Sehingga diharapkan dengan
memiliki sifat membangun peserta didik dan pendidik bisa
meningkatkan kecerdasan dan SDM para peserta didiknya.
Beberapa ahli berpendapat mengenai teori kontruktivisme,
diantaranya yaitu Hill, beliau mengungkapkan,
kontruktivisme ialah sebagai pembelajaran generatif, yaitu
sikap menciptakan hal baru dari hal terdahulu yang telah
dipelajari. Menurut Hill, kontruktivisme adalah sebuah
proses berfikir bagaimana menghasilkan sebuah produk atau
hasil dari sesuatu yang sudah dipelajari oleh seseorang,
dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa bagaimana
seseorang mengaplikasikan ilmu yang telah ia dapat dalam
kehidupan sehar-harinya untuk kebaikan. Shymansky
berpendapat bahwa kontruktivisme ialah sebuah aktivitas
aktif, dengan cara membiarkan peserta didik mengeskplorasi
pengetahuannya sendiri, mencari makna akan apa yang ia
pelajari, serta bagaimana ia menuntaskan temuan-temuan
baru dengan jalan berfikir dirinya sendiri. Berdasarkan
pendapat Shymansky tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kontruktivisme ialah bagaimana cara agar siswa mendapat
ruang yang bebas untuk mengembangkan pengetahuannya
atas konsep-konsep yang telah dia pelajari dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-harinya untuk
menunjang kehidupannya sehingga dapat menjadi pribadi
yang baik.
Hasil riset terdahulu hanya berfokus terhadap bagaimana
cara mengaplikasikan teori kontruktivisme untuk mencapai
tujuan dari pendidikan namun tidak mengaitkannya dengan
keadaan dan kondisi yang sedang di alami oleh bidang
pendidikan Indonesia sekarang. Selain terhadap bidang
kesehatan pandemi covid-19 berimbas pula terhadap bidang
pendidikan. Contoh langsungnya ialah dengan
diterapkannya proses pembelajaran secara jarak jauh
(daring). Namun setelah beberapa tahun berlalu, tibalah
Indonesia di era pascapandemi, sehingga era ini haruslah
menjadi solusi untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang
menurun pada saat pandemi. Oleh sebab itu diperlukan suatu
teori pembelajaran yang paling relevan untuk mengatasi
situasi saat ini, yaitu teori kontruktivisme.

6
Pada riset ini berfokus terhadap bagaimana menggunakan
teori pembelajaran kontruktivisme secara efektif di
pascapandemi untuk menanggulangi kemunduran-
kemunduran pemahaman peserta didik akibat dari adanya
belajar dari rumah di masa pandemi covid-19. Teori
kontruktivisme pada hakikatnya ialah sebuah teori yang
berfokus pada bagaimana cara membangun sebuah
pemahaman bagi peserta didik untuk mendapatkan
pengetahuannya secara berproses, step by step, sedikit demi
sedikit hingga menghasilkan pemahaman yang sempurna.
Alasan Penelitian
Dampak pandemi tidak hanya berdampak terhadap
kesehatan dan perekonomian bangsa Indonesia, namun juga
berdampak besar terhadap sektor pendidikan, pemerintah
hampir dua tahun menerapkan pembelajaran sekolah secara
daring atau online learning. Tuntu saja hal ini berakibat
signifikan terhadap hasil pendidikan. Siti Annisah (et all,
2021) mereka mengungkapkan bahwa Pembelajaran daring
yang dilakukan selama pendemi covid-19 telah
mengakibatkan penurunan kemampuan pemahaman siswa
terhadap konsep ilmu pengetahuan siswa sekolah . Oleh
karena itu dibutuhkan pemulihan atau perbaikan atas
masalah tersebut untuk memulihkan kondisi pendidikan
bangsa Indonesia yaitu dengan cara menggunakan teori
kontruktivisme di pascapandemi ini.
Rumusan Masalah
Bagaimana cara membangun proses pembelajaran
menggunakan teori kontruktivisme yang efektif di
pascapandemi ?
Tujuan Penelitian
Mengetahui bagaimana cara membangun proses
pembelajaran menggunakan teori kontruktivisme yang
efektif di pascapandemi.

7
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan studi pustaka atau literatur, yaitu
penelitian dengan cara mengumpulkan referensi mengenai
teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran, pengaruh
covid-19 bagi pendidikan, kemudian untuk mencapai
kesimpulan dan benang merahnya teori-teori penulisan ini
ditelaah lebih mendalam.
Pengumpulan data dilakukan dengan mencari dari sumber
online, yaitu dari internet yang dapat diakses dengan bebas.
Data yang penulis gunakan ialah data kualitatif berupa
pernyataan-pernyataan yang peneliti sebelumnya
ungkapkan. Jurnal, E-book, dan informasi faktual online
menjadi sumber utama dalam artikel ini. Informasi-informasi
tersebut kemudian penulis bandingkan, analisis dan reduksi
menjadi temuan yang baru untuk diungkapkan dalam artikel
ini sehingga tercipta presentasi singkat yang mencakup
materi yang luas untuk membantu para pendidik mengenai
penggunaan teori kontruktivisme untuk membangun
pembelajaran yang efektif di pascapandemi.
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan interaktif
antara siswa dengan pendidik, dan sumber belajar. Kegiatan
interaksi tersebut harus memuat komunikasi yang timbal
balik sehingga mendapat komunikasi yang selaras yang
dapat mempermudah untuk menggapai tujuan yang
diinginkan dari proses pembelajaran tersebut. Untuk
mendukung proses pembelajaran tersebut diperlukan suatu
metode pembelajaran, metode kontruktivisme merupakan
salah satu dari grand teori pembelajaran matematika.
Kontruktivisme berarti sesuatu yang bertujuan untuk
membangun, dalam konsep filsafat pendidikan sendiri,
kontruktivisme dapat diartikan sebagai salah satu upaya
untuk membangun tata susunan hidup yang modern,
canggih, dan memiliki unsur budaya. Terkait definisi itu
dapat disimpulkan jika kontruktivsime bersifat
mengkontruksi, membentuk, dan membangun dalam hal
pemahaman, skill atau kemampuan, serta dapat membangun
penalaran peserta didik yang baik. Sehingga diharapkan

8
dengan memiliki sifat membangun peserta didik dan
pendidik bisa meningkatkan kecerdasan dan SDM para
peserta didiknya.
Beberapa ahli berpendapat mengenai teori kontruktivisme,
diantaranya yaitu Hill, beliau mengungkapkan, sebagai
pembelajaran generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu
yang bermakna dari apa yang dipelajari. Menurutnya,
kontruktivisme adalah sebuah proses berfikir bagaimana
menghasilkan sebuah produk atau hasil dari sesuatu yang
sudah dipelajari oleh seseorang, dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa bagaimana seseorang mengaplikasikan
ilmu yang telah ia dapat dalam kehidupan sehar-harinya
untuk kebaikan.
Shymansky mendefinisikan konstruktivisme sebagai
kegiatan aktif di mana siswa mempelajari materi kemudian
mereka dapat membangun pengetahuan dengan pemikiran
mereka sendiri, proses penyempurnaan konsep dan gagasan
baru dalam kerangka pemikiran yang ada.. Berdasarkan
pendapat Shymansky tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kontruktivisme ialah bagaimana cara agar siswa mendapat
ruang yang bebas untuk mengembangkan pengetahuannya
atas konsep-konsep yang telah dia pelajari dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-harinya untuk
menunjang kehidupannya menjadi manusia yang lebih baik
lagi. Sebab tujuan dari pendidikan pada umumnya ialah
hanya untuk membuat manusia menjadi seseorang yang
baik. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang dimuat
dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Mengenai sistem pendidikan
nasional pasal 3 berisi tentang tujuan pendidikan yaitu
mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis juga
bertanggung jawab.
Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang
berarti sukses atau bekerja dengan baik. Suatu hal dikatakan
efektif jika hal tersebut mencapai tujuannya atau sasarannya
seperti yang telah direncanakan. Peter F. Drucker

9
mengungkapkan bahwa, efektif adalah melakukan suatu
pekerjaan dengan tepat (doing the right things). SP. Siagian
juga berpendapat bahwa, efektif adalah bagaimana untuk
mendapat semua target yang telah direncanakn tepat pada
waktunya dengan menggunakan skenario-skenario tertentu
yang telah dialokasikan terlebih dahulu untuk membuat
suatu kegiatan tertentu. Sehingga efektif dapat kita
simpulkan bahwa segala sesuatu yang selesai sesuai dengan
target atau sasarannya dengan tatacara, step by step dan
sistematis yang telah direncanakan.
Pasca ialah kata yang bermakna setelah, sesudah, telah
terjadi ataupun sudah terjadi. Pandemi adalah suatu peristiwa
menyebarnya virus baru di seluruh dunia. Beberapa ahli telah
mencoba mendefinisikan pandemi berdasarkan penyakit
yang umumnya dianggap pandemi, dan juga berusaha
mempelajari penyakit dengan memeriksa persamaan serta
perbedaannya dengan penyakit yang ada sebelumnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pascapandemi covid-19
ialah sebuah keadaan setelah pandemi covid-19 dilalui yaitu
keadaan sekarang-sekarang ini.
Membangun Proses Pembelajaran Kontruktivisme yang
Efektif di Pascapandemi berarti bagaimana cara menerapkan
proses pembelajaran secara atau kontruktivis oleh pendidik
terhadap peserta didik yang efektif di masa setelah pandemi
sehingga bisa mendapatkan produk pendidikan berupa
peserta didik yang mampu mencapai tujuan dari pendidikan
yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri serta menjadi seorang anak bangsa
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Membangun Proses Pembelajaran Kontruktivisme yang
Efektif di Pascapandemi berarti bagaimana cara menerapkan
proses pembelajaran secara atau kontruktivis oleh pendidik
terhadap peserta didik yang efektif di masa setelah pandemic
sehingga bisa mendapatkan produk pendidikan berupa
peserta didik yang mampu mencapai tujuan dari pendidikan
yaitu menjadi Individu yang memiliki keimanan dan

10
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki perilaku
dan kepribadian yang baik, memiliki sikap demokratis dan
memiliki rasa tanggung jawab.
Pembelajaran Kontruktivisme memiliki prinsip-prinsip
berikut yaitu: Siswa aktif membangun pengetahuan,
penekanan belajar ada pada siswa, pembelajaran membuat
siswa belajar, pembelajaran dan belajar lebih ditekankan
pada prosesnya bukan hasil akhirnya, partisipasi siswa lebih
ditekantan oleh kurikulum serta fasilitator merupakan peran
guru.
Tokoh-tokoh yang menggunakan dan mengembangkan teori
kontruktifisme diantaranya John Dewey, Jean Piaget, Lev
Vygotski dan Bruner.
John Dewey dan pembelajaran demokratisnya menjelaskan
bahwa pembelajaran di sekolah harus bermanfaat daripada
abstrak, dan siswa yang paling diuntungkan dapat
mengerjakan proyek menarik dalam kelompok kecil.
Kemudian Jean Piaget menjelaskan bagaimana proses
mengkontruksi, yang pertama yaitu Skemata yaitu
seperangkat konsep yang digunakan untuk berinteraksi
dengan lingkungan. Yang kedua Asimilasi yaitu Proses
kognitif dimana seseorang mengintegrasikan materi
perseptual atau stimulus ke dalam skema atau perilaku yang
sudah ada sebelumnya melalui asimilasi. Secara teori,
asimilasi seharusnya tidak mengubah skema, tetapi asimilasi
memengaruhi pertumbuhan skema. Yang ketiga Akomodasi
yaitu Pengamatan yang bertentangan dengan apa yang
diketahui atau dipikirkan sebagai akibat dari apa yang
ditambahkan dan diciptakan oleh lingkungan.
Tokoh selanjutnya ialah Lev Vygotski, Vygotsky
mempresentasikan pembelajaran sebagai pengembangan
pemahaman. Kontribusi teoretis Vygotsky adalah penekanan
pada bakat sosiokultural dalam pembelajaran Zona of
Proximal Development (tingkat perkembangan seseorang
saat ini sedikit lebih bawah dari tingkat perkembangan.) dan
Scaffolding (Memberikan bantuan kepada anak pada tahap

11
awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan
membiarkan anak bertanggung jawab saat mereka bisa).
Lalu tokoh lainnya yaitu Bruner, Bruner percaya bahwa
pembelajaran berbasis penemuan cocok dengan akuisisi
pengetahuan aktif orang dan menghasilkan hasil yang lebih
baik. Hanya dengan berusaha memecahkan suatu masalah,
pengetahuan yang menyertainya menciptakan pengetahuan
yang benar-benar bermakna.
Dengan terdapatnya berbagai teori yang dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa teori kontruktivisme adalah suatu proses
konstruksi pengetahuan dimana yang berperan aktif saat
kegiatan belajar mengajar dikelas adalah siswa, konsep
dirumuskan dan dimaknai oleh siswa dari yang sudah
dipelajari.. Teori konstruktivisme menekankan bahwa
informasi yang kompleks harus ditemukan dan diubah oleh
siswa, dan siswa dapat memberikan berbagai aturan-aturan
baru yang ditunjang dengan informasi yang mendalam
sehingga teori kontruktivisme dapat dijadikan solusi untuk
pemulihan keadaan pendidikan pascapandemi saat ini.
Pemulihan keadaan pendidikan merupakan suatu hal yang
sangat diperlukan di pascapandemi dikarenakan, pendidikan
adalah aspek yang sangat penting yang harus dilakukan dan
ditingkatan bagi kepentingan bangsa dimana pendidikan
menjadi suatu kegiatan dalam membina sikap, mental dan
moral yang akan menentukan tingkah laku seseorang. Dalam
pelaksanaan learning recovery dilaksanakan beberapa aspek
seperti: Siswa yang lebih menderita akibat pandemi Covid-
19. 19. Selanjutnya, upaya pemulihan kesehatan layanan
pendidikan dan pemulihan pembelajaran pascapandemi
Covid-19 memerlukan strategi dan rencana revitalisasi
layanan pendidikan yang terstruktur, sistematis, dan inklusif
yang melibatkan banyak pihak. Salah satunya pemerintah
menciptakan suatu sistem pendidikan secara global yang
dapat mempengaruhi ratusan juta anak diseluruh dunia.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menawarkan sektor pendidikan tiga opsi untuk
mengimplementasikan kurikulum berdasarkan standar

12
pendidikan nasional. B. Menggunakan silabus 2013, silabus
darurat, dan silabus mandiri.
Dari berbagai rangkaian di atas, kita dapat mengambil
beberapa poin-poin penting dari teori kontruktivisme untuk
membangun proses pembelajaran yang efektif di pascap
andemi sekarang ini, diantaranya : (1)Scaffolding, yaitu
Pendidik menstimulus para peserta didik untuk lebih
bersikap proaktif dalam memperoleh materi dan
pengetahuannya, (2) Fasilitator, yaitu Menekankan bahwa
Mengajar adalah membantu siswa untuk belajar, (3) Belajar
itu berfokus terhadap proses dan bukan hasil, (4) Peserta
didik berperan sebagai subjek pembelajaran dan bukan objek
pembelajaran, (5)Proses penyerapan materi berupa skemata
(proses seseorang menyesuaikan dirinya dengan hal yang
dianggap baru olehnya), asimilasi (menstimulus proses
skemata namun tidak untuk merubah hasil dari skemata itu
sendiri) dan akomodasi (hasil dari pengamatan dan
penyerapan dari materi-materi pembelajaran yang telah ia
pelajari).

KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang diteliti dapat disimpulkan bahwa
pandemi covid-19 memberikan dampak yang sangat
signifikan terhadap berbagai bidang kehidupan, salah
satunya bidang pendidikan. Pendidikan merupakan suatu hal
yang harus dilakukan dan didapatkan oleh semua orang
untuk keberlangsungan kehidupan yang lebih baik.
Pemerintah memberikan berbagai upaya dalam melakukan
pemulihan pembelajaran salah satunya dengan melakukan
program kurikulum 2013 secara penuh, kurikulum darurat
dan kurikulum merdeka. Jika dilihat dari upaya pemerintah
tersebut maka terdapat sangkut paut dengan teori
kontruktivisme yang di dalamnya memberikan dampak yang
positif bagi para peserta didik dalam melakukan pendidikan,
selain itu teori kontruktivisme lebih menekankan adanya
perubahan yang terjadi pada setiap proses pembelajaran,

13
sehingga dapat dinyatakan bahwa dengan adanya teori
kontruktivisme memberikan suatu perubahan dalam
pemulihan pembelajaran pasca pandemi.
Selain itu, terdapat hasil analisis yang diteliti dari cara
membangun proses pembelajaran menggunakan teori
kontruktivisme yang efektif di pascapandemi sebagai
berikut:
1. Dengan menggunakan teori scaffolding, dimana
pendidik dapat membantu para siswa untuk lebih
bersikap aktif dalam memperoleh materi dan
pengetahuannya.
2. Dengan adanya teori fasilitator, dapat menekankan
bahwa dalam melakukan pengajaran dapat
membantu siswa untuk lebih giat dalam proses
belajar.
3. Dalam melakukan pembelajaran hanya berfokus
terhadap proses yang dilakukan dan dikerjakan
bukan hanya memandang hasil yang didapatkan saja.
4. Peserta didik dapat memposisikan dirinya sebagai
subjek pembelajaran dan bukan memandang hanya
sebagai objek pembelajaran.
5. Dalam melakukan proses penyerapan materi peserta
didik dapat melakukan suatu kegiatan skemata
(proses seseorang menyesuaikan dirinya dengan hal
yang dianggap baru olehnya), lalu dengan melakukan
asimilasi (menstimulus proses skemata namun tidak
untuk merubah hasil dari skemata itu sendiri) dan
akomodasi (hasil dari pengamatan dan penyerapan
dari materi-materi pembelajaran yang dipelajarinya).
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan yang dirumuskan maka
peneliti ingin memberikan saran kepada berbagai pihak
yang terlibat diranah pendidikan, yaitu:
1. Diharapkan para siswa bisa melakukan kegiatan
pembelajaran lebih giat dengan adanya perubahan
aturan yang terjadi saat pandemi covid-19 ini yang
didukung dengan adanya upaya oleh pemerintah

14
dalam melakukan pemulihan pembelajaran
pendidikan.
2. Diharapkan pemerintah memberikan upaya yang
lebih besar dalam melakukan pemulihan
pembelajaran pendidikan dengan ditunjangnya
proses kegiatan pembelajaran jarak jauh melalui
media elektronik yang menyebabkan para siswa akan
lebih mudah mendapatkan ilmu dari materi yang ia
pelajari.
3. Dengan didukungnya upaya pemulihan pembelajaran
pendidikan mengakibatkan adanya perubahan aturan
yang terjadi di dalam proses pembelajaran dengan
ditinjau dari segi teori kontruktivisme ini.
4. Teori Kontruktivisme ini memberikan banyak sekali
perubahan yang dilakukan baik dari sisi pemerintah
bahkan dari sisi siswa dalam pembelajaran para siswa
diwajibkan memahami materi yang ia pelajari secara
bertahap.
5. Diharapkan bagi para pembaca atau literatur lain
yang sedang menulis karya tulis serupa dapat
memberikan gambaran terhadap pemulihan
pembelajaran pendidikan melalui teori
kontruktivisme, dan dapat mengembangkan
penulisan yang sudah dilakukan sebelumnya
sekaligus memberikan manfaat bagi para pembaca.

REFERENSI
Dautzenberg, Blanche, Nancy J. Wilde, Esther Strauss,
David S. Tulsky, Wij Beatrix, De Gods, Koningin Der
Nederlanden, et al. “Landasan Teori Konstruktif.” Journal of
Chemical Information and Modeling 53, no. 1 (2015): 1–13.
http://dx.doi.org/10.1016/j.neuropsychologia.2016.03.027%
0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.mri.2013.04.010%0Ahttp://d
x.doi.org/10.1162/jocn_a_00409%5Cnhttp://www.mitpressj
ournals.org/doi/abs/10.1162/jocn_a_00409%0Ahttp://www.
med-info.nl/Afwijking_OOGHEELKUNDE.
Fabiana Meijon Fadul. “済無No Title No Title No Title”

15
(2019).
Hendrowati, Tri Yuni. “Pembentukan Pengetahuan
Lingkaran Melalui Pembelajaran Asimilasi Dan Akomodasi
Teori Konstruktivism Piaget.” Jurnal e-DuMath 1, no. 1
(2015): 1–16.
Hulukati, Evi, and Muhammad Rezky Friesta Payu.
“Implementasi Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Matematika Di Rumah Untuk Siswa Menengah Pertama
Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Huyula Kecamatan
Randangan Kabupaten Pohuwato.” Jurnal Sibermas (Sinergi
Pemberdayaan Masyarakat) 10, no. 2 (2021): 370–383.
Ii, B A B, A Deskripasi Teori, Pengertian Pemahaman, and
Konsep Matematika. “Landasan Teori ُ ‫ن َ ل َِ ا َ ب ج َِ َ ع ف‬
‫َر ََِ ي ك َِ م َِ َ ق ل خ ََِ ي ك َِ ب إلا َ َ ف َ ا ال َ ى َ ل إ و ر ال‬
‫”س َ ى َ ل ا َ ََِ ن و ََِ ي ك َِ ر َ ا َ ى َ إل و َِ َ ب ص ََِ ي ك س‬
(2010): 15–35.
Mulyati, Tita. “Pendekatan Konstruktivisme Dan
Dampaknnya Bagi Hasil Belajar Matematika Siswa SD.”
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru
1, no. 2 (2016).
Nurhasnawati. “Model-Model Pembelajaran
Konstruktivisme.” An-Nida’ 36, no. 2 (2011): 237–259.
http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/Anida/article/viewFile/304/287.
Sari, Siti Nita, and Haryono Haryono. “Dampak
Pembelajaran Online Pada Mata Pelajaran Sosiologi Di
Masa Pandemi Covid-19 Di Sma 4 Pandeglang.” Jurnal
Pendidikan Sosiologi dan Humaniora 12, no. 1 (2021): 51.
Sopiany, Hanifah Nurus, and Wida Rahayu. “Analisis
Miskonsepsi Siswa Ditinjau Dari Teori Kontruktivisme Pada
Materi Segiempat.” Jurnal Pendidikan Matematika 13, no. 2
(2019): 185–200.
Sugrah, Nurfatimah Ugha. “Implementasi Teori Belajar
Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sains.” Humanika 19,
no. 2 (2020): 121–138.

16
Sundawan, Mohammad Dadan. “Perbedaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme Dan Model Pembelajaran
Langsung.” Jurnal Logika XVI, no. 1 (2016): 1–11.
Suparlan, Suparlan. “Teori Konstruktivisme Dalam
Pembelajaran.” Islamika 1, no. 2 (2019): 79–88.
Ummi, Hikmah Uswatun, and Indrya Mulyaningsih.
“Penerapan Teori Konstruktivistik Pada Pembelajaran
Bahasa Arab Di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.” Indonesian
Language Education and Literature 1, no. 2 (2016): 42.

17

Anda mungkin juga menyukai