Anda di halaman 1dari 8

Masalah yang

No
telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
.
diidentifikasi
1 Pedagogik : Kajian Literatur :
Riadi, Muchlisin.(2020). Minat Belajar (Pengertian, Unsur, Jenis,
Indikator dan Cara Menumbuhkan).
Minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang mampu
membuat seseorang ingin merasakan hal-hal yang menyenangkan.
Seseorang yang memiliki minat terhadap apa yang dipelajari lebih
dapat mengingatnya dalam jangka panjang dan menggunakannya
kembali sebagai sebuah dasar untuk pembelajaran di masa yang
akan datang.

Widodo (2020) motivasi belajar dipengaruhi oleh :


1. Faktor internal terdiri atas fisik, psikologis.
2. Faktor eksternal terdiri atas sosial, keluarga, lingkungan,
pembelajaran, guru, sumber belajar, fasilitas belajar.

MOTIVASI BELAJAR (TARI) Dalam pembelajaran tari pun aspek


motivasi diperlukan oleh guru dan siswa agar kegiatan
pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien, terutama dalam
meningkatkan hasil belajar siswa (Aisyah, 2014; Hera, 2018;
Wulandari, 2006).

(Sukamto, 2015) menyatakan bahwa aktivitas motivasi belajar


memiliki tiga cara yaitu :
1. suatu aktivitas yang berasal dari dorongan belajar yang
mengakibatkan tekanan dari dalam diri.
2. aktivitas belajar yang terarah pada tujuan akan mengurangi
tekanan – tekanan tersebut.
3. penggapaian tujuan belajar dan hilangnya tekanan dari siswa

Nasution (2005) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) mendefinisikan


pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

Literasi : Menurut Anjani, Dantes dan Arawan, (2019:75). Minat baca adalah
adalah kecenderungan jiwa seseorang secara mendalam yang
ditandai dengan perasaan senang serta berkeinginan kuat untuk
membaca tanpa adanya paksaan.

Rio Rianda, Mashudi, Maria Ulfah (2019), Kemampuan membaca


mempunyai peran dan menjadi salah satu kunci dalam kesuksesan
dikehidupan seseorang, karena setiap informasi dan pengetahuan
apapun yang diperoleh tidak terlepas dari kegiatan membaca.
Numerasi : Jurnal Maylisa Hayati (2022); literasi numerasi adalah kemampuan
atau kecakapan dalam mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan menggunakan seni dengan percaya diri di seluruh
aspek kehidupan.

Kemampuan numerasi merupakan kemampuan yang sangat


penting untuk dimiliki siswa, karena kemampuan tersebut erat
kaitannya dengan pemecahan masalah matematika di kehidupan
sehari-hari (Pangesti, 2018) - cakupan numerasi yaitu terkait
kemampuan dalam mengenali atau memahami simbolsimbol,
menggunakan konsep, menganalisis informasi hingga memprediksi
untuk mengambil keputusan yang tepat (Tim, G.L.N., 2017)

2 Kesulitan belajar Kajian Literatur :


(Mulyadi, 2010) mengemukakan jenis-jenis kesulitan belajar, yaitu
:
ketergangguan belajar yaitu keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan.
ketidakmampuan belajar yaitu adalah ketidakmampuan
seseorang yang mengacu kepada gejala dimana seseorang tidak
mampu belajar (menghindari belajar) sehingga hasil belajarnya di
bawah potensi intelektualnya. ketidakfungsian belajar yaitu
menunjukkan gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan
baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda
subnormalitas mental, gangguan alat indra atau gangguan
psikologis lainnya. Pencapaian rendah, yaitu mengacu pada
seseorang yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas
normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Lambat
belajar, yaitu seseorang yang lambat dalam proses belajarnya
sehingga membutuhkan waktu dibandingkan seseorang yang lain
yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama

Menurut Sabri (1995:88) kesulitan belajar yaitu kesukaran siswa


dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolah.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Serap Siswa:


Faktor Internal : Biologis : Usia, Kematangan, Kesehatan
Psikologis : Minat, Motivasi, Suasana Hati
Faktor Eksternal Manusia : Di Keluarga, Di Sekolah, Di Masyarakat
Non Manusia : Udara, Suara, Bau-Bauan. (Ahmad Fauzi, 2017:53)

Iswahyudi (2009:16) mengemukakan bahwa “Daya serap siswa


adalah kemampuan menyerap suatu konsep atau materi pelajaran
yang disampaikan oleh pendidik dengan kesadaran memanfaatkan
daya guna dalam menjalankan pemahaman atas pelaksanaanyang
sejalan dengan tuntutan perubahan
3 Relasi orang tua : Kajian Literatur :
Menurut Heri Noer Aly dan Munzier S (2010), menyatakan bahwa:
Pengajaran apapun yang diberikan kepada anak disekolah tidak
mungkin dapat merealisasikan tujuan apabila tidak ada suasana
saling menolong, melengkapi, dan koordinasi antara sekolah dan
keluarga. Agar pengaruh pengajaran yang diterima anak di sekolah
terus berkesinambungan, dan sesudah itu tingkah laku anak
berubah kearah yang benar, para orang tua hendaknya
bekerjasama dengan sekolah untuk mencapai tujuan. Sekolah
tanpa bantuan keluarga tidak akan mampu merealisasikan tujuan
pendidikan yang diharapkan.

Orang tua juga berperan sebagai pendamping dan sebagai motivator


anak, sehingga orang tua mempunyai keterlibatan langsung dalam
kegiatan pembelajaran dan pendidikan anak. (Lilawati, 2020).

2. Orang tua berperan untuk melengkapi program atau aturan


terstruktur dalam belajar dirumah dan sarana pendidikan anak
dirumah. Dalam rangka memotivasi anak belajar dirumah orang
tua harus memperhatikan anak belajar, mengatur waktu dan
melengkapi kebutuhan alat belajar anak, memantau kemajuan
belajar, dan meninjau kesulitan yang dialami anak dalam
belajar (Hero & Sni, 2018).

3. Keberhasilan jangka panjang akan Pendidikan nilai - nilai yang


baru tergantung pada kekuatan di luar sekolah, pada taraf ketika
keluarga dan komunitas bergabung dengan sekolah dalam usaha
bersama untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan membantu
perkembangan kesehatan mereka (Lickona, 2012).

Pada akhirnya orang tua adalah orang yang bertanggung jawab


paling utama dalam pendidikan anak-anak. Para orang tua yang
menentukan masa depan anak. Namun dalam mengakui
keterbatasan dan peluang yang dimiliki, sehingga orang tua
meminta pihak luar membantu mendidik anak-anak mereka. Pihak
lainnya adalah guru di sekolah. Namun demikian setelah anak-
anak dititipkan di sekolah, orang tua tetap untuk bertanggung
jawab untuk keberhasilan pendidikan anak-anak mereka. Orang
tua berperan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan
anak-anak mereka. Induk peranan dan tanggung jawab antara lain
dapat diwujudkan dengan membimbing kelangsungan anak belajar
di rumah sesuai dengan program yang telah dipelajari oleh anak-
anak di sekolah belajar. Membimbing anak-anak belajar di rumah
dapat dilakukan dengan mengawasi dan membantu pengaturan
tugas sekolah serta menyelesaikan instrumen dan infrastruktur
anak belajar (M.usuf 2021-12)

Surya (2004:22) Keberadaan orang tua dan guru merupakan bagian


yang sangat penting dalam proses pendidikan dengan tujuan untuk
membekali anak dalam memecahkan segala masalah-masalah
kehidupan yang dihadapinya, baik pribadi atau di sekolah, agar
terbentuk pribadi yang berakhlak mulia sesuai dengan yang dicita-
citakannya, yakni menjadi anak yang berbakti kepada orang tua
dan berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Menurut Patmonodewo (2003:123), orang tua adalah guru pertama


bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua
adalah mitra kerja guru bagi anaknya dan orang tua merupakan
guru utama yang menggunakan segala kemampuan mereka, guna
keuntungan mereka sendiri, anak-anaknya, serta program yang
dijalankan anak itu sendiri.

Menurut Ahmadi (2001:26) Tanpa peran dari orang tua dan guru
anak cenderung tidak bisa mengembangkan kreativitas mereka.
Orang tua merupakan sosok penting bagi setiap keberhasilan
pendidikan dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-
anaknya.

4 Model / Metode / Kajian Literatur :


Strategi Menurut Trianto (2010:52) Model pembelajaran adalah kerangka
Pembelajaran konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam
Inovatif : mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman
bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi
oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan
dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan
peserta didik.

Menurut Nasrun, dkk (2018) dalam Jurnal Pengabdian pada


Masyarakat, mengatakan bahwa guru memerlukan pendampingan
dalam mengimplementasikan pembelajaran inovatif.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan


prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam
merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar. Menurut
Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai
pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam
melaksanakan pembelajaran

Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 142) istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi,
metode, atau 12 prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur.

Menurut (Trianto, 2010: 55), Ciri-ciri khusus model pembelajaran


adalah:
1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang
masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat
teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan
sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan
mengembangankannya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran
mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai,
termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan
baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran
mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa
yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam
pelaksanaannya.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
itu dapat tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan
belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar
dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini
menjadi tujuan pembelajaran

metode pembelajaran merupakan cara mengajar atau cara


menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang sedang belajar
(Suyanto, 2013:114)

model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang


dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran sesuai dengan
karakteristik kerangka dasarnya (Suyanto, 2013:134)

Yunus abidin, (2015:30) berpendapat bahwa model pembelajaran


sebagai suatu konsep yang membantu proses pembelajaran, baik
itu dalam bentuk pola pikir maupun berbentuk pola tindak suatu
pembelajaran. Salah satu bentuk model pembelajaran yang sedang
ramai dan sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran yakni
model pembelajaran discovery learning.

5 Materi terkait Kajian Literatur :


Literasi Miskonsepsi atau salah konsep (Suparno, 2005:4) menunjuk pada
numerasi, suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau
Advanced pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu.
material,
miskonsepsi, Begitu juga dengan Wartono, dkk (2004:25) mendefinisikan
HOTS : miskonsepsi adalah pemahaman alternatif yang tidak benar secara
Miskonsepsi ilmiah.
tentang paradigma Secara garis besar penyebab miskonsepsi dapat dikelompokkan
”tari itu gemulai” menjadi lima kelompok, yaitu siswa, guru, buku teks, konteks
pada siswa laki – dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa dapat
laki terdiri dari berbagai hal seperti prakonsepsi awal, kemampuan,
tahap perkembangan minat, cara berpikir dan teman lain. Penyebab
kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru,
kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau
sikap guru dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik.
Pencapaian Miskonsepsi yang disebabkan oleh salah mengajar agak sulit
pembelajaran dibenahi karena siswa merasa yakin bahwa yang diajarkan guru itu
HOTS tidak sesuai benar. Penyebab miskonsepsi dari buku terdapat pada penjelasan
dengan harapan atau uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks, seperti
guru budaya, agama dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi
miskonsepsi siswa. Sedangkan metode mengajar hanya
menekankan pada kebenaran satu segi sering memunculkan salah
pengertian siswa (Suparno, 2005:29).

Pembelajaran berbasis HOTS didesain dengan pembelajaran yang


aktif, berpusat pada peserta didik, pembentukan rasa ingin tahu
(keinginan bertanya), dan penilaian berbasis HOTS (Rapih &
Sutaryadi; 2018)

Conklin (2012) menyatakan bahwa HOTS melibatkan kemampuan


berpikir kritis dan berpikir kreatif.

Menurut King, High Order Thinking Skills termasuk di dalamnya


berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif, sedangkan
menurut Newman dan Wehlage dengan High Order Thinking peserta
didik akan dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas,
berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu
mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami
hal-hal kompleks menjadi lebih jelas.(Hanifah, 2019)

Hasil kutipan Jurnal Ilmu Pendidikan oleh Baderan (2018)


menyatakan bahwa penyebab guru belum menerapkan
pembelajaran yang berbasis HOTS adalah pemahaman guru
tentang soal HOT serta kemampuan guru dalam membuat soal HOT
masih kurang. Instrumen soal HOT yang khusus didesain untuk
melatih keterampilan berpikir kritis bagi peserta didik belum
banyak dikembangkan.

Pembelajaran berbasis HOTS didesain dengan pembelajaran yang


aktif, berpusat pada peserta didik, pembentukan rasa ingin tahu
(keinginan bertanya), dan penilaian berbasis HOTS (Rapih &
Sutaryadi; 2018)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartini dan Sukarjo (2015)


menyatakan bahwa penyebab guru belum menerapkan
pembelajaran berbasis HOTS adalah guru belum efektif melatih
kemampuan pemecahan masalah. Sehingga siswa kurang bahkan
tidak memiliki keterampilan berpikir kritis

Hasil kutipan Jurnal Ilmu Pendidikan oleh Baderan (2018)


menyatakan bahwa penyebab guru belum menerapkan
pembelajaran yang berbasis HOTS adalah sekolah belum dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, hanya berorientasi
pada usaha mengembangkan dan menguji daya ingat peserta didik.
Menurut jurnal yang ditulis oleh Sofyan dan Fitanti (2019)
menyatakan bahwa penyebab guru belum menerapkan
pembelajaran berbasis HOTS adalah pelatihan dan pendampingan
tentang HOTS masih minim diperoleh oleh guru serta kurangnya
pemahaman karakteristik dalam berpikir kritis dimana siswa hanya
diberikan materi serta mengerjakan tugas yang melatih pikiran
mereka untuk berpikir kritis dan hanya terpaku dalam teoritis.

HOTS: Satu dari kompetensi guru yang harus ditingkatkan adalah


menyusun pertanyaan untuk mengukur kemampuan berpikir tinggi
pada siswa (Dahlan D, Permana L, & Oktariani L., 2020)

Menurut Thorne & Thomas (2009:2) menyebutkan bahwa high


order thinking skills adalah proses berpikir pada level yang lebih
tinggi dari pada hanya sekedar mengingat fakta atau menjelaskan
kembali sesuatu yang dipelajarinya kepada orang lain. HOTS
menuntut seseorang untuk memahami, menyimpulkan,
menghubungkan fakta dengan konsep, mengkategorikan,
memanipulasi, mencari fakta dalam suatu peristiwa yang terjadi,
dan mencari solusi untuk suatu masalah yang terjadi.

Menurut Sani (2019, hlm. 2) Higher Order Thinking Skill (HOTS)


atau kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan
berpikir strategis untuk menggunakan informasi dalam
menyelesaikan masalah, menganalisa argumen, negosiasi isu, atau
membuat prediksi.

6 pemanfaatan Kajian Literatur :


teknologi/inovasi Beberapa ciri-ciri generasi Z yang menggunakan teknologi adalah
dalam bersosialisasi melalui internet, mengkonsumsi internet dengan
pembelajaran: sangat cepat, dengan teknologi di tangan mereka cenderung efisien
dan inovatif, menyukai permainan yang menantang kreativitas
(Berkup, 2014)

Cecep Abdul Cholik “PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN


KOMUNIKASI UNTUK MENINGKATKAN PENDIDIKAN DI
INDONESIA” (2017:25) Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
Vol.2, No 6 Juni 2017 Pemanfaatan teknologi dalam bidang
pendidikan dapat dijadikan sebagi alat untuk melakukan
pemerataan dalam memberikan kesempatan belajar dan
meningkatkan mutu pendidikan melalui penyediaan informasi
lengkap tentang Pendidikan.

Teknologi pembelajaran sebagai perangkat lunak (sofware


technology) yang berbentuk cara-cara yang sistematis dalam
memecahkan masalah pembelajaran semakin canggih dan
mendapat tempat secara luas dalam dunia pendidikan (Suparman
& Zuhairi, 2004)

komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan


menggunakan berbagai sarana seperti telepon, komputer, internet,
e-mail, dan layanan pesan singkat. interaksi antara guru dan siswa
tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka, tetapi juga
dengan menggunakan media-media tersebut. guru dapat
memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan
siswa. demikian pula dengan siswa (Suyanto, 2013:176)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zabidi (2019) menyatakan


bahwa penyebab guru belum maksimal dalam menggunakan
teknologi/ inovasi dalam pembelajaran adalah tidak adanya fasilitas
internet di sekolah, jumlah proyektor terbatas, dan minimnya daya
kompetitif antar guru dalam inovasi pembelajaran.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widianto dkk., (2021)


menyatakan bahwa penyebab guru belum maksimal dalam
menggunakan teknologi atau inovasi dalam pembelajaran adalah
infrastruktur yang belum merata, masih banyak daerah-daerah di
Indonesia yang belum mendapatkan akses teknologi informasi,
contohnya belum mendapatkan akses untuk internet

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dopo dan Ismaniati (2016)


menyatakan bahwa penyebab guru belum maksimal dalam
menggunakan teknologi/inovasi dalam pembelajaran adalah banyak
guru masih menggunakan pendekatan tradisional dalam
membelajarkan siswa. Guru masih menjadi satu-satunya sumber
belajar, akibatnya pemanfaatan sumber-sumber belajar digital
dalam pembelajaran menjadi sangat terbatas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gilakjani (2013) menyatakan


bahwa penyebab guru belum maksimal dalam menggunakan
teknologi/inovasi dalam pembelajaran diantaranya adalah
komputer self-efficacy, pengalaman mengajar, dukungan teknologi
komputer, praktek pedagogis guru dan pengembangan profesional
dalam mengintegrasikan teknologi.
Sejalan dengan pernyataan Wartomo (2016:266), kompetensi guru
harus diorientasikan terhadap perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi dan masyarakat digital dewasa ini.

Anda mungkin juga menyukai