Anda di halaman 1dari 37

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Motivasi : Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap kajian
a. Mujisuciningtyas, N (2014) kemandirian literarur dan hasil wawancara, serta
Rendahnya
belajar dan sarana prasarana berpengaruh dikonfirmasi melalui observasi dapat
kemandirian belajar
signifikan terhadap hasil belajar praktik siswa
diketahui bahwa penyebab munculnya
peserta didik pada
baik yang dilaksanakan disekolah pada mata masalah rendahnya kemandirian belajar
pembelajaran
pelajaran produktif dan praktik di Dunia peserta didik saya adalah :
Usaha/Dunia Industri. 1. Motivasi dan dukungan orangtua
b. Rahayu, A.N, Mujdalipah, S. Dan Rahayu terhadap pendampingan peserta didik
D.L (2021) indikator kemandirian belajar dalam belajar sangat berperan penting
siswa dilihat dari sudut pandang sikap siswa terutama dalam melakukan
ketika belajar, indikator aktif dalam belajar, pembelajaran ulang di rumah.
indikator tidak ketergantungan kepada orang2. Kemandirian belajar siswa dapat dilihat
lain, indikator mampu mengontrol diri, dari indikator siswa melalui sudut
indikator percaya diri dalam belajar, dan pandang sikap siswa ketika belajar,
indikator disiplin dalam belajar hasil. indikator aktif dalam belajar, indikator
c. Pembelajaran yang monoton akan membuat tidak ketergantungan kepada orang lain,
siswa bosan sehingga malas dalam kegiatan indikator mampu mengontrol diri,
pembelajaran (Dewi dan Septa, 2019; indikator percaya diri dalam belajar, dan
Saputra & Febriyanto, 2019 dalam Wiriani, indikator disiplin dalam belajar hasil,
W.T. 2021). Model pembelajaran online yang selama ini masih kurang mendapat
learning merupakan proses belajar pada perhatian yang optimal.
sebagai bagian dari kehidupan masyarakat 3. Strategi pembelajaran yang digunakan
maju memberi kesempatan kepada setiap dalam proses pembelajaran kurang
individu untuk berkembang mendukung tumbuhnya kemandirian
belajar siswa.
Berdasarkan hasil Wawancara 4. Guru SMK harus mampu menjadi
a. Kepala Sekolah/ WKs. Kurikulum (Ibu seorang profesional dalam mengajar
Nurani Wandaningrat, S.Pd) dengan penguasaan kemampuan
1. Kurangnya kemandirian belajar peserta pedagogik dalam mentransfer ilmu ke
didik imbas dari pembelajaran daring, peserta didik.
serta kurangnya motivasi belajar siswa, 5. Kemandirian belajar peserta didik dapat
peserta didik belum dapat menyesuaikan terbentuk dengan kemampuan guru
dengan keadaaan pembiasaan. dalam melakukan pengendalian kelas
2. Motivasi dan dukungan orangtua terhadap dalam mencapai stimulus, peserta didik
pendampingan siswa dalam belajar masih harus menjadi pusat dan guru harus
kurang. Peserta didik tidak melakukan menjadi fasilitator, dengan membuat
pembelajaran ulang di rumah. penugasan dalam bentuk perangsangan
nalar motorik peserta didik.

Wawancara langsung

b. Guru (Ibu Yenti Rokhmulyenti, S.Pi.)


1. Kemandirian belajar siswa yang timbul
dari motivasi belajar yang rendah,
tanggung jawab yang rendah membuat
peserta didik tidak dapat memahami
instruksi yang diberikan.
2. Rendahnya semangat belajar dan literasi
peserta didik maka diakhir pembelajaran
dilakukan post test sebagai uji pemaham.

Wawancara langsung

c. Teman Sejawat (Bapak Kuswanto, S.Pi)


1. Kebanyakan peserta didik tidak memahami
materi, enggan bertanya terhadap guru
dan teman-temannya.
2. Adanya sikap saling mengandalkan satu
sama lain karena relasi yang dibangun
oleh siswa kurang baik serta peran serta
orangtua yang masih minim dalam
pengawasan perkembangan siswa di
sekolah.
Wawancara via zoom meeting

d. Pengawas (Drs. Dadi Apyaman, M.Pd.)


1. Rendahnya kemandirian belajar peserta
didik hadir dari faktor internal peserta
didik meliputi keaktifan belajar, motivasi
belajar, kepercaya dirian, kedisiplinan,
serta ketergantungan terhadap orang lain
dan faktor eksternal peserta didik meliputi
teman, keluarga dan tekhnologi.
2. Motivasi belajar siswa menjadi perhatian
khusus bagi guru karena peserta didik
selama pandemi dibiasakan dengan
kebiasaan yang kurang baik sehingga
secara tidak langsung membentuk
karakter peserta didik yang kurang baik.
3. Pola asuh peserta didik menjadi kembali ke
awal dimana menjadi tugas penting bagi
guru dalam meningkatkan motivasi belajar
peserta didik.
Wawancara melalui Video Call WA

e. Pakar keilmuan (Dr. Rd. Diyan Krisna, S.Pi.


M.Si)
1. Model pembelajaran yang diterapkan di
kelas tidak komunikatif sehingga peserta
didik tidak tertarik dalam pembelajaran
dan cenderung pembelajaran tidak
menyenangkan.
2. Kebanyakan guru SMK tidak di cetak
menjadi seorang profesional dalam
mengajar terbukti dengan belum
maksimalnya dalam penguasaan
kemampuan pedagogik dalam mentransfer
ilmu yang seharusnya 70% menjadi
kemampuannya.
3. Kemandirian belajar peserta didik
disebabkan karena guru belum mampu
melakukan pengendalian kelas dalam
mencapai stimulus, peserta didik harus
menjadi pusat dan guru harus menjadi
fasilitator, buatlah penugasan dalam
bentuk perangsangan nalar motorik
peserta didik.

Wawancara langsung

f. Pakar Keilmuan (Rita Suparti Hasanah,


M.Pd)
1. Rendahnya kemandirian peserta didik
disebabkan karena pola mengajar guru
selama ini, baik disadari atau tidak, masih
teacher-center.
2. Peserta didik biasa diberikan materi dari
guru dan guru menjadi sumber satu-
satunya selama proses pembelajaran
berlangsung. Sehingga peserta didik tidak
memiliki kemandirian dalam proses
belajarnya.

2 Kesulitan belajar : Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap kajian


1. Untuk mencapai hasil yang baik, banyak literarur dan hasil wawancara, serta
Hasil belajar Peserta
faktor yang mempengaruhinya, antara lain; dikonfirmasi melalui observasi dapat
didik rendah
menurut Merson dalam Muslih, M. 2016. diketahui bahwa penyebab munculnya
faktor tersebut adalah faktor kecerdasan, masalah rendahnya hasil belajar peserta
bakat, minat, dan perhatian, motif cara didik saya adalah :
belajar, sekolah, lingkungan keluarga. Lebih 1. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi
lanjut merson mengemukakan selain itu oleh faktor dari dalam yaitu kesehatan,
faktor penghambat prestasi belajar yaitu kecerdasan, perhatian, minat dan bakat.
faktor dari dalam dan faktor dari luar diri Sedangkan faktor dari luar diri siswa
siswa. Faktor dari dalamnya yaitu kesehatan, yaitu keluarga, sekolah, disiplin,
kecerdasan, perhatian, minat dan bakat. masyarakat, lingkungan tetangga, dan
Sedangkan faktor dari luar diri siswa yaitu aktivitas organisasi.
keluarga, sekolah, disiplin, masyarakat, 2. Peserta didik dalam pemilihan sekolah
lingkungan tetangga, dan aktivitas organisasi. serta kompetensi keahlian yang tidak
Merson dalam Muslih, M. 2016). sesuai, mengakibatkan motivasi
2. Abdurrahman dalam Nabilah dan Abadi pembelajaran kurang yang berakibat
2019. menyatakan bahwa yang menjadi terhadap prestasi hasil belajar peserta
faktor penyebab rendahnya atau kurangnya didik.
pemahaman peserta didik terhadap konsep 3. Guru masih belum mampu
materi, salah satu diantaranya adalah metode menyederhanakan suatu masalah atau
pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, pertanyaan, termasuk dalam aplikasi
misalnya dalam pembelajaran yang pembelajaran HOTS bukan berarti
berorientasi pada pendekatan tradisional pertanyaan itu susah namun anak
yang menempatkan peserta didik dalam harus di stimulus dengan telah
proses belajar mengajar sebagai pendengar. melakukan penilaian diagnostik maka
3. Slameto dalam Nabilah dan Abadi 2019. peserta didik akan terpacu untuk
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil mencoba pembelajaran yang bernalar
belajar tersebut diuraikan dalam dua bagian kritis tinggi.
yaitu a. faktor internal meliputi faktor 4. Guru harus memahami karakter peserta
kesehatan, minat, bakat dan motivasi b. didik yang berbeda-beda, tentunya daya
faktor eksternal meliputi faktor keluarga, nalar peseta didik pun berbeda-beda
sekolah dan masyarakat. sehingga perlu adanya metode yang
tepat dalam mentransfer ilmu di kelas,
Berdasarkan hasil Wawancara pembentukan karakter peserta didik ada
a. Kepala Sekolah/ WKs. Kurikulum (Ibu di sekolah.
Nurani Wandaningrat, S.Pd) 5. Guru harus memberikan peserta didik
1. Faktor lingkungan berpengaruh nyata dalam hak untuk melaksanakan
terhadap prestasi belajar siswa, terutama pengakuan terhadap gurunya dalam
orang tua cenderung kurang melaksanakan hak dan wewenang
memperhatikan perkembangan mengajar, dimana hak diperoleh setelah
pembelajaran peserta didik. guru dipercaya oleh peserta didik baru
2. Pemilihan kompetensi keahlian yang tidak guru diberikan wewenang untuk
sesuai mengakibatkan motivasi mengajar.
pembelajaran kurang yang berakibat
terhadap prestasi hasil belajar.
3. Penerapan pendidikan karakter pada
peserta didik mampu meningkatkan
motivasi belajar yang berbanding lurus
dengan hasil belajar.

Wawancara langsung

b. Guru (Ibu Yenti Rokhmulyenti, S.Pi.)


1. Pencapaian prestasi belajar perlu kerja
sama guru, peserta didik dan orangtua,
oleh sebab itu apabila ditemukan minat
belajar rendah pada peserta didik perlu
adanya pemanggilan siswa, dicarikan akar
masalah yang mengakibatkan minat
belajar rendah.
2. Pembukaan wawasan tentang manfaat
belajar perlu di bangun lalu dilakukan
kesepakatan dengan orangtua dalam
mengawasi dan memotivasi peserta didik di
rumah.

Wawancara langsung

c. Teman Sejawat (Bapak Kuswanto, S.Pi)


1. Peserta didik cenderung tidak bisa
mengikuti proses pembelajran karena
keterlambatan hadir di kelas, sering ijin ke
toilet pada waktu pembelajaran
berlangsung.
2. Pemahaman materi masih kurang karena
bidang perikanan dianggap sebagai hal
baru bagi peserta didik, namun seiring
berjalannya waktu peserta mampu
memahami apa yang mereka pelajari.
Wawancara via zoom meeting

d. Pengawas (Drs. Dadi Apyaman, M.Pd.)


1. Pembelajaran daring menjadi imbas yang
kurang baik kepada hasil belajar peserta
didik dimana menurut penelitian di bawah
30% hasil pembelajaran secara daring
beribas terhadap hasil belajar.
2. Situasi menuntut dunia pendidikan
terutama sekolah dan guru harus lebih
ekstra dalam mendidik peserta didik
dengan pola pendidikan yang baru.
3. Program merdeka belajar diyakini akan
memulihkan lebih cepat pola pembelajaran
yang tergerus oleh pandemi.
Wawancara melalui Video Call WA

e. Pakar Keilmuan (Dr. Rd. Diyan Krisna,


S.Pi., M.Si)
1. Karakter peserta didik berbeda-beda
tentunya daya nalar peseta didik pun
berbeda-beda sehingga perlu adanya
metode yang tepat dalam mentransfer ilmu
di kelas, pembentukan karakter peserta
didik ada di sekolah.
2. Guru harus mampu menyederhanakan
suatu masalah atau pertanyaan, termasuk
dalam aplikasi pembelajaran HOTS bukan
berarti pertanyaan itu susah namun kita
anak di stimulus dengan telah melakukan
penilaian diagnostik maka peserta didik
akan terpacu untuk mencoba
pembelajaran yang bernalar kritis tinggi.
3. Peserta didik harus diberikan hak untuk
melaksankan pengakuan terhadap
gurunya dalam melaksanakan hak dan
wewenang mengajar, hak diperoleh setelah
guru dipercaya oleh peserta didik baru
guru diberikan wewenang untuk mengajar.

Wawancara langsung

f. Pakar Keilmuan (Rita Suparti Hasanah,


M.Pd)
1. Untuk penanganan hasil belajar peserta
didik yang masih rendah, seperti
disebutkan sebelumnya disebabkan oleh
beberapa faktor.
2. Penanganan masalah tersebut harus
dianalisis terlebih dahulu akar
masalahnya, setelah ditemukan akar
masalahnya lalu dicari berbagai alternatif
solusi dan kemudian diambil langkah yang
paling memungkinkan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.

3 Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap kajian


Rendahnya kolaborasi
1. Parenting yang tidak efektif akan literarur dan hasil wawancara, serta
kelompok dalam
berkontribusi pada konflik orangtua dan dikonfirmasi melalui observasi dapat
pembelajaran
remaja. Konflik ini akan lebih sering terjadi diketahui bahwa penyebab munculnya
ketika orang tua dilihat remaja sebagai orang masalah rendahnya kolaborasi kelompok
yang tidak peduli dan mendukung. Orang tua peserta didik saya adalah :
yang merespon keinginan remaja untuk lebih 1. Rendahnya kolaborasi peserta didik
bebas dengan lebih otoritatif atas kontrol akibat dari sikap individualisme yang
terhadap mereka akan menghasilkan respon tinggi, adanya gadget menjadi pengaruh
yang lebih negatif (Ozmete dalam Kusumah, nyata serta salah satu alasan peserta
R.S. 2017). didik memiliki sikap individu.
2. Slavin dalam Fadhilah, Iriawan dan Riyadi 2. Guru harus menekankan adanya
2019. mengungkapkan bahwa pembelajaran kolaborasi dan mengaplikasikan 4C
kooperatif merujuk pada berbagai macam (Critical thingking, Creativity,
model pembelajaran dimana siswa Colaboratif dan comunicative) ini harus
berinteraksi, bekerja dalam kelompok- dibangun untuk menumbuhkan kembali
kelompok kecil secara heterogen untuk saling kolaborasi dalam pembelajaran.
membantu satu sama lain dalam mempelajari 3. Gaya mengajar guru belum sepenuhnya
materi pelajaran sama dengan gaya belajar peserta didik
3. Perlu adanya konseling individu sebagai yang suka visual, audio maupun
berikut: a. Memperoleh pemahaman yang kinestetik sehingga belum terjalin
lebih baik terhadap dirinya. b. Mengarahkan kolaborasi dalam proses pembelajaran.
dirinya sesuai dengan potensi yang 4. Peserta didik masih beranggapan
dimilikinya ke arah tingkat perkembangan berprestasi jika ranking 1 dan itu
yang optimal. c. Mampu memecahkan sendiri berarti mereka harus mengalahkan
masalah yang dihadapinya. d. Mempunyai temannya. Untuk itu para guru perlu
wawasan yang lebih realistis serta mengubah paradigma pikir siswa
penerimaan yang objektif tentang dirinya. e. dengan lebih banyak melakukan
Dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif kegiatan pembelajaran kooperatif yang
baik terhadap dirinya sendiri maupun membuat peserta didik terbiasa
lingkungannya sehingga memperoleh berkolaborasi.
kebahagiaan dalam hidupnya. f. Mencapai 5. Guru dalam proses kolaborasi harus
taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi bertindak sebagai coach/ fasilitator
yang dimilikinya. g. Terhindar dari gejala- dalam memecah kebuntuan peserta
gejala kecemasan dan perilaku salah suai dalam proses pembelajaran.
(Tohirin, 2007 dalam HISBAH jurnal
Bimbingan konseling dan Dakwah islam
Desember 2018)

Berdasarkan hasil Wawancara


a. Kepala Sekolah/ Wks. Kurikulum (Ibu
Nurani Wandaningrat, S.Pd)
1. Belum terbiasanya peserta didik dalam
melakukan kolaborasi pembelajaran secara
kelompok sehingga masih canggung, kaku
dan pilih-pilih teman kelompok.
2. Guru harus menentukan pengelompokan
siswa sesuai dengan kompetensi keahlian
peserta didik sehingga tidak melakukan
pembiaran.

Wawancara langsung

b. Guru (Ibu Yenti Rokhmulyenti, S.Pi.)


1. Kerjasama dalam proses pembelajaran
memang mengalami perubahan serta
cenderung adanya penurunan.
2. Rendahnya kolaborasi akibat dari sikap
individualisme yang tinggi, adanya gadget
menjadi pengaruh nyata serta salah satu
alasan peserta didik memiliki sikap
individu.

Wawancara langsung

c. Teman Sejawat (Bapak Kuswanto, S.Pi)


1. Adanya permasalahan individu antar
peserta didik sehingga menimbulkan
persepsi rasa individualisme yang tinggi.
2. Permasalahan di lingkungan menjadi salah
satu faktor eksternal yang membuat
peserta didik tidak ingin dikelompokan
dengan teman yang lain.
Wawancara via zoom meeting

d. Pengawas (Drs. Dadi Apyaman, M.Pd.)


1. Pembelajaran daring menuntut siswa
belajar secara mandiri karena adanya
larangan berkerumun/ berkelompok dalam
pembelajaran.
2. Guru harus menekankan adanya
kolaborasi dan mengaplikasikan 4C
(Critical thingking, Creativity, Colaboratif
dan comunicative) ini harus dibangun
untuk menumbuhkan kembali kolaborasi
dalam pembelajaran.
3. Kurikulum merdeka diharapkan dapat di
implementasikan lebih cepat dengan
contoh penerapan proyek P5BK menjadi
salah satu nya.
Wawancara melalui Video Call WA

e. Pakar Keilmuan (Dr. Rd. Diyan Krisna,


S.Pi., M.Si.)
1. Rendahnya kolaborasi peserta didik dalam
berkelompok tentunya guru belum mampu
menstimulus peserta didik dalam
berkolaborasi.
2. Penerapan 4 C sangat penting dalam
membentuk kolaborasi peserta didik dan
secara tidak langsung ini sudah
mengajarkan keterampilan HOTS dalam
pembelajaran.
3. Gaya mengajar guru harus sama dengan
gaya belajar peserta didik yang suka
visual, audio maupun kinestetik sehingga
terjalin kolaborasi dalam proses
pembelajaran.
4. Guru dalam proses kolaborasi harus
bertindak sebagai coach/ fasilitator dalam
memecah kebuntuan peserta dalam
pembelajaran

Wawancara langsung

f. Pakar Keilmuan (Rita Suparti Hasanah,


M.Pd)
1. Kolaborasi sangat penting di era sekarang
ini, tapi mesti diakui kita lebih sering
diajarkan untuk berkompetisi dan hal
tersebut terbawa ketika memberikan
pembelajaran kepada peserta didik.
2. Peserta didik dianggap berprestasi jika
ranking 1 dan itu berarti mereka harus
mengalahkan temannya. Untuk itu para
guru perlu mengubah paradigma pikir
siswa dengan lebih banyak melakukan
kegiatan pembelajaran kooperatif yang
membuat peserta didik terbiasa
berkolaborasi.

4 Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap kajian


Peserta didik belum
1. Project Based Learning adalah model literarur dan hasil wawancara, serta
maksimal dalam
pembelajaran yang menggunakan dikonfirmasi melalui observasi dapat
pembelajaran Project
proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik diketahui bahwa penyebab munculnya
Based Learning (PJBL)
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, masalah belum maksimalnya penerapan
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
berbagai bentuk hasil belajar. Proses pada peserta didik saya adalah :
pembelajaran project based learning 1. Sebagian peserta didik tidak memiliki
dirancang untuk digunakan pada sikap tanggung jawab serta
permasalahan kompleks yang diperlukan keingintauan tinggi maka tidak mampu
siswa dalam melakukan investigasi dan berfikir secara kritis dan rendahnya
memahaminya (Wafroturrohman. 2018). kreatifitas yang menyebabkan model ini
2. Cahyaningsih. 2020. Mengemukakan bahwa tidak terlaksana dengan baik.
1) Model Project Based Learning diharapkan 2. Literasi yang rendah mengakibatkan
dapat menjadi alternatif model pembelajaran peserta didik tidak mengikuti instruksi
yang bisa diterapkan di kelas sesuai dengan yang diberikan secara utuh sehingga
materi pembelajaran maupun karakter siswa. menimbulkan kendala-kendala dalam
2) Pelaksanaan pembelajaran dengan proses pembelajaraan PjBL.
menerapkan model Project Based Learning 3. Guru dan peserta didik belum
perlu bimbingan guru baik dalam menganalisa secara menyeluluh
perancangan desain proyek maupun dalam penerapan model pembelajaran PjBL
pembuatan proyek untuk memperoleh hasil yang merunut pada 4 hal yaitu 1.
yang maksimal Produk banyak memuat Capaian
3. Boss dan Kraus dalam Abidin 2007. Pembelajaran, 2. Durasi waktu yang
menyatakan keunggulan model ini sebagai terjangkau, 3. Investasi tidak mahal dan
berikut. a. Model ini bersifat terpadu dengan 4. Harus memliki nilai guna tinggi.
kurikulum sehingga tidak memerlukan 4. Paradigma guru pada model
tambahan apapun dalam pelaksanaannya. b. pembelajaran PjBL selama ini masih
Siswa terlibat dalam kegiatan dunia nyata berfokus terhadap memiliki nilai
dan mempraktikan strategi otentik secara investasi yang tinggi sehingga guru
disiplin. c. Siswa bekerja secara kolaboratif enggan melaksanakannya namun
untuk memecahkan masalah yang penting paradigma tersebut harusnya dapat
baginya. d. Teknologi terintegrasi sebagai alat ditepis dengan pembelajaran yang
untuk penemuan, kolaborasi, dan kontekstual dengan melihat
komunikasi dalam mencapai tujuan kebermanfaatannya
pembelajaran penting dalam caracara baru. e.
Meningkatkan kerja sama guru dalam
merancang dan mengimplementasikan
proyek-proyek yang melintasi batas-batas
geografis atau bahkan melompat zona waktu.
4. Abidin (2013). mengemukakan kelemahan-
kelemahan PjBL sebagai berikut: a.
Memerlukan banyak waktu dan biaya. b.
Memerlukan banyak media dan sumber
belajar. c. Memerlukan guru dan siswa yang
sama-sama siap belajar dan berkembang. d.
Ada kekhawatiran siswa hanya akan
menguasai satu topik tertentu yang
dikerjakannya.

Berdasarkan hasil Wawancara


a. Kepala Sekolah/ Wks. Kurikulum (Ibu
Nurani Wandaningrat, S.Pd)
1. PjBL merupakan proses pembelajaran yang
membentuk karakter peserta didik.
2. Kekurangan model ini yaitu dari biaya
karena harus menyesuaikan dengan
kemampuan peserta didik dan sekolah.
3. Pemantauan dari guru penting dilakukan
untuk kebarhasilan pembelajaran PjBL.
Wawancara langsung

b. Guru (Ibu Yenti Rokhmulyenti, S.Pi.)


1. PjBL merupakan model pembelajaran yang
efektif, diharapkan peserta didik mampu
mencarikan solusi dari permasalahan yang
ditemukan.
2. Namun peserta didik tidak memiliki sikap
keingintauan tinggi maka tidak mampu
berfikir secara kritis dan rendahnya
kreatifitas maka model ini tidak akan
terlaksana dengan baik.
Wawancara langsung

c. Teman Sejawat (Bapak Kuswanto, S.Pi)


1. PjBL memiliki kekurangan yaitu biaya yang
sangat besar sehingga harus disesuaikan
dengan keadaan siswa dan sekolah.
2. Dalam proses aplikasi pembelajaran PjBL,
peserta didik tidak mengikuti instruksi
yang diberikan secara utuh sehingga
menimbulkan kendala-kendala dalam
proses pembelajaraan PjBL.

Wawancara via zoom meeting


d. Pengawas (Drs. Dadi Apyaman, M.Pd.)
1. Metode pembelajaran PjBL perlu
keseriusan dari guru dalam penerapannya
karena peserta didik perlu pendampingan
ekstra agar pelaksanaannya optimal.
2. Kurang optimalnya pembelajaran PjBL
tidak bisa menyalahkan 100% kepada
peserta didik karena guru harus
memahami betul kondisi serta karakter
peserta didik.
3. Pembelajran PjBL perlu adanya
pembenahan metode dan pemahaman
strategi pembelajaran yang tepat agar
peserta didik termotivasi dalam proses
pembelajaran.

Wawancara melalui Video Call WA


e. Pakar Keilmuan (Dr. Rd. Diyan Krisna,
S.Pi., M.Si)
1. PjBL merupakan pembelajaran berbasis
project yang mungkin saja dalam
perjalanan ada masalah yang harus di
cariakan solusinya semua model
pembelajar ini sebenarnya satu sama lain
saling melengkapi karena di setiap model
ada saja kelebihan dan kekurangannya.
2. Model pembelajaran PjBL selama ini selalu
berfokus terhadap memiliki nilai investasi
yang tinggi sehingga guru enggan
melaksanakannya namun paradigma
tersebut harusnya dapat ditepis dengan
pembelajaran yang kontekstual dengan
melihat kebermanfaatannya
3. Penerapan PjBL dapat dilakukan dengan 4
hal yaitu 1. Produk banyak memuat
Capaian Pembelajaran, 2. Durasi waktu
yang terjangkau, 3. Investasi tidak mahal
dan 4. Nilai guna tinggi.

Wawancara langsung

f. Pakar Keilmuan (Rita Suparti Hasanah,


M.Pd)
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan
siswa belum dapat mengikuti pembelajaran
dengan PjBL. Hal tersebut haruslah
diidentifikasi terlebih dahulu penyebab
ketidak optimalannya.
1. PjBL merupakan pembelajaran yang
membutuhkan perencanaan dan instruksi
yang jelas. Bisa dicek apakah peserta didik
memahami proses belajar yang mesti
mereka lakukan dengan metode ini.
2. Kemampuan guru menerapkan metode ini
pun akan sangat berperan penting.
3. Tujuan yang ingin dicapai melalui
pembelajaran harus jelas.
4. Rentang waktu dan langkah-langkah
kegiatan harus cukup rinci.
5. Asesmen yang disertai rubrik sehingga
peserta didik bisa menilai sendiri
keberhasilan belajarnya

5 Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap kajian


Adanya miskonsepsi
1. Apabila miskonsepsi terjadi pada peserta literarur dan hasil wawancara, serta
di beberapa materi
didik dan tidak diperhatikan, maka akan dikonfirmasi melalui observasi dapat
pembelajaran di kelas
berakibat semakin bertambahnya konsep diketahui bahwa penyebab munculnya
yang tidak dipahami oleh peserta didik dan masalah miskonsepsi materi belajar
kurang mampu menjawab soal-soal yang peserta didik saya adalah :
diberikan dan akhirnya berdampak pada 1. Kurangnya literasi peserta didik dalam
rendahnya hasil belajar (Saputri, memahami materi pembelajan masih
Muldayanti, & Setiadi, 2016). kurang karena kemandirian belajar
2. Rendahnya hasil belajar peserta didik dapat masih rendah.
disebabkan oleh kesalahan dalam memahami 2. Kurangnya konsentrasi peserta didik
konsep (miskonsepsi) (Aprilanti, Qurbaniah, dalam memahami instruksi yang
& Muldayanti, 2016). diberikan, motivasi belajar rendah serta
3. Bahar & Wandersee dalam Aldahmash & minat peserta didik terhadap materi
Alshaya, (2012), miskonsepsi dapat tersebut kurang.
didefinisikan sebagai keyakinan salah atau 3. Guru belum mampu memudahkan
tidak ilmiah yang diyakini oleh peserta didik proses pemahaman peserta didik dalam
pada konsep atau fenomena tertentu, yang mencerna materi pembelajaran, yang
mungkin disebabkan subyek lain atau disesuaikan dengan gaya belajar peserta
diperoleh dari pengalaman mereka didik berdasarkan visual, audio maupun
sebelumnya. kinestetik
4. Menurut Suparno dalam Mukhlisa (2018) 4. Guru banyak membebani teori, sehingga
penyebab miskonsepsi yaitu A. siswa peserta didik tidak fokus pada materi
prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran yang diberikan, buatlah metode
humanistik, reasoning yang tidak lengkap, pembelajaran yang benar-benar untuk
intuisi yang salah, tahap perkembangan kehidupan mereka sekarang maupun di
kognitif siswa, kemampuan siswa, minat masa yang akan datang.
belajar siswa. B. Pengajar Tidak menguasai 5. Guru harus mampu mempetakan
bahan, bukan lulusan dari bidang ilmu yang karakter peserta didik sesuai Multiple
diajarkan, tidak membiarkan siswa Intelligences diantanya, kecerdasan
mengungkapkan gagasan/ide, relasi guru dan linguistik, musik, Logical matematis,
siswa tidak baik. C. Buku teks Penjelasan Intrapersonal, spatial intrapersonal dan
keliru, salah tulis, tingkat penulisan buku khinestetik sehingga kecerdasan
terlalu tinggi bagi siswa, tidak tahu membaca majemuk peserta didik tidak muncul
buku teks, buku fiksi dan kartun sains sering karena tidak sesuai dengan gaya belajar
salah konsep karena alasan menariknya yang peserta didik.
perlu. D. Konteks Pengalaman siswa, bahasa
sehari-hari berbeda, teman diskusi yang
salah, keyakinan dan agama, penjelasan
orang tua/orang lain yang keliru, konteks
hidup siswa (tv, radio, film yang keliru,
perasaan senang tidak senang, bebas atau
tertekan). E. Cara mengajar, hanya berisi
ceramah dan menulis, tidak mengungkapkan
miskonsepsi, tidak mengoreksi PR, model
analogi yang dipakai kurang tepat, model
demonstrasi sempit, dll

Berdasarkan hasil Wawancara


a. Kepala Sekolah/ Wks. Kurikulum (Ibu
Nurani Wandaningrat, S.Pd)
1. Literasi peserta didik dalam memahami
materi pembelajan masih kurang karena
kemandirian belajar masih rendah
sehingga mengakibatkan miskonsepsi
dalam materi pembelajaran.
2. Kesulitan dalam mencari sumber belajar
sehingga guru harus mencari banyak
sumber pembelajaran, kadang terjadi
kesulitan siswa dalam meresum materi
pembelajaran.

Wawancara langsung

b. Guru (Ibu Yenti Rokhmulyenti, S.Pi.)


1. Kurangnya pemahaman peserta didik
adalm pembendaharaan kata maupun arti
kata atau literasi yang kurang baik dalam
menelaah materi pembelajaran yang
mnyebabkan peserta didik tidak mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan.

Wawancara langsung

c. Teman Sejawat (Bapak Kuswanto, S.Pi)


1. Miskonsepsi terjadi karena daya cerna
peserta didik dalam menerima materi
pembelajaran berbeda-beda dalam
memahaminya, terutama di istilah-istilah
ilmu perikanan.
2. Literasi siswa yang kurang dapat
menimbulkan miskonsepsi dalam materi
pembelajaran.
Wawancara via zoom meeting

d. Pengawas (Drs. Dadi Apyaman, M.Pd.)


1. Miskonsepsi terjadi karena tidak
konsentrasinya peserta didik dalam
memahami instruksi yang diberikan,
motivasi belajar rendah serta minat peserta
didik terhadap materi tersebut kurang.
2. Penerapan kurikulum merdeka guru
diharuskan melakukan tes diagnostik
untuk menggali karakteristik peserta didik
sehingga guru dapat menentukan metode
prembelajaran yang harus diterapkan.
3. Guru harus mampu membuat rancangan
pembelajaran yang tepat untuk dapat
membangun motivasi belajar peserta didik
sehingga meminimalisir adanya
miskonsepsi dalam pembelajaran.
Wawancara melalui Video Call WA

e. Pakar Keilmuan (Dr. Rd. Diyan Krisna,


S.Pi., M.Si.)
1. Miskonsepsi dapat di minimalisir dengan
bagaimana guru dapat memudahkan
proses pemahaman peserta didik dalam
mencerna materi pembelajaran, yang dapat
disesuaikan dengan gaya belajar peserta
didik berdasarkan visual, audio maupun
kinestetik.
2. Menurut Dr. Howard Gardner guru harus
mampu mempetakan karakter peserta
didik sesuai Multiple Intelligences
diantanya, kecerdasan linguistik, musik,
Logical matematis, Intrapersonal, spatial
intrapersonal dan khinestetik.
3. Peserta didik sudah dibekali dengan fitrah
ilahian yaitu kecerdasan majemuk yang
ada dalam diri mereka masing-masing
ketika guru dapat menyesuaikan gaya
belajar peserta didik maka secara tidak
langsung sudah dapat dipercaya oleh
peserta didik.
4. Kurikulum merdeka yang mengedepankan
penguasaan pedagogik ini diharapkan
dapat lebih cepat dalam mentransfer ilmu
sesuai sofsklill karakter guru maka secara
tidak langsung pembelajaran akan
menyenangkan bagi peserta didik.

Wawancara langsung

f. Pakar Keilmuan (Rita Suparti Hasanah,


M.Pd)
1. Guru perlu menganalisis materi esensial
yang perlu disampaikan kepada peserta
didik.
2. Peserta didik tidak perlu banyak dibebani
teori, tetapi mereka bisa lebih fokus pada
materi yang benar-benar untuk kehidupan
mereka sekarang maupun di masa yang
akan datang.
6 Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap kajian
Peserta didik belum
1. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi literarur dan hasil wawancara, serta
mengoptimalkan
teknologi informasi ini adalah mendapatkan dikonfirmasi melalui observasi dapat
teknologi/ inovasi
informasi untuk kehidupan pribadi seperti diketahui bahwa penyebab munculnya
dalam pembelajaran
informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, masalah belum optimalnya pemanfaatan
dan rohani dan yang terpenting adalah tekhnologi/ inovasi belajar peserta didik
informasi tentang pendidikan (Wardiana. saya adalah :
2002). 1. Guru belum memanfaatkan platfoam
2. Kim & Frick dalam Hikmawan dan Sarino. Merdeka mengajar sebgai pendalaman
2018. mengemukakan bahwa hubungan yang materi dan inovasi pembelajaran yang
signifikan antara e-learning dan motivasi dapat di implementasikan pada proses
siswa sehingga siswa cenderung lebih pembelajaran.
termotivasi saat menerapkan e-learning. 2. Peserta didik dan guru harus pintar
3. Media pembelajaran elektronik dalam penguasaan tekhnologi merdeka
memungkinkan siswa untuk mengoperasikan mengajar agar tidak membuat
pembelajaran mereka sendiri sesuai dengan pembenaran dalam salah satu metode
kemampuan mandiri mereka dengan pembelajaran.
kewenangan untuk memilih sendiri tempat, 3. Inovasi pembelajaran tidak serta merta
waktu, konten serta arah penelitian mereka berbentuk teknologi IT namun bisa
(Rosli, 2016) berbentuk media pembelajaran yang
membuat anak tertarik dalam
Berdasarkan hasil Wawancara pembelajaran yang disesuaikan dengan
a. Kepala Sekolah/ WKs. Kurikulum (Ibu pasion guru.
Nurani Wandaningrat, S.Pd) 4. Handphone sebagai perangkat
1. Pemanfaatan teknologi oleh peserta didik tekhnologi bisa di jadikan sahabat
tidak tepat sasaran, hanya untuk dengan penyesuaian instruksi
kesenangan saja bukan untuk memperluas penggunaan dalam proses
pembelajaran, sehingga perlu adanya pembelajaran.
bimbingan khusus untuk dapat 5. Literasi harus kuat dalam
memanfaatkan tekhnologi/ inovasi dalam pengembangan tekhnologi/ inovasi bagi
pembelajaran. peserta didik dan guru sebagai
2. Guru harus mampu menangani kendala- pembukaan wawasan dalam
kendala dalam pengembangan tekhnologi pembelajaran.
termasuk mencari solusi alternatif dalam 6. Guru wajib mempunyai 3 W 1 H yaitu 1.
masalah infrastruktur di sekolah dan Wajib membuat perencanaan
kemampuan ekonomi orangtua peserta pembelajaran, 2. Wajib mengajar, 3
didik Wajib mengevaluai pembelajaran dan 4
Hak guru untuk terus belajar, karena
sebenarnya mengajar merupakan
menggenapi belajar seorang guru.

Wawancara langsung

b. Guru (Ibu Yenti Rokhmulyenti, S.Pi.)


1. Keterbatasan TIK di sekolah, serta kondisi
siswa rata-rata menengah kebawah
sehingga fasilitas pendidikan menjadi
dikesampingkan.
Wawancara langsung

c. Teman Sejawat (Bapak Kuswanto, S.Pi)


1. Peserta didik cenderung menggunakan
fasilitas tekhnologi terutama gadget
digunakan hanya untuk games
dibandingkan mencari wawasan materi
pembelajaran.
2. Pengaruh lingkungan menjadi dasar dalam
kebermanfaatan tekhnologi dalam
pembelajaran.

Wawancara via zoom meeting


d. Pengawas (Drs. Dadi Apyaman, M.Pd.)
1. Pada masa pandemi covid-19 sebenarnya
memaksa kita semua untuk melek
teknologi informasi dan inovasi
pembelajaran karena kita dituntut untuk
berfikir kreatif dan inovatif agar motivasi
belajar peserta didik terus berkembang.
2. Guru harus mau memanfaatka platfoam
Merdeka Mengajar karena disana tersedia
banyak materi dan inovasi pembelajaran
yang dapat di implementasikan pada
proses pembelajaran.
3. Guru harus dipintarkan dalam
penguasaan tekhnologi merdeka mengajar
agar tidak membuat pembenaran dalam
salah satu metode mengajar.

Wawancara melalui Video Call WA

e. Pakar Keilmuan (Dr. Rd. Diyan Krisna, S.Pi.


M.Si.)
1. Inovasi pembelajaran merupakan proses
pemahaman karakter peserta didik yang
dibiasakan lalu dibiuat istiqomah maka
harapannya akan menjadi budaya baik
bagi peserta didik.
2. Literasi dalam pengembangan tekhnologi/
inovasi harus kuat bagi peserta didik dan
guru sebagai pembukaan wawasan dalam
pembelajaran
3. Handphone sebagai perangkat tekhnologi
bisa di jadikan sahabat dengan
penyesuaian instruksi penggunaan dalam
proses pembelajaran.
4. Inovasi pembelajaran tidak serta merta
berbentuk teknologi IT namun bisa
berbentuk media pembelajaran yang
membuat anak tertarik dalam
pembelajaran yang disesuaikan dengan
pasion guru tersebut contohnya kekuatan
mengingat guru dalam sebuah permainan
tebak pertanyaan.
5. Guru wajib mempunyai 3 W 1 H yaitu 1.
Wajib membuat perencanaan
pembelajaran, 2. Wajib mengajar, 3 Wajib
mengevaluai pembelajaran dan 4 Hak guru
untuk terus belajar, karena mengajar
menggenapi belajar georang guru.
Wawancara langsung

f. Pakar Keilmuan (Rita Suparti Hasanah,


M.Pd)
1. Salah satu faktor penyebab peserta didik
belum menggunakan teknologi
pembelajaran, karena belum semua guru
memanfaatkan teknologi informasi dalam
proses pembelajarannya.
2. Oleh karena itu, para guru perlu didorong
untuk mulai memanfaatkan teknologi di
ruang-ruang kelas yang mereka ampu.

Anda mungkin juga menyukai