Anda di halaman 1dari 27

Nama : Muhammad Ala’udin Muhtarom

NPM : 21801011006

Kelas :D

No. Absen :6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian


Menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Tujuan
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas,
2011:11).
Tujuan pendidikan nasional yakni menjadikan generasi yang
beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sepatutnya dalam suatu proses pembelajaran yang dilakukan dikelas harus
dilakukan dengan efisien dan efektif agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Metode pembelajaran didalam dunia pendidikan sekarang ini selalu
berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Sehingga
keberhasilan pembelajaran tidak lepas dari kemampuan guru
mengembangkan metode pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
keterlibatan siswa secara efektif didalam proses pembelajaran. Penggunaan
metode yang tepat dapat mendorong rasa senang siswa terhadap pelajaran,

1
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas,
memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga
memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik
(Aunurrahman, 2010:143).
Dengan semakin berkembangnya teknologi pada saat ini, sangat
berpengaruh terhadap system pembelajaran yang ada pada era ini. Apalagi
dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda saat ini, yang membuat
bergesernya cara belajar siswa. Sistem pemebelajaran yang semula teacher
centered learning menjadi student centered lerning. Cara belajar siswa
yang dulunya menggunakan metode konversional atau teacher centered
learning yaitu pemebelajaran berpusat pada guru/pendidik yang dimana
dulunya peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan dan materi
dari guru/pendidik dan mengerjakan tugas atau soal yang diberikan
guru/pendidik. Menjadi student centered learning yaitu pembelajaran yang
berpusat pada siswa dimana system pembelajaran yang di bangun oleh
siswa tanpa mengandalkan bimbingan dari pendidik.
Walaupun pada era pandemi Covid-19 ini pendidik dan peserta
didik masih tetap menjalankan KBM (kegiatan belajar mengajar) seperti
biasanya. Tetapi cara pembelajarannya berbeda yang dimana pelaksanaan
pembelajaran dilakukan di rumah masing-masing dengan menggunakan
smatphone atau laptop. Yang system pembelajaranya menjadi berpusat
pada siswa. Dalam pembelajaran fiqih ini pendidik hanya memberi tugas
berupa membaca materi yang diberikan oleh guru, mengerjakan soal, dan
mempraktekan sholat atau tayamum yang benar dengan cara mengirim
video atau direkam yang kemudian di kirim kepada pendidik melalui
whatsapp group, untuk diperiksa dan di benarkan oleh pendidik.
Dengan situasi pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini sangat tidak
aman bagi pendidik dan peserta didik apabila melaksanakan pembelajaran
tatap muka di sekolah karena akan berakibat tertularnya virus ini apabila
ada salah seorang yang terpapar covid-19 ini. Oleh karena itu dengan
adanya pademi covid-19 ini peserta didik diminta untuk tidak melaukan

2
pembelajaran secara tatap muka dan diganti dengan pembelajaran secara
daring melalui smartphon atau laptop masing-masing. Dengan kemajuan
era teknologi saat ini sangat memungkinkan pserta didik untuk melakukan
pembelajaran secar daring melalui smartphon/laptop masing-masing di
rumah.
Pada masa New Normal ini pelaksanaan KBM tetap berjalan
walaupun dilakukan secara daring. Dan ada juga yang sudah datang
kesekolah secara bergantian per-kelas dan ada juga yang datang kesekolah
hanya setiap hari sabtu untuk mengumpulkan tugas yang sudah di berikan
oleh pendidik. Tetapi untuk mengorganisirnya kebanyakan menggunakan
aplikasi WhatsApp di smatphone masing-masing. Akan tetapi
pembelajaran daring menggunakan aplikasi WhatsApp dianggap sedikit
sulit, karena ketika pendidik memberikan materi pembelajaran ada
beberapa siswa yang masih kesulitan mengukuti kegiatan pembelajaran
daring tersebut dikarenakan ada beberapa orangtua siswa tidak memiliki
dan juga tidak mampu membelikan smatphone untuk siwa, yang
mengakibatkan kurang maksimalnya proses pembelajaran.
Dimasa new normal ini seorang pendidik dituntut untuk menguasai
metode yang dapat memudahkan tugas seorang pendidik dalam
menyampaikan materi. Apalagi dimasa new normal ini pembelajaran
kebanyakan masih dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi
WhatsApp Group, yang penyampaian materinya hanya bisa melalui video,
pesan suara ,dan file saja. Sehingga seorang pendidik harus memiliki
metode yang tepat, agar peserta didik tertarik dengan materi yang
disampaikan oleh pendidik.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi diatas maka
penulis terdorong untuk melakukan penelitian kulitatif lapangan yang
berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Daring Pada Mata
Pelajaran Fiqih Kelas VII Di MTs Mu’allimin NU Malang”

2.1 Fokus Penelitian

3
Berdasarkan konteks penelitian yang telah diuraikan di atas, kami
Sebagai peneliti menentukan fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Penerapan Metode Pembelajaran Daring Pada
Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII Di MTs Mu’allimin NU
Malang?
2. Apa saja kendala Peserta Didik dalam Menerapkan Metode
Pembelajaran Daring Mata Pelajaran fiqih Di MTs
Muallimin NU Malang?

3.1 Tujuan Penelitian


Dari fokus penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mendeskripsikan penerapan Metode Pembelajaran
Daring Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII Di MTs
Mu’allimin NU Malang.
2. Untuk mengetahui apa saja Kendala Peserta Didik dalam
Menerapkan Metode Pembelajaran Daring Mata Pelajaran
fiqih Di MTs Muallimin NU Malang
4.1 Manfaat Penelitian

Penelitian ini berisi manfaat secara teoritis dan secara praktis:

1. Manfaat Teoritis
Dapat bermanfaat menambah ilmu pengetahuan pada bidang
pembelajaran siswa madrasah tsanawiyah guna melatih peserta didik
selalu aktif dalam pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik
Adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik
pada pembelajaran fiqh kelas VII MTs muallimin NU malang.
b. Bagi guru

4
sebagai bahan masukan supaya adanya peningkatan kemampuan
dan pengetahuan guru, Metode Pembelajaran Daring melalui
aplikasi whatsapp group merupakan salah satu proses
pembelajaran yang efektif selama masa New Normal khususnya
mata pelajaran fiqh.

5.1 Definisi Istilah


1. Metode
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, metode diartikan
sebagai cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud (dalam ilmu pengetahuan dan lain sebagainya), cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanan suatu kegiatan guna
untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwasanya
metode adalah sebagai cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dalam sebuah pembelajaran, baik buruknya
sebuah metode tergantung dengan beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut mungkin bisa dari situasi, kondisi, banyak peserta didik
dan juga taktik pemakaian metode tersebut.
Muhammad Azhar (1993) dalam bukunya menjelaskan
bahwa metode adalah “cara yang didalam fungsinya merupakan
alat untuk mencapai tujuan. Ini berlaku untuk guru (metode
mengajar), maupun untuk anak didik (metode belajar)”. Semakin
baik metode yang dicapai semakin efektif pencapaian tujuan 2
Kemudian Triyo Supriyatno, Sudiyono, Moh. Padil (2006)
dalam bukunya menjelaskan bahwa “metode adalah cara atau
prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar
dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu
tujuan.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat diartikan
bahwasanya pengertian metode pembelajaran adalah suatu cara

5
yang digunakan oleh pendidik dalam pembelajaran untuk
mengimplementasikan rencana yang disampaikan kepada peserta
didik demi mencapai tujuan pembelajaran.
2. Pembelajaran Daring
Istilah daring merupakan kependekan yang berupa
gabungan huruf atau suku kata dari “dalam jaringan“ yaitu suatu
kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem daring yang
memanfaatkan internet. Menurut Rosenberg dalam Alimuddin,
Tawany & Nadjib (2015, hlm. 338) menekankan bahwa e-learning
merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan
serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan. Bilfaqih & Qomarudin (2015, hlm. 1) “pembelajaran
daring merupakan program penyelenggaraan kelas pembelajaran
dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif dan
luas”. Sementara itu Thorme dalam Kuntarto (2017, hlm. 102)
“pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan
teknologi multimedia, kelas virtual, CD ROM, streaming video,
pesan suara, email dan telepon konferensi, teks online animasi, dan
video streaming online”.
Menurut Ghirardini dalam Kartika (2018, hlm. 27) “daring
memberikan metode pembelajaran yang efektif, seperti berlatih
dengan adanya umpan balik terkait, menggabungkan kolaborasi
kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi pembelajaran
berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan menggunakan simulasi dan
permainan”. Sementara itu menurut Permendikbud No. 109/2013
pendidikan jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang
dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media
komunikasi.
Kini bidang pendidikan mengalami kemajuan dan
perubahan Dengan adanya kemajuan juga pada teknologi informasi
dan komunikasi.Peranan dari teknologi informasi dan komunikasi

6
pada sektor pendidikan sangat penting dan mampu memberikan
kemudahan kepada guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran daring ini dapat diselenggarakan
dengan cara masif dan dengan peserta didik yang tidak terbatas.
Selain itu penggunaan pembelajaran daring dapat diakses kapanpun
dan dimana pun sehingga tidak adanya batasan waktu dalam
penggunaan materi pembelajaran.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran daring atau e-learning merupakan suatu
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dengan menggunakan
internet dimana dalam proses pembelajarannya tidak dilakukan
dengan face to face tetapi menggunakan media elektronik yang
mampu memudahkan siswa untuk belajar kapanpun dan
dimanapun.

3. Mata Pelajaran Fiqh


Menurut Al-Ghazali Fiqih ialah hukum syariat yang
berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf, seperti:
mengetahui hukum wajib, haram, mubah, mandup dan makruh;
atau mengetahui suatu akad itu sah atau tidak; dan suatu ibadah itu
diluar waktunya yang semestinya (qadla’) atau di dalam waktunya
(ada’).
Sedangkan menurut istilah yang digunakan para ahli Fiqih
(Fuqaha), Fiqih merupakan ilmu pengetahuan yang membicarakan
atau membahas tentang hukum-hukum Islam yang bersumber pada
Al-Qur’an, As-Sunnah dan dari dalil-dalil terperinci.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
Fiqih merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang hukum-
hukum syara’ yang bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan dari
dalil-dalil terpenci.

7
8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Shinta Kurnia Dewi (2013), skripsi dengan judul “Efektivitas E-
Learning Sebagai Media Pembelajaran Mata Pelajaran TIK Kelas XI di
SMA Negeri 1 Depok”. Skripsi ini menunjukkan E-Learning
meningkatkan prestasi siswa untuk mapel TIK dengan rata-rata nilai 7,5
dan menggunakan efektivitas pembelajaran dengan kecermatan
penguasaan, kecepatan melakukan unjuk rasa, tingkat alih belajar, tingkat
retensi. Perbedaan skripsi ini yaitu skripsi yang peneliti buat ialah lebih
fokus pada hasil belajar pesetra didik, sedangkan skripsi ini fokus pada
prestasi belajar peserta didik, sedang.
Zumrotun Nikmah (2013) pada skripsi yang berjudul
“Implementasi ELearning PAI di SMA N 1 Teladan Yogyakarta”,
6mengemukakan pembelajaran e-learning di SMA Negeri 1 Yogyakarta
melalui beberapa modul yang ada dalam moodle 1.8,antara lain modul
bacaan, modul kuis, modul penugasan, modul chat dan modul forum.
Perbedaan skripsi ini dengan skripsi Zumrotun Nikmah yaitu mengenai
secara umum pemakaian e-learning di pembelajaran PAI. Skripsi yang
peneliti susun secara khusus melakukan pembahasan mengenai efektivitas
media e-learning pada hasil belajar Bahasa Indonesia. Meskipun ada
kesamaan obyek yang diteliti dan tempat penelitian, akan tetapi ada
perbedaan pada fokus penelitian di skripsi yang peneliti susun.
Tabel 2.1
Orisinalitas Penelitian
Nama Peneliti, Persamaan Perbedaan (Tanding) Orisinalitas
Judul, dan Tahun (Sanding) Penelitian
Penelitian
Zumrotun Nikmah Memilik Perbedaannya yakni

9
, Implementasi kesamaan obyek adalah mengenai
ELearning PAI di yang diteliti dan secara umum
SMA N 1 Teladan tempat pemakaian e-
Yogyakarta (2013) penelitian learning di
pembelajaran PAI.
Sedangkan
penelitian ini susun
secara
khususmelakukan
pembahasan
mengenai efektivitas
media e-learning
pada hasil belajar
fiqh teoritis.
Shinta Kurnia Penggunaan e- prestasi belajar
Dewi , Efektivitas lerning peserta didik,
E-Learning sedangkan skripsi
Sebagai Media yang peneliti buat
Pembelajaran Mata ialah lebih fokus
Pelajaran TIK pada hasil belajar
Kelas XI di SMA pesetra didik.
Negeri 1 Depok
(2013)

2.2 Konsep atau Kajian Yang Relevan


A. Metode Pembelajaran Daring
1. Pengrtian Metode Pembelajaran Daring

Menurut Muzzayin A. (1987, hlm. 97) Kata Metode berasal


dari bahasa yunai “Metha” yang berarti melalui, dan “Hodos”
yang artinya cara atu jalan. Jadi metode dapat diartikan sebagai

10
sebuah jalan atau cara yang dapat digunakan untuk mencapai
sebuah tujuan tertentu.

Beberapa ahli mendefinisikan pengertian metode antara


lain: purwadamintha (2010, hlm. 7) mendefinisikan pengertian dari
metode sebagai sebuah cara yang teratur dan terpikir secara baik-
baik yang dimaksudkan untum mencapai tertentu. Ahmad Tafsir
(1996, hlm. 34) berpendapat bahwa metode adalah cara yang
paling tepat dan cepat dalam melaksanakan sesuatu. Zulkifli (2011,
hlm. 6) berpendepat tentang pengertian metode yaitu cara yang
digunaan untuk mengimplimentasikan rencana-rencana yang sudah
disusun dengan baik dalam bentuk kegiatan yang nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dari beberapa pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa


metode adalah suatu cara yang tepat agar tujuan pengajaran dapat
tercapai dengan baik. Oleh karena itu seorang pendidik harus
mempelajari dan menguasai metode mengajar yang baik agar
tujuan belajar mengajar bisa tercapai dengan sebaik mungkin.

Sedangkan pembelajaran daring sendiri menurut mustofa


(2019, hlm. 153) diartikan sebagai salah satu metode pembelajaran
yang mana penggunaanya melalui jaringan internet.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat kita ambil


kesimpulan bahwa metode pembelajaran daring merupakan sebuah
program yang menyelenggarakan sebuah kelas pembelajaran yang
menggunakan jaringan internet untuk menjangkau kelompok target
yang luas atau jarak jauh.

11
2. Karakteristik Metode Pembelajaran Daring
Menurut Tung dalam Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019,
hlm. 154) menyebutkan beberapa karakteristik metode
pembelajaran daring antara lain:
a) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, suara, video, grafik,
dll.
b) Komunikasi yang dilakukan tidak bisa selalu serentak dan
langsung
c) Penggunaan untuk pembelajaran pada waktu dan tempat
maya
d) Materi atau bahan ajar yang relatif mudah untuk diperbarui
e) Dapat menggunakan ragam sumber ajar yang luas di
internet.
3. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Daring
Menurut Hadisi dan Muna (2015) kelebihan dan kekurangan
pembelajaran daring sebagai berikut :
a) Kelebihan pembelajaran daring
1) Menghemat biaya transportasi.
2) Dapat menghemat biaya insfrastuktur dan peralatan
sekolah karena dalam peleksanaan pembelajaran
daring tidak perlu menggunakan peralatan kelas
seperti papan tulis dan proyektor.
3) Pemebelajaran dapat diakses kapanpun sesuai waktu
yang diinginkan.
4) Fleksisbilitas waktu karena dapat diakses dimana
saja, selama terhubung dengan internet.
5) Jangkauan wilayah yang lebih luas.
6) Melatih peseta didik lebih mandiri dalam mencari
ilmu.

12
b) Kekuranagan Pembelajaran Daring
1) Kurangnya interaksi antar pendidik dan peserta
didik.
2) Kurangnya interaksi antar peserta didik satu dengan
yang lainya.
3) Memunculkan kecenderungan mengabaikan aspek
akademik dan aspek social.
4) Proses belajar mengajarnya lebih kearah pelatihan
dari pada pendidikan.
5) Peserta didik yang tidak memiliki motivasi belajar
yang tinggi cenderung akan tertinggal
6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
B. Mata Pelajaran Fiqih
1. Pengertian Pelajaran Fiqih
Mata pelajaran Fiqih adalah salah satu bagian mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami,menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang
kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life)
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,latihan penggunaan,
pengamalan dan pembiasaan.
Menurut Al-Ghazali Fiqih ialah hukum syariat yang
berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf, seperti:
mengetahui hukum wajib, haram, mubah, mandup dan
makruh; atau mengetahui suatu akad itu sah atau tidak; dan
suatu ibadah itu diluar waktunya yang semestinya (qadla’) atau
di dalam waktunya (ada’).
Sedangkan menurut Zakiah Drajat (1995 hlm. 78)
berdasarkan istilah yang digunakan para ahli Fiqih (Fuqaha),
Fiqih merupakan ilmu pengetahuan yang membicarakan atau

13
membahas tentang hukum-hukum Islam yang bersumber pada
Al-Qur’an, As-Sunnah dan dari dalil-dalil terperinci.
Tujuan utama pembelajaran fiqih ini ialah untuk
membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan
memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur
ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia
dengan Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan
manusia dengan sesama yang diatur dalam fiqih muamalah
yang bersumberkan dari Al-Quran maupun As-Sunnah ,dan
Melaksanakan maupun mengamalkan ketentuan hukum Islam
dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan
ibadah sosial.
Dari pengamalan tersebut diharapkan menumbuhkan
ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung
jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun
sosial.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa Fiqih merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
hukum-hukum syara’ yang bersumber dari Al-Qur’an, As-
Sunnah dan dari dalil-dalil terpenci.
2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqih
Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 3 di
sebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab.

14
Adapun beberapa Tujuan Mata pelajaran Fiqih untuk di
Madrasah dalam Pedoman Kurikulum madrasah 2013 Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab (2014
hlm. 35) adalah :
a. Agar siswa dapat mengetahui dan memahami pokok-
pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh,
baik berupa dalil naqli dan aqli, sebagai pedoman
hidup bagi kehidupan pribadi dan sosialnya.
b. Agar siswa dapat melaksanakan dan mengamalkan
ketentuan hukum Islam dengan benar, sehingga dapat
menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam,
disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam
kehidupan pribadi maupun sosialnya.

Sedangkan Fungsi mata pelajaran Fiqih yang diajarkan


di Madrasah dalam Pedoman Kurikulum madrasah 2013 Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab (2014
hlm. 35) adalah:

a. Mendorong tumbuhnya kesadaran beribadah siswa


kepada Allah SWT.
b. Menanamkan kebiasaan melaksanakan syarit Islam di
kalangan siswa dengan ikhlas.
c. Mendorong tumbuhnya kesadaran siswa untuk
mensyukuri nikmat Allah SWT dengan mengolah dan
memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidup.
d. Membentuk kebiasaan kedisiplinan dan rasa tanggung
jawab sosial dimadrasah dan di masyarakat.
e. Membentuk kebiasaan berbuat/berperilaku yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan
masyarakat

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research).
Menurut Abdurrahman Fatoni (2006), “penelitian lapangan ialah suatu
penelitian yang dilakukan dilapangan atau dilokasi penelitian, suatu
tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif
sebagai terjadi dilokasi tersebut, yang dilakukan untuk menyusun laporan
ilmiah
Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dianggap sebagai
metode mendapatkan data kualitatif. Ide penting yaitu peneliti terjuan ke
lapangan untuk melakukan penelitian mengenai fenomena dalam suatu
keadaan ilmiah.Sehingga, pendekatan ini erat kaitannya terhadapberbagai
pengamatan serta peneliti lapangan biasanya membuat catatan ekstensif
yang selanjutnya dibuat kodenya dan dianalisa pada bermacam cara.
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2014), “Penelitian kualitatif ini
bertujuan memahami gejala atau fenomenasosial dengan cara memberi
penjelasan berupa gambaran yangjelas mengenai gejala atau fenomena
sosial tersebut yang berbentukserangkaian kata yang akhirnya
menghasilkan teori.
3.2 Lokasi Penelitian
Mts Mu’allimin NU Malang, Jl. Kolonel Sugiono X Malang
3.3 Kehadiran Peneliti
Sesuai judul penelitian ini, maka penelitian ini sifatnya deskriptif,
“Penelitian deskriptif ialah penelitian dengan tujuan mengadakan
pemeriksaan dan mengukur suatu gejala” seprti yang diutrakan V. Wiratna
Sujarweni (2014) .Cholid Narbuko & Abu Achmadi (2013)
mengemukakan, “penelitian deskriptif ialah penelitian yang
berupayamenguraikan pemecah permasalahan atas dasar perolehan data,

16
sehingga menghasilkan penyajian data yang diolah, dianalisis, dan
diinterpretasikan.”
Penelitian ini bersifat deskriptif, sebab penelitian ini berupaya
menghimpun fakta.Penelitian deskriptif yang dimaksud memiliki tujuan
mengetahui Penerapan metode pembelajaran daring dalam mata pelajaran
fiqih di kelas VII MTs Muallimin NU Malang

3.4 Sumber Data


Menurut Suharsimi Arikunto (2013), “Sumber data menjelaskan
mengenai sumber perolehan data, data apa saja dikumpulkan, cara
informan atau suatu subjek, dan dengan cara bagaimana data peneliti
diperoleh dari observasi, dokumentasi dan wawancara.” Ciri-ciri subjek
dan informan itu sehingga kredibilitas dapat di jamin.Pengelompokan
sumber data penelitian ini yaitu:
1. Data Primer
Sugiono (2013) mengemukakan “Data primer yaitu sumber
data yang langsung memberi data kepada pengumpul data atau
peneliti atau observer.” 32Peneliti mendapatkanberbagai sumber
yang berhubungan dengan pembelajaran, didapatkan secara
langsung dari hasil wawancara di MTs Muallimin NU Malang
Informan yang dipilih oleh peneliti adalah Wali Kelas VII.
2. Data Sekunder
Kemudian Sugiono (2016) mengemukakan “Sumber data
sekunder ialah sumber yang tidak langsung memberi data kepada
pengumpulan data, misalnya dari orang lain atau lewat dokumen.”
Data sekunder ialah data yang dididapatkan dari bahan
pustaka.Sehingga data ini akan didapatkan peneliti dari library
research terhadap buku-buku tentang penerapan pembelajaran
keterampilan membacasecara umum, jurnal,buku-buku Model
Pembelajaran, dan buku-buku penunjang lain. Peneliti bisa
langsung mencari bahan penelitian mengenai penerapan metode

17
pembelajaran daring melalui whatsApp group pada masa New
Normal.

3.5 Prosedur Pengumpulan


1. Observasi
Menurut Sugiono (2013) “Observasi yaitu mengamati
langsung kelapangan, peneliti bisa mendapatkan hal-hal yang tidak
akan terungkap oleh responden pada wawancara sehingga
memperoleh kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial
yang diteliti.”
Observasi di bagi menjadi tiga macam yaitu observasi
partisipatif, observasi terus terang dan tersamar, dan observasi tak
terstruktur.
a. Observasi partisipatif, peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian.
b. Observasi terus terang dan tersamar, peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang
kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian.
c. Observasi tak terstruktur, adalah observasi yang tidak
dipersiapkan sisitematis tentang apa yang akan diobservasi

Observasi yang penulis lakukan pada saat Prasurvey untuk


mendapatkan data awal adalah observasi tersamar dengan jenis non
partisipan yang digunakan untuk memperoleh data tentang segala
aktivitas yang dilakukan bapak kepala sekolah dalam pembelajaran
kelas VII melalui Daring. Kisi Kisi observasi aktivitas guru dalam
pembelajaran fiqih di MTs Kelas VII melalui Daring, lembar
observasi aktivitas belajar.

18
Tabel 3.1

Kisi-kisi lembar observasi aktivitas pendidik

Jawaban
No Aktivitas Tidak
Dilaksanakan
dilaksanakan
Membuka
1.
pelajaran
memberikan
2. materi terkait
pelajaran
Memberikan
kesempatan
3. kepada siswa
untuk berfikir
secara individu
Membimbing
siswa dalam
4. kegiatan
pembelajaran
daring
Memberi
intruksi dalam
memberi dan
5.
mengumpul
tugas melalui
daring
Kemampuan
6. menutup
pelajaran

19
Melaksanakan
7. pembelajaran
sesuai jadwal

2. Wawancara
Sugiono (2010) mengemukakan “Interview ialah pertemuan
dua orang untuk saling tukar ide dan informasi melalui tanya
jawab, sehingga bisa dikonsentrasikan makna pada suatu topik.
Interview memiliki ciri utama kontak langsung dengan saling tatap
muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi
(interviewer).”
Bentuk memperoleh informasi yang objektif dan tepat,
masingmasinginterviewer harus bisa menciptakan hubungan baik
dengan interviewer.Di wawancara ini peneliti melaksanakantanya
jawab langsung kepada kepala sekolah, dan wali kelas
Tabel 3.2
Kisi-kisi wawancara bapak kepala sekolah MTs Muallimin NU
No Pertanyaan Hasil
Bagaimana kondisi
pembelajaran selama
1.
New Normal melalui
WhatsApp group?
Bagaimana cara
pendidik dalam
merencanakan metode
pembelajaran daring
2.
mata pelajaran fiqih
selama masa New
Normal melalui
WhatsApp group?

20
Strategi apa saja agar
peserta didik tertarik
terhadap pembelajaran
fiqih menggunakan
3.
metode pembelajaran
daring pada masa New
Normal melalui
WhatsApp group?
Apakah peserta didik
menguasai materi fiqih
4. pada masa New Normal
melalui WhatsApp
group?
Bagaimana evaluasi
penerapan metode
daringpada
5. pembelajaran fiqih pada
masa New Normal
melalui WhatsApp
group?
Apasaja kendala yang
dihadapi pendidik pada
pembelajaran bahasa
Indonesia menggunakan
6. metode
pembelajarandaring
pada masa New Normal
melalui WhatsApp
group?

21
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2010) “Dokumentasi ialah mencari data
mengenai variable yang berupa catatan, buku, majalah, surat kabar,
agenda, prasasti, transkip dan notulen rapat lengger. Dibandingkan
dengan metode lain, metode ini begitu mudah, dalam arti apabila
terdapat kesalahan sumber datanya masih tetap atau belum
berubah.

3.6 Analisis Data


Menurut Sugiyono (2010) “Analisis yaitu proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi.” Sedangkan Sukardi mengemukakan
“Deskripsi data melalui penyusunan dan pengelompokan data, sehingga
memberi gambaran nyata terhadap responden.”
Sesuai tujuan penelitian yang akan dicapai, menurut Sugiyono “di
awali penelaahan seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yakni
observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi dengan mengadakana
reduksi data, itu data-data yang didapatkan di lapangan dirangkum dengan
memilih halhal yang pokok serta disusun lebih sistematis sehingga mudah
dalam pengendalian.”
Langkah-langkah penulis untuk menganalisis data ialah
melaluicaraberikut ini:
1. Reduksi Data yang didapat di lapangan jumlahnya cukup banyak,
sehingga dibutuhkan catatan dengan rinci danteliti. Mereduksi data
artinya memilih hal inti, merangkum, menfokuskan pada suatu hal
yang penting, dicarikantema dan pola.
2. Penyajian Data sesudah data reduksi, langkah berikutnya
yaknipenyajian data. Menyajikan datayang berbentuk uraian
singkat, hubungan antar kategori,bagan, dan sejenisnya. Sugiyono
mengemukakan “penyajian data selain dengan teks yang naratif,
juga bisa berupa grafik, jejaring kerjadan matrik.

22
3. Conclusion Drawing/Verification. Langkah ketiga yaitu analisis
data menurut Sugiyono ialah“penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal masih sementara, dan berubah apabila tidak
ditemukan data-data yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data selanjutnya. Namun jika kesimpulan yang di
awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan,sehingga kesimpulan yang
didapatkanadalah kesimpulan yang kredibel.
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Pada penelitian kualitatif, sebagai keperluan dalam memeriksa
keabsahan data dilakukanpengujian kredibilitas data melalui teknik
berikut ini:
1. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan yaitu memberikan kesempatan
untuk peneliti dalam penambahan waktu pengamatan supaya
mampu mendalami berbagai temuannya.Penambahan waktu ini
memberikan kesempatan bagi peneliti untuk pemeriksaan
kemungkinan bisa atau salah persepsi, melakukan perincian serta
melengkapi infromasi atau data di lapangan. Sehingga,
penelitiannya semakindalam dan lengkap. Dalam perpanjangan
pengamatan ini, peneliti melakukan penggalian data secara lebih
mendalam supaya data yang diperoleh menjadi lebih konkrit dan
valid.
2. Triangulasi
Triangulasi merupakanpemeriksaan ulang.Pada bahasa
sehari-hari sama seperti cek ricek. Dengan teknikmemeriksa data
melalui3 cara antara lain:
a. Triangulasi sumber yaitu mewajibkan peneliti untuk
pencarian lebih dari satu sumber dalam memahami data.
Peneliti bukan hanya melaksanakan wawancara kepada
orangtua sang anak saja,namun juga terhadap guru serta

23
teman temannya supaya memperoleh informasi dan data
yang akurat.
b. Triangulasi metode, pengujian ini dijalankan melalui
pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda, seperti melakukan wawancara, observasi,
atau dokumentasi. Jika ada hasil yang berbeda sehingga
peneliti mengkonfirmasi kepada sumber data supaya
memperoleh data yang dianggap benar.
c. Triangulasi waktu digunakan dalam pengujian kredibilitas
data melalui pengujian dan pengecekan data yang bisa
dilakukan dengan menggunakan waktu tertentu melalui
observasi,wawancara atau teknik lainnyapadaperbedaan
situasi atau waktu. Sugiyono mengemukakan “Jika hasil uji
menghasilkan perbedaan data, maka dilakukan secara
berulang-ulang hingga ditemukan kepastian data.

24
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman, Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususnan
Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta

Ahmad Tafsir. 1996.Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya,

Alimuddin. Tawany Rahamma, dan M. Nadjib.2015.Intensitas Penggunaan


ELearning Dalam Menunjang Pembelajaran Mahasiswa Program Sarjana Di
Universitas Hasanuddin. (http:// 95461-ID-intensitas-penggunaan-e-
learningdalam-m, diakses 10 Februari 2020).

Antusias anisjun, Skripsi Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Web (E-


Learning) Mata Pelajaran PAI & Budi Pekerti pada Kurikulum 2013 di SMA
Negeri 2 Metro, STAIN Jurai Siwo Metro

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: ALFABETA

Bambang Subandi Dkk. 2012.Studi Hukum Islam.Surabaya: IAIN Sunan Ampel


Press

Bilfaqih, Y., Qomarudin, M.N., 2015. Esensi Penyusunan Materi Daring Untuk
Pendidikan Dan Pelatihan. Yogyakarta: DeePublish.

cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik.Jakarta: Rineka Cipta

Daradjat, Zakiah, dkk. 1995.Pendidikan Islam dalam Keluarga dan


Sekolah.Jakarta: Ruhama

Dyah Putri Safitri dkk.“Evaluasi Kompetensi Pedagogik Guru Pasca Pelatihan


Guru Pembelajar Moda Daring”, Jurnal Pembelajaran Inovatif, Vol.1, No.1.

Hasyim Hasanah” Teknik-teknik Observasi”, Jurnal at-Taqaddum, Vol.8, No.1


Tahun 2016

25
hinta Kurnia Dewi, “Efektivitas E-Learning Sebagai Media Pembelajaran Mata
Pelajaran TIK“, Skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 2011

Kartika, A. R. 2018.Model Pembelajaran Daring. Journal of Early Childhood Care


& Education

Kuntarto, E. 2017.Keefektifan Model Pembelajaran Daring Dalam Perkuliahan


Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Indonesian Language Education and
Literature, 03, 102.

Lalu Muhammad Azhar. 1993.Proses Belajar Mengajar Pola CBSA.Surabaya:


Usaha Nasional

lexy J Moleong. 2014.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Mustofa, M. I., Chodzirin, M., & Sayekti, L.2019.Formulasi Model Perkuliahan


Daring Sebagai Upaya Menekan Disparitas Kualitas Perguruan Tinggi.

Muzayyin Arifin. 1987.Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta : Buna Aksara

Purwadarminta. 2010.Metode dan Tehnis Pembelajaran Partisipatif, Bandung:


Falah Prodotion

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1998.Kamus Besar Bahasa


Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka

Sisdiknas. 2011. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: SL


Media.

Sugiono. 2016.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung:


Alfabeta

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:


Rineka Cipta 2013), h.172.

26
Sukardi. 2016.Metodologi Penelitian pendidikan: Kompetensi dan
Praktiknya.Bandung:cet 26

Triyo Supriyatno dkk. 2006.Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan


Tinggi.Malang: UIN Malang Press

umrotun Nikmah, “Implementasi E-learning PAI di SMA N 1 Teladan


Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2013

Wiratna Sujarweni. 2014.Metodologi Penelitian.Yogyakarta: PT Pustaka Baru

Yuni Fitriani dan Roida Pakpahan,”Analisa Pemanfaatan Teknologi Informasi


Dalam Pembelajaran Jarak Jauh di tengah Pandemi Virus Corona Covid-19”,
Jurnal Of Information System Applied, Vol.4, No.2

Zakiyah darajat. 1995.Metode khusus pengajaran agama Islam.Jakarta: Bumi


Aksara

Zulkifli. 2011.Metodologi Pengajaran Bahasa Arab.Pekanbaru: Anafa Publingsing

27

Anda mungkin juga menyukai