Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Metode Pembelajaran Aktif dan Pembelajaran Bermain Peran

Terhadap Peningkatan Motivasi & Kreativitas Siswa Sekolah Dasar


Afifah Istiqomah1, Ahmad Sahrul2, Iin Indarwati3, Inta Khoirunnisa Efendi4, Siti Kodriah5
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Primagraha, Serang, Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran yang berkualitas dalam suatu bangsa tak lepas pada
peranan suatu pengajar., sebagai seorang pengajar, inovasi pembelajaran
terkhusus pada bidang kurikulum ialah suatu faktor yang menentukan
setiap usaha dalam pembelajaran., pada serangkaian pembelajaran
tentunya mengalami keadaan yang berubah seiring berjalannya waktu
dengan ekspektasi serta ketentuan keinginan khalayak banyak yang
berhubungan dengan mutu dalam pengajaran yang diberikan dengan lebih
baik., tentunya pada inovasi pendidikan pasti terdapat tuntutan kebutuhan
yang mengharuskan para pendidik mengenal sejumlah tujuan dalam
memperbaiki Strategi, Metode, serta Teknik Pembelajaran (Siti Maulida
Agustina, & dkk, 2019:532). Pendidikan ialah usaha manusia dalam
menumbuh kembangkan suatu kapasitas bawaan secara jasmani maupun
rohani sesuai pada suatu nilai yang terdapat dalam perkembangan siswa
yang menjadikannya seseorang yang beriman serta bertakwa kepada
Tuhan yang maha Esa serta berakhlak mulia pada kehidupan
bermasyarakan serta budayanya sebagai akibat dari kemajuan bangsanya
yang tak lepas pada keadaan pengajar serta sistem pengajaran yang
menjadikannya masyarakat demokratis serta bertanggung jawab (Rusman,
2016:262). Menurut Hamruni (2012), sesudah mengetahui sejumlah
inovasi pendidikan diharap kepada para pengajar dapat
mengimplementasikannya kedalam pengajaran didalam kelas guna untuk
menghasilkan pengajaran yang giat, produktif, dapat membawakan hasil,
serta memuaskan, tak hanya semata-mata mengajarkan tentang
permasalahan yang diibaratkan dalam cerita dongeng.
Pendidikan adalah salah satu modal dasar dalam membina suatu
bangsa yang maju, peranan penting dalam suatu bangsa sangat
berhubungan erat dengan sarana dan prasarana yang menunjang
pengetahuan (Untayana dan Harta, 2016). Dalam kehidupan, pendidikan
sangatlah berarti dikarenakan hal ini ialah penunjang sarana dalam
mengangkat derajat serta kualitas pada Sumber Daya Manusia (SDM),
sebagimana hal ini tercantum pada UU Republik Indonesia Nomor 20,
Tahun 2003, Bab I, Pasal I, Ayat I, mengenai Sistem Pendidikan Nasional
yang menyebutkan bahwa “Pendidikan ialah suatu usaha sadar dan
terencana dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar serta proses
pengajaran agar anak didik secara giat lebih mengembangkan potensi
dirinya dalam memiliki intensitas spiritual keagamaan, upaya untuk
bertindak positif, berkepribadian baik, cerdas, berakhlak mulia, serta
keterampilan dalam diri, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
Hamalik dalam Ahmad Susanto (2016:4), belajar ialah merubah
atau memperkuat perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the
modificator or strengthening of behavior through experiencing), dalam
pengertian tersebut belajar itu adalah suatu proses, aktivitas serta suatu
hasil atau tujuan, dengan kata lain belajar itu tak hanya sekedar untuk
mengingat atau melafalkan saja tetapi juga memiliki pengertian yang
sangat luas, Hamalik dalam Ahmad Susanto juga menguraikan bahwa
belajar dapat merubah individu atau sekelompok orang dengan hubungan
antar lingkungan.
Pembelajaran aktif ialah pendekatan yang menyertakan siswa
dalam mempunyai kemampuan (skill) untuk mendapatkan informasi serta
kemahiran yang berlainan dalam mempelajari pembelajaran yang terdapat
didalam kelas (Hardini, 2017:82). Menurut Zuhairini (dalam
SYAPARUDDIN et al., 2020) pembelajaran aktif dinyatakan sebagai suatu
proses pengajaran yang menggunakan berbagai strategi atau metode yang
menitikberatkan pada partisipasi anak didik serta menyangkut pautkannya
dalam berbagai potensi yang dimiliki anak didik baik yang bersifat
emosional, fisik, intelektual, maupun mental dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang menghubungkan efektivitas kognitif serta psikomotorik
yang optimal.
Pendekatan Active Learning adalah kata lain dari dunia pengajaran,
yaitu sebuah strategi pengajaran yang bertujuan dalam mengembangkan
minat serta bakat dalam pendidikan untuk memperoleh keterlibatan yang
membuat siswa lebih produktif serta dapat membawakan hasil baik dalam
belajar, strategi pendekatan Active Learning tentunya membutuhkan
banyak sekali faktor pendukung dalam prosesnya, seperti yang tercantum
pada metode Active Learning yang merupakan suatu proses pembelajaran
yang giat serta antusias dalam membuat “keterlibatan intelektual-
emosional” siswa disamping keterlibatan fisiknya (Syafrudin Nurdin dan
Basyiruddin Usman, 2002:117).
Meti Safitri (2015) menyatakan bahwa, terdapat banyaknya sistem
pengajaran aktif yang dipergunakan pendidik dalam aktivitas belajar-
mengajar pada suatu kelas demi terlaksanakannya keadaan yang timbal
balik serta mudah dipahami dalam upaya merangsang keinginan siswa
dalam belajar, maka motivasi yang diberikan pada anak didik ini bersifat
non intelektual yang memiliki peran aktif dalam faktor psikis untuk
menumbuhkan rasa suka serta semangat dalam belajar yang membuat anak
didik tersebut memiliki keinginan kuat, dalam melakukan aktivitas belajar.
Pada bidang pendidikan, motivasi tentunya berorientasi dalam suatu
pencapaian bersyarat psikologis yang tentunya mendorong seseorang
memiliki semangat juang belajarnya (Thoifuri, 2013:96).
Motivasi ialah suatu kegiatan dalam mengaitkan motif atau daya
sebagai suatu tindakan atau tingkahlaku dalam pemenuh keinginan serta
pencapaian dalam tujuan eksklusif, pada hal belajar, motivasi diartikan
menjadi holistik daya penggerak pada diri anak didik dalam melakukan
serangkaian aktivitas belajar untuk mencapai suatu tujuan yang sudah
ditentukan, pada proses pendidikan ini motivasi sangatlah penting adanya
dikarenakan motivasi ialah pendorong bagi setiap anak didik untuk belajar
dengan giat supaya tercapainya dalam suatu tujuan (Ihsan El Khuluqo,
2017:111).
Menurut Erjati Abas (2014:80), mengemukakan motivasi sebagai
daya dorong yang membuat seorang anak didik rela dalam mengerjakan
ketangkasannya dalam membentuk suatu kemahiran atau skill untuk
melaksanakan berbagai aktivitas yang menjadi tanggung jawab dalam
rangka menuju tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.
Menurut Muhammad Iqbal Harisuddin (2019:5), motivasi belajar juga bisa
ada dikarenakan oleh faktor pembangun yang penting berupa impian,
harapan belajar, serta pendorong keinginan dalam belajar demi tercapainya
suatu harapan akan angan-angan, sedangkan faktor luar yang membangun
dan berpengaruh ialah berupa pencapaian, lingkungan belajar yang aman
serta aktivitas pembelajaran yang menarik, kedua faktor tersebut timbul
oleh stimulus eksklusif, sebagai akibatnya seseorang berkeinginan buat
melaksanakan kegiatan belajar yang lebih semangat lagi, selama proses
pembelajaran berlangsungpun siswa dituntut dalam memiliki kegiatan
seperti Mendengarkan, Memperhatikan serta Mencerna setiap
pembelajaran yang diberikan oleh pengajar, disamping itu juga sangat
dimungkinkan bagi para anak didik dalam melaksanakan kreativitasnya
dalam belajar yang mencangkup aktivitas diskusi perkelompok, mencari
sebuah isu dari masalah yang ada, presentasikan hasil perkelompok dan
lainnya.
Salah satu upaya lain dalam melaksanakan pengembangan pada
kreativitas anak didik, yaitu dengan melalui penerapan metode
pembelajaran Role Playing pada aktivitas pembelajaran, pada penerapan
metode pembelajaran Role Playing ini diharap anak didik dapat
mengembangkan daya ciptanya, hal ini bisa dicapai bila para peserta didik
secara terbatas bekerja serta melakukan interaksi satu sama lain dalam
melakukan pemecahan permasalahan yang ada melalui peragaan, oleh
sebab itu metode ini dapat membuat suatu pengalaman yang berharga bagi
setiap anak didik (Adelia, 2012:127). Tujuan dari diaplikasikannya metode
Role Playing (bermain peran), anak didik dapat mendalami peranannya
sehingga materi pembelajaran yang diajarkan dengan metode role playing
ini dapat diingat dan pastinya bermakna serta memotivasi anak didik
tersebut dalam menumbuh kembangkan minatnya (Yenti, 2020).
Analisis literatur penelitian (Chickering., Gamson, 1987)
bagaimanapun menyarankan bahwa, setiap siswa wajib melakukan lebih
dari sekedar mendengarkan sahaja, mereka juga diharuskan bisa dalam hal
membaca, menulis, berdiskusi ataupun terlibat dalam sebuah pemecahan
persoalan, paling penting tentunya terlibat secara aktif dalam pemikiran
tingkat tinggi dalam suatu penilaian. Munandar (1999:12) menyatakan
bahwa, akal budi yang kreatif tentunya dimiliki oleh setiap makhluk saat
mereka muncul dan lahir ke dunia, mulai dari memiliki pemahaman yang
luas serta kreativitas tanpa batas dengan minat bakat yang dimiliki.
Menurut kelompok kami, penggunaan metode pembelajaran aktif
dan bermain peran (Role Playing) dapat meningkatkan motivasi serta
kreativitas siswa di sekolah dasar melibatkan seperti proses pembelajaran
yang interaktif untuk dapat merangsang rasa ingin tahu siswa yang
membantu pengembangan mereka dalam mengaplikasikan konteks yang
nyata dan menyenangkan. Mengenai permasalahan tersebut Motivasi dan
Kreativitas ini muncul sebab kekhawatiran terhadap tingkat Motivasi dan
Kreativitas siswa di Sekolah Dasar yang dapat dipengaruhi oleh Metode
Pembelajaran Aktif serta Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing),
maka dengan demikian fokus kelompok kami dalam permasalahan ini
membuat bagaimana metode pembelajaran tersebut dapat memperbaiki
serta meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa yang ada di Sekolah
Dasar dalam lingkungan pembelajaran yang dinamis serta meningkatkan
partisipasi hasil belajar siswa.
Sesuai pada penjelasan tersebut, maka aktivitas pada suatu
pengajaran sangatlah berdampak pada motivasi serta kreativitas belajar
anak didik, penggunaan Role Playing (Bermain Peran) ialah salah satu
cara lain dalam proses pengajaran yang dipergunakan di dalam kelas.,
metode Role Playing ini merupakan salah satu cara yang mendominasi
materi-materi pembelajaran dalam mengembangkan khayalan serta
pemahaman yang dapat dilakukan sebagai kiprah benda hidup atau mati,
dalam permainan ini biasanya berlaku pada salah seorang yang bergantung
pada apa yang diperankannya (Jumanta Hamdayama, 2014:189).
Metode Role Playing (Bermain Peran) merupakan metode yang
mengikutsertakan anak didik dalam bermain peran atau bersandiwara
menirukan berbagai macam masalah-persoalan sosial eksklusif (Imansjah
Alipandie, 1984:96). Mulyono (2012:45) menyatakan bahwa, metode Role
Playing menyangkutpautkan anak didik dalam kepura-puraan bermain
peran yang turut terbawa pada sejarah maupun tingkah laku masyarakat
banyak, jadi pada metode Role Playing ini pengajaran yang berlaku
dengan tata cara memainkan kiprah sosial eksklusif menggunakan tujuan
dalam menyerahkan cerminan atau gambaran sebagai upaya setiap siswa
bisa lebih praktis lagi dalam menyerap bahan ajar, dan bisa secara
eksklusif melekatkan sebuah subjek yang relevan dalam kehidupan sehari-
hari.
Dengan meningkatkan kualitas penyampaian dalam Metode
Pembelajaran Aktif dan Bermain Peran (Role Playing) ini, diharapkan
dapat meningkatkan Motivasi serta Kreativitas setiap anak didik yang
memberikannya pengalaman dalam pengajaran yang menggembirakan
serta berarti. Menurut penjelasan yang tercantup pada latar belakang di
atas, maka dari itu akan dilakukannya sebuah penelitian mengenai
“Pengaruh Metode Pembelajaran Aktif dan Pembelajaran Bermain Peran
(Role Playing) Terhadap Peningkatan Motivasi & Kreativitas Siswa
Sekolah Dasar”.
REFERENSI

Adelia, V. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Ourdoor Study).


Divapress: Yogyakarta.

SYAPARUDDIN, S., MELDIANUS, M., & Elihami, E. (2020). STRATEGI


PEMBELAJARAN AKTIF DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR PKn PESERTA DIDIK. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar , 1(1), 30–41. https://doi.org/10.33487/mgr.v1i1.326

Yenti, A. & O. (2020). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan


Menggunakan Metode Role Playing. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan STKIP Kusuma Negara II, 2011, 179–183. file:///C:/Users/AINI
SHOFIYAH/Downloads/515-Article Text-2878-2-10-20201231.pdf

Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Depok: Insan Madani, 2012).

Hardini, I. (2017). Strategi Pembelajaran Terpadu: Teori, Konsep, Dan


Implementasi. Group Relasi Inti Media. Yogyakarta.

Ihsan EI Khuluqo, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2017), h. 111.

Muhammad Iqbal Harisuddin, Secuil Esensi: Berfikir Kreatif & Motivasi Belajar
Siswai, (Bandung: PT. Panca Terra Firma, 2019), h. 5.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal I.

Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori Praktik dan Penilaian, (Cet. II;
Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 262.

Safitri, M. (2015). Pengaruh Metode Role Playing ( Bermain Peran ) Terhadap


Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V di
SDN Cempaka I Putih Tahun Ajaran 2014-2015. 110.
Siti Maulida Agutina, & dkk, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active
Learning) Tipe Debat Aktif terhadap Keatifan Belajar Siswa dalam
Mengikuti Pembelajaran Fiqih Kabupaten Bogor”, Jurnal Mitra
Pendidikan, Vol. 3, No. 4, 2019, h.532.

Susanto, A. (2016). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta.


Kencana.

Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Professional dan Implementasi


Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 117.

Thoifuri. 2013. Menjadi Guru Inisiator. Semarang. Media Campus Publishing.

Untayana, J., & Harta, I. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Limit


Berbasis Pendekatan Saintifik Berorientasi Prestasi Belajar dan
Kemampuan Komunikasi Matematika. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika. 3(1); 45-54.

Yenti, A. K. P., Asri, S. A., & Oktaviany, V. (2020, December). Upaya


Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Role
Playing. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma
Negara III (pp. 179-183).

Anda mungkin juga menyukai