Anda di halaman 1dari 8

KEMANDIRIAN BELAJAR

1. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh para ahli,


Banyak ahli telah membahas untuk menjelaskan istilah “otonomi” dalam
pembelajaran. Salah satunya adalah Holec yang menyatakan bahwa
autonomous learner adalah orang yang harus bertanggung jawab atas
keberhasilan dalam belajar (Holec, 1981; Vanijdee, 2003; Lo, 2010; Sert,
2006; Cotterall, 2000; Sanprasert, 2009;). Smith menyebutkan sudut
pandang yang mirip bahwa menjadi mandiri berarti latar belakang teoritis
dan praktis dalam pembelajaran dikelola dengan baik oleh peserta didik.
Sanparsert (2009) menyebutkan salah satu ciri yang mendorong
kemandirian belajar adalah “keterkaitan”. Ide tersebut muncul dengan
konsep bahwa setiap peserta didik memiliki kebutuhan untuk saling
berhubungan. Dalam klasifikasi yang lebih kecil, kebutuhan ini meliputi
kebutuhan untuk dihubungi, kebutuhan untuk mendapat dukungan, dan
kebutuhan untuk terlibat dalam masyarakat atau komunitas. Otonom
belajar merupakan salah satu unsur penting dalam memberikan
pengalaman belajar kepada siswa untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan demi belajar yang lebih baik. Otonom belajar merupakan elemen
penting dalam menghadapi perkembangan zaman, terutama dalam
keterampilan hidup abad 21 yang penting bagi siswa untuk menghadapi
perubahan. Pembelajaran berbasis masalah diyakini dapat memberikan
kemandirian belajar siswa. Pembelajaran mandiri dapat dikembangkan dan
ditingkatkan dengan menggunakan media pembelajaran untuk membantu
siswa dalam menyelesaikan masalah (Luke & Hogarth, 2011).
Kemandirian belajar diyakini dapat memberikan landasan akademik dan
memberikan kesuksesan pribadi bagi siswa. Autonomy menurut ide Holec
adalah bahwa pembelajar harus bertanggung jawab atas keberhasilan
belajarnya (Cotterall, 2000; Vanijdee, 2003; Sert, 2006; Sanprasert, 2009;
Lo, 2010; Muhammad, 2020: 321). Selaras dengan Smith (2008;
Muhammad, 2020: 321) bahwa menjadi autonomy berarti memiliki
kemampuan untuk mengelola pembelajaran untuk latar belakang praktis
maupun teoritis sendiri. Ciri lain dari kemandirian belajar seperti yang
dikemukakan oleh Holec (dalam Benson, 2011; Muhammad, 2020: 321)
bahwa biasanya terjadi pembelajaran dengan teknologi atau dalam
Computer Assisted Language Learning, distance learning, dan personal
access learning. Karena tidak semua peserta didik mampu belajar sendiri
dengan teknologi, maka tugas pendidik adalah untuk mengembangkan
kemandirian peserta didik untuk membekali mereka dengan strategi
pelatihan serta penyuluhan. Students Autonomy merupakan salah satu
pendekatan untuk meningkatkan pengajaran yang diakui sebagai perspektif
yang memotivasi untuk menjadikan pengajaran lebih efektif secara
mandiri, dengan menggambarkan otonomi sebagai persyaratan psikologis
peserta didik yang mendukung motivasi intrinsik, serta tujuan dan nilai
yang membantu mereka dalam keterlibatan, eksplorasi, dan pembelajaran.
Berdasarkan teori penentuan nasib, terdapat tiga inti kebutuhan psikologis
manusia, meliputi: 1) kompetensi, 2) keterkaitan, dan 3) otonomi. Apabila
ketiga kebutuhan ini dapat terpenuhi dengan baik, maka hal ini akan dapat
mendorong peserta didik untuk melakukan tindakan yang bermanfaat bagi
perkembangan psikologisnya secara mandiri.
2. Karakteristik kemandirian belajar menurut para ahli, seperti menurut
Sanparsert (2009; Muhammad, 2020: 322) yang menghubungkan
autonomy untuk kebutuhan terkait. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan
dukungan, kontak, dan kebutuhan untuk berada dalam komunitas atau
menjadi bagian dari kelompok. Menurut Boston (2011; Muhammad, 2020:
322), ada tiga dimensi yang perlu dikontrol untuk mempromosikan
autonomy, antara lain: 1) Mengontrol pengelolaan pembelajaran; 2)
Kontrol atas materi pembelajaran; 3) Kontrol pada proses kognitif untuk
prestasi kognitif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh F.
Candy (2021), terdapat 6 aspek pokok mengenai otonomi diri di dalam
pembelajaran, diantaranya meliputi: 1) Peserta didik diberikan kebebasan
dalam memilih; 2) Peserta didik dapat mengembangkan tujuan dan
rencana secara mandiri dari tekanan orang lain; 3) Peserta didik memiliki
kemampuan untuk berefleksi; 4) Peserta didik memiliki kemauan dan
kemampuan untuk "tanpa rasa takut dan tegas mempraktikkan dan
menyelesaikan rencana tindakan ... tanpa bergantung pada orang lain
untuk dorongan dan kepastian; 5) Peserta didik dapat melatih
pengendalian diri; 6) Peserta didik memiliki konsep pribadi tentang
otonomi.
3. Kemandirian peserta didik yang dihasilkan dari proses pendidikan
sepanjang hayat yang mereka lalui dapat menjadi faktor penentu
keberhasilan akademik dan karir peserta didik tersebut (Hasanah, 2019;
Kember & Kwan, 2000; Ros et al., 2012; Hasanah, et al., 2022: 64).
Kemandirian peserta didik juga dapat menjadi mediator yang mampu
menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran jarak jauh (Gow &
Kember, 1990; Krakauer et al., 1999; Hasanah, et al., 2022: 64). Motivasi
belajar yang tinggi, pengetahuan tentang cara belajar, dan kemampuan
peserta didik dalam memecahkan masalah merupakan indikator yang
menunjukkan kemandirian siswa (Benson- Amram et al., 2016; Benson &
Ward, 2013; Kwan & Ko, 2004; Hasanah, et al., 2022: 64).
4. Kemandirian peserta didik merupakan faktor prasyarat yang membutuhkan
prestasi belajar yang efektif (Shrestha & Dangol, 2019; Hasanah, et al.,
2022: 73) serta merupakan faktor mediasi yang berpengaruh untuk
membangun prestasi untuk membangun prestasi peserta didik pada periode
pembelajaran jarak jauh (Shim & lee, 2020; Hasanah, et al., 2022: 73).
Peran mediasi peserta didik secara mandiri selama pembelajaran jarak jauh
berkaitan erat dengan motivasi dan efikasi diri peserta didik terhadap
pestasi yang ingin diraih (Chen et al., 2020; R. Liu & Chiang , 2019; Sisi
& Cuevas, 2020; Hasanah, et al., 2022: 73).
5. Salah satu fitur terpenting dari pembelajar mandiri adalah bahwa mereka
dapat memperoleh manfaat dari “lingkungan belajar online” (Chou, 2012).
Penting bagi individu untuk memberikan motivasi belajar dan
mempertahankan minat dan keterlibatan dalam proses pembelajaran online
(Song & Bonk, 2016). Bahkan, dalam proses pembelajaran online, siswa
dapat kehilangan kendali diri dan memiliki masalah dalam fokus belajar
(Yustina et al., 2020). Di sisi lain, disebutkan bahwa individu yang telah
memperoleh keterampilan belajar mandiri akan menunjukkan kegigihan
dalam belajar dengan peningkatan motivasi dan keterlibatan dengan
pembelajaran online. Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi
cenderung dapat belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan
mengatur jadwal belajarnya secara efektif. Kemandirian belajar dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah
terciptanya hubungan antara guru dan siswa serta terbentuknya lingkungan
yang mendukung, sedangkan faktor internal adalah keterampilan yang
harus dimiliki siswa seperti pemusatan ingatan dan perhatian serta
pemecahan masalah, memahami bagaimana pembelajaran terjadi, serta
keterampilan, perasaan dan emosi. Kemandirian belajar siswa
dimaksudkan agar mampu belajar secara mandiri, mengatur penggunaan
internet dan berbagai aplikasi motivasi, serta mengatur diri sendiri dalam
pembelajaran daring. Di sisi lain, dosen juga harus mampu
mengembangkan ilmu dan keterampilan, memfasilitasi pembelajaran
daring, serta tersedianya sarana prasarana yang memadai untuk
pelaksanaan kuliah daring dari rumah. Hal ini dapat disebabkan oleh
kebiasaan yang telah dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran tatap
muka, sehingga siswa terbiasa dengan pembelajaran mandiri yang
dilakukan. Untuk kendala yang dimiliki siswa dalam melakukan kegiatan
belajar mandiri secara daring yaitu kemampuan siswa dalam melakukan
pekerjaan secara mandiri dan rasa percaya diri yang dimiliki siswa.
Selanjutnya faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian belajar siswa
terdiri dari dua faktor internal seperti kedisiplinan, motivasi, tanggung
jawab dan faktor eksternal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah.
6. Kemandirian belajar peserta didik mengasumsikan nilai fundamental
dalam belajar. Penting bagi mereka untuk mengetahui dan mengenali apa
yang sedang dipelajari dan tujuan yang ingin dicapai, bahwa mereka
mengetahui bagaimana menentukan tugas dan prioritas pekerjaan,
mengetahui bagaimana menggunakan dan menikmati berbagai sumber
informasi, mempelajari, menulis ringkasan dan untuk mempersiapkan
lembar bacaan dan laporan.
7. Menurut Azevedo (2010), bekerja dengan otonomi juga melibatkan
banyak pihak dari lembaga pendidikan dan para guru. Merangsang
kemandirian belajar peserta didik menyiratkan ketersediaan sumber daya
dan sumber informasi yang baik, ketersediaan jadwal mingguan untuk
mendukung pengembangan pekerjaan tutorial, umpan balik yang
berkesinambungan, berkualitas dan siap pakai, membutuhkan upaya dan
dukungan untuk ketekunan mereka dalam bekerja, dan menemukan
strategi untuk mendukung ritme yang berbeda.
8. Berdasarkan hasil tinjauan literatur yang dilakukan oleh peneliti, peserta
didik sebagai pembelajar mandiri harus memiliki tanggung jawab untuk
bisa mencapai tujuan pendidikan mereka (Benson & Voller, 2014; Tseng et
al., 2019) dan mengendalikan proses pembelajaran mereka. Peserta didik
juga harus bisa memutuskan apa yang ingin mereka pelajari, bagaimana
mereka ingin mempelajarinya, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Dengan adanya Students autonomy, maka peserta didik akan dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam masing-
masing diri peserta didik serta menyesuaikan strategi pembelajaran yang
nantinya akan digunakan. Kemandirian belajar dapat mempromosikan
pembelajaran aktif yang mendorong peserta didik untuk bisa mengambil
peran aktif dalam membentuk pengalaman belajar mereka (Rahimi &
Yadollahi, 2017). Hal Ini juga mempersiapkan peserta didik untuk proses
pembelajaran seumur hidup yang memungkinkan mereka untuk terus
belajar di luar kelas dan sepanjang hidup mereka (Aksela, 2005). Dengan
demikian, peserta didik menjadi pribadi yang mandiri, dan dapat
mengarahkan atau menginisiasi pendidikannya sendiri.
9. Kemandirian belajar mengacu pada kesiapan dan kemampuan peserta
didik untuk bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri, serta
kapasitas potensial untuk bertindak dalam situasi belajar (Benson, 2007).
Ini menandakan bahwa peserta didik dapat memutuskan bagaimana
menyelesaikan tugas mereka, memantau kemajuan mereka, dan
mengevaluasi pembelajaran mereka dengan bantuan guru. Otonomi
pembelajar merupakan salah satu tujuan pendidikan yang dirancang untuk
menghasilkan peserta didik yang mandiri sepanjang hayat (Howlett &
Waemusa, 2019). Kemandirian belajar dapat dipantau melalui tiga cara,
diantaranya: 1) Instruksi diri: mengacu pada penentuan ide, pengambilan
keputusan, dan menyelesaikan tugas secara individu atau kelompok,
menunjukkan bahwa otonomi pembelajar memerlukan tanggung jawab
untuk menentukan tujuan. 2) Self-direction: yaitu menentukan konsep,
mengambil keputusan, dan menyelesaikan tugas. Self-direction sendiri
didalamnya juga mencakup pemantauan terhadap kemajuan dan
mengevaluasi hasilnya, serta menerapkan ritme dan metode pembelajaran.
3) Self-access: mengacu pada inisiatif individu dalam menemukan sumber
yang beragam (Little, 1996). Konsekuensinya, otonomi pembelajar
menekankan dimensi psikologis dari proses dan isi pembelajarannya. Hal
ini menunjukkan bahwa kemandirian pembelajar telah menitikberatkan
pada karakteristik kognitif dan perilaku pembelajar (Benson, 2007;
Zainuddin et al., 2019). Elemen kognitif berkaitan dengan kesadaran,
persepsi, atau refleksi pembelajar terhadap pembelajaran atau motivasi,
sedangkan aspek perilaku berkaitan dengan tindakan dan strategi
pembelajaran.
10. Pembelajaran mandiri adalah proses di mana individu menilai kebutuhan
belajar mereka, mengartikulasikan tujuan mereka, memilih dan
menerapkan strategi yang tepat, dan menilai hasil belajar mereka (Zhang,
2010) . Itu bisa membantu peserta didik dalam mengembangkan
kelemahan dan kekuatan mereka untuk mengurangi ketergantungan
mereka pada pendidik. Pembelajaran mandiri memungkinkan peserta didik
untuk mengambil alih pembelajaran online mereka untuk meningkatkan
kemanjuran mereka, karena mereka dapat belajar kapan saja dan dari
lokasi mana saja. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa penilaian
teman sebaya dapat digunakan untuk mempromosikan pembelajaran
mandiri (Zainuddin & Perera, 2018), yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertukar pengetahuan dan mengajukan
pertanyaan kepada teman sebayanya.
11. Otonomi pembelajar dianggap sebagai kemampuan untuk bisa merancang
jalur pendidikan secara mandiri, dengan memilih mata pelajaran, tingkat
studi, alat, kecepatan materi. Perkembangan kemandirian didasarkan pada
lingkungan, termasuk guru dan orang-orang yang tampil di kelas. Students
Autonomy merupakan kemampuan yang sangat penting karena dapat
melatih peserta didik untuk dapat berinteraksi dengan pendidik dan teman
sebayanya. Melalui kemandirian belajar, peserta didik diharapkan dapat
melakukan refleksi tentang kegiatan belajar yang telah mereka lakukan.
Pengembangan Students Autonomy dalam lingkup pembelajaram jenjang
menengah memiliki beberapa manfaat, diantaranya: a) Menjadikan peserta
didik memiliki kemampuan untuk memilih dan bertanggung jawab atas
pilihan mereka; b) Peserta didik dapat membuat keputusan secara
independent; c) Peserta didik dapat menetapkan tujuan dan pencapaian
nya.
Refrensi Artikel

Hasanah, E., et al. 2022. The Mediating Role of Student Independence on


Graduate Quality in Distributed Learning. International Journal of
Instruction. 15(1): 61-82.

Lopes, R., M. Cristina, dkk. 2019. Students Learning Autonomy: A Systematic


Literature Review. Proceedings of Edulearn19 Conference. ISBN: 978-84-
09-12031-4.

Muhammad. 2020. Promoting Students‟ Autonomy through Online Learning


Media in EFL Class. International Journal of Higher Education. 9(4):
320-331.

Octaberlina, L., and Muslimin, A. 2021. Online Learning: Students’ Autonomy


and Attitudes. 14(1): 49-61.

Pahrudin, Liu, L.W & Ali, M. 2020. The Effect of Cooperative Learning to
Enhance Students’ Independence Learning in the 21st Century. Advances
in Social Science, Education and Humanities Research. Vol (563).

R.V. Anastasia. 2022. Student Autonomy in Secondary Schools: The Potential for
Development. Psychological Science and Education. Vol.27(3): 28-38.

S. Arik et al. 2023. Between teacher’ roles and students’ social: Learner autonomy
in online learning for EFL students during the pandemic. EDUCATIONAL
PSYCHOLOGY & COUNSELLING RESEARCH ARTICLE. Vol.10: 1-16.

Sumbawati, M.S., dkk. 2020. Student Learning Independence in Online Learning


Depends on Motivation. International Joint Conference on Science and
Engineering (IJCSE). Vol. 196

Anda mungkin juga menyukai