Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi juga berdampak pada dunia pendidikan.
Pada kenyataan saat ini, dimana pada saat ini kita mengalami masa pandemic covid 19
dimana pembelajaran dengan menggunakan daring dan tatap muka, maka Pendidikan
dimasa pandenmi ini tidak lepas dengan adanya teknologi. jika pendidikan dihubungkan
dengan teknologi, maka akan jelas terlihat bahwa pendidikan sangat memerlukan bantuan
teknologi. Hal tersebut terlihat pada penggunaan teknologi canggih di dalam kelas yang
digunakan guru saat mengajar. Pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan
khususnya dalam sistem pembelajaran telah mengubah sistem pembelajaran
konvensional menjadi sistem pembelajaran modern yang berasaskan teknologi informasi
dan komunikasi (Information and Communication Technology [ICT]). Salah satu
diantaranya adalah media komputer dengan internetnya yang pada akhirnya
memunculkan e-learning. Diharapkan dari penggunaan media
teknologi informasi dan komunikasi agar siswa dapat tertarik mengikuti
pembelajaran di dalam kelas.
Beberapa model pembelajaran diterapkan guru dengan maksud agar siswa mudah
memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Menurut Keller (2014:143),
model pembelajaran sebagai “tiruan atau contoh kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur pembelajaran secara sistematis dalam mengelola pengalaman belajar peserta
didik agar tujuan belajar terentu yang diinginkan dapat tercapai”. Salah satu model
pembelajaran tersebut adalah Blended Learning. Menurut Moebs dan Weibelzahl
(dalam Husamah, 2014:12) Blended Learning adalah pencampuran antara online dan
pertemuan tatap muka (face-to-face meeting) dalam suatu aktivitas pembelajaran yang
terintegrasi. Model pembelajaran ini menggabungkan model pembelajaran secara
konvensional dengan teknologi yang berbasis whatsapp. Jika dahulu pembelajaran hanya
terpusat pada guru namun pemeblajaran sekarang terfokus pada siswa. Jika
penyampaian materi pembelajaran hanya berfokus pada tatap muka, dimungkinkan
siswa akan jenuh dalam menerima pembelajaran atau kekurangan waktu untuk materi
tambahan, sedangkan jika memanfaatkan teknologi dan komunikasi saat ini peseta
didik dapat melakukan pembelajaran kapan saja dan dimana saja. Menurut Garnham
(dalam Husamah, 2014:21), tujuan dikembangkan Blended Learning adalah untuk
menggabungkan ciri terbaik pembelajaran di kelas (tatap muka) dan online untuk
meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif oleh peserta didik dan mengurangi
waktu tatap muka di kelas. Adapun komponen yang mendukung berjalannya
pembelajaran Blended Learning sebagai berikut: 1) face to face learning, 2) e-learning
offline, 3) e-learning online, 4) mobile learning. Sudah terdapat banyak fasilitas yang
mendukung berlangsungnya model pembelajaran Blended learninng diSDN
Barengkrajan 2. Misalnya melalui jaringan wifi yang digunakan untuk mengakses website
yang mendukung sumber belajar, komunikasi antara guru dengan siswa, dan memberikan
tugas kepada siswa yang sifatnya tidak perlu tatap muka didalam kelas. Berdasarkan
uraian di atas, dapat mendeskripsikan perbedaan hasil belajar matematika yang
signifikan antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Blended
Learning dengan yang tanpa model pembelajaran Blende Learning, Mendeskripsikan
aktifitas dan respon siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran Blended Learning pada siswa kelas VI SDN Barengkrajan 2 Kec.Krian

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut.
1.Apakah pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa yang mengikuti model
pembelajaran blended learning lebih baik daripada pemahaman konsep dan motivasi
belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional?
2. Apakah pemahaman konsep siswa yang mengikuti model pembelajaran blended
learning berbasis whatsapp lebih baik daripada pemahaman konsep siswa yang mengikuti
model pembelajaran konvensional?
3.Apakah penerapan model Blended Learning Berbasis WhatsApp dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI dalam pelajaran Matematika?
4. Apakah ada perbedaan kemandirian belajar, berpikir kritis, dan hasil belajar siswa pada
waktu penerapan model Blended Learning berbasis WhatsApp dan penerapan model
pembelajaran Konvensional pada pelajaran Matematika ?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu
ingin mengetahui :
1) Peningkatan kemandirian belajar siswa saat menggunakan pembelajaran
Blended Learning berbasis WhatsApp pada mata pelajaran Matematika
dikelas VI
2) Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa saat menggunakan model
pembelajaran Blended Learning berbantuan WhatsApp pada mata pelajaran
Matematika.
3) Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan model
Blended Learning Berbasis WhatsApp dalam mata pelajaran Matematika
kelas VI
4) Perbedaan kemandirian belajar, berpikir kritis, dan hasil belajar siswa pada
waktu penerapan model pembelajaran Blended Learning berbantuan
Whataspp dan pembelajaran berbasis Konvensional pada mata pelajaran
Matematika.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Guru
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran keaadaan
hasil prestasi belajar siswa dengan memadukan pembelajaran face to face
dan penggunaan teknologi sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam
upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Manfaat bagi pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap upaya
meningkatan hasil belajar Matematika melalui kemandirian belajar dan
kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan teknologi ke arah yang positif.

3. Manfaat bagi Siswa


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman
serta pertimbangan dalam upaya meningkatkan hasil belajar Maematika di
tinjau dari kemandirian belajar dan bagaimana siswa dapat berpikir lebih
kritis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Belajar

Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang


memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan dan sikap yang baru
(Khodijah,2014: 50). Dan menurut kaum konstruktivis belajar merupakan proses
aktif pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain – lain
(Suparno,1997: 61).
Beberapa definisi belajar lain menurut para ahli ialah sebagai berikut (Khodijah,
2014: 47) :
 Harold Spears (1955) menyatakan bahwa belajar adalah mengamati,
membaca, mengimitasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti
petunjuk.
 Cronbach (1960) menyatakan bahwa belajar ditunjukkan oleh perubahan
perilaku sebagai hasil pengalaman.
 Bell-Gredler (1986) menyatakan belajar sebagai proses perolehan berbagai
kompetensi, keterampilan, dan sikap.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam interaksi dengan
lingkungan sekitar untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang
baru. Seseorang invidu yang mau belajar akan mendapatkan sesuatu yang
sebelumnya dia belum paham bahkan tidak memahaminya dengan cara
mengkonstruksi pikiran dengan informasi yang telah didapatkan baik melihat,
membaca, mendengar, bahkan menulis. Jika seseorang telah mendapatkan
informasi maka tidak sampai disitu, tetapi juga harus mengaitkan atau
menghubungkan informasi yang telah dimilikinya dengan informasi yang telah
didapat.

Dalam belajar ada faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
Menurut Slameto (2015: 54) faktor – faktor yang mempengaruhi belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.

Faktor internal ialah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
Faktor eksternal ialah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam


belajar ada faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Faktor tersebut
merupakan faktor internal yang berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal
yang berasal dari luar individu.

2. Kemandirian Belajar
Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung kepada orang lain, bebas,
dan dapat melakukan sendiri (Rusman, 2014: 353). Kemandirian belajar siswa yang
dimaksud merupakan sikap yang harus dilakukan siswa dalam belajar secara mandiri,
memiliki inisiatif sendiri sesuai dengan kebutuhan tersebut. Kemandirian belajar ini
sangat penting bagi siswa karena tumbuh secara alami dalam diri siswa itu sendiri.
Menurut Wedemeyer (1983) kemandirian belajar perlu diberikan kepada peserta didik
supaya mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisplinkan
dirinya dan dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri
(Rusman, 2014: 354). Haris (2011: 1 dalam Tuti Indra Wahyuni Daeli, 2018: 12)
menjelaskan kemandirian belajar sebagai kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh
motif untuk menguasai suatu kompetensi, dan dibangun dengan bakal pengetahuan
atau kompetensi, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang
telah dimiliki
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar
merupakan sikap yang harus dilakukan siswa dalam belajar secara mandiri, memiliki
inisiatif sendiri sesuai dengan kebutuhan tersebut dan tidak bergantung kepada orang
lain.
3. Berpikir Kritis

Menurut Ennis dalam Susanto (2013: 121) berpikir kritis adalah berpikir dengan
tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang diyakini

Atau dilakukan.Berpikirkritismerupakan kemampuan menggunakan logika.


Berpikir kritis menurut Chance (1986) adalah kemampuan menganalisis suatu
fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan penda`pat, membuat
pertandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argument dan memecahkan
masalah. Menurut Helpern (1985) berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui
cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang
diberikan atau masalah yang dipaparkan.
Adapun indikator – indikator dalam berpikir kritis yang berkaitan dengan
pelajaran menurut Ahmad Susanto (2013: 125), yaitu :
1) Memberikan penjelasan sederhana, yang meliputi :
a) Memfokuskan pertanyaan;
b) Menganalisis pertanyaan;
c) Bertanya dan menjawab tentang suatu penjelasan atau tantangan.
2) Membangun keterampilan dasar, yang meliputi:
a) Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya;
b) Mengamati dan mempertimbangkan suatu hasil observasi.
3) Menyimpulkan, yang meliputi:
a) Mendeduksi dan mempertimbangkan definisi dalam tiga dimensi;
b) Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi;
c) Membuat dan menentukan nilai pertimbangan.
4) Memberikan penjelasan lanjut, yang meliputi:
a) Mendefinisikan istilah dan pertimbangan definisi dalam tiga
dimensi;
b) Mengidentifikasi asumsi.
5) Mengatur strategi dan taktik, yang meliputi:
a) Menentukan tindakan;
b) Berinteraksi dengan orang lain.
Dari pengertian dan indikator – indikator dalam berpikir kritis dapat disimpulkan
bahwa seseorang berpikir kritis jika dapat mengkontruksi pengetahuan yang telah
didapat dengan berani mengemukakan pendapatnya. Seseorang dapat dikatakan
berpikir kritis jika memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan
dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, dan mengatur.

4. Hasil Belajar

Menurut Gronlund (1976) dalam Khodijah (2014: 189) hasil


belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah
ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu. Menurut Sudijarto (1993) dalam
Khodijah (2014: 189) hasil belajar adalah tingkat pernyataan yang dicapai oleh
siswa dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan
yang ditetapkan. Karenanya, hasil belajar siswa mencakup tiga aspek, yaitu:
aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Hasil belajar merupakan suatu hasil yang diharapkan dari usaha
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
rumusan perilaku tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti hanya melihat hasil
belajar siswa dari dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek
kognitif yang digunakan ialah hasil evaluasi berupa nilai pre-test dan post-test.
Aspek afektif yang digunakan ialah hasil penilaian sikap yang dilakukan dengan
observasi dan angket untuk melihat tingkat kemandirian dan berpikir kritis.

5. Blended Learning

Pengertian Blended Learning


Pembelajaran Berbasis Blended Learning berkembang sekitar tahun
2000 dan sekarang banyak digunakan di Amerika Utara, Inggris, dan Australia,
di kalangan perguruan tinggi dan dunia pelatihan. Pembelajaran Berbasis
Blended Learning dimulai

sejak ditemukan komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi


adanya kombinasi (blended). Terjadinya pembelajaran awalnya karena adanya
tatap muka dan interaksi antara pengajar dan pelajar. Namun, terminologi
blended learning muncul setelah berkembangnya teknologi informasi sehingga
sumber dapat diakses oleh pelajar secara offline maupun online.
Blended learning terdiri dari kata blended (kombinasi/ campuran) dan
learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah hybrid course
(hybrid = campuran/kombinasi, course = mata kuliah).

Makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada
belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka
(face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline).
Pembelajaran bauran . (blendedlearning) merupakan pembelajaran yang
mengkombinasikan atau mencampurkan pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran berbasis komputer (online dan offline) (Dwiyogo, 2018: 59).

Thorne(dalamHusamah, 2014: 12) juga mengungkapkan bahwa blended


learning merupakan perpaduan dari teknologi multimedia, CD Room, video
streaming, kelas virtual, voice-mail, e-mail, danAnimasi online. Semua
ini dikombinasikan dengan bentuk tradisional pelatihan di kelas dan pelatihan
perorangan.Dalam hal ini blended learning merupakan suatu solusi yang tepat
untuk proses pembelajaran yang sesuai tidak hanya dengan kebutuhan
pembelajaran namun juga gaya belajar peserta didik. Pembelajaran blended
learning memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut: (1) Membantu
peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses belajar sesuai dengan
gaya belajar dan preferensi dalam belajar. (2) Menyediakan peluang yang
praktis-realistis bagi pengajar dan peserta didik untuk pembelajaran secara
mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Blended Learning merupakan


pembelajaran tatap muka di kelas dengan memanfaatkan teknologi informasi
yang dilakukan secara online dimana terdapat perpaduan dari sumber belajar,
metode belajar dan media pembelajaran.

5.1 Kelebihan dan kekurangan Blended Learning


Berikut adalah kelebihan dan kekurangan Blended Learning menurut Neumeier (2005):
1.Kelebihan Blended Learning
(1)Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional yang keduanya memiliki

kelebihan yang dapat saling melengkapi


(2)Pembelajaran lebih efektif dan efisien
2.Kekurangan Blended Learning
a. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses
internet. Padahal dalam Blended Learning diperlukan akses internet yang
memadai, apabila jaringan kurang memadai dapat menyulitkan peserta dalam
mengikuti pembelajaran via online.
b. Kurangnya pengetahuan pendidik terhadap penggunaan teknologi

Padahal dalam Blended Learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila
jaringan kurang memadai dapat menyulitkan peserta dalam mengikuti
pembelajaran via online.
c. Kurangnya pengetahuan pendidik terhadap penggunaan teknologi (IT)

6. Jejaring Sosial WhatsApp


6.1 Pengertian WhatsApp
Perkembangan kemajuan dunia internet yang saat ini berlangsung, sedang
dirasakan oleh semua orang. Perubahan zaman yang begitu cepat membuat
kehidupan sosialisasi masyarakat menjadi berubah. Akses informasi dengan
mudah didapatkan berbeda dengan masa lampau.

Dengan kecanggihan internet menghadirkan sebuah media sosial yang


digunakan untuk kemudahan berkomunikasi jarak jauh antar penggunanya,
salah satu media sosial tersebut yaitu WhatsApp.
platform yang memungkinkan kita bertukar pesan tanpa biaya sms, karena
WhatsApp Massanger menggunakan paket data internet yang sama untuk
email, browsing web, dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan aplikasi obrolan
online yang lain, WhatsApp tetap menjadi aplikasi chatting yang banyak
digunakan

6.2 Kelebihan dan kekurangan WhatsApp


a.Kelebihan dari WhatsApp sebagai berikut:
1.WhatsApp memiliki fitur yang komplit, karena dengan WhatsApp dapat
berkirim teks, gambar, video, suara, dan bisa berbagai lokasi GPS.
2.Aplikasi WhatsApp memiliki fasilitas broadcast dan grup chat.

3.Aplikasi WhatsApp dapat membuat orang bisa berkomunikasi secara


bersama-sama dalam kurun waktu yang bersamaan tanpa harus bertemu.
Beberapa orang bisa melakukan diskusi di dalam sebuah grup WhatsApp.
b. Kekurangan dari WhatsApp
Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti akses internet.
7. Pembelajaran Matematika
Matematika adalah pelajaran utama yang materinya harus benar benar dikuasai
oleh siswa.karena matematika adalah salah satu pelajaran yang diujikan dalam ujian
sekolah utama skala Propinsi. Guru kelas VI berharap seluruh siswanya mampu
menyelesaikan soal dengan baik dan mampu menguasai seluruh materi yang ada,
karena pada hakikatnya materi kelas VI adalah pengulangan dari kelas IV sampai
kelas VI. Pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan
melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan
kemampuan dan pemrosesan informasi.
Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas
matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang
lain.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dimasa Pandemi dimana menggunakan daring ( online)
yang dilaksanakan pada tanggal 1 Nopember 2019 dan 2 Desember 2019 melalui
aplikasi whats app(Daring) dan tatap muka ( Luring )
B. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian yang dilakukan adalah kelas VI SDN Barengkrajan 2 yang
berjumlah 25 siswa.
C. Metode Penelitian
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi
pengolahan pembelajaran dengan metode blended learning berbasis whats app dan
tes formatif buatan guru pada akhir
D. Diskripsi Pelaksanaan
. 1. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

1.Perencanaan

Sebelum melaksankan tindakan penulis terlebih dahulu menyusun rencana


persiapan yang akan disajikan pada action dan sampel penelitian. Adapun
persiapan-persiapan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Luring
b. Menyusun Penilain
c. Menyusun LK Siswa
d. Menyusun Instrumen Siswa
e. Menyusun data Nilai pada siklus 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


MATEMATIKA (Siklus 1)/ Luring
Satuan Pendidikan : SDN Barengkrajan 2
Kelas / Semester : 6/ 1
Pelajaran : Operasi Hitung Campuran
Sub Pelajaran : Operasi Hitung Pecahan Desimal dan Persen
Pertemuan :6
Alokasi waktu : 2 x 35 menit

A. TUJUAN
1. Siswa mampu memahami operasi pecahan desimal dan persen.
2. Siswa mampu menjelaskan operasi pecahan desimal dan persen.
3. Siswa mampu menghitung/mencari operasi pecahan desimal dan persen.Siswa mampu
mengidentifikasi masalah operasi pecahan desimal dan persen.
4. Siswa mampu menyelesaikan masalah operasi pecahan desimal dan persen.

B.KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1. Kelas dimulai dengan dibuka dengan salam, 10 menit
menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa
Pendahuluan
2. Kelas dilanjutkan dengan do’a dipimpin oleh salah
seorang siswa. Siswa yang diminta membaca do’a
adalah siswa siswa yang hari ini datang paling awal.
(Menghargai kedisiplikan siswa/PPK).
3. Siswa diingatkan untuk selalu mengutamakan sikap
disiplin setiap saat dan menfaatnya bagi tercapainya
sita-cita.
4. Menyanyikan lagu Garuda Pancasila atau lagu
nasional lainnya. Guru memberikan penguatan
tentang pentingnya menanamkan semangat
Nasionalisme.
5. Pembiasaan membaca/menulis 15-20 menit dimulai
dengan guru menceritakan tentang kisah masa kecil
salah satu tokoh dunia, kesehatan, kebersihan,
makanan/minuman sehat, cerita inspirasi atau
motivasi . Sebelum membacakan buku guru
menjelaskan tujuan kegiatan literasi dan mengajak
siswa mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut:
 Apa yang tergambar pada sampul buku.
 Apa judul buku
 Kira-kira ini menceritakan tentang apa
 Pernahkan kamu membaca judul buku seperti ini

Kegiatan A. Mengamati 50
1. Siswa mencermati pengertian operasi pecahan
Inti desimal dan persen. menit

2. Guru menjelaskan cara menyelesaikan masalah


operasi pecahan desimal dan persen.
(Communication)

B. Menanya
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
2. Siswa menanyakan penjelasan guru yang belum di
pahami tentang operasi pecahan desimal dan persen.
3. Guru menjelasakan pertanyaan siswa.
(Communication)
C. Menalar
1. Siswa mencoba berdiskusi dengan temannya tentang
operasi pecahan desimal dan persen.
2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menjelaskan
hasil diskusi tentang operasi pecahan desimal dan
persen dengan bimbingan guru.
3. Guru memberikan pembenaran dan masukan apabila
terdapat kesalahan atau kekurangan pada siswa.
4. Guru menyatakan bahwa siswa telah paham tentang
pengurangan dan penjumlahan bilangan .

D. Mencoba
1. Guru memberikan soal latihan pecahan biasa kepada
siswa. (Critical Thinking and Problem
Formulation)

E. Mengkomunikasikan
1. Siswa mempresentasikan secara lisan kepada teman-
temanya tentang operasi pecahan desimal dan persen.
(Creativity, Mandiri)
2. Siswa menyampaikan manfaat belajar operasi
pecahan desimal dan persen yang dilakauan secara
lisan di depan teman dan guru.
(Communication)
Kegiatan A. Ayo Renungkan 15

Penutup  Siswa melakukan perenungan dengan menjawab menit


pertanyaan yang terdapat dalam Buku Siswa.
 Guru dapat menambahkan pertanyaan perenungan
berdasarkan panduan yang terdapat pada lampiran
Buku Guru.
B. Kerja Sama dengan Orang Tua
 Siswa diminta berdiskusi bersama orang tua
bagaimana cara menyelesaikan masalah operasi
pecahan desimal dan persen
 Siswa menyampaikan hasilnya kepada guru.
C. Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk
menumbuhkan Nasionalisme, Persatuan, dan Toleransi
D. Salam dan doa penutup dipimpin oleh salah satu siswa
(Religius)

C.PENILAIAN

1. Penilaian Pengetahuan ( Koqnitif)

No. Nama Siswa Nilai Catatan


1
2
3
4
5
Rubrik Penilaian

Penilaian Sikap : Observasi selama kegiatan berlangsung

Rubrik Penilaian Sikap

No Nama Sswa Nilai Keterangan


Mandiri Disiplin Bekerjasama

Barengkrajan, 1 Nopember 2019


Mengetahui
Kepala SDN Barengkrajan 2 Guru Kelas

MUDJIADI.S.Pd NANIK SUKANSI,S.Pd


NIP 19641020 198511 1 001 NIP 19721010 2008 01 2 017

A. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pembelajaran Siklus 1


Pelaksanaan tindakan dan observasi pembelajaran pada siklus pertama yang
dilaksanakan oleh penulis pada hari Senin 1 Nopember 2019 dengan waktu 2 jam
pelajaran (2 X 35 menit ) pada pelajaran Matematika dan subyek penelitian di khususkan
pada siswa kelas V1 SDN Barengkrajan 2 yang berjumlah 28 siswa
Kegiatan awal yang yang penulis adalah setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah di rancang oleh penulis kemudian memberikan tes awal
pada siklus satu serta juga membuat catatan observasi
Kemudian dilanjutkan pada kegiatan tes tulis ini untuk mengetahui hasil
belajar dari tindakan siklus 1 dalam penerapan blended learning berbasis whatsapp untuk
memahami pelajaran matematika di dapatkan data kuantatif sebagai berikut.
Tabel 3.1
Data hasil belajar siklus 1 Penerapan Blended Learning Berbasis Whatsapp

N Nama siswa Nilai Ketuntasan


O Tes tulis
1 ACHMAD ALFA BAGUS Tuntas
80
SETIAWAN
2 AHMAD ARGA FATHURAZIZ 100 Tuntas
3 ALMIRAH ANINDYA Tidak tuntas
50
SETIYAWAN
4 ALVINO AKBAR PRASETYO 80 Tuntas
5 ANGGELIN MARGARETA 60 Tidak tuntas
6 AZRA ALIYA MUTMAINNA 50 Tidak tuntas
7 BASYIFA AURA MAULIDIANA 60 Tidak tuntas
8 BIMA MADYA JAGANATHA 70 Tidak tuntas
9 BUNGA MUSTIKA FAJRIN 80 Tuntas
10 CHIERLY HAJJAR GAYUH ARSY 80 Tuntas
11 CLARITA YUDISTIA NUR AZIZAH 60 Tidak tuntas
12 FIRZA RAFI HERMAWAN 60 TidakTuntas
13 GABRIEL ADVENDIKA 100 Tuntas
14 GALIH ILHAM MANGGALA 80 Tuntas
15 JESSICA DWI RAHAYU 60 Tuntas
16 KEVINCO ZILLY MARVELINO 80 Tuntas
17 M. FAHRI HIDAYATULLAH 50 Tidak Tuntas
18 MADINA AYURYA RISTY 90 Tuntas
19 MUHAMMAD AFFAN ABDILLAH 50 Tidak Tuntas
20 NABILA TIPANI ARIFIAH PUTRI 50 Tidak tuntas
21 NAUFAL HAFIZH PERMANA 90 Tuntas
22 NAYLA AZZAHRA PUTRI EFENDI 70 Tidak tuntas
23 NURAINI KHARISMA PUTRI 70 Tidak tuntas
24 RADITYA DANADYAKSA 80 Tuntas
25 RANGGA OKTAVIANUS 60 Tuntas
Total skor 174 12
nilai kelas rata rata kelas 69,6
Prosentase ketuntasan= Jumlah ketuntasan :Jumlah siswa x100 %
= 13:25x100% = 52 %

Dari data tabel 3.1 diketahui bahwa hasil belajar pada siklus 1 masih belum
mencapai nilai yang di harapkan sesuai KKM yakni 74 dari laporan data tersebut,
rata rata kelas masih mencapai 6,96 dan nilai ketuntasan masih 12 siswa dari 25
siswa hingga prosentase yang didapat masih 52 % untuk itu masih perlu adanya
perbaikan untuk siklus selanjutnya
Tabel 3.2
Data observasi keaktifan dan kemandirian siswa dalam pembelajaran
model blended learning berbasis whatsapp dalam pelajaran matematika
NO Nama siswa Keaktifan dan kemandirian
siswa
ya Tidak
1 ACHMAD ALFA BAGUS

SETIAWAN
2 AHMAD ARGA FATHURAZIZ √
3 ALMIRAH ANINDYA SETIYAWAN √
4 ALVINO AKBAR PRASETYO √
5 ANGGELIN MARGARETA √
6 AZRA ALIYA MUTMAINNA √
7 BASYIFA AURA MAULIDIANA √
8 BIMA MADYA JAGANATHA √
9 BUNGA MUSTIKA FAJRIN √
10 CHIERLY HAJJAR GAYUH ARSY √
11 CLARITA YUDISTIA NUR AZIZAH √
12 FIRZA RAFI HERMAWAN √
13 GABRIEL ADVENDIKA √

14 GALIH ILHAM MANGGALA √


15 JESSICA DWI RAHAYU √
16 KEVINCO ZILLY MARVELINO √
17 M. FAHRI HIDAYATULLAH √
18 MADINA AYURYA RISTY √
19 MUHAMMAD AFFAN ABDILLAH √
20 NABILA TIPANI ARIFIAH PUTRI √
21 NAUFAL HAFIZH PERMANA √
22 NAYLA AZZAHRA PUTRI EFENDI √
23 NURAINI KHARISMA PUTRI √
24 RADITYA DANADYAKSA √
25 RANGGA OKTAVIANUS √
Siswa aktif 10
Siswa tidak aktif 15
Prosentase keaktifan = Jumlah siswa aktif : Jumlah siswa x 100 % = 40 %
Dari data tabel 3.2 data observasi keaktifan dan kemandirian siswa dalam
pembelajaran model blended learning berbasis wahatapp dapat di laporkan bahwa
keaktifan siswa untuk mengikuti dan memahami belum maksimal hal ini diketahi dari
data tersebut bahwa hanya 10 anak yang menunjukkan keaktifannya dari 25 siswa
sedangkan 15 anak masih belum aktif sehingga diperoleh presentasi keaktifan siswa
masih 40 % oleh karena itu perlu adanya perbaikan disiklus berikutnya
Refleksi dari Kegiatan Siklus 1
Bahwa dari data hasil belajar masih belum maksimal yakni 69,6 dari
nilai KKM 74 dan yang tuntas masih 13 siswa dari 25 siswa dengan prosentasi 52%
dan untuk keaktifan siswa masih 40% dari 25 seluruh jumlah siswa dalam artian hanya
10 siswa saja yang akfif dalam melakukan dan memahami penerapan model
pembelajaran sebagai berikut :
1. Siswa didik masih belum terbiasa dengan model pembelajaran blended
learning berbasis whatsaapp
2.Siswa didik belum percaya diri dan belum termotivasi aktif untuk mencoba model
pembelajaran blended learning berbasis wahtsapp

B. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2

1.Perencanaan

Sebelum melaksankan tindakan 2 penulis terlebih dahulu menyusun rencana


pelaksanaan pembelajaran agar tujuan yang di harapkan tercapai pada penerapan
model Blended Learning berbasis Whatsapp pada pelajaran Matematika kelas VI
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) daring
b. Menyusun Penilain
c. Menyusun LK Siswa
d. Menyusun Instrumen Siswa
e. Menyusun data Nilai pada siklus 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
DARING
(Sesuai Edaran Kemdikbud No 14 Tahun 2019)

Sekolah : SD/MI Kelas/Semester : VI/ 1 Pertemuan ke : 7


Mata Pelajaran : MTK Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Materi : Pecahan Desimal Dan Persen

A, TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengukuti kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery Learning, dengan metode literasi, eksperimen,
praktikum, dan presentasi dengan menumbuhkan sikap menyadari kebesaran Tuhan, sikap gotong royong, jujur, dan berani
mengemukakan pendapat, siswa dapat :
 dapat Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi perkalian dan pembagian yang melibatkan bilangan bulat negatif
dalam kehidupan sehari-hari

B, KEGIATAN PEMBELAJARAN
Media Alat/Bahan Sumber Belajar
 Whattsapp, Google classroom,  Laptop, Handphone, tablet  Buku guru dan siswa
Telegram, zoom, google form dll dan lain lain  Modul, bahan ajar, internet, dan
 Slide presentasi (ppt) sumber lain yang relevan

PENDAHULUAN  Guru memberi salam dan mengajak peserta didik berdoa bersama (Religious)
 Guru mengecek kehadiran peserta didik (melalui Whattsapp group, Zoom, Google
Classroom, Telegram atau media daring lainnya)
 Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran tentang topik yang akan
diajarkan
 Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan langkah pembelajaran

KEGIATAN INTI  Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan
menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan (melalui Whattsapp
group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring lainnya) terkait materi
Operasi Hitung Bilangan Bulat Perkalian dan Pembagian. (Literasi)
 Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang
belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi Operasi Hitung Bilangan
Bulat Perkalian dan Pembagian. (HOTS)
 Peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi,
mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai pecahan decimal dan
persen .(Collecting information and Problem solving)
 Melalui Whattsapp group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring
lainnya, Peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya kemudian ditanggapi peserta
didik yang lainnya (Communication)
 Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari
terkait, Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal
yang belum dipahami (Creativity)
PENUTUP  Guru bersama peserta didik merefleksikan pengalaman belajar
 Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan berdoa
C, PENILAIAN (ASESMEN)
Penilaian terhadap materi ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari pengamatan
sikap, tes pengetahuan (berupa tes tulis) dan presentasi unjuk kerja/hasil karya atau projek
dengan rubrik penilain sbb
No. Nama Siswa Nilai Catatan
1
2
3
4
5
RUBRIK PENILAIAN

Penilaian Sikap : Observasi selama kegiatan berlangsung

Rubrik Penilaian Sikap

No Nama Sswa Nilai Keterangan


Mandiri Disiplin Bekerjasama

Barengkrajan, 11 Nopember
2019

Mengetahui
Kepala SDN Barengkrajan 2 Guru Kelas

MUDJIADI.S.Pd NANIK SUKANSI,S.Pd


NIP 19641020 198511 1 001 NIP 19721010 2008 01 2 017
Pelaksanaan Tindakan Siklus 2

Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada Siklus 2,
secara rinci hasil yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Data hasil belajar siklus 1 Penerapan Blended Learning Berbasis Whatsapp

NO Nama siswa Nilai Tes Ketuntasan


tulis
1 ACHMAD ALFA BAGUS SETIAWAN 90 Tuntas
2 AHMAD ARGA FATHURAZIZ 100 Tuntas
3 ALMIRAH ANINDYA SETIYAWAN 80 Tuntas
4 ALVINO AKBAR PRASETYO 80 Tuntas
5 ANGGELIN MARGARETA 60 Tidak tuntas
6 AZRA ALIYA MUTMAINNA 60 Tidak tuntas
7 BASYIFA AURA MAULIDIANA 80 Tuntas
8 BIMA MADYA JAGANATHA 80 Tuntas
9 BUNGA MUSTIKA FAJRIN 80 Tuntas
10 CHIERLY HAJJAR GAYUH ARSY 80 Tuntas
11 CLARITA YUDISTIA NUR AZIZAH 80 Tuntas
12 FIRZA RAFI HERMAWAN 80 Tuntas
13 GABRIEL ADVENDIKA 100 Tuntas
14 GALIH ILHAM MANGGALA 80 Tuntas
15 JESSICA DWI RAHAYU 60 Tuntas
16 KEVINCO ZILLY MARVELINO 80 Tuntas
17 M. FAHRI HIDAYATULLAH 80 Tuntas
18 MADINA AYURYA RISTY 90 Tuntas
19 MUHAMMAD AFFAN ABDILLAH 60 Tidak Tuntas
20 NABILA TIPANI ARIFIAH PUTRI 60 Tidak tuntas
21 NAUFAL HAFIZH PERMANA 90 Tuntas
22 NAYLA AZZAHRA PUTRI EFENDI 80 Tuntas
23 NURAINI KHARISMA PUTRI 80 Tuntas
24 RADITYA DANADYAKSA 80 Tuntas
25 RANGGA OKTAVIANUS 100 Tuntas
Total skor 2050
nilai kelas rata rata kelas 80,2

Prosentase ketuntasan= Jumlah ketuntasan :Jumlah siswa x100 %


= 21:25x100% = 84%

Dari data tabel 3.3 diketahui bahwa hasil belajar pada siklus 2 mencapai nilai
yang di harapkan sesuai KKM yakni 74 dari laporan dat tersebut rata rata kelas sudah
mencapai 80,2 dan nilai ketuntasan sudah mencapai 21 siswa dari 25 siswa hingga
prosentase yang didapat masih 84 % maka untuk ketuntasan hasil belajar sudah
tercapai dengan baik

Tabel 3.4
Data observasi keaktifan dan kemandirian siswa dalam pembelajaran
model blended learning berbasis whatsapp dalam pelajaran matematika
NO Nama siswa Keaktifan dan
kemandirian siswa
ya Tidak
1 ACHMAD ALFA BAGUS SETIAWAN √
2 AHMAD ARGA FATHURAZIZ √
3 ALMIRAH ANINDYA SETIYAWAN √
4 ALVINO AKBAR PRASETYO √
5 ANGGELIN MARGARETA √
6 AZRA ALIYA MUTMAINNA √
7 BASYIFA AURA MAULIDIANA √
8 BIMA MADYA JAGANATHA √
9 BUNGA MUSTIKA FAJRIN √
10 CHIERLY HAJJAR GAYUH ARSY √
11 CLARITA YUDISTIA NUR AZIZAH √
12 FIRZA RAFI HERMAWAN √
13 GABRIEL ADVENDIKA √
14 GALIH ILHAM MANGGALA √
15 JESSICA DWI RAHAYU √
16 KEVINCO ZILLY MARVELINO √
17 M. FAHRI HIDAYATULLAH √
18 MADINA AYURYA RISTY √
19 MUHAMMAD AFFAN ABDILLAH √
20 NABILA TIPANI ARIFIAH PUTRI √
21 NAUFAL HAFIZH PERMANA √
22 NAYLA AZZAHRA PUTRI EFENDI √ √
23 NURAINI KHARISMA PUTRI √
24 RADITYA DANADYAKSA √
25 RANGGA OKTAVIANUS √
Siswa aktif 22
Siswa tidak aktif 3

Prosentase keaktifan = Jumlah siswa aktif : Jumlah siswa x 100 %


22: 25 x 100% = 88%

Dari data tabel 3.4 data observasi keaktifan siswa dalam melakukan model
pembelajaran blended learning berbasis whatsapp dapat di laporkan bahwa keaktifan
siswa untuk mengikuti dan memahami sudah maksial hal ini diketahi dari data
tersebut bahwa hanya 22 anak yang menunjukkan keaktifannya dari 25 siswa dan
hanya 3 anak masih belum aktif sehingga diperoleh presentasi keaktifan siswa naik
dengan signifkan 88%

Refleksi dari Kegiatan Siklus 2

Tabel 3.5
Rekapitulasi Kegiatan Siklus 1 dan Siklus 2

Siklus 1 Jumlah Prosentase Siklus 2 Jumla Prosentase Jumlah Selisih nilai


siswa h siswa siswa perbaikan
Hasil 13 52 % Hasil 22 88 % 25 36 %
observas observasi
i keaktifan
keaktifan
Hasil 10 40 % Hasil 21 84 % 25 44 %
belajar belajar
siswa siswa
Dari laporan data tabel 3.5 hasil kegiatan setelah dilaksanakan perbaikan pada
Rencana pelaksanaan pembelajaran dan juga pada media pembelajaranya ternyata
mendapatkan nilai yang signifikan pada hasil belajar mendapatkan 21 anak tuntas dan
84 % prosentasi kenaikannya yakni mendapat kenaikan sebanyak 44 % dan untuk
keaktifan siswa mendapatkan 22 siswa sudah aktif dengan prosentase 88 % dengan nilai
kenaikan yang signifikan sebanyak 44 % dan penulis dapat menyimpulkan keberhasilan
ini di pengaruhi oleh hal hal sebagai berikut ini :
1. Siswa sudah mulai terbiasa menggunakan metode demontrasi
2. Siswa merasakan sebagai pengalaman belajar yang menyenangkan
3. Siswa mendemontrasikan sendiri
4. Siswa sudah mulai muncul rasa percaya diri dalam mmecahkan permasalahan
sehari hari
5. Guru selalu memberikan semangat dan bertindak sebagai fasilisator
BAB IV

PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dari dua kegiatan siklus 1 dan siklus 2 dalam penerapan model pembelajaran Blanded
learning berbasis Whatsapp dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Guru harus mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan
kebutuhan siswa
2. Penggunaan metode belajar yang kreatif akan membangun siswa menjadi lebih kritis
dalam memahami suatu materi
3. Pemahaman Penerapan Blended learning dapat diaplikasikan dengan melihat dari hasil
siklus 1 yakni hasil observasi hanya mendapatkan 52 % dan untuk hasil belajar
mendapatkan hasil 40 % dan pada siklus ke 2 mendapatkan hasil observasi 88 % dan
untuk hasil belajar mendapatkan tingkat keberhasilan sebanyak 84 % sudah melampaui
dari target yang akan di capai

B.Saran

Pada kesempatan ini penulis memberikan saran yang tujuannya untuk perbaikan
pelaksanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
1. Guru harus banyak sharing atau berbagi pengalaman dalam proses belajar mengajar
karena gutu disaat ini dituntut untuk selalu berkembang dalam pengajaran dan metode
pengajaran
2. Adanya KKG antar sekolah agar bisa saling bertukar pengalaman mengenai hambatan
dan solusi dalam penggunaan media pengajaran
3. Guru harus terus berinovasi dalam penggunaan metode,media pembelajaran yang
kreatif,menarik dan menyenangkan yang hasilnya bisa dirasakan langsung pada
peserta didik yang bisa memberikan energy positif terhadap hasil belajar mereka.
DAFTAR PUSTAKA

1.Depertemeri Pendidiken dan Kebudayaan. (2003). Keputusen Mendikbud tentang


Pengadaan dan Penyetaraan Guru SD Jakarta Depdikbud.

2. Hiebert, J. & Carpenter, T.P. (2016). Learning and Teaching With understanding

dalam D.A Grows (Fd) Handbook of Research on Mathematichs Teachingand


Learning. Reston, Va: NCTM

3. Kompas. (7 Februari 2012). Fenomena Guru SD di Indonesia. Jakarta


4. Kemendikbud, ( Revisi 2018) Buku Matematika
5. Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemedikbud , Pieget, J. (1972). To
Understand Is to Invent. New York: Grossmen.
6. Soediyarto. (1997/1998). Memantapkan Kinerja Sistem Pendidikan Nasional

dalam menyiapkan Manusia Indonesia Memasuki Abad Ke-21 Jakarta.

Proyek Perencanaan Terpedu dan Ketenagaan Diklusepora.

Uzer, U. (1997). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai