BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan merupakan tolok ukur suatu negara untuk lebih
mengembangkan prestasi dan membina kapasitas siswa dan guru seperti
halnya persaingan dunia untuk tetap memperhatikan permintaan kesempatan
mulai dari informasi, inovasi, dan khususnya, karakter dan disiplin siswa.
Pendidikan dalam pandangan Ahmad Tafsir adalah sebagai arahan yang
diberikan oleh seseorang dengan optimal.1
Bimbingan ini dikerjakan oleh seorang pendidik yang menguasai satu
bidang tertentu dalam mengajarkan kepada mereka yang membutuhkan
bimbingan. Biasanya pendidikan disebut sebagai suatu proses terhadap siswa
kuntuk menuju individu dewasa susila. Sistem/cara ini berlangsung dalam
jangka waktu tertentu.2 Oleh sebab itu pendidikan identik diartikan sebagai
sekolah.3
Sekolah yang sebenarnya memiliki tingkat pengajaran mulai dari
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah pertama dan
sekolah menengah. Kontras di tingkat sekolah tidak memisahkan dan bahkan
mengatasi dan tidak merugikan tujuan instruktif yang ditetapkan oleh
pemerintah Indonesia dalam mencapai tujuan reguler dan mencapai tujuan
profesional. Target pendidikan tertera pada UUSP No. dua puluh tahun dua
ribu tiga menjelaskan bahwa:
“Pendidikan mempunyai tujuan untuk mengembangkan potensi siswa
supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berbudi
pekerti, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
demokratis serta bertanggung jawab’’.4
1
Hasan Basri. Landasan Pendidikan. (Bandung: cv Pustaka Setia 2013). 13
2
Abdul Rahmat, Pengantar Pendidikan Teori, Konsep,Dan Aplikasi. (Gorontalo: Ideas
Publishing, Januari 2014). 13.
3
Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan Dari Traditional (Neo) Liberal Marxis-
Sosialis Hinga Post Modern. (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2014). 30.
4
Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
Pt. Remaja Rosdakarya, , cet-2. 2014). 23.
2
harus memakai cara belajar yang tepat sesuai dengan siswa serta materi yang
diajarkan pada saat itu. Nana Sudjana berpendapat bahwa metode
pembelajaran ialah cara yang dipergunakan pendidik dalam mewujudkan
hubungan dengan siswa di saat pelajaran berlangsung.8 Metode belajar ini
berlaku disemua tingkat lembaga pendidikan di Indonesia, sebab siswa di
tingkat madrasah lebih sulit dibandingkan tingkatan pendidikan tinggi seperti
siswa yang bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Bandar Lampung . .
Sesudah dikerjakan observasi dan wawancara langsung dengan ibu Eka
Rohmiati, S.Pd Guru akidah akhlak di MIN 5 Bandar Lampung mengatakan
bahwa dalam proses pembelajaran akidah akhlak di MIN 5 Bandar Lampung
sudah memakai metode yang bervariatif satu diantara metode yang digunakan
ialah metode hypnoteaching, tetapi berasaskan hasil observasi yang peneliti
lakukan terlihat kedisiplinan siswa saat proses pembelajaran akidah akhlak
masih rendah hal itu terlihat dari prilaku siswa yang masih sering terlambat
saat proses pembelajaran akidah akhlak dan lebih senang untuk bermain
sendiri dibelakang ruangan atau ngobrol sesama teman sebangku sehingga
tidak memperhatikan guru saat menerangkan materi.9 Sikap yang dikerjakan
oleh siswa itu ialah sikap yang menimbulkan ketidak disiplinan dalam proses
belajar mengajar sehingga materi dan pembelajaran yang sudah dikerjakan
dan diajarkan itu menjadi terbuang siasia.
Seharusnya berasaskan teori yang ada bahwa metode hypnoteacing
yang digunakan dalam proses pembalajaran akidah akhlak di MIN 5 Bandar
Lampung . ialah metode yang dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dan
semangat dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu Hypnoteaching
dikatakan sebagai metode pembelajaran yang kreatif, unik, dan imajinatif.10
Sejalan dengan teori itu terdapat sebuah penelitian terdahulu yang
dikerjakan oleh Dewi Iswaidah dengan judul penerapan metode
hypnoteaching dalam peningkatkan kedisiplinan belajar Siswa pada mata
8
Rusdiana, M.M, dan Yeti Heryati, Pendidikan Profesi Kependidikan (Menjadi Pendidik
Inspiratif Dan Inovatif), (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), 237.
9
Eka Rohmiati, Observasi dan wawancara di MIN 5 Bandar Lampung
10
Yustisia. Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Siswa. (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media 2017), 96
4
pelajaran Fiqih di MTs Nurul Islam Kriyan Kalinyamatan Jepara, dari hasil
penelitian itu dikatakan bahwa metode hypnoteaching memiliki pengaruh
yang signifikan dalm meningkatkan kedisiplinan siswa.
Berasaskan permasalahan itu maka peneliti tertarik untuk kmengetahui
lebih lanjut bagaimana implementasi metode hypnoteaching di Madarasah
Ibtidaiyah Mathla’ul Anwarlabuhan. Maka penulis mengadakan penelitian
dengan judu ‘‘Implementasi Metode Hypnoteaching Terhadap Kedisiplinan
Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VI Di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2021-2022”.
B. Fokus Penelitian
Berasaskan latar belakang diatas, agar peneliti lebih terfokus maka perlu
adanya pembatasan masalah.Penelitian yang dikerjakan akan dibatasi pada
Implementasi Metode Pembelajaran Hypnoteaching Terhadap Kedisiplinan
Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VI Di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 5 Bandar LampungTahun Pelajaran 2021-2022
C. Rumusan Masalah
Berasaskan fokus penelitian diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi metode hypnoteaching terhadap kedisiplinan
peserta didik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VI Di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2021-2022?
2. Apa hambatan dalam implementasi metode pembelajaran
Hypnoteaching pada siswa kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5
Bandar Lampung?
D. Tujuan Penerlitian
Berasaskan rumusan masalah yang sudah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini ialah sebagai berikut :
5
E. Manfaat Penelitian
Berasaskan tujuan penelitian yang sudah diuraikan, maka manfaat
penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara umum mampu memberikan manfaat sumbangan
terhadap pembelajaran akidah akhlak dalam meningkatkan
kedisiplinan dengan memakai metode pembelajaran Hypnoteching.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk penulis, dalam mengidentifikasi sejauh mana tingkat
kedisiplinan siswa sesudah melakukan proses pembelajaran akidah
akhlak dengan memakai metode pembelajaran Hypnoteaching
b. Untuk pendidik, dengan adanya penelitian ini semoga dapat
digunakan dalam proses pembelajaran yang lebih menarik dan
kreatif
c. Untuk siswa, dengan adanya penelitian ini bisa meningkatkan
kedisiplinan siswa terhadap pendidik dalam belajar.
d. Untuk peneliti selanjutnya, sebagai bahan perbandingan dan
refrensi terhadap penelitian yang relevan.
F. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
6
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2018), h. 227.
15
Ibid,h. 228
9
16
Ibid h.233.
10
3) Instrumen Dokumentasi
Dokumen dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai peyempurna
dari data wawancara dan observasiyang sudah dikerjakan. Dokumen dalam
penelitian kualitatif dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari
17
Ibid, h.240.
11
22
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfha Beta, 2014), h. 93.
23
Ibid, h. 95.
24
Ibid, h. 99
25
Sugiyno, Op. Cit. h. 345.
13
1) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan seperti itu terdapattiga macam triangulasi,
diantaranya :
a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dikerjakan dengan cara mengecek data
yang sudah diperoleh melalui beberapa sumber. Agar dapat menguji
26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan kuantitatif, kualitatif, kombinasi, R&D dan
penelitian pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2014) hlm. 488
14
2) Member Check
Member check ialah ‘‘proses pengecekan data yang sudah
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check ialah
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data”. Pelaksanaan member
15
BAB II
LANDASAN TEORI
sadarnya, yang seharusnya menjadi filter logika, sudah tidak lagi mengambil
materi pada Fundamental Hypnosis.
Hisyam A. Fahri berpendapat bahwa Hypnosis ialah kondisi pikiran
saat fungsi analisis logis pada pikiran direduksi sehingga memungkinkan
individu masuk kedalam kondisi bawah sadar (subconscious atau
uncounscious).Dalam keadaan itu tersimpan beragam potensi internal yang
dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup.Sama halnya
dengan kondisi hipnos yang diartikan sebagai kondisi dimana fungsi pikiran
alam sadar yang bersifat cerdas, kritis, logis, dan analitis diendapkan alias
tidak di fungsikan.Sementara itu kinerjapikiran bawah alam sadar yang
lugu, polos, jujur, dan terkesan bodoh itu difungsikan.
Milton H. Erickson dalam Nugroho menyatakan Hypnosis ialah suatu
metode nerkomunikasi secara verbal maupun non verbal, yang persuasif dan
sugestif kepada seorang pengguna sehingga dia menjadi kreatif berimajinasi
dengan emosional dan terbuka wawasan internalnya, lalu bereaksi (baik
persetujuan maupun penolakan) sesuai dengan sistem nilai dasar spiritual
yang dimiliki.
Pengertian diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa pengertian
Hypnosis bisa kita bagi menjadi empat macam situasi atau kondisi. Pertama,
Hypnosis sebagai seni sugestif, yang dijelaskan bagaimana seseorang dapat
mensugesti orang lain. Kedua, Hypnosis sebagai seni komunikasi yang
digunakan untuk komunikasi secara propaganda antara subjek (orang yang
di Hypnosis) dengan hipnotis (orang yang menghipnotis). Ketiga, Hypnosis
sebagai seni pendalaman alam bawah sadar, sebab proses terjadinya
Hypnosis ialah ketika alam bawah sadar mempunyai peranan tinggi dalam
diri seseorang, sedangkan alam sadarnya tidak difungsikan.
Keempat, Hypnosis ialah seni pengubah tingkat kesadaran dari tingkat
kesadaran yang kritis menjadi tidak kritis.30 Dalam hal ini Hypnosis jika
digunakan di bidang pendidikan terutama pada proses belajar mengajar bisa
30
Muhammad Noer. Hypnoteaching For Success Learning. (Yogyakarta: Pedagogia,
2010), 17.
18
31
Yustisia. Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Siswa. (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media 2017), 75.
32
Syahraini Tambak. Metode Ceramah: Konsep Dan Aplikasi Dalam Pembelajarn
Pendidikan Agama Islam. ( Jakarta : Pustaka pers 2017), 110-113.
33
Ali Akbar Navis. Hypnoteaching Revolusi Gaya Mengajar Untuk Melejitkan Prestasi
Siswa. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2017), 128-129.
34
Yustisia. Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Siswa. (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media 2017), 96
35
20
36
Yustisia. Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Siswa, 68.
22
37
Yustisia. Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Siswa, 69
23
38
Yustisia. Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Siswa, 69.
39
40
Ega Rima Dan Shinta Kusuma. Menjadi Pendidik Hebat Dengan Hypnoteaching.
(Jogjakarta: Kata Pena, 2016), 62-69.
24
41
Yustisia. Hynoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Siswa, 88.
29
5. Manfaat Hypnoteaching
Penerapan metode Hypnoteaching maupun metode yang lain
mempunyai manfaatnya terendiri. Dalam metode Hypnoteaching
pendidik diharuskan untuk mengetahui gelombang otak siswa ketika
proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, oleh sebab itu pendidik
tidak boleh sekedar mengajar dan melibatkan peerta didik. Sebab
dengan Mengetahui gelombang otak siswa akan memberikan manfaat
sebagai berikut:
a) Proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan
Merealisasikan metode hypnoteacing dalam kegiatan belajar
mengajar siswa dan pendidik bisa merasakan sesuatu yang lebih
mengasyikkan.Pendidik dapat menangani mental block yang
membuat siswa malas belajar.Sehingga pendidik dapat
menggantikannya dengan semangat belajar.
b) Membantu kesulitan belajar siswa
Menerapkan metode Hypnoteaching , pendidik secara tidak
langsung membantu siswa menangani kesulitan belajar.Dengan
memakai pendekatan individu, pendidik menyuguhkan sugesti
yang bertujuan menggugah semangat belajar dan menyudahi rasa
malas belajar.
c) Membangkitkan semangat belajar
Menerapkan metode Hypnoteaching pada kegiatan pembelajaran,
pendidik selalu dan harus menumbuhkan semangat belajar siswa.
Dengan cara membawa siswa untuk tumbuh menjadi individu yang
sukses dan berprestasi disetiap kesempatan.
d) Menggali potensi siswa
Dengan menerapkan Hypnoteaching , pendidik memiliki banyak
kemudahan dalam memberi motivasi belajar pada siswa.Selain itu,
Hypnoteaching membantu pendidik untuk menggali potensi
siswa.Pendidik dapat meledakkan kemampuan visual, auditori dan
30
42
Ega Rima Dan Shinta Kusuma. Menjadi Pendidik Hebat Dengan Hyppnoteaching, 26-
43
Yustisia. Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Siswa, 80
44
Syamsul Kurniawan. Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Implementasinya Secara
Terpadu Di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perpendidikan Tinggi, Dan Masyarakat. (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media). 136
31
kesimpulan bahwa kedisiplinan bagi santri ialah suatu sikap atau perilaku
yang menunjukkan nilai ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan,
tata tertib, norma-norma bagi santri yang mampu menyesuaikan prosedur
suatu lembaga pesantren yang berlaku yang disebabkan atas dasar
kesadaran ataupun kerelaan diri maupun oleh suatu perintah ataupun juga
tuntutan yang lain baik
tertulis maupun yang tidak tertulis, yang tercermin dalam bentuk tingkah
laku (perilaku) dan sikap. Dengan adanya pe.ran baik tertulis ataupun tidak
tertulis diharapkan agar para santri memiliki sikap dan perilaku disiplin
yang tinggi dalam menjalankan sholat tahajjud dan pada disiplin-disiplin
lainnya.
2. Pentingnya Kedisiplinan Belajar
45
46
Syamsuri, Kedisiplinan Siswa Disekolah (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2017 ) h. 65
32
delapan mengenai pendidik yang tercantum dalam pasal satu ayat satu
bahwa pendidik sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
siswa pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.48 Tugas pendidik untuk mendisplinkan
siswa itu juga harus diperkuat dengan tata pe.ran yang sudah di buat dan
disetujui oleh pihak-pihak yang sudah disebutkan diatas. Sehingga pendidik
tidak dianggap sebagai orang yang semena-mena terhadap siswa, orang tua
murid dan pihak yang bersangkutan juga mengetahui semua pe.ran yang
ada.
3. Aspek-aspek kedisiplinan belajar
Dalam pandangan Prijodarminto (1994:23-24) kedisiplinan
memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek itu ialah :
a. sikap mental (mental attitude) yang ialah sikap taat dan tertib
sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran
dan pengendalian watak.
b. pemahaman yang baik mengenai sistem pe.ran perilaku, norma,
kriteria, dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman itu
menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa
ketaatan akan aturan. Norma, dan standar tadi ialah syarat mutlak
untuk mencapai keberhasilan (sukses).
c. sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati,
48
Tim Redaksi. Himpunan Lengkap Undang-Undang Republik Indonesia Mengenai
Pendidik Dan Dosen. (Yogyakarta: Laksana, Cetakan Pertama 2018), 84.
34
49
Geof Colvin. 7 Langkah Untuk Menyusun Rencokanana Disiplin Kelas Proaktif.
(Jakarta:PT. Indeks. 2008), 42.
35
50
Stevi Citra Sari. Pengawasan Pendidik Terhadap Kedisiplinan Disekolah Menengah
Pertama Negeri Satu Tambang Kabuaten Kampar. Skripsi, S1 Pendidikan Islam. Fakultas
Tarbiyah Dan Kependidikan 2011, 14.
51
Hasan Basri. Landasan Pendidikan, 213
52
Aldila Saga Prabu Dan Dewi Tri Wijayanti. Pengaruh Penghargaan Dan Motivasi
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Divisi Penjualan PT. United Motors Center Suzuki
Ahmad Yani, Surabaya. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Ekonomi Kewirausahaan 5, No 2. (2016). 108
36
53
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h.100
54
Suharsimi Arikunto, Kedisiplinan Belajar (, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017 ) h. 65
37
Seseorang yang menjadi pendidik yang wajib kita tiru yakni nabi
Rasulullah saw. Firman Allah dalam Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 yakni :
ٗ ِر َو َذ َك َر ٱهَّلل َ َكثaَ ُوا ٱهَّلل َ َو ۡٱليَ ۡو َمٱأۡل ٓ ِخ
٢١ يرا ْ َة لِّ َمن َكانَ يَ ۡرجٞ ُول ٱهَّلل ِ ُأ ۡس َوةٌ َح َسن
ِ لَّقَ ۡد َكانَ لَ ُكمۡ فِي َرس
Artinya: “Sungguh, sudah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yakni) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.’’55
55
UMIn El-Qurtuby. Al-Qur’an Hafalan Mudah Terjemah Dan Tajwid Warna, 420.
38
dalam pengalaman akhlak terpuji dan adab islami serta menjauhi akhlak
tercela dalam perilaku sehari-hari.56
F. Penelitian Yang Relevan
1. Dewi Iswaidah ‘‘Penerapan Metode Hypnoteaching Dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Nurul Islam
Kriyan Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2018/2019’’ Penelitian ini
mengangkat metode yang sama yakni Hypnoteaching namun perbedaan
dengan tulisan ini dengan penelitian yang diangkat oleh Dewi Iswaidah
yakni untuk meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Fiqih sedangkan skripsi ini mengangkat judul yakni untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa pada mata pelajaran akidah akhlak.
2. Eva Yuni Rahmawati ‘‘Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching
terhadap Motivasi Belajar mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI”.
Penelitian ini mengangkat metode yang sama yakni Hypnoteaching .
Perbedaan penelitian ini dengan tulisan yang diangkat oleh Eva Yuni
Rahmawati yakni pada metode penelitiannya memakai penelitian
kuantitatif, dan membahas mengenai motivasi belajar mahasiswa
Universitas Indraprasta PGRI.Sedangkan penelitian ini yakni memakai
metode penelitian kualitatif dan membahas mengenai kedisiplinan siswa
MINegeri 5 Bandar Lampung.
3. Bahar Agus Setiawan “Pegaruh Metode Hypnoteaching Terhadap
Aktifitas Belajar Dan Dampaknya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII
Pada Mata Pelajaran Al-Islam Di SMP Muhammadiyah Jember”.
Penelitian ini mengangkat metode Hypnoteaching seperti yang diangkat
dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
diangkat oleh Bahar Agus Setiawan yakni membahas mengenai aktifitas
belajar dan dampak terhadaphasil belajar siswa kelas VII pada mata
pelajaran Al-Islam di SMP Muhammadiyah Jember dan memakai metode
penelitian kuantitatif sedangkan pada penelitian ini membahas mengenai
56
Permenag No 2 Tahun 2008.
39
BAB III
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
1 Ruang 4b
1 Ruang 4c
1 Ruang 4d
1 Ruang 5a
1 Ruang 5b
1 Ruang 5c
1 Ruang 5d
1 Ruang 6a
1 Ruang 6b
1 Ruang 6c
1 Ruang 6d