Anda di halaman 1dari 22

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS BELAJAR MANDIRI (self directed learning)

PADA PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS CENDRAWASIH

FRISKI WIWIT IRDYANA

(2020011044002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2023
# ABSTRAK

Pendidikan harus dapat memberikan bekal hard skill dan soft skill yang memadai kepada
peserta didik untuk menghadapi semakin meningkatnya tantangan kehidupan di era globalisasi
baik masa sekarang maupun yang akan datang. Salah satu kompetensi soft skill yang penting
dilatih adalah self-directed learning dan merupakan salah satu indikator dari kompetensi yaitu
pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). Tujuan dari penelitian ini untuk penerapan
metode self-directed learning dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa universitas
cendrawasih terutama mahasiswa pendidikan biologi, di deskripsikan 1) Pengelolaan kegiatan
pembelajaran yaitu, mampu mengelola strategi belajar, mampu mengatur waktu belajar, mampu
mengatur tempat belajar. 2) Bertanggung jawab yaitu, mampu menilai aktifitas belajar, mampu
mengatasi kesulitan memahami bahan ajar, mampu mengukur kemampuan dari belajar. 3)
Memanfaatkan berbagai sumber belajar yaitu, dapat memilih sumber belajar, memilih bahan ajar,
interaksi peserta ajar dengan bahan ajar. 4) faktor penghambat dan faktor pendukung
kemandirian belajar. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dengan sumber data
mahasiswa, dosen, dan ketua program studi serta observasi dan dokumentasi. Intrumen penelitian
yaitu: Peneliti, pedoman wawancara, pedoman observasi. Teknik keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber data. Teknik analisis data menggunakan tahapan pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa: 1) Mampu mengelola strategi belajar, dimana mahasiswa mengikuti pembelajaran
dengan baik. 2) Mampu mengatur waktu belajar, dimana mahasiswa menyempatkan waktu luang
untuk belajar serta tidak akan bermain handphone (hp) saat sedang kuliah. 3) Mengatur tempat
belajar, dimana mahasiswa mencari tempat yang nyaman untuk kuliah serta dapat mengatasi
kendala yang dihadapinya. 4) Mampu menilai aktifitas belajar, dimana mahasiswa sudah
mempersiapkan diri sebelum mengikuti perkuliahan serta sanggup mengumpulkan tugas tepat
waktu. 5) Mampu mengatasi kesulitan memahami bahan ajar, dimana mahasiswa akan
melakukan diskusi dan lebih cenderung meminta jawaban kepada temannya. 6) Mampu
mengukur kemampuan dari belajar, dimana mahasiswa puas dengan hasil yang di dapat serta
akan berusaha memperbaiki. 7) Dapat memilih sumber belajar yang sesuai, dimana mahasiswa
menggunakan internet seperti google dan youtube. 8) Memilih bahan ajar, dimana mahasiswa
hanya memiliki bahan ajar yang diberikan dosen. 9) Interaksi peserta ajar dengan bahan ajar,
dimana mahasiswa tidak membuat jadwal belajar, fokus dalam mengikuti perkuliahan, sering
membaca pendahuluan modul, jarang membaca uraian dan contoh materi, tidak melihat kunci
jawaban, serta melakukan evaluasi diri. 10) Faktor pendukung dan faktor penghambat, dimana
mahasiswa terhambat oleh kurangnya fasilitas dan lingkungan yang tidak mendukung. Faktor
pendukung yaitu motivasi diri dan dorongan dari keluarga.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengandalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja menjadi
seorang pendidik yang profesional. Pendidikan harus dapat memberikan bekal hard skill
dan soft skill yang memadai kepada peserta didik agar dapat mengaktualisasi diri secara
positif dimasayarakat untuk menghadapi semakin meningkatnya tantangan kehidupan di
era globalisasi baik masa sekarang maupun masa yang akan datang. Salah satu
kompetensi soft skill yang penting dilatih adalah self-directed learning.
Mahasiswa sebagai bagian dari aktivitas akademika sebuah perguruan tinggi yang
sudah dikategorikan dewasa, idealnya sudah menjadi individu yang memiliki
kemandirian belajar. Dikatakan oleh Wey dalam Setyawati (2015) bahwa kebanyakan
mahasiswa Asian masih dipersepsikan sebagai mahasiswa pasif dan terbiasa dengan
lingkungan teacher-centered learning, sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia..
Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya kemandirian belajar pada mahasiswa
sebagaimana dikemukakan oleh Alsa (2005) dalam Setyawati (2015) bahwa kemandirian
belajar pelajar Indonesia rendah, dan rendahnya ini disebabkan oleh lingkungan dan
setting belajar yang tidak banyak memberikan tantangan kepada pelajar seperti: standar
kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah sangat rendah, tidak menuntut pelajar untuk
bekerja keras, pelajar yang tidak belajar dengan baik, asal memenuhi syarat partisipasi
dan kehadiran di kelas, maka ia dapat naik kelas atau lulus ujian, tidak adanya tekanan
agar pelajar belajar dengan tekun dan giat, karena sekolah lebih berorientasi pada
kuantitas Pendidikan.
Kemandirian belajar merupakan kegiatan yang secara sadar dilakukan oleh siswa
untuk belajar tanpa tekanan oleh orang lain, sebagai wujud dari pertanggung jawaban
sebagai seorang pelajar, dalam memecahkan masalah (Yanti & Surya, 2017).
Kemandirian belajar juga merupakan bentuk belajar yang memusatkan perhatian siswa
dalam mencari kesempatan dan pengalaman yang di anggap penting bagi siswa, sehingga
dapat membangun kepercayaan diri, motivasi diri, dan pengalaman bagi siswa (Wiyono,
2018). Sedangkan menurut Nurhasanah & Zhanty (2019) kemandirian belajar merupakan
suatu keinginan siswa untuk berusaha mendapatkan informasi belajar dari berbagai
sumber belajar selain guru.
Dari penjelasan diatas maka kemandirian belajar merupakan suatu dorongan yang
berasal dari dalam diri siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya tanpa
paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Siswa yang memiliki kemandirian akan
cenderung dapat menyelesaikan masalahnya sendiri karena siswa tersebut memiliki
dorongan dalam dirinya dan tidak bergantung pada orang lain.
Kemandirian belajar ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tingkah laku (Yanti & Surya, 2017). Dari
pernyataan diatas maka kemandirian belajar pada siswa ditunjukkan dengan ekspresi
yang berasal dari dalam diri siswa untuk dapat keluar dari masalah yang dihadapinya
dengan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap suatu hal yang
dilakukannnya.
Berdasarkan hasil observasi awal tingkat kemandirian mahasiswa Universitas
Cenderawasih terutama di Prodi Pendidikan Biologi masih kurang. Selama pembelajaran
secara daring banyak mahasiswa yang belum bisa menggunakan aplikasi zoom dalam
proses pembelajaran daring, dimana ada mahasiswa yang tidak bisa mengaktifkan atau
mematikan mikrofone, mengaktifkan kamera, dan pengisian absen melalui google form.
Selain itu dalam pembelajaran luring juga masih ada mahasiswa yang menyontek dalam
ujian, meminta jawaban dalam mengerjakan tugas bahkan tidak mengerjakan tugas yang
diberikan oleh dosen, serta masih banyak lagi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengelolaan kegiatan belajar mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas
Cenderawasih?
2. Bagaimana sikap tanggung jawab mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas
Cenderawasih?
3. Bagaimana mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Cenderawasih dalam
memanfaatkan berbagai sumber belajar?
4. Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung dalam kemandirian belajar
mahasiswa pendidikan biologi Universitas Cenderawasih?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengelolaan kegiatan belajar mahasiswa
pendidikan biologi dalam pembelajaran.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan sikap tanggungjawab mahasiswa pendidikan
biologi dalam pembelajaran.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pemanfaatan media belajar mahasiswa
pendidikan biologi dalam pembelajaran.
4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor penghambat dan faktor pendukung
kemandirian mahasiswa pendidikan biologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran


Belajar merupakan proses penting yang dilakukan manusia baik melalui
perbuatan atau perilaku manusia yang telah dipikirkan dan dikerjakan. Belajar
memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian bahkan persepsi manusia (Rosak, 2019). Belajar merupakan
suatu kejadian yang berasal dari benak seseorang, yang berasal dari otaknya. Belajar
juga merupakan proses yang membuat manusia ini mengubah perilakunya dengan
cepat dalam cara yang kurang lebih sama, sehingga diharapkan kejadian yang sama
tidak terulang kembali pada kondisi yang sama.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan
segala kegiatan yang dilakukan secara sadar dengan waktu yang singkat yang
ditandai dengan perubahan tingkah laku, sikap, dan pola pikir.
Pembelajaran menurut Gasong (2018) merupakan tindakan yang dirancang
untuk mengusahakan, mengaktifkan serta mendukung kegiatan belajar siswa.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara
pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu
lingkungan belajar.
Dari uraian diatas maka pembelajaran merupakan kegiatan yang secara sengaja
dirancang oleh guru untuk mengaktifkan interaksi antara siswa dan sumber belajar.

2.1.2 Kemandirian Belajar


Kemandirian merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Kemandirian dalam belajar sangat diperlukan bagi pelajar, baik pelajar dalam bangku
sekolah maupun dalam bangku kuliah. Agar segala kegiatan belajar yang
berlangsung didasarkan atas kemampuannya sendiri, pilihan sendiri dan
bertanggungjawab sendiri dalam belajar. Pelajar dapat dikatakan memiliki
kemandirian dalam belajar jika pelajar dapat mengerjakan tugas-tugasnya secara
mandiri tanpa bantuan dari teman maupun keluarga.

Kemandirian sering di salah artikan oleh masyarakat umum, kemandirian


bukan berarti siswa dapat belajar sendiri. Pada bab II Undang-Undang Nomer 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkannya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta
bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang diatas jelas bahwa menciptakan
siswa yang mandiri merupakan tujuan dari pendidikan nasional. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaannya diperlukan peran guru.

Kemandirian belajar merupakan kemampuan untuk belajar yang berasal dari


dalam diri siswa, tidak bergantung pada orang lain serta memiliki rasa tanggung
jawab dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Badjeber,
2020).

Kemandirian belajar seseorang ditunjukkan dengan adanya kepercayaan


diri akan kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang
ada selama kegiatan belajar berlangsung, tanpa bantuan dari orang lain dan
tidak ingin dikontrol pengambilan keputusannya untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut. Sama halnya dengan pernyataan (Desmita, 2011)

1. Bentuk Kemandirian Belajar


Orang yang mampu berdiri sendiri, mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri tanpa pertolongan dari orang lain merupakan bentuk dari kemandirian
belajar:
a. Kemandirian emosional, seperti hubungan emosional siswa dengan guru
atau dengan orang tuanya. Merupakan sikap mandiri yang menyatakan
hubungan kedekatan emosional antar individu.
b. Kemandirian tingkah laku, merupakan sikap mandiri yang ditunjukkan
individu dalam menentukan sebuah keputusan dan menjalankannya secara
bertanggung jawab.
c. Kemandirian nilai, yaitu kemampuan seseorang untuk menilai tentang apa
yang penting dan apa yang tidak penting serta dalam memaknai prinsip
benar dan salah.

2.1.3 Ciri-Ciri Kemandirian Belajar


Ciri-ciri siswa yang telah memiliki kemandirian dalam belajar. Menurut Thoha
(2006) yang dikutip dalam Rosak (2019) yang diuraikan sebagai berikut:

1. Siswa mampu berfikir kritis, kreatif dan inovatif.


2. Siswa tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
3. Siswa tidak lari atau menghindari masalah.
4. Siswa memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam.
5. Apabila siswa menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan
orang lain.
6. Siswa tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain.
7. Siswa berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.
8. Siswa bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

Sedangkan menurut Yohanes Barbari dkk (2002) dalam Sundayana (2016)


membagi ciri-ciri kemandirian belajar menjadi lima jenis yaitu:

1. Percaya diri
2. Mampu bekerja sendiri
3. Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya
4. Menghargai waktu
5. Bertanggung jawab

Berdasarkan uraian diatas siswa yang memiliki tingkat kemandirian belajar


yang tinggi dapat dilihat melalui kesehariannya dalam melakukan segala aktifitasnya.
Siswa yang memiliki tingkat kemandirian tinggi tanpa di minta untuk belajar dia
akan belajar sendiri dengan keinginanya sendiri, datang tepat waktu, serta dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Ini menunjukkan siswa telah memiliki
tingkat kemandirian belajar yang tinggi.

2.1.4 Aspek-Aspek Kemandirian Belajar


Menurut Van Alten, D. C., Phielix, Janssen, J., & Kester, L.(2020)
a. Strategi Motivasi
Strategi yang digunakan sisa untuk mengendalikan adanya tekanan dan
emosi yang terkadang timbul pada saat mereka mencoba berupaya untuk
mengatasi kesalahan sebelumnya dan menjadi pelajar yang baik.
b. Strategi Belajar
Strategi pembelajaran merupakan sebuah proses yang digunakan siswa
dalam menaikan tinggkat pengetahuan dalam pembelajaran, mengumpulkan
pemikirandan menyimpan fakta-fakta yang terkait dengan pengalaman
belajarnya.

Sedangkan menurut Yurniadi dan Halida (2012) dalam Rifky (2020) yang
membagi aspek-aspek kemandirian belajar menjadi 4 aspek yaitu:

1. Berdiri sendiri
Berdiri sendiri diartikan sebagai kemampuan dalam menentukan pilihan
sendiri apa yang akan dilakukan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Sikap
ini dapat ditumbuhkan oleh guru dengan memberikan pemahaman tentang
motivasi dan pengertian mengenai pentingnya efikasi diri dalam belajar tanpa
adanya pengaruh dari orang lain.
2. Menyelesaikan masalah
Guru dapat meningkatkan sikap menyelesaikan masalah pada siswa dalam
pembelajaran dengan cara melatih peserta didik untuk mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri misalnya guru memberikan pokok permasalahan dan siswa
di tuntut untuk meyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi dengan
temannya, berdiskusi dengan orang tuanya, atau dengan cara yang lain yang
berkaitan dengan penyelesaian masalah peserta didik tanpa harus bergantung
kepada orang lain.
3. Tanggung jawab
Sikap ini dapat dibentuk oleh guru dengan pemberian tugas dan diberi
batasan waktu dalam penyelesaianya, serta guru harus memberikan
konsekuensi jika ada murid yang telat dalam mengumpulkan tugas serta
memberikan apresiasi kepada siswa yang mengumpulkan tugas sesuai dengan
waktu yang telah diberikan. Dalam pemberian hukuman tidak perlu dalam
bentuk fisik, tetapi dapat berupa pemotongan skor atau dalam bentuk teguran
dan masukan.
4. Inisiatif dan kreativitas
Sikap inisiatif dan kreativitas dapat ditumbuhkan oleh guru dengan
memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dan
mengerjakan sesuatu sesuai dengan keinginan yang tidak menutupi siswa untuk
berkreasi sehingga siswa dapat mengembangkan sikap inisiatif dan
kreativitasnya. Selain itu seorang guru harus memberikan peluang kepada
siswa untuk dapat menuangkan pemikiran serta ide kepada teman-temannya.
Pemaparan diatas merupakan aspek-aspek kemandirian belajar sehingga
dapat ditarik kesimpulan kemandirian belajar siswa dapat ditingkatkan melalui
aspek antara lain pengelolaan kegiatan belajar, rasa tanggung jawab,
memanfaatkan berbagai sumber belajar, berdiri sendiri, dapat menyelesaikan
masalah, serta inisiatif dan kreativitas dari siswa.

2.1.5 Faktor –Faktor Kemandirian Belajar


Tuntutan kemandirian belajar setiap jenjang pendidikan berbeda-beda. Mulai
dari jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Semakin tinggi
jenjang pendidikan yang di tempuh maka pelajar semakin di tuntut untuk
meningkatkan kemandirian dalam belajar.
Dalam meningkatkan kemandirian belajar ada beberapa faktor penghambat
yang di alami pelajar. Rifky (2020) membagi faktor-faktor penghambat kemandirian
belajar menjadi beberapa faktor yang di uraikan sebagai berikut:
a. Faktor yang berasal dari dalam diri (faktor internal)
 Faktor fisik
Keadaan fisik pelajar dapat menjadi hambatan dalam belajar. Keadaan
fisik yang tidak optimal dapat mengganggu kinerja saraf sensorik dan saraf
motorik. Gangguan pada saraf dapat menghambat siswa dalam menerima,
menyimpan, dan merespon informasi dikarenakan informasi tidak dapat di
terima oleh otak. Selain itu keadaan fisik yang tidak optimal akan
menyebapkan siswa mudah lelah, menguap, hilang fokus, dan sering sakit
kepala dalam kegiatan belajar.
 Faktor psikologis
Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik harus siap secara
psikologis. Psikologis dibagi kedalam beberapa faktor, yaitu faktor bakat,
minat, motivasi serta kesehatan mental para peserta didik. Dengan kesiapan
psikologis dalam belajar peserta didik dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran yang diberikan secara maksimal.
b. Faktor yang berasal dari luar (faktor eksternal)
 Faktor keluarga
Keluarga menjadi faktor eksternal pertama yang dapat menghambat
kemandirian peserta didik, karena keluarga merupakan lingkungan awal
yang dikenal peserta didk, faktor didikan, cara asuh, serta hubungan antara
orang tua dan anak akan memberikan dampak yang besar terhadap
kemandirian dan motivasi peserta didik.

 Faktor lingkungan
Lingkungan meliputi keadaan sekitar peserta didik dalam proses
belajar dapat mempengaruhi konsentrasi peserta didik. Lingkungan yang
tidak mendukung akan memecahkan konsentrasi peserta didik. Sebaliknya
lingkungan yang kondusif akan meningkatkan konsentrasi belajar peserta
didik.
 Faktor kesalahan menggunakan metode
Penggunaan metode lebih ditekankan kepada guru dalam proses
pembelajaran, guru dituntut untuk mengenali karakteristik peserta didik
sebelum proses pembelajaran agar dapat memilih metode yang tepat dan
efektif untuk pembelajaran.
Sedangkan menurut Siswoyo (2013: 294) factor-faktor yang mempengaruhi
kemandirian, antara lain :
1. pola asuh orang tua, orang tua berperan dalam mengasuh membimbing, dan
membantu mengarahkan anak menjadi mandiri. Keluarga merupakan pilar utama dan
pertama dalam membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri.
2. umur, semakin bertambah umur seseorang, perilaku mandiri akan terus
berkembang dan perilaku tergantung akan berkurang.
3. Pendidikan, sekolah berperan memberikan kesempatan anak untuk bersikap
mandiri melalui upaya mendidik, membimbing, dan melatih.
Dari penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kemandirian belajar adalah faktor internal (faktor yang berasal
dari dalam dirinya sendiri) dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar).

2.1.6 Upaya Guru Dalam Menumbuhkan Sikap Kemandirian Belajar


Selain orang tua guru juga memiliki peranan penting dalam menumbuhkan
kemandirian belajar peserta didik terutama saat disekolah. Guru merupakan sosok
yang dijadikan teladan oleh peserta didik. Berikut merupakan beberapa peran guru
dalam menumbuhkan sikap kemandirian belajar menurut (Rifky, 2020) :
a. Guru sebagai pendidik
Dalam pandangan peserta didik guru merupakan sosok yang berpengaruh
terhadap perkembangan sikap peserta didik. Sehingga guru harus memiliki
standar kualitas yang ideal, diantaranya memiliki pribadi yang berwibawa,
disiplin, bertanggung jawab, tegas, dan mandiri.
b. Guru sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar merupakan, guru yang dapat membantu peserta
didik untuk menemukan dan meningkatkan kompetensinya, membantu peserta
didik dari yang awalnya tidak tahu apa-apa menjadi seseorang yang tahu
segalanya.
c. Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing, guru bertugas mengarahkan peserta didik serta
memberikan solusi dan arahan bagi peserta didik agar dapat mencapai cita-
citanya.
d. Guru sebagai penasihat
Tugas lain guru adalah memberikan edukasi dan pendidikan moral, oleh
sebab itu guru hendaknya selalu melakukan pengamatan terhadap perilaku
peserta didik agar tidak menyimpang dari nilai-nilai moral.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini
termasuk ke dalam penenlitian non-eksperimen. Penelitian memfokuskan pada
penggambaran data kualitatif yang diperoleh menyangkut dengan keadaan subjek dari
sebuah populasi, naskah wawancara, dan catatan lapangan.
3.2 Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk penelitian dilaksanakan pada proposal penelitian


disahkan dalam kurung waktu kurang lebih selama 3 bulan, 2 bulan pengumpulan data
dan pengolahan data 1 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk
skripsi dan proses pembimbingan berlangsung.

2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada mahasiswa Tahun akademik 2020-s2023 di Program Studi
Pendidikan Biologi Universitas Cenderawasih.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini memfokuskan pada Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi, Dosen Pendidikan Biologi, dan Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas
Cenderawasih. Mahasiswa yang diambil dari angkatan 2020, 2021, 2022, dan 2023
masing-masing 5 mahasiswa.
3.4 Sumber Data
3.4.1 Data Primer
Dalam penelitian ini data primer menggunakan pendekatan informal dari
“Purposive Sampling”. informasi diperoleh secara langsung melalui wawancara yang
dilakukan kepada Ketua Program Studi, Dosen, dan Mahasiswa.
Tabel 3. 1 Data Primer

No Informan Jumlah
1. Ketua Program Studi 1
2. Dosen 3
3. Mahasiswa 20

3.4.2 Data Sekunder


Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui
buku-buku dan jurnal penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Instrumen Utama
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif maka instrument utamanya
adalah peneliti itu sendiri.
3.5.2 Instrumen Pendukung
Instrument pendukung berupa pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang
digunakan berdasarkan Tahar & Enceng (2006) dan telah disesuaikan oleh peneliti.
Instrumen wawancara berisikan 9 indikator yang menjadi acuan dalam daftar
pertanyaan yang diajukan dalam mengumpulkan data.
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Sub Variabel Indikator Sub Indikator Sumber Data Metode


Metode belajar yang  Mahasiswa  Wawancara
Mampu digunakan  Dosen  Observasi, dan
mengelola Media belajar yang  Ketua Prodi  Dokumentasi
strategi digunakan
belajar
Pengelolaan
kegiatan Kebiasaan  Mahasiswa  Wawancara
belajar Mampu memanfaatkan  Dosen  Observasi, dan
mengatur waktu belajar
waktu Penggunaan waktu  Ketua Prodi  Dokumentasi
belajar belajar
Pembagian waktu
belajar
Mampu Di rumah, Di  Mahasiswa  Wawancara
mengatur kampus, dan Di  Dosen  Observasi, dan
tempat perpustakaan  Ketua Prodi  Dokumentasi
belajar
Mampu Kesiapan dalam  Mahasiswa  Wawancara
menilai belajar  Dosen  Observasi, dan
aktifitas Keuletan dalam  Ketua Prodi  Dokumentasi
belajar belajar

Bertanggung Daya tahan belajar


jawab Mampu Diskusi sesama  Mahasiswa  Wawancara
mengatasi mahasiswa  Dosen  Observasi, dan
kesulitan Memanfaatkan  Ketua Prodi  Dokumentasi
memahami sumber belajar
bahan ajar Mengerjakan latihan
tugas mandiri
Mampu Hasil belajar dari  Mahasiswa  Wawancara
mengukur tugas mandiri  Dosen  Observasi, dan
kemampuan Hasil belajar dari  Ketua Prodi  Dokumentasi
dari belajar UAS
Dapat Modul, buku,  Mahasiswa  Wawancara
memilih majalah, literatur  Dosen  Observasi, dan
sumber lain  Ketua Prodi  Dokumentasi
belajar yang Mengakses internet
sesuai (website, youtube,
facebook, instagram,
gmail, dan lainya)
Memanfaatkan Memilih Membeli buku,  Mahasiswa  Wawancara
berbagai bahan ajar modul  Dosen  Observasi, dan
sumber belajar Print out jurnal  Ketua Prodi  Dokumentasi
Lama belajar  Mahasiswa  Wawancara
Ketekunan/konsentra  Dosen  Observasi, dan
si belajar  Ketua Prodi  Dokumentasi
Membaca
Interaksi pendahuluan modul
peserta ajar Membaca uraian dan
dengan contoh
bahan ajar Mengerjakan latihan

Jumlah 9 23

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Pedoman Observasi

No Indikator Pernyataan Keterangan


Ada Tidak ada
1 Mampu mengelola
strategi belajar
2 Mampu mengatur
waktu belajar
3 Mampu mengatur
tempat belajar
4 Mampu menilai
aktifitas belajar
5 Mampu mengatasi
kesulitan memahami
bahan ajar
6 Mampu mengukur
kemampuan dari
bahan ajar
7 Dapat memilih
sumber belajar yang
sesuai
8 Memilih bahan ajar
9 Interaksi peserta ajar
dengan bahan ajar

3.6 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara mendalam,
observasi dan dokumentasi.
3.6.1 Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada Ketua Program Studi, Dosen,
dan Mahasiswa. Semua hasil wawancara direkam menggunakan handphone (hp) dan
dibuat transkip percakapan.
3.6.2 Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan secara non partisipan. Pengamatan
dilakukan saat pembelajaran secara luring, dimana akan dilakukan pada setiap
angkatan sebanyak satu kali.
3.6.3 Dokumentasi
Penelitian ini menggunakan studi dokumen sebagai pelengkap dalam metode
observasi dan wawancara.
3.7 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik yang
dikemukakan Rijaldi (2018) dimana teknik analisa data kualitatif menyatu dengan aktivitas
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan hasil penelitian, yang
dijabarkan sebagai berikut:
3.7.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi dari sumber,
responden atau informan. Pengumpulan data berkaitan dengan teknik penggalian
data, sumber data dan jenis data.
Pegumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi dan
wawancara.
3.7.2 Reduksi Data
Reduksi merupakan proses pemilihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi data kasar yang didapatkan selama
pengumpulan data. Data hasil wawancara masih harus direduksi dimana hal-hal yang
bersifat penting atau sesuai dengan tujuan penelitian yang akan di ambil.

3.7.3 Penyajian Data


Penyajian data dapat berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan, bagan dan
sejenisnya. Dalam penelitian ini, penyajian data berupa hasil wawancara yang
disajikan dalam bentuk transkip wawancara dan narasi dalam bentuk uraian
sistematis.
3.7.4 Penarikan Kesimpulan
Tahap terakhir dalam teknik analisa data adalah penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan melihat hasil-hasil dari pengumpulan
data, reduksi data, dan penyajian data agar kesimpulan yang diperoleh tidak keluar
dari permasalahan dalam penelitian.

3.8 Uji Keabsahan Data

3.8.1 Triangulasi

Menurut Bachtiar Sugiyono (2007) dalam Bachri (2010) triangulasi merupakan

teknik mendapatkan informasi yang valid dengan menggunakan pendekatan metode

ganda. Pengabsahan data dengan teknik ini dilakukan dengan memanfaat sesuatu

yang lain dari luar data itu sendiri atau menggunakan sumber data, wawancara serta

hasil observasi dari subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
Dalam penelitian ini, hasil wawancara Ketua Program Studi, Dosen, dan Mahasiswa

dibandingkan untuk memperoleh keabsahan data.


DAFTAR PUSTAKA

Yanti, S., & Surya, E. (2017). Kemandirian Belajar Dalam Memaksimalkan Kualitas
Belajar. Jurnal Pendidikan Matematika, 1-10.

Wiyono, W. (2018). Pengembangan Instrumen Pengukuan Kemandirian Siswa Sekolah


Menengah Pertama. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 6(2), 180-186.

Siswoyo. (2013). Pendidikan Untuk Pencerahan & Kemandirian Bangsa. Yogyakarta:


Fakultas ilmu pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Desmita (2011). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Wira Suciono, M.Pd. Buku Berpikir Kritis. Indramayu © 2021

Badjeber, R. (2020). Kemandirian Belajar Mahasiswa Tadris Matematika FITIK IAIN Palu
Selama Masa Pembelajaran Daring. Jurnal Pembelajaran Matematika dan Sains,
1(1), 1-9.

Gasong, D. (2018). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Goleman, D. (2020). Kecerdasan Emosional Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Isnawati, N., & Samian. (2015). Kemandirian Belajar Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Dan
Motivasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25(1), 128-144.

Rifky. (2020). Strategi Guru Dalam Menumbuhkan Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 85-92.

Rosak, A. (2019). Pengaruh Motivasi dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Siswa
Kelas VIII Mata Pelajaran IPS di MTS AL Hikmah Sumberwangi Tahun Pelajaran
2018/2019 (Doctoral dissertation). (Jurnal Doctoral Dissertation, IKIP PGRI
Bojonegoro.
Badjeber, R. (2020). Kemandirian Belajar Mahasiswa Tadris Matematika FITIK IAIN Palu
Selama Masa Pembelajaran Daring. Jurnal Pembelajaran Matematika dan Sains,
1(1), 1-9.

Gasong, D. (2018). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Isnawati, N., & Samian. (2015). Kemandirian Belajar Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Dan
Motivasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25(1), 128-144.

Anda mungkin juga menyukai