Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.

2, Desember 2019
ANALISIS TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN FISIKA KELAS XII MAN 1 BATANG HARI

Rizki Intan Sari


Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Jambi
Email : rizkiintan046@gmail.com

DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jpft.v5i2.1436

Abstract - This study aims to analyze the attitude of learning independence against learning physics for
students of class XII MIA MAN 1 Batang Hari. This research uses quantitative research methods with
descriptive statistical analysis techniques. The research sample uses a sampling technique that is total
sampling. Total sampling is a sampling technique where the number of samples is equal to the
population. The technique of collecting data is by submitting an instrument consisting of a
questionnaire to a predetermined research sample. The results of this study indicate that the assessment
of student independence is in the good category but some are not good.

Keywords: Education; Attitude; Independence; Physics


PENDAHULUAN untuk menyampaikan materi pembelajaran
Fisika adalah cabang IPA yang tapi juga memfasilitasi terjadinya intraksi
mendasari perkembangan teknologi maju dan relasi di antara sesama siswa dan antara
dan konsep hidup harmonis dengan alam guru dan siswa (Iriantara, 2014). Hal inilah
(Sarah, 2019). Fisika dalam kajiannya yang akan memungkinkan guru dapat
memiliki konsep-konsep yang bersifat nyata mengenali karakteristik, potensi serta
dan juga bersifat abstrak. Konsep-konsep kemampuan yang dimiliki oleh peserta
sains khususnya fisika memiliki peranan didik.
penting dalam perkembangan teknologi di Dalam proses pembelajaran, sikap
era global (Hidayat, 2019). Teknologi yang peserta didik sangatlah penting. Sikap sangat
dikembangkan dapat memberikan manfaat penting dalam proses berlangsungnya
serta pengaruh yang besar bagi kehidupan pembelajaran (Astalini, 2019). Sikap peserta
manusia. Hal itu tidak akan terjadi tanpa didik berperan sebagai penunjang dalam
memahami ilmu sains melalui proses mencapai tujuan pembelajaran. Sikap
pembelajaran. tersebut dapat berbentuk sikap positif
Dalam proses pembelajaran ataupun sikap negatif yang dapat
diperlukan unsur yang penting untuk mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
mencapai tujuan yang diinginkan. Proses Dengan kata lain, bahwa siswa yang
pembelajaran pada dasarnya merupakan mempunyai sikap positif dalam pelajaran
suatu proses interaksi belajar antara guru tertentu cenderung lebih rajin dalam belajar
dengan peserta didik. Interaksi belajar sehingga mencapai hasil belajar yang lebih
mengajar ialah hubungan timbal balik antara memuaskan. Sedangkan siswa yang
guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus mempunyai sikap negatif dalam pelajaran,
menunjukkan adanya hubungan yang maka dia tidak akan bersemangat belajar
bersifat edukatif (mendidik) (Inah, 2015). sehingga hasil yang didapatkannya kurang
Intraksi antara guru dan siswa dapat maksimal. Sikap positif diartikan sebagai
ditimbulkan melalui penyampaian materi sikap yang dapat mendukung peserta didik
pembelajaran di dalam kelas yang sekaligus dalam mempelajari pelajaran fisika, seperti
terjadi komunikasi diantara guru dan peserta menyenangi pelajaran tersebut dan sikap
didik. Guru bukan hanya menjalankan tugas yang negatif merupakan dianggap sebagai

296
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
sikap yang menghambat dalam mempelajari kompetensi yang telah dimiliki (Aini,
fisika. Untuk itu diperlukan pendidikan 2012). Kemandiran belajar adalah sikap
karakter dalam kegiatan proses belajar yang harus dilakukan siswa pada saat
mengajar. belajar secara mandiri, siswa memiliki
Pendidikan memiliki peran dalam inisiatif sendiri sesuai dengan kebutuhan
pengembangan karakter melalui pendidikan dari siswa itu sendiri. Kemandirian selalu
karakter (Supriyanto & Wahyudi, 2017). membantu proses belajar dengan
Pendidikan karakter sangat penting sekali mengaktifkan pengetahuan, pemantapan
untuk diterapkan dalam diri peserta didik. dan pengamanan yang telah dipelajari,
Penerapannya bisa diterapkan dalam maupun memberikan motivasi sehubungan
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dengan kesediaan belajar (Holstein, 2000).
atau bahkan lingkungan masyarakat. Hal ini Sikap kemandirian belajar pada diri
dikarenakan tidak hanya guru yang dapat siswa melalui pendidikan karakter diyakini
membantu menerapkan nilai karakter akan berdampak pada hasil belajar yang
tersebut, tetapi orangtua, masyarakat, dan akan diraih siswa, khusunya hasil belajar
teman-teman di sekeliling kita juga bisa pada ranah kognitif yang dikenal dengan
membantu menerapkan nilai karakter istilah prestasi belajar. Siswa dapat
tersebut. dikatakan memiliki kemandirian belajar jika
Salah satu pendidikan karakter yang memilki ciri-ciri diantaranya: mampu
harus diterapkan yaitu kemandirian. Pada berpikir kritis, kreatif dan inovatif, tidak
saat ini nilai kemandirian merupakan salah mudah terpengaruh pendapat orang lain,
satu nilai karakter yang perlu mendapatkan tidak merasa rendah diri, terus bekerja
perhatian khusus. Kemandirian belajar dengan penuh ketekunan dan kedisipilinan
masih menjadi fokus permasalahan dalam (Lestari, 2015). Babari (2002) membagi
dunia pendidikan yang cukup ciri-ciri kemandirian dalam lima jenis,
memprihatinkan. Hasil penelitian yaitu: 1) Percaya diri; 2) Mampu bekerja
Nahdliyati et al. (2016), Siswanto (2016) sendiri; 3) Menguasai keahlian dan
dan Taupik et al. (2017) menunjukkan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya;
kemandirian belajar siswa dapat dikatakan 4) Menghargai waktu; dan 5) Bertanggung
dalam kategori rendah. Faktanya individu jawab.
yang tidak mempunyai kemandirian pasti Implikasi sosial dari pembelajaran
tidak akan bisa berdiri sendiri dan tidak akan fisika memperlihatkan bagaimana pengaruh
timbul suatu kepercayaan diri dalam atau dampak dari ilmu fisika dalam
menghadapi kehidupan khususnya dalam kehidupan sosial. Manfaat sosial yang
kehidupan di dunia pendidikan. diperoleh sebagai akibat perkembangan
Kata mandiri mengandung arti tidak sains dan teknologi. Dalam pembelajaran
bergantung kepada orang lain, bebas, dan disekolah, implikasi sosial dari fisika dapat
dapat melakukan sendiri (Rusman, 2014). dilihat dari tingkat kemandirian siswa dalam
Mandiri yang dimaksud adalah kemandirian belajar. Bentuk kemandirian siswa dapat
belajar siswa. Kemandirian belajar diartikan dilihat dari pengerjaan PR maupun tugas
sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki yang diberikan oleh guru serta bagaimana
siswa untuk melakukan kegiatan belajar siswa tidak bergantung pada orang lain dan
aktif, yang didorong oleh motif untuk meyakini kemampuannya sendiri.
menguasai sesuatu kompetensi, dan Berdasarkan hasil observasi awal,
dibangun dengan bekal pengetahuan atau Siswa di MAN 1 kabupaten Batanghari

297
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
masih ada sebagian siswa yang kurang penelitian berlaku untuk populasi yaitu
tertarik mempelajari fisika karena siswa kelas XII MIA di MAN 1 Batang Hari.
memandang fisika itu sulit. Dapat dilihat
dari hasil pengisian angket bahwa sebagian Tabel 1. Populasi Siswa Kelas XII MIA di
siswa masih ada yang mencontek saat ujian MAN 1 Batang Hari
dan tidak tepat waktu dalam mengerjakan Kelas Nama Kelas Jumlah
tugas atau PR. Hal itulah yang Siswa
menyebabkan sikap kemandirian siswa XII MIA XII MIA 1 22
XII MIA 2 21
masih kurang tertanam dalam diri siswa itu
Total 43 Siswa
sendiri. Masalah-masalah tersebut dapat
(Sumber: Data Primer yang diperoleh)
menjadi faktor penyebab rendahnya kualitas
pendidikan.
Teknik Pengumpulan Data
Oleh karena itu, penting untuk
Data yang diperlukan adalah data
dianalisis kemandirian belajar siswa pada
primer. Data primer yang diperoleh berupa
mata pelajaran Fisika agar diketahui secara
data penerapan nilai karakter kemandirian
empiris mengenai kemandirian belajar
belajar siswa pada pembelajaran fisika yang
siswa yang kemudian dengan mudah
diambil dengan menggunakan instrumen
menentukan langkah untuk mengatasinya
angket. Angket adalah cara pengumpulan
dalam kegiatan proses belajar mengajar
data dengan menggunakan daftar isian atau
untuk menumbuhkan sikap kemandirian
daftar pertanyaan tertulis yang telah
belajar siswa di kelas terhadap mata
disiapkan dan disusun sedemikian rupa yang
pelajaran fisika. Sehingga dilakukanlah
digunakan untuk memperoleh informasi dari
penelitian ini yang bertujuan untuk
responden tentang pribadinya atau hal-hal
menganalisis sikap kemandirian siswa
lain yang diketahuinya (Permana, 2014).
terhadap pembelajaran Fisika di MAN 1
Jenis angket yang digunakan yaitu angket
Batang Hari.
tertutup berupa angket sikap kemandirian
belajar siswa pada pembelajaran fisika.
METODE PENELITIAN
Angket sikap ini dilakukan dengan
Penelitian ini merupakan penelitian
menggunakan pengukuran Skala Likert.
kuantitatif deskriptif. Peneliti
Skala Likert digunakan untuk mengukur
mengumpulkan fakta tentang sikap
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kemandirian belajar siswa pada
sekelompok orang tentang fenomena sosial
pembelajaran fisika dengan menggunakan
(Sugiyono, 2016). Angket tersebut terdiri
angket kemandirian belajar fisika. Sehingga,
dari 30 item pernyataan positif tentang
diperoleh data kuantitatif yang perlu
kemandirian belajar siswa pada
dianalisis untuk menghasilkan informasi
pembelajaran fisika. Penilaian skala Likert
yang akurat. Hubungan antara peneliti dan
ini menggunakan 4 indikator skala yaitu
siswa kelas XII MIA di MAN Batang Hari
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju
bersifat independen. Populasi dalam
(TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII
pernyataan yang bernilai positif (+)
MIA di MAN 1 Batang Hari, sebagaimana
pengukuran dimulai dari nilai 4, 3, 2, dan 1.
akan dijelaskan pada tabel 1. Peneliti
Pada skala sangat setuju (SS) memiliki skor
menggunakan teknik pengambilan sampel
4, setuju (S) memiliki skor 3, tidak setuju
yaitu total sampling. Peneliti menggunakan
(TS) memiliki skor 2, dan sangat tidak setuju
total sampling karena peneliti ingin hasil
(STS) memiliki skor 1. Sedangkan

298
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
sebaliknya untuk pernyataan yang bernilai Sehingga dapat diperoleh kategori
negatif (-) pengukurannya dimulai dari nilai kemandiran belajar siswa pada
4, 3, 2, dan 1 pada skala sangat tidak setuju pembelajaran fisika pada Tabel 3 berikut.
(STS). Dimana sangat tidak setuju (STS)
memiliki skor 4, tidak setuju (TS) memiliki Tabel 3. Kategori Kemandirian Belajar
skor 3, setuju (S) memiliki skor 2, dan sangat No Interval skor Kategori
setuju (SS) memiliki skor 1. 1 45 – 56,5 Sangat Tidak Setuju
2 56,6 – 68 Tidak Setuju
3 69 – 79,5 Setuju
Teknik Analisis Data 4 79,6 – 91 Sangat Setuju
Setelah data dari seluruh responden
terkumpul peneliti melakukan kegiatan Hasil dari data angket diolah
dalam analisis data, sebagai berikut: menggunakan aplikasi SPSS Statistics 23.
1. Mentabulasi Data Pengolahan ini bertujuan untuk melihat
Setelah data terkumpul, peneliti akan sikap tentang kemandirian belajar siswa
mentabulasi data berdasarkan variabel yang MAN 1 Batang Hari berdasarkan indikator
diteliti. sikap yang telah ditentukan.
Tabel 2. Tabulasi Data
Alternatif Respon Skor HASIL DAN PEMBAHASAN
Sangat Tidak Setuju 1 Penelitian ini bertujuan untuk
Tidak Setuju 2 menganalisis sikap kemandirian belajar pada
Setuju 3 pembelajaran Fisika siswa kelas XII MIA di
Sangat Setuju 4 MAN 1 Batang Hari. Penelitian ini
dilakukan dengan cara menyebarkan angket
2. Menganalisis Data kepada peserta didik. Angket yang
Teknik analisis data pada digunakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif ini menggunakan angket karakter “kemandirian belajar” yang
statistik deskriptif. Statistik deskriptif diadopsi dari skripsi Daeli (2018) yang telah
digunakan untuk penyajian data hasil teruji validasi dan reliabilitas, dimana angket
angket. Analisis statistik deskriptif tersebut terdiri dari 30 item pernyataan
diperlukan untuk mengetahui bagaimana positif tentang kemandirian belajar siswa
hasil sebaran data penelitian yang dijaring pada pembelajaran Fisika. Jumlah sampel
melalui angket (Burhan, 2013). Analisis dalam penelitian ini adalah sebanyak 43
statistik deskriptif dilakukan dengan cara sampel, dimana dari kelas XII MIA 1 dengan
menghitung mean, modus, median, range jumlah siswa 22 siswa dan kelas XII MIA 2
nilai minimum, nilai maksimum, standar dengan jumlah siswa 21 siswa.
deviasi dan presentasi mengenai hasil Hasil data ini didapatkan dari
angket karakter kemandirian belajar yang penyebaran angket, angket yang digunakan
diberikan kepada siswa. berupa angket kemandirian belajar siswa
Untuk menentukan jarak interval terhadap pelajaran Fisika. Hasil data angket
digunakan persamaan: kemandirian dibawah ini ditampilkan pada
analisis data yang dianalisis menggunakan
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ aplikasi SPSS. Penilaian berdasarkan
𝑖=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 interval yang memiliki skala 4 yaitu sangat
Keterangan: setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
i = jarak interval setuju. Peniliaian kategori sikap ini

299
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
berdasarkan frekuensi dan persentase dari memilih skala sikap tersebut yang
seluruh siswa kelas XII MIA yang memilih menghasilkan mean, modus, median, dan
skala sikap. Hasil dari penilaian ini standar deviasi.
berdasarkan jumlah dari seluruh siswa yang

Tabel 4. Analisis Kemandirian Belajar Siswa Kelas XII MIA 1


Standar
Kategori Rentang Mean Median Modus Min Max Jumlah %
Deviasi
Sangat 45 –
Tidak 56.5
0 0
Setuju
Tidak 56.6 – 74.5 72.5 84 8.7055 60 88
6 27.3
Setuju 68
Setuju 69 –
8 36.4
79.5
Sangat 79.6 -
Setuju 91 8 36.4

Jumlah 22 100%

Berdasarkan hasil yang diperoleh sikap kemandirian yang sangat baik dengan
pada tabel 4 dapat dilihat nilai-nilai statistika kalkulasi nilai antara 79.6 – 91.
dari kelas XII MIA 1 yang meliputi nilai Hasil analisis deskriptif sikap
mean, median, modus, standar deviasi, nilai kemandirian belajar pada siswa kelas XII
minimum, nilai maksimum, dan persentasi MIA 1 MAN 1 Batang Hari menunjukan
komulatif. Data yang diperoleh adalah mean bahwa kemandirian belajar siswa memiliki
sebesar 74.5; median sebesar 72.5; dan kategori yang baik namun ada juga sebagian
modus sebesar 84. Selain itu diperoleh juga dari mereka memiliki sikap kemandirian
standar deviasi sebesar 8.7055 yaitu lebih belajar fisika yang kurang baik. Hal tersebut
kecil dari mean. Hal ini menunjukkan bahwa dikarenakan dipengaruhi oleh banyak faktor
nilai mean dapat digunakan sebagai seperti faktor internal (yang berasal dari
representasi dari keseluruhan data, yang siswa sendiri) yaitu faktor fisik, psikologis
berarti mengindikasikan hasil yang baik. dan juga faktor eksternal (yang berasal dari
Sementara kategori sikap kemandirian lingkungan) yaitu kurangnya dukungan dari
belajar siswa terhadap Fisika menunjukkan: orang tua dan lingkungan sekitarnya untuk
kategori sikap siswa sangat tidak setuju belajar. Menurut Mohammad Ali dan
sebanyak 0 %, kategori sikap siswa tidak Mohammad Asrori (2008: 118-121) ada
setuju sebanyak 27.3% (6 dari 22 siswa) atau sejumlah faktor yang mempengaruhi
dapat dikatakan bahwa peserta didik perkembangan kemandirian belajar, yaitu:
memiliki sikap kemandirian yang kurang 1) Gen atau keturunan orang tua, 2) Pola
baik dengan kalkulasi nilai 56.6 - 68, asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh
kategori sikap siswa setuju sebanyak 36.4% atau mendidik anak akan mempengaruhi
(8 dari 22 siswa) atau dapat dikatakan bahwa perkembangan kemandirian anak, 3) Sistem
peserta didik memiliki sikap kemandirian pendidikan di sekolah, 4) Sistem kehidupan
yang baik dengan kalkulasi nilai 69 – 79.5, di masyarakat.
dan kategori sikap siswa sangat setuju Kemandiran belajar adalah
sebanyak 36.4% 8 dari 22 siswa memiliki sikap yang harus dilakukan siswa pada saat
300
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
belajar secara mandiri, siswa memiliki utama ke arah belajar mandiri mungkin tidak
inisiatif sendiri sesuai dengan kebutuhan efisien dari segi biaya dalam jangka pendek,
dari siswa itu sendiri. Menurut Jerrold namun karena teknik dan beranekan sumber
(1994) mengemukakan bahwa keuntungan digunakan berulang-ulang dengan kelompok
dari belajar mandiri adalah sebagai berikut: selanjutnya, biaya program dapat dikurangi
1) Peningkatan baik dari segi jenjang belajar secara nyata; 7) Siswa cenderung lebih
maupun kadar ingatan. Jumlah siswa yang menyukai metode belajar mandiri daripada
gagal dalam menunjukkan kinerja yang metode tradisional karena sejumlah
tidak memuaskan dapat dikurangi secara keunggulan yang dinyatakan di atas.
nyata; 2) Memberikan kesempatan baik Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar
kepada siswa yang lamban maupun yang mandiri memberikan keuntungan seperti
cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai siswa mempunyai rasa percaya diri tinggi,
dengan tingkat kemampuan masing-masing belajar lebih giat dan mempunyai rasa
dalam kondisi belajar yang cocok; 3) Rasa tanggung jawab.
percaya diri dan tanggung jawab pribadi Selanjutnya penelitian pada kelas
yang dituntut dari siswa berlanjut sebagai XII MIA 2 MAN 1 Batang Hari, gambaran
kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, menyeluruh mengenai statistika dasar dari
tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah data variabel penelitian di kelas XII MIA 2
laku pribadi; 4) Menyebabkan lebih banyak disajikan pada tabel 5 sebagai berikut.
perhatian yang tercurah kepada siswa Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel
perseorangan dan memberi kesempatan 5 dapat dilihat nilai-nilai statistika dari kelas
yang lebih luas untuk berlangsungnya XII MIA 2 yang meliputi nilai mean,
interaksi antar siswa; 5) Kegiatan dan median, modus, standar deviasi, nilai
tanggung jawab pengajar yang terlibat minimum, nilai maksimum, dan persentasi
dalam program belajar mandiri berubah komulatif. Data yang diperoleh adalah mean
karena waktu untuk penyajian menjadi sebesar 71.09; median sebesar 73; dan
berkurang dan ia mempunyai waktu lebih modus sebesar 73. Selain itu diperoleh juga
banyak untuk memantau siswa dalam standar deviasi sebesar 11.1843 yaitu lebih
pertemuan kelompok dan untuk konsultasi kecil dari mean.
perseorangan; 6) Memang pendekatan

Tabel 5. Analisis Kemandirian Belajar Siswa Kelas XII MIA 2


Standar
Kategori Rentang Mean Median Modus Min Max Jumlah %
Deviasi
Sangat 45 –
Tidak 56.5
2 9.5
Setuju
Tidak 56.6 – 71.09 73 73 11.1843 45 91
5 23.8
Setuju 68
Setuju 69 –
11 52.4
79.5
Sangat 79.6 –
Setuju 91 3 14.3
Jumlah 21 100%

301
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
Hal ini menunjukkan bahwa nilai menguasai materi dari pendidik. Dapat
mean dapat digunakan sebagai representasi dikatakan bahwa tingkat kemandirian yang
dari keseluruhan data, yang berarti dimiliki oleh siswa berbeda- beda yaitu ada
mengindikasikan hasil yang baik. Sementara yang sangat baik, baik, kurang baik, bahkan
kategori sikap kemandirian belajar siswa tidak baik.
terhadap Fisika menunjukkan: kategori Kurangnya kemandirian dikalangan
sikap siswa sangat tidak setuju sebanyak 9.5 remaja berhubungan dengan kebiasaan
% atau 2 dari 21 siswa memiliki sikap belajar yang kurang baik yaitu tidak tahan
kemandirian yang tidak baik dengan lama dan baru belajar setelah menjelang
kalkulasi nilai 45 – 56.5, kategori sikap ujian, membolos, menyontek, dan mencari
siswa tidak setuju sebanyak 23.8% (5 dari 21 bocoran soal ujian (Ali, 2008). Salah satu
siswa) atau dapat dikatakan bahwa 5 peserta peran guru adalah membantu siswa dalam
didik memiliki sikap kemandirian yang melatih dan membiasakan siswa berprilaku
kurang baik dengan kalkulasi nilai 56.6 - 68, mandiri pada setiap aktivitas kegiatan
kategori sikap siswa setuju sebanyak 54.4% pembelajaran. Untuk mengembangkan
(11 dari 21 siswa) atau dapat dikatakan kemandirian belajar siswa maka guru
bahwa peserta didik memiliki sikap hendaknya menciptakan suasana belajar
kemandirian yang baik dengan kalkulasi yang kondusif dan menghindarkan sesuatu
nilai 69 – 79.5, dan kategori sikap siswa yang akan mengganggu belajar siswa,
sangat setuju sebanyak 14.3%, 3 dari 21 mendorong siswa memahami metode dan
siswa memiliki sikap kemandirian yang prosedur yang benar dalam menyelesaikan
sangat baik dengan kalkulasi nilai antara suatu tugas, membantu siswa mengatur
79.6 – 91. waktu, menumbuhkan rasa percaya diri
Hasil analisis deskriptif sikap pada siswa mereka mampu mengerjakan
kemandirian belajar pada siswa kelas XII tugas yang diberikan, mendorong siswa
MIA 1 MAN 1 Batang Hari menunjukan untuk mengontrol emosi dan tidak mudah
bahwa kemandirian belajar siswa memiliki panik ketika menyelesaikan tugas atau
kategori yang baik karena kategori setuju menghadapi kesulitan, serta
paling banyak dipilih oleh siswa namun ada memperlihakan kemajuan yang telah
juga sebagian dari mereka memiliki sikap dicapai siswa (Rijal, 2015). Kemandirian
kemandirian belajar fisika yang kurang baik. belajar akan tumbuh jika siswa memiliki
Hal ini dikarenakan, masih ada beberapa tingkat kesenangan yang tinggi terhadap
siswa yang menganggap fisika itu sulit suatu mata pelajaran yang disukainya.
sehingga mereka kurang menyukai Kesenangan belajar dalam sains
pembelajaran fisika sehingga menyebabkan menjelaskan tentang tanggapan siswa
kurangnya sikap kemandirian belajar pada terhadap pelajaran Fisika, yang
pembelajaran fisika. Hal ini disebabkan ditunjukkan dari kesenangan peserta didik
kurangnya kemauan dari diri sendiri untuk terhadap pelajaran Fisika dan seberapa
lebih mandiri ataupun faktor eksternal keinginannya untuk belajar (Kurniawan,
misalnya dari orang tua yang masih 2018). Siswa yang memiliki kemandirian
menganggap anaknya tidak mampu yang baik, cenderung dapat melakukan
melakukan suatu hal itu sendiri. Hal tersebut komunikasi dengan baik, bahkan mampu
perlu menjadi perhatian kita semua untuk memberikan gambaran nilai yang
menumbuhkan semangat belajar dan bermakna. Untuk itu sangat diperlukan
kemandirian belajar siswa agar mampu sikap kemandirian dalam proses

302
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
pembelajaran. & Pathoni, H. 2019. Identifikasi
Sikap Peserta Didik terhadap Mata
PENUTUP Pelajaran Fisika di Sekolah
Menengah Atas Negeri 5 Kota
Kemandirian belajar merupakan
Jambi. UPEJ Unnes Physics
salah satu faktor yang menentukan Education Journal, 8(1), 34-43.
keberhasilan siswa dalam belajar, sehingga
Babari. 2002. Relasi dengan Sesama. Elex
sikap mandiri ini penting dimiliki oleh
Media Komputindo: Jakarta.
siapa saja yang ingin mencapai kesuksesan
dalam hidupnya. Kesenangan belajar dalam Burhan, B. 2013. Strata Perilaku Belajar
Statistik Inferensial Mahasiswa Stain
sains menjelaskan tentang tanggapan siswa
Sultan Qaimuddin Kendari. Al-
terhadap pelajaran Fisika, yang Ta'dib, 6(2), 116-128.
ditunjukkan dari kesenangan peserta didik
Daeli, W. 2018. Pengaruh Fasilitas,
terhadap pelajaran Fisika dan seberapa
Motivasi dan Kemandirian Belajar
keinginannya untuk belajar. Berdasarkan Terhadap Hasil Belajar Fisika
hasil penelitian yang didapatkan, maka Siswa Kelas XI IPA di SMA Negeri
dapat disimpulkan bahwa sikap 1 Depok Tahun Ajaran 2017/2018.
kemandirian belajar siswa pada kelas XII Skripsi. Yogyakarta.
MIA 1 dan XII MIA 2 MAN 1 Batang Hari Hidayat, W., Taufik, M., & Gunawan.
memiliki tingkat kemandirian belajar yang 2019. Pengaruh Model
baik. Tetapi tidak semua siswa memiliki Pembelajaran Inquiry Training
kategori baik, karena setiap individu siswa Berbantuan Multimedia Terhadap
memiliki karakter yang berbeda-beda. Penguasaan Konsep Fisika Peserta
Didik. Jurnal Pendidikan Fisika
Kemandirian belajar dapat dipengaruhi dan Teknologi, 5(1), 1-6.
oleh faktor internal (dalam diri sendiri) dan
Holstein, H. 2000. Murid Belajar Mandiri:
juga faktor eksternal (dari lingkungan).
Situasi Belajar Mandiri dalam
Untuk meningkatkan kemandirian belajar Pelajaran Sekolah, Remaja Karya:
sangat diperlukan peran guru untuk Bandung.
membantu siswa meningkatkan sikap
Inah, E. N. 2015. Peran Komunikasi dalam
kemandirian belajar dengan cara Interaksi Guru dan Siswa. Al-
menggunakan metode dan prosedur yang Ta'dib, 8(2), 150-167.
benar. Selain itu orang tua juga menjadi
Iriantara, Y. 2014. Komunikasi
peran penting dalam proses belajar siswa. Pembelajaran (Intraksi Komunkatif
Dan Edukatif di Dalam Kelas), PT.
REFERENSI Remaja Rosdakarya: Bandung.
Aini, P. N., & Taman, A. 2012. Pengaruh Jerrold, K. E. 1994. Proses Perancangan
Kemandirian Belajar dan Pengajaran, ITB: Bandung.
Lingkungan Belajar Siswa terhadap
Kurniawan, D. A., & Astalini, A. 2019.
Prestasi Belajar Akuntansi Siswa
Evaluasi Sikap Siswa Smp Terhadap
Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sewon
Ipa Di Kabupaten Muaro Jambi.
Bantul Tahun Ajaran 2010/2011.
Jurnal Ilmiah Didaktika: Media
Jurnal Pendidikan Akuntansi
Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran,
Indonesia, 10(1).
19(1), 124-139.
Ali, M. & Asrori, M. 2008. Psikologi
Lestari, I. 2015. Pengembangan Layanan
Remaja Perkembangan Peserta
Informasi Teknik Symbolic Model
Didik. Bumi Aksara: Jakarta.
Dalam Membantu Mengembangkan
Astalini, A., Kurniawan, D. A., Perdana, R., Kemandirian Belajaranak Usia

303
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
Sekolah Dasar. Jurnal Konseling
GUSJIGANG, 1(1).
Nahdliyati, R., Parmin, P., & Taufiq, M.
2016. Efektivitas Pendekatan
Saintifik Dengan Model Project
Based Learning Tema Ekosistem
Untuk Menumbuhkan Kemandirian
Belajar Siswa Smp. Unnes Science
Education Journal, 5(2).
Permana, D. S., Rachmat, N., & Ismail, Y.
2014. Potret Sikap Toleransi
Beragama Siswa. Jurnal Studi Al-
Qur'an, 10(2), 168-177.
Rijal, S., & Bachtiar, S. 2015. Hubungan
antara Sikap, Kemandirian Belajar,
dan Gaya Belajar dengan Hasil
Belajar Kognitif Siswa. Jurnal
Bioedukatika, 3(2), 15-20.
Rusman. 2014. Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Rajawali
Pres: Jakarta.
Sarah. 2019. Peningkatan Kerja Sinergis
Melalui Pembelajaran Fisika
Berbasis Potensi Lokal. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi,
5(1), 7-15.
Siswanto. 2016. Keterampilan Proses Sains
Dan Kemandirian Belajar Siswa,
Jurnal Ilmiah Penelitian dan
Pembelajaran Fisika, 2(2), 10-28.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta: Bandung.
Supriyanto, A., & Wahyudi, A. 2017. Skala
karakter toleransi: konsep dan
operasional aspek kedamaian,
menghargai perbedaan dan
kesadaran individu. Counsellia:
Jurnal Bimbingan dan Konseling,
7(2), 61-70.
Taupik, Nuriah, T., & Umasih. 2017.
Pengaruh Metode Pembelajaran dan
Kemandirian Belajar terhadap
Sikap Siswa pada Pembelajaran
Sejarah SMA Negeri 3 Karawang,
Jurnal Pendidikan Sejarah, 7(2),
50-68.

304

Anda mungkin juga menyukai