Anda di halaman 1dari 37

Judul Kreativitas Peserta Didik Anak Sekolah Dasar (Sd)

Melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan


Pendekatan Scientific
Jurnal Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar
Vol/hal 2/ 61-71
Tahun 2020
Penulis Anggun Citra Dini Dwi Puspitasari
Tanggal Desember 2020
Latar Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Belakan dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
g terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Pasal 1 ayat 1), dan Pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
UndangUndang dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman (pasal 1 ayat 2). Untuk mewujudkan
cita-cita luhur tersebut, pemerintah menetapkan 8
Standar Nasional Pendidikan Indonesia yang menjadi
pedoman bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses,
Standar Pendidik dan Tenaga Pendidik, Standar Sarana
dan Prasarana, standar Pengelolaan Pendidikan, Standar
Pembiayaan Pendidikan, dan Standar Penilaian
Pendidikan. Diperkuat dengan pendapat Agustin (2020:
77) menyatakan bahwa Pendidikan merupakan
pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dengan melalui pengajaran,
pelatihan, atau penelitian. Standar Kompetensi Lulusan
adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013). Standar
Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar
penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar
kompetensi lulusan diharapkan dapat dicapai oleh peserta
didik setelah menyelesaikan masa belajarnya di jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Tujuan Salah satu ilmu dasar yang mempunyai peran penting
Peneliti dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan
an teknologi adalah bahasa indonesia. Tujuan pembelajaran
bahasa indonesia yaitu mempersiapkan peserta didik agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan dan
mempersiapkan peserta didik menggunakan pola pikir
bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Mata
pelajaran Bahasa Indonesia juga identik dengan muatan
teks bacaan (Umam, dkk., 2019). Sifat abstrak dari
bahasa indonesia menyebabkan banyak peserta didik
Judul Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Metode
Pembelajaran Learning Start A Question di Sekolah Dasar
Jurnal Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan
Vol/hal 3/213-219
Tahun 2021
Penulis Kamarudin, Yana
Tanggal 2021
Latar Pendidikan merupakan proses belajar juga bisa diartikan
Belakang satu proses yang sifatnya positif yang memperlihatkan
adanya sebuah perubahan hingga pada tahap akhir bisa
mendapatkan kecakapan, keterampilan dan pemahaman
baru yang didapatkan dari pembelajaran dan pengalaman.
Pembelajaran secara harfia diarti sebagai proses belajar.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
memperoleh wawasan dan penambahan pengetahuan
dengan menempu serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara sadar membawa perubahan yang sifatnya positif.
Proses pendidikan tidak terlepas dari peran guru, selaku
pelaksana proses belaja rmengajar, juga berperan menjadi
fasilitator, dimana harus menciptakan keadaan belajar
mengajar yang efesien. Materi pembelajaran tentu selalu
dikembangkan dengan baik, dan mampu meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyimak suatu pelajaran, serta
mampu mencapai tujuan dari pendidikan. Belajar Menurut
R Gagne (dalam Ahmad Susanto 2016:1), “belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman”
(Kasyadi et al., 2013). Agar mencapai hal tersebut, harus
ada pengembangan kemampuaan penerapan model
pembelajaran dalam peningkatan peserta didik yang
merupakan subjek utamanya dalam belajar. Ciri-ciri umum
dalam kegiatan belajar, yang mencakup hal-hal berikut (1)
Belajar berlangsung akibat hubungan antara individu dan
lingkungannya, (2) Belajar ditandai dengan adanya
modifikasi perubahan dari segi moral, kongnitif, verbal,
afektif dan tingkah laku, dan (3) Belajar berlangsung
karena disengaja atau disadari (Pane & Darwis Dasopang,
2017). PPKn mempunyai tujuan yang mampu
mennciptakan insan yang bersifat dan berperilaku baik dan
bertanggung jawab juga bermanfaat bagi masyarakat,
bangsa dan Negara. (Astriani, 2018). Pembelajaran seperti
ini tentu berlaku dalam mata pelajaran (Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan) sangat membutuhkan
proses aktivitas pembelajaran peserta didik untuk
membantu tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan
Pancasiladan Kewarganegaraan serta tercapainya proses
pembelajran yang aktif dalam pembelajar siswa.
Pendidikan Kewarganegaraan sering dijadikan mandat
politik dan alat ideologi rezim. Hingga pada akhirnya,
Pendidikan Kewarganegaraan mengikuti keadaan setiap
rezim (Bunyamin, 1990; Winataputra, 1999). (Maftuh,
2008).
Tujuan Dalam proses pembelajaran tentu punya kreativitas sangat
Penelitian penting, ketika seseorang mendapatkan kreativitasnya,
mereka cenderung menjadi percayaa dri, berani mengambil
sebuah resiko, mandiri, selalu ingin tahu, antusias, dan
spontan. Suprihatin (2017) mendefinisikan Kreativitas
sebagai suatu proses mental individu yang melahirkan
gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif
yang bersifat imajinatif, fleksibel, suksesi, dan
diskontinuitas, yang berdaya guna dalam berbagai bidang
untuk pemecahan suatu masalah. Jadi kreativitas
merupakan bagian dari usaha seseorang guru untuk
mengembangkan pembelajaranya.(Wiyono, 2018) Dalam
memahami cara kreativitas bisa meningkatkan daya
berpikir imajinatif, sebab kreativitas merupakan persyarat
dari berpikir imajinatif. Akan tetapi di SD Negeri 2 Waha
belum menunjukkan bahwa kreativitas belajar siswa belum
optimal ditandai dengan beberapa permasalahan yang
muncul dalam pembelajaran; peserta didik belum berani
mengajukan pendapat untuk bertanya, materi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan yang diajarkan kurang
dipahami oleh peserta didik, peserta didik kurang diberikan
kesempatan untuk9mengembangkan kreativitasnya, dan
pada proses pembelajaran peserta didik kurang aktif.
Selanjutnya proses pembelajaran di kelas menggunakan
metode yang tidak bervariasi dan monoton pada satu arah,
akibatnya suasana dalam kelas selalu terjadi keheningan
sehingga kreativitas siswa sangat kurang. Dalam
mengembangkan dan meningkatkan kreativitas belajar
siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan dibutuhkan Metode baru dalam
pembelajaran yaitu metode learning Start with A Question
di Kelas V SD Negeri 2 Waha. Pada penelitian sebelumnya
telah banyak yang mengkaji tentang metode yang sama
yaitu metode learning Star with A Question, namun mata
pelajaran yang dikaji adalah mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial, sehingga dalam penelitian ini fokus
kajianya adalah tentang metode yang sama yaitu metode
metode learning Star with A Question dengan mata
pelajaran yang berbeda yaitu pendidikan kewarganegaraan,
dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang holistik
tentang efektifitas dari metode metode learning Star with A
Question dalam meningkatkan kreatifitas siswa pada
beberapa mata pelajaran.
Hasil Berdasarkan pembahasan hasil penelitian penerapan
metode pembelajaran Learning Start With A Question
untuk meningkatkan kreativitas9belajar siswa.di kelas V
SD Negeri 2 Waha pada9mata pelajaran.Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, hasilnya bahwa
kreativitas belajar siswa dapat meningkat pada siklus.II.
Dimana pada.siklus II.pertemuan satu tes kreativitas siswa
terdapat 16 dengan kategori cukup kreatif dan 2 orang
siswa dalam kategori kurang kreatif, sedangkan 4 orang
lainnya dalam kategori kreatif dari jumlah 22 orang siswa.
Kemudian pada pertemuan kedua tingkat kreativitas belajar
siswa ada 15 orang siswa masuk kategori kreatif, dan 5
orang.siswa dalam.kategori sangat kreatif, Sedangkan 2
orang lainnya masuk dalam kategori cukup kreatif. Dan
pada tes evaluasi belajar.siswapada siklus II..meningkat
dengan jumlah rata-rata 78,18%. Jadi metode pembelajaran
Learning Start With A Question dapat meningkatkan
kreativitas pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
Sumber https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i1.284

Judul Peningkatan Kreativitas Siswa Melalui Teknik Kolase Pada


Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar
Jurnal Jurnal Cakrawala Pendas
Vol/hal 8/877-883
Tahun 2022
Penulis Julfatu Jahra , Luthfi Hamdani Maula , Iis Nurasiah
Tanggal 31 juli 2022
Latar Kreativitas menjadi salah satu aspek yang tak terpisahkan
Belakang dalam mewujudkan kualitas masyarakat yang inovatif dan
kreatif (Ucus, 2018) serta mampu menyelesaikan
permasalahan kehidupan (Kurniawan, 2016; Sani, 2015).
Kreativitas merupakan kemampuan berpikir dengan cara
yang baru, yang belum pernah ada dan tidak biasa sehingga
menghasilkan solusi atas suatu masalah (Kasta, 2019;
Nuruddin, 2019). Dalam menentukan dan menciptakan
solusi dari setiap permasalahan diperlukan kreativitas
(Kaplan, 2019). Untuk mewujudkan hal tersebut,
penyelenggara pendidikan pada setiap jenjang harus
melatih siswanya agar memiliki kreativitas dalam
menciptakan berbagai alternatif pemecahan masalah
(Antonietti et al, 2011; Griffiths, 2014; Shaheen, 2010;
Brundrett, 2007). Di sekolah dasar, kreativitas juga sangat
relavan dan perlu diberikan kepada anak (Alfonso-
Benlliure & Santos, 2016). Dengan melatih kreativitas anak
sejak dini akan menjadikan anak lebih terampil dalam
menemukan solusi permasalahan (Nurinayah et al, 2021).
Namun rendahnya kreativitas anak sekolah dasar masih
menjadi permasalahan yang belum sepenuhnya
terpecahkan, sebagaimana terungkap dalam penelitian
Kamarudin & Yana (2021), Nugraha et al. (2018), dan
Setyowati et al. (2018). Permasalahan kreativitas siswa
sekolah dasar juga ditemukan di SDN Ciseureuh
Kecamatan Sagaranten, Sukabumi. Berdasarkan observasi
di sekolah tersebut, tampak anak kesulitan dalam
menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan saat
pembelajaran. Mereka hanya mampu menemukan solusi
dari permasalahan yang dicontohkan saja, tapi tidak mampu
ketika diberikan permasalahan yang baru. Di samping itu,
mereka juga kurang terampil dalam menyampaikan
pendapatnya, baik secara lisan maupun tulisan.
Tujuan Berdasarkan permasalahan tersebut, maka sangat perlu
Penelitian adanya upaya dalam meningkatkan kreativitas anak. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah menentukan
kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kreativitas
anak, karena peningkatan kreativitas siswa dipengaruhi
oleh pembelajaran yang dilaksanakan (Pamungkas et al,
2017). Menurut Hu & Adey (2002) merangsang berpikir
kreatif siswa dapat dilakukan dengan cara pembelajaran
yang bebas, tebuka, dan positif. Pembelajaran yang
dirancang di alam atau lingkungan sekitar juga dapat
mendukung peningkatan kreativitas siswa (Davies et al,
2013; Richardson & Mishra, 2018). Beberapa penelitian
terdahulu juga membuktikan kegiatan yang memberikan
keleluasaan dan kebebasan pada siswa dalam belajar cukup
efektif dalam meningkatkan kreativitas anak, sebagaimana
dijelaskan dalam penelitian Ambarwati (2014), Bernadi
(2017), Maisarah et al. (2020), Tirtayati et al. (2014), dan
Wulandari (2020). Atas dasar penelitian-penelitian tersebut,
penelitian ini juga berusaha meningkatkan kreativitas siswa
dengan kegiatan pembelajaran yang bebas dan terbuka.
Salah satu pembelajaran yang sesuai dengan kriteria
tersebut adalah pembelajaran dengan membuat karya
kolase. Kolase merupakan kegiatan seni yang diwujudkan
dengan cara menyusun dan merekatkan bahan alam, bahan
buatan dan bahan bekas pada kertas bidang dasaran yang
digunakan, sampai menghasilkan karya yang unik dan
menarik (Ridayanti & Meidawaty, 2019). Dalam membuat
kolase anak terbuka dan diberikan kelaluasaan untuk
berkreasi sesuai dengan kreativitas masing-masing. Bahan-
bahan untuk kegiatan koalse juga tidak memerlukan banyak
biaya, dapat menggunakan barang-barang bekas serta
bahan alam yang banyak ditemukan. Dari uraian latar
belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kreativitas siswa SDN Ciseureuh siswa kelas
IV dengan pembelajaran membuat karya kolase. Penelitian
ini diharapkan bermanfaat dalam menemukan alternatif
pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa
sekolah dasar.
Hasil Penelitian tindakan ini menunjukkan bahwa anak sudah
mampu melaksanakan kegiatan kolase sesuai dengan
aspek-aspek kreativitas yaitu kelancaran, kelenturan,
keaslian dan elaborasi. Anak juga mampu membuat bentuk
tempelan dari bahan kolase dengan bervariasi dan
menjawab pertanyaan dari guru, menggunakan dan
mengkombinasikan lebih dari tiga bahan, membuat hasil
karya kolase sendiri serta anak mampu mengembangkan
ide terhadap hasil karyanya dengan sangat baik. Hasil
tersebut menunjukkan kreativitas siswa meningkat selama
pembelajaran dengan kegiatan membuat kolase mulai dari
siklus I hingga siklus II. Penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dikelas IV SDN Ciseureuh terkait
dilaksanakannya kegiatan pembelajaran menggunakan
kolase untuk meningkatkan kreativitas anak terbukti dapat
meningkat, sehingga kegiatan pembelajaran menggunakan
kolase dapat dijadikan satu alternatif dalam upaya
meningkatkan kreativitas anak. Namun dalam penelitian ini
belum mengungkap keterampilan lain yang dapat
ditingkatkan dengan kegiatan pembelajaran membuat
kolase, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
mengungkap keterampilan-keterampilan tersebut.
Sumber http://dx.doi.org/10.31949/jcp.v8i2.2668

Judul Meningkatkan Kreativitas melalui Metode Project Based


Learning di dalam Perkuliahan Sejarah Lokal
Jurnal Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan
Vol/hal 4/5014-5024
Tahun 2022
Penulis Wafiyatu Maslahah, Lailatul Rofiah
Tanggal 2022
Latar Pendidikan guna mewujudkan kualitas warga negara untuk
Belakang menjadi lebih baik dan berkembang. Kualitas pendidikan
yang baik diharapkan dapat mencetak warga negara yang
baik. IPS sebagai studi yang mengemban pendidikan
tentang warga negara yang baik dengan melibatkan sejarah
dalam proses pembelajarannya (Sayono, 2013). Hal
tersebut menjelaskan bahwa dalam IPS terdapat
pembelajaran sejarah. Sesuai dengan kurikulum pada
Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Islam Raden Rahmat Malang menyajikan mata
kuliah sejarah lokal pada proses pembelajaran.
Pembelajaran sejarah dalam pendidikan IPS memeperoleh
tujuan sebagai berikut; (1.) mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman terkait berbagai peristiwa sejarah yang penting
dan esensial dalam menstimulus ingatan kolektif suatu
bangsa, (2.) menguraikan semangat dan rasa kebangsaan,
(3.) mengelaborasi kompetensi berfikir kritis dan
kreativitas, (4.) menumbuhkan keingin tahuan, (5.)
Melestarikan kejayaan terdahulu, (6.) mengembangkan
sikap jujur, semangat bekerja dan bertanggungjawab, (7.)
Mengelaborasi sikap patriotisme, berjiwa kepemipinan dan
inspiratif, (8.) menguraikan rasa persatuan dan peduli
sosial, (9.) membeberkan sikap komunikatif, (10.)
Menghamparkan kemampuan dalam mencari, mengolah,
menghimpun dan menjelaskan informasi (Hasan, 2012).
Berdasarkan paparan tersebut kreativitas menjadi satu
tujuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa pada
pembelajaran sejarah begitu juga dalam sejarah lokal.
Pembelajaran pada abad-21 bertujuan untuk menciptakan
generasi yang memiliki kecakapan dalam berpikir secara
kritis, kolaboratif, kreativitas dan komunikatif (Rifa Hanifa
Mardhiyah et al., 2021). Sejalan dengan tujuan
pembelajaran sejarah yakni kreativitas juga menjadi salah
satu keterampilan abad-21. Keterampilan kreativitas
individu sebagai manusia yang berkualitas secara sumber
daya manusia (SDM). Individu mampu mengisi peluang
dan dapat memecahkan segala permasalahan yang jauh
lebih besar dibandingkan abad sebelumnya (Supriatna,
2019). Menjadi SDM yang berkualitas merupakan hal yang
harus ditekankan pada mahasiswa Program Studi
pendidikan IPS karena sebagai calon pendidik yang
nantinya ikut serta mencerdaskan bangsa. Mahasiswa
sangat penting didorong untuk menguasai kreativitas yang
tinggi dengan menggunakan impelementasi metode
pembelajaran yang sesuai sebagai kemampuan soft skill
guna bekal menyongsong masa depan disaat lulus dari studi
di kampus (Hairunisa et al., 2019).
Tujuan Penerapan project based learning pada pembelajaran
Penelitian sejarah dengan mengembangkan proyek mind maping,
menulis lirik lagu sejarah, scrapbook, dan prsentasi gaya
presenter berita guna meningkatkan kemampuan imajinasi
yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang
siginifikan dalam setiap siklusnya (Ratnasari, 2020). Hal
tersebut berbeda dengan penelitian ini yakni proyek yang
dihasilkan berbeda dan peningkatkannya pada kreativitas
mahasiswa bukan kemampuan imajinasi. Hasil dari proyek
penelitian mahasiswa dengan mengangkat sejarah lokal
daerah masing-masing. Peningkatan prestasi belajar dan
kreativitas siswa pada setiap siklus dapat dilakukan dengan
menerapkan project based learning di dalam pembelajaran
sejarah materi kolonialisme dan imperialisme (Nugroho,
2020). Penelitian Nugroho tersebut hanya mengangkat
materi yang telah ada di dalam sumber belajar sejarah
belum mengangkat fenomenas sejarah disekitar. Berbeda
dengan penelitian ini yang meningkatkan kreativitas
mahasiswa dengan memberikan penugasan berupa proyek
hasil penelitian dengan Penerapan project based learning
pada pembelajaran sejarah dengan mengembangkan proyek
mind maping, menulis lirik lagu sejarah, scrapbook, dan
prsentasi gaya presenter berita guna meningkatkan
kemampuan imajinasi yang menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan yang siginifikan dalam setiap siklusnya
(Ratnasari, 2020). Hal tersebut berbeda dengan penelitian
ini yakni proyek yang dihasilkan berbeda dan
peningkatkannya pada kreativitas mahasiswa bukan
kemampuan imajinasi. Hasil dari proyek penelitian
mahasiswa dengan mengangkat sejarah lokal daerah
masing-masing. Peningkatan prestasi belajar dan kreativitas
siswa pada setiap siklus dapat dilakukan dengan
menerapkan project based learning di dalam pembelajaran
sejarah materi kolonialisme dan imperialisme (Nugroho,
2020). Penelitian Nugroho tersebut hanya mengangkat
materi yang telah ada di dalam sumber belajar sejarah
belum mengangkat fenomenas sejarah disekitar. Berbeda
dengan penelitian ini yang meningkatkan kreativitas
mahasiswa dengan memberikan penugasan berupa proyek
hasil penelitian dengan
Hasil Perkuliahan dengan menggunakan metode project based
learning di mata kuliah sejarah lokal membuat mahasiswa
aktif dan senang serta perkuliahan daring. Metode ini
menghasilkan proyek berupa hasil penelitian sejarah lokal
di daerah mahasiswa bertempat tinggal. Antusiasme
perkuliahan dengan metode ini nampak pada mahasiswa
dan mendorong diskusi interaktif. Mahasiswa menjadi
semangat dalam persentasi dan menggali pengetahuan baru
yang berupa sejarah lokal dari berbagai daerah. Perkuliahan
demikian menjadi bermakna karena mempermudah transfer
pengetahuan dan nilai. Kreativitas mahasiswa lebih
meningkat sebab dengan metode tersebut mampu
mendorong untuk menghasilkan proyek baru yakni hasil
penelitian. Pengetahuan tentang sejarah lokal mahasiswa di
daerah masing-masing lebih mendalam dan menumbuhkan
sikap sadar akan sejarah.
Sumber https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i3.2905

Judul Peran Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak


Sekolah Dasar
Jurnal Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional Bimbingan
Dan Konseling 2017
Vol/hal 157- 166
Tahun 2017
Penulis Murhima A. Kau
Tanggal 2017
Latar Permasalahan mengenai meningkatnya kebutuhan akan
Belakang kreativitas di segala aspek kehidupan seperti di rumah,
sekolah, pekerjaan dan lingkungan masyarakat, makin terasa
saat ini. Hal ini disebabkan oleh kreativitas dianggap sebagai
solusi untuk pemecahan masalah, dapat memberikan
kepuasan dan dapat meningkatkan kualitas hidup. Kemajuan
teknologi dan ekonomi menuntut seseorang untuk terus dapat
berpikir kreatif demi kelangsungan hidupnya dan kemajuan
bangsanya. Tidak mengherankan jika di dalam kurikulum
2013, pembahasan kreativitas juga dianggap sebagai aspek
yang sangat penting untuk dapat dikembangkan di Sekolah
Dasar (Nuryani, 2016). Di sekolah, anak akan mendapatkan
pengalaman belajar dan bersosialisasi dengan banyak orang
yang belum tentu dapat diperolehnya di lingkungan rumah.
Proses berpikir kreatif seseorang sudah harus mulai
diperhatikan perkembangan dan pengembangannya sejak
dini, tidak hanya di lingkungan keluarga, melainkan juga di
lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah, para pendidik
dituntut agar anak didiknya dapat menjadi lulusan yang
berhasil memberikan ide-ide atau gagasan-gagasan kreatif
dalam menghadapi atau menyelesaikan suatu masalah.
Kemampuan berpikir kreatif siswa sering tidak mendapatkan
perhatian yang lebih di lingkungan sekolah, sehingga
individu tidak dapat mengenali potensinya yang pada
akhirnya individu tersebut tidak dapat mencapai tahapan
“aktualisasi diri”.
Tujuan Kreativitas menurut Utami Munandar (1992) merupakan
Penelitian kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan
orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk
mengelaborasi suatu gagasan. Pada usia sekolah 8-11 tahun,
anak sudah mampu berpikir secara logis dan berargumentasi
dalam memecahkan masalah (Santrock, 2007). Oleh karena
itu, aspek kreativitas pada siswa sudah harus mulai
dikembangkan. Kreativitas siswa dapat berkembang juga
dikarenakan pada masa ini secara perkembangan bahasa,
mereka mengalami kemajuan yang pesat perihal
pembendaharaan kata, cara pemakaian kata, rangkaian kata
dan pemahaman akan makna pembicaraan orang lain.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa adanya
peranan guru dalam pengembangan kreativitas siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam
Pembelajaran IPS SD Melalui Diskusi Kelompok”,
menunjukkan jika penggunaan metode diskusi kelompok
dapat meningkatkan kreativitas belajar mata pelajaran IPS.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Refida Fera
(1999, dalam Wardani, 2011), memperlihatkan jika ada
hubungan yang signifikan antara sikap guru terhadap ciri
pribadi kreatif dengan penciptaan lingkungan belajar yang
kondusif. Artinya, semakin positif sikap guru terhadap ciri
pribadi kreatif maka akan semakin kondusif lingkungan
belajar yang diciptakannya. Suasana kelas yang
menyenangkan, kondusif, dan siswa dapat dengan bebas
mengekspresikan ide-idenya, adalah beberapa hal yang harus
dilakukan dan diperhatikan oleh guru agar kreativitas siswa
dapat berkembang. Selain itu, hasil penelitian Abdul Kamil
Marisi (2007) juga menunjukkan jika guru menggunakan
model pengukuran kreativitas dalam pembelajaran
Hemispere Kanan, maka kreativitas siswa kelas V dalam
mata pelajaran IPA di SD dapat meningkat secara efektif.
Hal yang sama juga ditunjukkan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Utami Munandar (1977). Dalam
penelitiannya, Utami Munandar menjelaskan bahwa potensi
anak dalam hal ini kemampuan kreativitasnya dapat dipupuk
dan dikembangkan melalui sikap orang tua dan guru.
Hasil Proses berpikir kreatif seorang anak sudah harus diperhatikan
perkembangan dan pengembangannya sejak dini, tidak hanya
di lingkungan keluarga melainkan juga di lingkungan
sekolah. Di lingkungan sekolah, peran seorang guru sangat
menentukan perkembangan kreativitas anak didik. Oleh
sebab itu, hendaknya seorang guru melakukan upaya-upaya
yang dapat membantu pengembangan kretivitas siswa, antara
lain: guru memperhatikan metode/strategi mengajar, guru
menjadi fasilitator dalam membantu siswa dalam proses
menemukan dan mengembangkan dirinya, menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan dan kondusif, sehingga
siswa dapat dengan bebas mengekspresikan ide-idenya.
Selain itu, guru juga perlu memperhatikan sikap dan falsafah
mengajar serta melakukan modifikasi kurikulum tentang
materi, metode pembelajaran, produk belajar dan modifikasi
lingkungan belajar. Guru juga perlu melakukan modifikasi
kurikulum berdiferensiasi untuk mengembangkan kreativitas
siswa dengan memperhatikan azas-azas kurikulum
berdiferensiasi.
Sumber http://journal2.um.ac.id/index.php/sembk/article/view/1281

Judul Pengembangan Kreativitas Dan Konsep Diri Anak Sd


Jurnal Jurnal Ilmiah “Pendidikan Dasar”
Vol/hal 7/44-50
Tahun 2019
Penulis Kurnia Puspita Sari, Neviyarni, Irdamurni
Tanggal 18 Desember 2019
Latar Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan dan
Belakang kehidupan yang penting pada saat ini. Individu dan
organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh
lingkungan karena mereka mampu memenuhi kebutuhan
lingkungan yang terus berubah. Potensi kreatif pada
dasarnya dimiliki oleh setiap siswa, karena mereka
memiliki ciri sebagai individu kreatif misalnya: rasa ingin
tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi,
berani menghadapi resiko dan lain sebagainya. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut
diantaranya guru, orang tua dan lingkungan. Menurut
Bayanie (2012:2) kreativitas yaitu potensi yang penting
bagi diri anak. Melalui kreativitas, ia mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya secara efektif dan efisien
nantinya mereka memiliki kemungkinan untuk sukses
dimasa yang akan datang. Seorang anak sebaiknya sejak
dini digali kreativitasnya. Kreativitas dimaksudkan
kompetensi dalam mengkombinasikan suatu hal menjadi
sesuatu yang baru didasarkan pada komponen yang telah
ada hingga membentuk suatu hal yang berguna. Gagasan
kreatif yang muncul berguna bagi semua orang terbukti
dengan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi
mempermudah aktivitas manusia. Semua itu merupakan
salah satu hasil dari sebuah kreativitas. Untuk mewujudkan
pribadi yang kreatif tidak luput dari faktor perkembangan
konsep diri anak tersebut. Faktor penentu dalam
keberhasilan perkembangan setiap anak dilihat dari aspek
konsep diri. Sifat khas pada diri individu yang
membedakan antara satu dengan yang lainnya disebut
konsep diri.
Tujuan Permasalahan yang terlihat siswa kurang percaya dengan
Penelitian potensi yang dimilikinya. Padahal kesuksesan seseorang
dipengaruhi oleh cara ia memandang kompetensi yang
dimilikinya. Anggapan negatif terhadap kemampuan
dirinya menyebabkan seseorang memandang setiap tugas
yang diberikan kepadanya sebagai sesuatu yang sulit untuk
diselesaikan, sehingga penting kiranya memahami akan
konsep diri itu sendiri. Anak yang memiliki kreativitas
tinggi mereka cenderung berkarya lebih banyak
kedepannya. Mereka dapat menciptakan hal-hal baru diluar
pemikiran kita. Hal tersebut terwujud dengan adanya
perkembangan konsep diri yang optimal. Berdasarkan
pemaparan di atas, karena pentingnya pemahaman
pengembangan kreativitas dan konsep diri anak SD, maka
diperlukan kajian studi kepustakaan untuk membahasnya.
Untuk itu perlu dibicarakan pembahasan tentang
“Pengembangan Kreativitas dan Konsep Diri Anak SD”.
Tujuan pembahasan ini adalah “Mendeskripsikan
pengembangan kreativitas dan konsep diri anak SD”.
Pembahasan dalam penelitian ini, berbeda dari penelitian
sebelumnya yaitu terfokus untuk mengkaji tentang
bagaimana perkembangan kreativitas dan konsep diri anak
dimulai sejak usia SD. Hal tersebut dikaji karena
pentingnya perkembangan kreativitas dan konsep diri yang
optimal bagi anak terutama anak SD agar lahir generasi
yang kreatif dengan pribadi yang tangguh.
Hasil Setiap anak mempunyai ide kreatif tetapi yang penting
untuk diperhatikan yaitu bagaimana mengoptimalkan ide
kreatif dari setiap anak didik. Kreativitas itu bukanlah
potensi dari sejak lahir, itu merupakan kemampuan yang
dapat didalami serta dikembangkan. Kreativitas penting
untuk dioptimalkan karena dalam kehidupan sehari-hari.
Anak didik dihadapkan dengan berbagai persoalan, dengan
kreativitas anak didik dapat memecahkan suatu
permasalahan serta berpengaruh kepada prestasi
akademiknya. Maka dari itu proses perkembangan
kreativitas anak sangat penting untuk diperhatikan agar
proses perkembangannya berjalan optimal. Kreativitas
dikembangkan sejak usia sekolah dasar karena merupakan
dasar menuju tahap berikutnya. Begitu pun dengan
pengembangan konsep diri, upaya yang dilakukan dalam
mengoptimalkan konsep diri kepada anak didik merupakan
tanggung jawab bersama antara guru, orang tua dan
lingkungan di sekitarnya. Jika perkembangan kreativitas
dan konsep diri pada anak SD berjalan optimal maka akan
lahir generasi yang kreatif dengan aktualisasi diri yang
bagus.
Sumber http://dx.doi.org/10.30659/pendas.7.1.44-50

Judul Pengembangan Media Articulate Storyline 3 pada


Pembelajaran IPA Berbasis STEM untuk Mengembangkan
Kreativitas SiswaSD/MI
Jurnal Jurnalbasicedu
Vol/hal 5/5024-5034
Tahun 2021
Penulis Siti Nurmala, Retno Triwoelandari , Muhammad Fahri
Tanggal 2021
Latar Pendidikan adalah bagian yang sangat penting dalam
Belakang kemajuan suatu bangsa, bangsa yang baik salah satunya
akan dilihat dari kualitas pendidikannya. Pendidikan adalah
upaya yang terorganisasi, berencana dan berlangsung
secara terus menerus sepanjang hayat untuk membina anak
didik menjadi manusia paripurna dewasa dan berbudaya.
Untuk mencapai pembinaan ini asas pendidikan harus
berorientasi pada pengembangan seluruh aspek potensi
anak didik, diantaranya aspek kognitif, afektif, dan
berimplikasi pada aspek psikomotorik (Susanto, 2016).
Indonesia memiliki tujuan pendidikan nasional yang tertera
pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Berdasarkan dari tujuan pendidikan
nasional tersebut maka sebuah negara harus dapat
menciptakan kualitas pendidikan yang baik dengan
mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang semakin
modern ini salah satunya untuk menjawab permasalahan
tentang kecakapan di abad 21. Abad 21 adalah era
globaliasai yang ditandai dengan berkembangnya teknologi,
komunikasi dan informasi yang semakin berkembang pesat,
hal ini pada satu sisi akan berdampak dan berpengaruh
sangat positif bagi kemajuan masyarakat suatu bangsa
namun juga akan memberikan dampak negatif apabila
kurang bijak dalam memanfaatkan teknologi dan informasi
yang ada. Era globalisasi ini juga memberikan dampak
dalam berbagai bidang, tidak terkecuali pada bidang
pendidikan, ada kompetensi abad 21 yang harus dimiliki
seseorang yang dipersiapkan untuk dapat berkiprah pada
kehidupan nyata. Pendidikan memiliki peran yang sangat
penting dalam membantu seseorang memiliki keterampilan
dalam menggunakan teknologi, komunikasi dan media
informasi yang berkembang saat ini. Pendidikan adalah
salah satu jalur yang dapat ditempuh untuk menyiapkan
sumber daya manusia yang dapat menguasai kecakapan
abad 21 agar dapat bersaing dalam era globalisasi pada
abad 21. Seseorang dituntut untuk memiliki kecakapan
abad 21, ada empat kecakapan yang harus dimiliki atau
dikenal dengan 4 C yaitu, kreativitas (creativity), berpikir
kritis (critical thinking), komunikasi (communication),
kolaborasi (collaboration)(Maknun et al., 2018).
Tujuan Dalam proses pembelajaran IPA berbasis STEM perlu
Penelitian adanya media yang dapat menunjang proses pelaksanaanya
agar pembelajaran lebih menarik dan dapat mencapai
tujuan pembelajaran sehingga dapat mengembangkan
kreativitas siswa. Peran guru selain sebagai motivator,
fasilitaor juga berperan dalam berinovasi mengembangkan
media yang dapat mendukung proses pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran tidak membosankan
khususnya pada mata pelajaran IPA, guru harus dapat
membuat media yang dapat menunjang proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Media Pembelajaran adalah segala bentuk dan sarana
penyampaian informasi yang dibuat atau dipergunakan
sesuai dengan teori pembelajaran, dapat digunakan untuk
tujuan pembelajaran dalam menyalurkan pesan,
merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja,
bertujuan, dan terkendali (Suryani, Setiawan, & Putria,
2018). Berdasarkan observasi dan wawancara yang
dilaksanakan di SDIT Khoiru Ummah hasilnya yaitu dalam
proses pembelajaran guru belum menggunakan media
pembelajaran yang bervariasi dan masih menggunakan
bahan ajar yang berfokus pada buku paket sekolah sehingga
masih belum mengembangkan kreativitas siswa dengan
baik dalam proses pembelajaran. Salah satu media yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah dengan
menggunakan media articulate storyline 3, software ini
dapat dimanfaatkan untuk membuat media pembelajaran
IPA berbasis STEM. Articulate storyline 3 adalah
perangkat lunak (software) yang difungsikan sebagai media
presentasi. Articulate storyline 3 digunakan dalam
mempresentasikan informasi dengan tujuan tertentu (sesuai
dengan tujuan pengguna) (Pratama, 2019). Media
pembelajaran ini didukung dengan fitur-fitur tersebut dapat
menunjang pembuatan media pembelajaran yang menarik,
selain didukung dengan fitur yang menarik media ini juga
mudah dioperasikan dan dapat dikombinasikan dengan
audio, video dan sebagainya. Dengan pengembangan media
tersebut diharapkan dapat mengembangkan kreativitas
siswa. Berdasarkan uraian dari pernasalahan di atas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Pengembangan Media Pembelajaran Articulate Storyline 3
pada Pembelajaran IPA Berbasis STEM untuk
Mengembangkan Kreativitas Siswa.
Hasil Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa media articulate
storyline 3 layak dan efektif digunakan pada pembelajaran
IPA berbasis STEM untuk mengembangkan kreativitas
siswa. Hal ini dapat dilihat pada hasil validasi oleh ahli
dalam penilaian kelayakan media articulate storyline 3 dari
aspek materi sebesar 79,8% dengan kategori valid, aspek
media sebesar 97,9% dengan kategori sangat valid, dan
pada aspek bahasa sebesar 87,5% dengan kategori sangat
valid. Media pembelajaran articulate storyline 3 juga dapat
meningkatkan kreativitas siswa karena terdapat perbedaan
antara nilai rata-ratakelas kontrol dan kelas eksperimen
yaitu sebesar 11,00000 dengan sig (2- tailed) sebesar 0,000.
Maka dapat disimpulkan media articulate storyline 3 efektif
dan layak digunakan pada pembelajran IPA berbasis STEM
untuk meningkatkan kreativitas siswa.
Sumber https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1546

Judul Peningkatan Kreativitas dan Literasi Digital Peserta Didik


Melalui Metode Resitasi dalam Pembuatan Film Pendek
Sejarah
Jurnal Jurnal Didaktika Pendidikan Dasar
Vol/hal 4/677-692
Tahun 2020
Penulis Siti Khoimah
Tanggal November 2020
Latar Maraknya trend digital saat ini atau dalam dunia
Belakang pendidikan yang ditandai dengan semakin luasnya
jangkauan penggunaan internet untuk pembelajaran,
menyebabkan terjadinya pergeseran pada masyarakat
Indonesia dari masyarakat offline menuju masyarakat
online. Perkembangan dunia saat ini yang telah masuk
pada Revolusi Industri 4.0, dimana segala sesuatu
bertumpu pada cyber-physical system, menuntut semua
pelaku dibidang pendidikan mampu menyesuaikan diri
pada setiap perkembangan zaman. Masuknya Revolusi
Industri 4.0 dalam bidang pendidikan turut mengubah
peran pendidik dari “penyaji” materi pelajaran menjadi
fasilitator pembelajaran bagi peserta didiknya.
Pembelajaran bukan lagi mengacu pada teacher centered
(berpusat pada pendidik) melainkan sudah bergeser
menjadi student centered (berpusat pada peserta didik).
Pada pembelajaran yang dirancang pendidik inilah
diharapkan peserta didik mampu menguasai literasi digital
agar semakin mampu bersaing dengan tuntutan zaman
yang semakin pesat di bidang teknologi digital sekarang
ini. “Pendidikan adalah sarana penting dan strategis dalam
membangun masyarakat berpengetahuan yang memiliki
keterampilan abad 21 antara lain: (1) melek teknologi dan
media; (2) melakukan komunikasi efektif; (3) mampu
berpikir kritis; (4) problem solving; dan (5) berkolaborasi”
(Anonim, 2018:9). Dari uraian di atas, mengindikasikan
bahwa pembelajaran abad 21 mengharuskan peserta didik
memiliki kecakapan literasi digital dan literasi ICT. Oleh
karena itu, kecakapan mengenali, menggunakan secara
teknis, dan memanfaatkan pada kegiatan pembelajaran
merupakan aspek yang harus dimiliki peserta didik pada
abad 21.
Tujuan Kreativitas merupakan sebuah kecakapan dalam menyusun
Penelitian sebuah perpaduan yang baru, berdasarkan data atau
informasi yang ada (Nana, 2004:58). Data atau informasi
tersebut akan memunculkan suatu jawaban dengan
berbagai permasalahan yang ada dengan menekankan pada
kualitas atau mutu, ketepatgunaan, dan keragaman
jawaban. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa
kreativitas akan mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan
orisinilitas seseorang dalam berpikir dan mengelaborasi
sebuah gagasan. Aspek kreativitas ini dapat dijabarkan
sebagai berikut : a. Orisinal (Orisinalitas), merupakan
kemampuan memunculkan alternatif pernyataan atau
jawaban yang tidak biasa pada umumnya. b. Luwes
(flexibility), merupakan kemampuan memberikan ide yang
mampu mengubah sebuah cara atau pendekatan. c. Lancar
(fluency), merupakan sebuah kemampuan untuk
memunculkan sebuah gagasan atau ide yang relevan. d.
Rinci (Elaborasi), merupakan kemampuan
mengembangkan dan memperinci sebuah ide. Kecapakan
abad 21 lainnya yang ingin dicapai dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah meningkatnya literasi digital.
Menurut Bawden (2001:218) mengemukakan bahwa
literasi digital adalah : “sebuah keterampilan teknis dalam
mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan
informasi berjejaring atau digital”. Dengan kecakapan ini
diharapkan peserta mampu bersaing dalam tantangan abad
21. Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dari
penelitian ini adalah apakah metode resitasi dalam
pembuatan film pendek sejarah mampu meningkatkan
kreativitas dan literasi digital peserta didik. Dari rumusan
tersebut, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini antara
lain untuk mengetahui apakah metode resitasi dala
pembuatan film pendek sejarah mampu meningkatkan
kreativitas dan literasi digital peserta didik, khususnya di
sekolah yang diteliti.
Hasil Berdasarkan analisis hasil penelitian di atas, dapat
disimpulkan bahwa metode resitasi dalam pembuatan film
pendek sejarah mampu meningkatkan kreativitas peserta
didik. Pada siklus I menunjukkan ratarata nilai kreativitas
peserta didik 72,5. Pada siklus II rata-rata nilai kreativitas
peserta didik meningkat menjadi 81,3. Metode resitasi
dalam pembuatan film pendek sejarah mampu
meningkatkan literasi digital peserta didik. Hasil penelitian
pada siklus I menunjukkan rata-rata nilai literasi digital
peserta didik meningkat dari 62,5 menjadi 75,0 pada siklus
II. Kreatifitas dan literasi digital peserta didik meningkat
dengan adanya resitasi dalam pembuatan film pendek
tentang sejarah. Peserta didik tertarik untuk
mengeksplorasi kreatifitasnya. Dan untuk keperluan itu
secara tidak langsung, mereka mengasah kemampuannya
dalam hal penggunaan sarana TIK dan penciptaan konten
digital untuk pembelajaran. Beberapa saran terkait hasil
penelitian ini bagi peserta didik diharapkan peserta didik
mampu terasah kreativitas dan literasi digitalnya sehingga
akan muncul sineas muda sejak dini dalam dunia perfilman
tanah air. Pendidik dapat menerapkan metode
pembelajaran ini di sekolahnya sebagai salah satu alternatif
pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kreativitas dan
literasi digital peserta didik, khususnya dalam
pembelajaran IPS. Sekolah diharapkan dapat memfasilitasi
tumbuhnya kreatifitas dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Sumber 10.26811/didaktika.v4i3.138

Judul Media Pembelajaran Yang Menciptakan Creative


LearningBagi Siswa Sekolah Dasar
Jurnal Researchgate
Vol/hal
Tahun 2021
Penulis Farah nabila, nur afifah
Tanggal Juni 2021
Latar Proses Pendidikan saat ini memerlukan tindakan yang
Belakang tepat dalam keberlangsungan siswa khususnya saat
pandemic seperti saat ini. Pandemi covid-19 ini tentunya
memberikan pengaruh yang besar dan menuntut dari segala
pihak untuk dapat menyikapinya dengan bijak. Penelitian
ini dimaksudkan untuk meningkatkan kreatifitas para
siswa didalam melakukan pembelajaran daring. Warkintin
dan Mulyadi (2019), menjelaskan bahwa pendidikan
merupakan suatu sistem yang mengembangkan misi
cukup luas berhubungan dengan perkembangan fisik,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemampuan, sosial sampai
kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Salah satu
bidang yang cukup krusial terkena dampak dari pandemi
covid-19 yang disusul dengan kebijakan pemerintah untuk
mengadakan pembatasan sosial agar terhindar dari virus
tersebut adalah bidang Pendidikan (Martoredjo 2020). Pada
saat ini kita dituntut untuk bisa menggunakan teknologi
dengan sebaik mungkin dalam menunjang pembelajaran
agar bisa berjalan dengan optimal. Pembelajaran saat ini
berlangsung melalui rumah dan mengandalkan teknologi
sebagai sarana komunikasi antara guru dengan siswa.
Hal tersebut sesuai dengan Surat Edaran Kemendikbud RI
nomor 3 tahun 2020 mengenai pencegahan Corona
Virus Disease (COVID-19) pada satuan Pendidikan, dan
Surat Sekjen Mendikbud nomor 35492/A.A5/ HK/ 2020
tanggal 12 Maret 2020 perihal Pencegahan Penyebaran
Corona Virus Disease (COVID-19) (Hanifah Salsabila et
al. 2020). Penelitian ini memiliki urgensi agar nantinya
siswa dapat mengembangkan inovasi dan kreatifitasnya
didalam pembelajaran sehingga bisa mengasah skill yang
mereka miliki. Apa saja hambatan didalam pembelajaran?
Hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran pun
seringkali mengganggu aktivitas pembelajaran seperti
halnya kurangnya variasi media pembelajaran yang
digunakan, sehingga dapat menyebabkan siswa merasa
bosan dalam menjalani proses pembelajaran . Menurut
Hanum (2013:92) pembelajaran online atau e-learning
adalah salah satu bentuk model pembelajaran yang
difasilitasi dan didukung pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi. Media pembelajaran yang nantinya
diberikan pada peserta didik juga harus disesuaikan
dengan umur dan karakteristik peserta didik itu sendiri.
Apa saja aplikasi yang biasanya dipakai didalam
pembelajaran?Banyaknya pengajar yang monoton dalam
memberikan sistem pembelajaran pada siswa juga
berpengaruh dalam hasil pembelajaran peserta didik.
Pengajar masih banyak yang hanya menggunakan
Whatsapp, Google Meet, Google classroom sebagai media
pembelajarannya. Hal ini diperkuat dengan adanya
penelitian oleh (Anugrahana 2020) yang mengatakan
bahwa model pembelajaran daring yang menjadi pilihan
pertama, yaitu sebanyak 100% guru-guru menggunakan
fasilitas WA
Tujuan Penelitian ini dilakukan survey melalui angket Google form
Penelitian secara online, kami mencantumkan beberapa pertanyaan
terkait dengan media pembelajaran, ada sekitar 12
responden pengajar dari sekolah dasar di daerah
Manyaran. Dalam survey tersebut kami bisa
menyimpulkan bahwa hanya sedikit pengajar yang belum
mengetahui mengenai aplikasi pembelajaran yang disertai
permainan untuk meningkatkan kekreatifan pada siswa
Hasil Media Pembelajaran saat ini memiliki macam-macam
dan variasi dalam penggunaannya. Banyak guru yang
sudah menggunakan berbagai media pada proses
pembelajaran mereka tetapi tidak terlalu memperhatikan
tingkat kreatifitas pada siswa saat menggunakan media
tersebut. Media pembelajaran juga dapat mempengaruhi
tingkat kreativitas para siswa, tetapi seringkali guru
melewatkan manfaat dari media yang dapat
meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini perlu adanya
tindakan lanjutan dengan menciptakan media yang simple
dan dengan mudah digunakan oleh guru serta siswa dan
dapat meningkatkan kreatifitas bagi mereka.
Sumber https://www.researchgate.net/publication/352285358
Judul Profil keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam
pembelajaran ipa kelas v di sekolah dasar
Jurnal Uns
Vol/hal 9
Tahun 2021
Penulis Titis Arum Widiastuti, Idam Ragil Widianto Atmojo, Dwi
Yuniasih Saputri
Tanggal
Latar Pada abad 21, kemajuan inovasi teknologi semakin
Belakang berkembang sehingga membawa dampak dalam dunia
pendidikan. Pendidikan pada abad 21 identik dengan
pendidikan berbasis teknologi. Guru memiliki peranan
untuk menciptakan pembelajaran yang disesuaikan dengan
pendidikan abad 21 guna membekali peserta didik dengan
keterampilan pada abad 21. Peserta didik dituntut untuk
menggunakan keterampilan abad 21 dalam menyelesaikan
beragam permasalahan yang dihadapi. Pendidikan abad 21
merupakan pembelajaran yang menggabungkan antara
kecakapan kognitif, afektif dan psikomotorik serta mampu
menggunakan TIK .Keterampilan pada abad 21 yang
diperlukan peserta didik seperti communication
(komunikasi), collaboration (kolaborasi), critical thinking
and problem solving (berpikir kritis dan pemecahan
masalah), dan creativite thinking (berpikir kreatif) atau
biasa disingkat dengan 4C . Keterampilan 4C harus
dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik guna sebagai
bekal mereka Ketika menghadapi suatu permasalahan.
Salah satu keterampilan yang penting untuk menghadapi
permasalahan dalam kehidupan yang semakin kompleks
adalah keterampilan berpikir kreatif.Berdasarkan Trends in
Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS)
tahun 2015 menyatakan bahwa tingkat berpikir kreatif anak
Indonesia tergolong sangat rendah . Pemerintah sudah
mengakomodasikan keterampilan berpikir kreatif dalam
kurikulum 2013
Tujuan Penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti lain
Penelitian seperti penelitian dari Desak Ketut Sarining dengan judul
analisis kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran
IPA pada siswa kelas IV di SD Negeri 2 Penaron
Kecamatan Buleleng. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif- kuantitatif deskriptif. Penelitian ini memiliki
persamaan yakni pada variabel terikat yaitu keterampilan
berpikir kreatif dan pada variabel bebas yaitu pembelajaran
IPA. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan peneliti adalah jumlah subjek penelitian,
instrumen yang digunakan, metode penelitian dan tempat
pengambilan data. Penelitian yang dilakukan oleh
Nurjamilah tentanganalisis kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa MTs pada materi bangun ruang sisi datar.
Penelitian ini memiliki persamaan pada metode yang
digunakan, subjek yang ditentukan, dan variable terikat
yang diteliti. Perbedaannya terletak pada tingkat atau
jenjang sekolah yang digunakan.Penelitian yang dilakukan
oleh Febrianti tentang analisis kemampuan berpikir kreatif
peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan pada mata
pelajaran ekonomi di SMA Negeri 6 Palembang.Perbedaan
dari penelitian ini adalah jenjang sekolah, jumlah subjek
penelitian, dan variabel bebasyang digunakan. Persamaan
terletak pada variabel terikat yakni tentang keterampilan
berpikir kreatif dan instrumen penelitian yang digunakan.
Hasil Profil keterampilan berpikir kreatif di SDN Mangkubumen
Lor No.15 berada pada kriteria kreatif. Rata-rata persentase
profil keterampilan berpikir kreatif peserta didik kelas V.3
SDN Mangkubumen Lor No. 15 sebesar 77, 59 %. Adapun
persentase setiap indikatornya sebagai berikut. Pada
indicator fluency (berpikir lancar) persentase yang
diperoleh sebesar 83,33%. Pada indikator flexibility
(berpikir luwes) persentase yang diperoleh sebesar 77,78%.
Pada indikator originality (berpikir orisinalitas)persentase
yang diperoleh adalah 66,67%. Indikator yang paling
dominan adalah indikator fluency. Pada soal fluency,
peserta didik mampu memberikan beragam jawaban dan
disertai alasan yang jelas.Sedangkan indikator yang paling
rendah adalah originality. Peserta didik belum mampu
memberikan jawaban yang berbeda atau belum pernah ada
karena kebanyakan peserta didik hanya memberikan
jawaban berdasarkan buku siswa atau buku pelajaran
lainnya.Implikasi teoritis dari penelitian ini yakni dapat
memperbanyak wawasan tentang keterampilan berpikir
kreatif dan dijadikan sebagai referensi bagi peneliti yang
lain untuk melaksanakan penelitian dengan variabel yang
sama. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah guru dapat
meningkatkanketerampilan berpikir kreatif peserta didik
dengan cara memasukkan indikator keterampilan berpikir
kreatif pada setiap pembelajaran. Peserta didik harus lebih
sering berlatih dalam menyelesaikan soal yang menuntut
keterampilan berpikir kreatif agar mampu menyelesaikan
permasalahan dengan lebih terampil.
Sumber https://doi.org/10.20961/ddi.v9i3.49030

Judul Efektifitas Model Pembelajaran Open Ended Berbantuan


Lembar Kerja Siswa Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif
Jurnal Mimbar PGSD Undiksha
Vol/hal 8/372-384
Tahun 2020
Penulis Afiva Niswati Muazaroh, I.B. Gede Surya Abadi
Tanggal 20 Juli 2020
Latar Saat ini, kehidupan semakin berkembang pesat di
Belakang segala aspek. Hal tersebut menunjukkan bahwa
masyarakat sedang menghadapi era globalisasi.
Untuk menghadapi perkembangan yang semakin pesat
maka perlu adanya perolehan pendidikan, entah itu
pendidikan formal maupun informal.Pendidikan adalah
usaha yang diselenggarakan berdasarkan rencana yang
matang dan jelas dalam rangka mempersiapkan siswa
menjadi insan yang berkualitas untuk menghadapi
masa mendatang (N. W. I. S. Dewi, Suarsana, &
Suryawan, 2018; Wirasasmita &Hendriawan, 2020).
Pendidikan bertujuan meningkatkan sumber daya
manusia secara maksimal sehingga manusia tersebut
akan tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas dan siap
untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan
bangsanya (Paramita, 2016; Suparmi, 2018). Dengan
adanya pendidikan siswa dapat memiliki keunggulan
sesuai bidangnya masing-masing. Tujuan pendidikan
nasional bukan hanya sebatas intelektualitas semata, akan
tetapi aspek yang lain juga diperlukan salah satunya aspek
kreatif (Permendikbud, 2016). Dunia yang makin
berkembang menuntut siswa menjadi manusia yang kreatif
supaya mampu bersaing menghadapi era revolusi industri
4.0 (Fitrianiayuningsih, Suarsana, & Pujawan, 2020).
Agar hal tersebut dapat terwujud maka aspek tersebut
perlu dikembangkan dalam pembelajaran. Namun, proses
pembelajaran matematika yang terjadi di lapangan saat
ini belum mampu memfasilitasi kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa. Pembelajaran matematika
lebih menekankan aspek pemahaman konsep daripada
penugasan procedural (S. P. Lestari, Muhandaz, &
Risnawati, 2019; Octaviyani, Kusumah, & Hasanah,
2020). Selain itu, pembelajaran di sekolah pada
umumnya hanya terfokus melatih proses berpikir
konvergen, yang hanya terbatas pada penalaran verbal
dan logis (Octaviyani et al., 2020). Hal tersebut berpotensi
menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa dalam
menyelesaikan permasalahan yang perlu memunculkan
kreatifitas (non rutin) dan tidak memberikan
pengalaman belajar yang menarik (Prasetyo, Herman, &
Jupri, 2020). Dilihat dari hasil kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa Indonesia masih termasuk dalam
kategori rendah. Hal ini dinyatakan (Mullis et al.,
2012)yang menunjukkan hasil analisis skor matematika
siswa Indonesia berada di bawah rata-rata skor
matematika Internasional. Siswa Indonesia hanya
memperoleh 17% dalam kategori penalaran yang
merupakan bagian dari berpikir kreatif. Diperkuat juga
dengan pernyataan (OECD, 2016)berdasarkan hasil tes
PISA yang bernaung di bawah OECD, dari 70 negara
yang berpartisipasi Indonesia menduduki peringkat 63
dengan skor perolehan 386 dari rata-rata490. Tes PISA
terdapat beberapa level. Level yang paling tinggi
adalah level 5-6. Taraf kognitif level 5-6 dalam soal
PISA yaitu soal pengukuran kemampuan untuk berpikir
kreatif. Perolehan nilai siswa Indonesia pada level
tersebut sangat rendah yaitu 0.8 dari rata-rata 15.3.
Permasalahan tersebut juga ditemukan pada salah satu
sekolah dasar.
Tujuan Berpikir kreatif ialah prosedur berpikir seseorang yang
Penelitian menghasilkan gagasan baru yang bermanfaat, baik yang
belum pernah ada sebelumnya ataupun kolaborasi yang
telah ada sebelumnya (Amir, 2015; Ramadhani &
Nuryanis, 2017). Siswa yang berpikir kreatif memiliki
kemampuan dalam mengembangkan dan melaksanakan
gagasan baru dan berbeda (Primayanti, Suarjana, &
Astawan, 2019; Rahayuni, 2016). Hasil dari berpikir
kreatif seseorang dipahami dalam artian kreativitas.
Kreativitas merupakan wujud dari kemampuan
seseorang dalam menciptakan suatu hal yang baru
(Sholikhah, Kartana,& Utami, 2018).Siswa yang mampu
berpikir kreatif adalah siswa yang dapat memunculkan
ide/gagasan baru yang muncul dari dirinya sendiri
sehingga siswa tersebut dapat mengaplikasikannya dalam
menjawab segala tantangan di kehidupannya kelak maupun
menuntaskan masalah yang berkaitan dengan
kehidupannya. Dalam pengukuran kemampuan
berpikir kreatif dibutuhkan kriteria tertentu. Kriteria
mengukur kemampuan berpikir kreatif antara lain: (a)
aspek kelancaran yakni kemampuan mencetuskan
berbagai jawaban yang relevan, (b) keluwesan yakni
kemampuan menjawab suuatu persoalan dengan beberapa
metode/cara yang beragam, (c) kebaruan yakni
kemampuan menjawab persoalan dengan menggunakan
gagasan yang baru dan unik, dan (d) keterincian yakni
kemampuan memperluas/mengembangkan jawaban serta
merinci secara detail (Putri, Munzir, & Abidin,
2019).Berdasarkan pemaparan diatas, maka dirumuskan
tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh
yang signifikan model pembelajaran Open Ended
berbantuan lembar kerja siswa terhadap kemampuan
berpikir kreatif matematika kelas IV SD Gugus VII
Kompyang Sujana Tahun Ajaran 2019/2020. Langkah-
langkah penerapan model pembelajaran
disesuaikan dengan model pembelajaran open ended.
Adapun Langkah-langkahnya yaitu 1) pertama,
memberikan masalah kepada siswa, 2) siswa diberikan
kesempatan mengeksplorasi masalah yang diberikan, 3)
hasil diskusi dipresentasikan, 4) hasil dilanjutkan dengan
membuat rangkuman. Penerapan model pembelajaran
open ended diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif pada siswa khususnya pada mata pelajaran
matematika.
Hasil Berdasarkanhasil analisis data, maka disimpulkan
bahwaadanyapengaruh yang signifikan model
pembelajaran Open Ended berbantuan lembar kerja
siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika
kelas IV SD Gugus VII Kompyang Sujana Tahun
Ajaran 2019/2020. Rata-rata kemampuan berpikir
kreatif matematika kelompok eksperimen yaitu yang
dibelajarkan dengan menerapkanmodel pembelajaran Open
Endedberbantuan lembar kerja siswa lebih besar
daripada kelompok kontrol yaitu yang dibelajarkan
dengan menerapkanmodel konvensional.Sehingga model
pembelajaran Open Ended dapat meningkatkan berpikir
kreatif pada siswa khususnya pada mata pelajaran
matematika.
Sumber https://doi.org/10.23887/jjpgsd.v8i3.25565

Judul Analisis kemampuan berpikir kreatif dan minat belajar


siswa dalam mengerjakan soal open ended dengan
pendekatan CTL
Jurnal PYTHAGORAS
Vol/hal 13/63-75
Tahun 2018
Penulis Puput Wahyu Hidayat, Djamilah Bondan Widjajanti
Tanggal 21 september 2018
Latar Pendidikan memegang peranan besar dalam kemajuan
Belakang suatu bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan akan
membawa suatu bangsa untuk menjadi lebih maju dan lebih
baik dari segala sisi kebutuhannya. Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal
3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.Untuk mengembangkan mutu pendidikan, pendidik
atau guru diharuskan untuk lebih pintar dalam mengelola
kelas maupun melakukan kegiatan pembelajaran yang
lainnya. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013 Nomor 65,
disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
siswa. Sehingga melalui kegiatan pembelajaran tersebut,
siswa difasilitasi oleh guru untuk terlibatsecara aktif
mengembangkan potensi dirinya.Dengan pengalaman yang
dimiliki oleh guru,siswa dapat melakukan kegiatan yang
memungkinkan untuk dikembangkan potensi yang dimiliki
menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.
Tujuan Dengan adanya strategi pembelajaran matematika dengan
Penelitian pendekatan CTL, dalam penelitian ini, peneliti memilih
materi pelajaran system persamaan linear dua variabel
(SPLDV). Karena dalam materi ini karakteristiknya adalah
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Materi
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga
siswa akan merasa pembelajaran matematika yang
diperolehnya memiliki makna, hal ini akan menjadikan
minat belajar matematika dapat meningkat, selain itu
dengan memberikandalam bentuk permasalahan open
ended, diharapkan kemampuan berpikir kreatif siswa juga
dapat meningkat dan pembelajaran menjadi
lebihbaik.Berdasarkan latar belakang masalah berikut
kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kategori dan
aspek kemampuan berpikir kreatif dan minat belajar siswa,
peningkatan minat belajar, dan menganalisis pembelajaran
yang lebih baik antara pendekatan Contextual Teaching and
Lerning (CTL) dengan soal open ended dan pendekatan
CTL ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan minat
belajar siswa SMP
Hasil Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka
diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya: (1) kategori
kemampuan berpikirkreatif pada kelas CTL dengan open
ended berada pada kategori tinggi, sedangkan pada
kelasCTL (tanpa menggunakan soal open-ended) berada
pada kategori sedang; (2) kategori minat belajar, siswa di
kedua kelas berada pada kategoritinggi; (3) kategori aspek
kemampuan berpikir kreatif untuk kedua kelas memiliki
presentase tertinggi pada aspek kelancaran; (4) minat
belajarsiswa untuk kedua kelas meningkat secara
signifikan; (5) dan pendekatan CTL menggunakan soal
open ended lebih baik daripada pendekatan CTL ditinjau
dari aspek kemampuan berpikir kreatif siswa, sedangkan
pendekatan CTL menggunakan soal open ended tidak lebih
baik daripada pendekatan CTL ditinjau dari minat belajar
siswa.
Sumber https://doi.org/10.21831/pg.v13i1.21167

Judul Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa melalui


Pembelajaran Mood, Understanding, Recall, Detect,
Elaborate, and Review
Jurnal Mushorafa
Vol/hal 8/13-24
Tahun 2019
Penulis Tina Sri Sumartini
Tanggal 31 januari 2019
Latar Dunia pendidikan merupakan sarana utama untuk
Belakang memperbaiki kualitas sumber daya manusia di Indonesia
agar bisa menjadi bangsa yang beragama, berilmu dan
bermartabat. Kualitas seseorang bisa dilihat dengan
bagaimana usaha kreatifnya dalam menghadapi masalah.
Seseorang yang memiliki karakteristik kreatif akan
memandang masalah sebagai tantanganyang harus dihadapi
dengan berbagaitindakan yang solutifMahasiswa sebagai
bagian daripendidikan merupakan aset penting yangharus
dibina dan diarahkan agar menjadimanusia yang
bermanfaat. Upaya tersebutjelas tidak bisa dilakukan
dengan hanyamengandalkan proses
pengembangankemampuan yang prosedural, tetapi
lebihmenekankan pada pemberian tantanganberupa masalah
yang disertai pertanyaanbukan petujuk. Salah stau upaya
untukmengembangkan kemampuan berpikirmahasiswa
yaitu melalui pembelajaranmatematika. Salah satu
tujuanpembelajaran matematika adalahmengembangkan
kemampuan berpikirmahasiswa dari tingkatan rendah
sampaipada tingkat berpikir yang lebih tinggi.Berdasarkan
hal tersebut, kemampuanberpikir tingkat tinggi yang
perludikembangkan salah satunya adalahkemampuan
berpikir kreatif.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untukmenganalisis pencapaian
Penelitian dan peningkatan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa
yang mendapatkan pembelajaran MURDER dengan
konvensional serta interpretasi peningkatannya. Tujuan
tersebut dibuat dalam pertanyaan penelitian: 1) Apakah
pencapaian kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran MURDER lebih baik
dibandingkan mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional?; 2) Apakah peningkatan kemampuan
berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran
MURDER lebih baik dibandingkan mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran konvensional?; 3) bagaimana
interpretasi peningkatan kemampuan berpikir kreatif
mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran MURDER dan
konvensional?
Hasil esimpulan dari penelitian ini adalah 1) Pencapaian
kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran MURDER lebih baik dibandingkan
mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional;2) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif
mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran MURDER
lebih baik dibandingkan mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran konvensional;3) Interpretasi peningkatan
kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran MURDER dan konvensional termasuk dalam
kategori sedang. Setiap mahasiswa memiliki potensi untuk
kreatif dan hal tersebut perlu dikembangkan dalam setiap
perkuliahan. Pembelajaran MURDER memberikan
alternatif dalam mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif mahasiswa. Membangun mood mahasiswa menjadi
langkah awal dalam menumbuhkan pemahaman dan
kemampuan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah.
Sumber https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i1.366

Judul Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan


Masalah Matematis
Jurnal Mushorafa
Vol/hal 11/119-130
Tahun 2022
Penulis Farah Febrianingsih
Tanggal 31 januari 2022
Latar Dalam pembelajaran matematika,siswa sering dihadapkan
Belakang dengan kesulitan-kesulitan dalam memecahkan masalah
yang kompleks atau masalah yang jarang ditemui
(Nurkamilah & Afriansyah, 2021).Oleh karena itu, dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukanlah
kemampuan berpikir kreatif. Menurut Halpern (dalam
Muallifah, 2009) berpikir kreatif dapat didefinisikan
sebagaia ktivitas kognitif atau proses berpikir untuk
menghasilkan gagasan-gagasan yang baru, kreatif dan
inovatif. Sedangkan menurut Purwasih (2019), kemampuan
berpikir kreatif merupakan kemampuan siswa untuk
menemukan jalan penyelesaian yang tidak biasa, unik dan
belum pernah ditemukan oleh orang lain.Selain itu, Siswono
(2010) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
dapat dinilai oleh 4 indikator yaitu: fluency (kelancaran),
flexibility (fleksibilitas / kelenturan), originality (kebaruan /
keaslian) dan elaboration (elaborasi / keterincian). Silver
(1997) juga menambahkan dalam aktivitas matematis seperti
pemecahan masalah dan penghadapan masalah berhubungan
erat dengan kreativitas, aspek yang dinilai meliputi:
kefasihan, keluwesan, dan keaslian. (dalam Moma, 2015)
Tujuan Kemampuan berpikir kreatif adalah suatu hal yang penting
Penelitian bagi siswa, terutama dalam proses belajar dan mengajar
matematika (Listiani, 2020). Melalui kemampuan berpikir
kreatif, siswa dituntut agar bisa memahami, menguasai dan
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya. Dalam
memecahkan suatu permasalahan, siswa diharapkan dapat
mengemukakan ide-ide atau solusi baru yang kreatif dalam
menganalisis dan menyelesaikan permasalahan tersebut
sehingga dapat diperoleh penyelesaian yang tepat atas
permasalahan tersebut. Namun, cara-cara penyelesaian siswa
dalam mengekspresikan ide-ide atau solusi baru tentunya
berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan kemampuan yang
dimiliki oleh setiap siswa juga berbeda- beda. Seperti
pendapat yang dikemukakan oleh Munandar (2004) bahwa
setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang
berbeda-beda dan karena itu membutuhkan pendidikan yang
berbeda- beda pula. Dengan adanya kreativitas dalam
pembelajaran matematika, diharapkan siswa berani
menyelesaikan permasalahan matematika menggunakan
caranya sendiri. Sehingga, siswa mampu membuat beberapa
alternatif jawaban, sehingga Ia mampu menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan solusi yang tepat
Hasil Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diperoleh
kesimpulan bahwa kelima subjek memiliki tingkat
kemampuan berpikir kreatif yang berbeda-beda. Walaupun
tiga subjek diantaranya memiliki tingkat kemampuan
berpikir kreatif yang sama dan dua subjek lainnya memiliki
tingkat kemampuan berpikir yang berbeda. Selain itu,
kemampuan berpikir kreatif siswa yang ditentukan oleh soal
essay dimana siswa berkemampuan matematika tinggi
memiliki tingkat berpikir sangat kreatif, siswa
berkemampuan matematika sedang memiliki tingkat berpikir
kreatif/cukup kreatif, sedangkan siswa berkemampuan
matematika rendah memiliki tingkat berpikir kurang
kreatif/tidak kreatif.
Sumber http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Judul Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Studi Eksplorasi Siswa


Di Smpn 62 Surabaya
Jurnal Jurnal unesa
Vol/hal 9/ 242-246
Tahun 2021
Penulis Dwi Nur Qomariyah, Hasan Subekti
Tanggal 31 Juli 2021
Latar Perkembangan pendidikan memiliki keterkaitan dengan
Belakang perkembangan zaman, sebab pergerakkan logaritma
pendidikan beriringan dengan perkembangan IPTEK.
Pendidikan ditempuh manusia agar menjadikan kehidupan
lebih baik dari sebelumnya (Leonard, 2013). Tingkat
kreativitas SDM dapat menggambarkan daya kompetitif suatu
negara (Moma, 2015). Pendidikan salah satu komponen
penting yang diprioritaskan oleh suatu negara karena
bertujuan untuk melatih atau mempersiapkan peserta didik
agar dapat melalui tantangan di masa depan. Terdapat unsur
penting dalam sistem pembelajaran yaitu tenaga pengajar dan
siswa (Armandita et al., 2017). Paradigma Pendidikan
menyatakan bahwa SDM saat ini dituntut untuk cakap dalam
berpikir tingkat tinggi, salah satunya ialah mampu berpikir
kreatif (Mardhiyana & Sejati, 2016). Kurikulum 2013
mengarahkan siswa untuk belajar aktif yakni tidak bergantung
terhadap penjelasan guru saja, agar siswa bukan hanya
menghafal materi pelajaran, namun bisa memahami sehingga
materi pelajaran lebih bermakna. Inti dari kurikulum 2013
adalah proses pembelajaran yang pelaksanaannya dapat
menstimulus partisipasi aktif siswa, sehingga bisa
memunculkan kreativitas siswa (Kurniati et al., 2018). Dalam
pembelajaran IPA siswa diharuskan untuk menafsirkan isi
pelajaran dan mampu memecahkan permasalahan di
lingkungan sekitar. IPA salah satu materi yang berisikan
tentang penyelidikan fenomena alam atau bisa dikatakan
sebagai proses penemuan, jadi tidak hanya kumpulan objek,
teori, dan konsep (Wibowo & Suhandi, 2013). Keterampilan
berpikir kreatif diperlukan siswa untuk mempelajari dan
memahami objek atau fenomena alam (Anjarsari, 2014). Oleh
sebab itu, pentingnya guru untuk mengoptimalkan
kompetensi berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran sains
(Dewi et al., 2019).
Tujuan Berdasarkan penjabaran di atas, telah banyak studi eksplorasi
Penelitia tentang analisis kemampuan berpikir kreatif siswa SMP.
n Namun, belum terdapat studi eksplorasi analisis kemampuan
berpikir kreatif di SMPN 62 Surabaya. Oleh sebab itu,
peneliti tertarik mengadakan penelitian “analisis kemampuan
berpikir kreatif siswa di SMPN 62 Surabaya”, tujuannya agar
dapat menentukan kategori kemampuan berpikir kreatif, serta
ketercapaian setiap indikator dari berpikir kreatif siswa.
Harapan dari penelitian ini, guru dapat menentukan atau
merencanakan model pembelajaran IPA yang relevan untuk
mengasah keterampilan berpikir kreatif siswa.
Hasil Berlandaskan data hasil analisis, dapat dinyatakan bahwa : a.
Kompetensi berpikir kreatif murid kelas VIII SMPN 62
Surabaya pada pembelajaran IPA berada pada kategori
kreatif. b. Ketercapaian setiap indikator berpikir kreatif
menunjukkan cukup baik. Indeks berpikir lancar (fluency
thinking) dan berpikir orisinil (original thinking) mencapai
kategori baik. Indikator berpikir luwes (flexible thinking) dan
keterampilan mengelaborasi (elaboration ability) berada pada
kategori cukup baik. Kekurangan dalam kemampuan berpikir
luwes dan keterampilan mengelaborasi yang berada pada
kategori cukup baik, disebabkan beberapa siswa mengalami
kesulitan dalam hal menemukan jawaban atau solusi yang
bervariasi serta mengembangkan suatu gagasan atau ide
Sumber https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/pensa/article/view/
38250

Judul Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Smp Kelas Viii Pada


Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Melalui
Pendekatan Open Ended
Jurnal Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif
Vol/hal 1/903-914
Tahun 2018
Penulis Inggri Anggraeni, Luvy Sylviana Zanthy, Heris Hendriana
Tanggal September 2018
Latar Berpikir kreatif bukanlah hal baru dalam matematika, sebab
Belakang para matematikawan terdahulu seperti Plato, Euclid, atau
Mandelbrot (Hendriana, 2014) telah mengaitkan
matematika dengan keindahan, kreativitas, atau imajinasi
dalam matematika. Kemampuan berpikir kreatif merupakan
kebutuhan yang harus dimiliki di era globalisasi. Hal ini
didukung oleh pernyataan Sumarmo (Istianah, 2013)
pentingnya keterampilan kreatif dilatihkan kepada siswa,
didukung oleh visi pendidikan matematika yang
mempunyai dua arah pengembangan, yaitu memenuhi
kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang. Berpikir
kretaif juga berhubungan erta dengan penalaran hal ini
uangkapkan oleh Hidayat, Heridman, Aripin, Yuliani &
Maya (2018) penalaran kreatif merupakan proses berpikir
seseorang dalam memecahkan permasalahan dengan cara
yang meliputi kebaruan, masuk akal dan berdasar
matematis. Terlihat bahwa berpikir kreatif memiliki peran
penting dalam pembelajaran matematika, sehingga berpikir
kreatif merupakan kemampuan yang perlu diperhatikan.
Namun dalam kenyataan di lapangan, kemampuan berpikir
kreatif matematis terutama pada siswa SMP masih
tergolong rendah. Seperti halnya yang terjadi di kelas VIII-
C SMP Darul Falah. Pada studi awal yang dilakukan di
sekolah tersebut tepatnya 22 November 2017, diperoleh
informasi dari guru matematika bahwa dalam proses
pembelajaran matematika masih banyak ditemui beberapa
permasalahan, diantaranya guru kesulitan dalam
menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat, sehingga
mengakibatkan siswa tidak mampu menerima pengetahuan
matematika yang baik sehingga penguasaan materi sistem
persamaan linear dua variabel siswa masih kurang. Hal ini
sejalan dengan pendapat Syah, M. (Zanthy, 2018) Faktor
yang mempengaruhi menurunnya prestasi akademik adalah:
1) faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam
mahasiswa itu sendiri, yaitu faktor fisiologis dan faktor
psikologis; 2) faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal
dari luar diri mahasiswa, contohnya: kurikulum, guru,
metode, dll.
Tujuan Berdasarkan masalah dan solusi pendekatan yang ada,
Penelitian peneliti akan mengambil sebuah judul “Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa SMP pada Materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel dengan Pendekatan Open Ended”.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menelaah peningkatan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII pada materi
sistem persamaan linear dua variabel melalui pendekatan
open ended.
Hasil Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif pada
materi “persamaan linear dua variabel” kelas VIII-C SMP
Darul Falah dapat ditingkatkan melalui pendekatan open
ended. Hal tersebut diketahui dari banyaknya siswa yang
mampu memahami materi dengan menemukan
penyelesaian permasalahan dengan berbagai cara/alternatif
berdasarkan pengalaman pembelajaran serta siswa mampu
belajar dalam kelompok yang heteroge.
Sumber http://dx.doi.org/10.22460/jpmi.v1i5.p903-914

Judul Efektivitas Model Pembelajaran Inquiry terhadap


Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Teorema
Pythagoras
Jurnal cendikia
Vol/hal 3/227-237
Tahun 2019
Penulis Nelpita Ulandari, Rahmi Putri, Febria Ningsih, Aan Putra
Tanggal 10 Agustus 2019
Latar Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
Belakang dapat melatih berpikir seseorang secara logis, kritis dan
kreatif (Mufidah, L., Effendi, D., & Purwanti, T. T., 2013).
Konsep - konsep yang ada di dalam matematika
memiliki hubungan yang kuat dan jelas antar konsep
sehingga memberikan kemungkinan bagi siapapun yang
mempelajarinya bisa berpikir secara rasional. Pada
pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kreatif
siswa s angat penting. Hal ini dikarenakan bahwa
kemampuan berpikir kreatif siswa sangat mempengaruhi
dalam pencapaian atau keberhasilan siswa dalam
pembelajaran. Proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh alternatif jawaban melalui
mengembangkan suatu persoalan atau masalah
merupakan definisi kemampuan berpikir kreatif
(Fadilah, A., 2016). Dengan kata lain berpikir
kreatif adalah aktivitas mental yang
mempertimbangkan informasi baru dengan pemikiran
terbuka yang berhubungan dengan kepekaan terhadap
masa lah, serta dapat menghubungkan ide - ide dalam
menyelesaikan masalah (Desi, N., Gembong, S., &
Andari, T., 2013). Kemampuan berpikir kreatif memiliki
arti sebagai kegiatan untuk menghasilkan suatu ide atau
gagasan dalam memecahkan masalah, dan saling menghu
bungkan satu hal dengan hal lainnya untuk menemukan
makna (Marliani, N., 2015). Kemampuan berpikir
kreatif adalah kemampuan berpikir yang dibiasakan
dan dilatih untuk menghidupkan imajinasi,
mengungkapkan kemungkinan - kemungkinan baru
dengan membuka sudut p andang yang luas untuk
menemukan ide - ide yang baru (Suripah, S., &
Sthephani, A. dalam Johnson, 2017).
Tujuan Pada langkah - langkah model pembelajaran inquiry
Penelitian siswa terlebih dahulu diminta untuk mengamati
permasalahan yang diberikan. Selain itu, pada proses
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
inquiry , guru tidak hanya mempersiapkan materi
pembelajaran yang harus d ikuasai melainkan merancang
proses pembelajaran yang baik yang bisa membuat siswa
menemukan materi yang harus dipahami. Pada proses
pembelajaran inquiry , siswa akan dihadapkan dengan
suatu masalah yang harus dipecahkan dan diselesaikan
secara kelompok. Den gan demikian, akan tercipta
suasana belajar yang membuat siswa berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya
menuntut siswa untuk menguasai materi atau pengetahuan
saja, tetapi lebih menuntut hubungan tentang apa yang
dipelajari siswa yang dapat berguna dalam kehidupannya.
Berdasarkan penjelasan yang telah di uraikan,
peneliti akan melakukan penelitian yang bertujuan
untuk melihat proses pembelajaran inquiry pada
materi Teorema Pythagoras serta efektivitas model
pembelajaran inquiry ter hadap kemampuan berpikir
kreatif siswa pada pembelajaran matematika.
Hasil Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis
yang telah dil akukan maka dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran inquiry berjalan secara efektif yang
dapat membuat siswa berperan aktif dan bekerja
sendiri dalam mencari informasi atau pemecahan
masalah selama proses pembelajaran berlangsung serta
dapat menemukan ide - ide dan pemikiran yang baru
sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa dalam pembelajaran matematika pada
mater Teorema Pythagoras serta terdapat efektivitas atau
keberhasilan model pembelajaran inquiry terhadap
kemampuan berpikir kr eatif siswa dalam pembelajaran
matematika pada materi Teorema Pythagoras.
Sumber https://doi.org/10.31004/cendekia.v3i2.99

Judul Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar
Jurnal EDUKATIF
Vol/hal 1/1-8
Tahun 2019
Penulis Rizki Ananda
Tanggal April 2019
Latar Menurut Martorella (Solihatin, 2005:4) “pembelajaran Ilmu
Belakang Pengetahuan Sosial (IPS) lebih menekankan pada aspek
“Pendidikan” daripada “Transfer Konsep”, karena dalam
pembelajaran pendidikan IPS diharapkan memperoleh
pemahaman terhadap sejumlah konsep dan
mengembangkannya serta melatih sikap, nilai, moral dan
keterampilannya berdasarkan konsep yang telah
dimilikinya”. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam BSNP
(2006:575) dijelaskan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1)
Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki
kemampuan dasar untuk berfikir kreatif,logis serta kritis,
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang
majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Tujuan Karena berpikir kreatif melibatkan rasa ingin tahu dan
Penelitian bertanya, mendorong siswa untuk berpikir untuk meneliti
masalah-masalah yang telah dipilih untuk didiskusikan
berkaitan dengan materi yang dibahas. Dengan kemampuan
berpikir kratif, siswa diharapkan mampu mengembangkan
diri merakan dalam membuat keputusan dari berbagai sudut
pandang untuk menyelesaikan masalah, karena berpikir
kreatif adalah sebuah kunci dalam mengembangkan diri,
maka setiap siswa diharapkan memiliki tingkat berpikir
kreatif yang baik. Kebutuhan untuk berpikir kreatif itu tidak
terbatas pada masalah-masalah rumit sebagaimana yang
diyakini oleh sebagian kalangan, tetapi juga merupakan
kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut: 1. Peningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
pada pembelajaran IPS kelas V pada materi “ tokoh-tokoh
sejarah pada massa Hindu Budha dan Islam di indonesia” di
SDN 018 Langgini Bangkinang Kota. Hal itu dapat dilihat
dari kualitas RPP pada siklus I dan siklus II dimana pada
siklus I menunjukkan nilai dengan kategor Baik, siklus II
kualitas menunjukkan peningkatan nilai yang signifikan
menjadi Sangat Baik. 2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS
dengan menggunakan metode Mind Mapping mampu dan
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, karena
dengan metode Mind Mapping lebih menyenangkan dan
siswa aktif dalam proses pembelajaran dan siswa mampu
menambah pengetahuan dan memunculkan ide- ide dalam
memecahkan masalah yang muncul dalam proses
pembelajaran. Hal
initerbuktidenganmeningkatnyanilaipersentase proses
pembelajaran dari siklus I kesiklus II secarasignifikan. 3.
Indikator ketercapaian siswa dengan penggunaan metode
mind mapping padap embelajaran IPS pada materi “tokoh-
tokoh sejarah pada masa Hindu-Budhadan Islam di
Indonesia di kelas V SDN Langgini” dapat meningkat. Hal
ini terbukti dengan adanya peningkatan pada setiap proses
pelaksanaan tindakan pembelajaran, kesimpulan tersebut
adalah sebagai berikut: a. Nilai Pretest Siswa : Adanya
peningkatan signifikan dari nilai pretes, dengan demikian
metode Mind Mapping dapat meningkatkan nilai pretes. b.
Nilai Postest Siswa a) adanya peningkatan yang signifikan
dari nilai postes, dengan demikian metode Mind Mapping
dapat meningkatkan nilai postes. b) nilai rata-rata siswa 56
setelah menggunakan metode Mind Mapping meningkat
menjadi lebih besar dari KKM. c. Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa : Pelaksanaan metode Mind Mapping dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa menjadi
lebih baik. d. Nilai PBKB : Nilai PBKB siswa setelah
menggunakan metode Mind Mapping menjadi lebih baik.
e. Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS
materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan
Islam di Indonesia dengan menggunakan metodeMind
Mapping yang di ikutinya dirasakan menarik dan cukup
baik.
Sumber https://doi.org/10.31004/edukatif.v1i1.1

Judul Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui


Pendekatan Matematika Realistik
Jurnal edumaspul
Vol/hal 4/56-62
Tahun 2020
Penulis Rama Nida Siregar, Abdul Mujib, Hasratuddin Siregar, Ida
Karnasih
Tanggal 20 Februari 2020
Latar Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut
Belakang seseorang untuk dapat menguasai informasi dan
pengetahuan. Kemampuan - kemampuan tersebut juga
membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis,
logis, dan kreatif. Oleh karena itu diperlukan suatu
kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah
informasi melalui kemampuan berfikir kritis,
sistematis, logis dan kreatif. Salah satu program
pendidikan yang dapat mengembangkan kema mpuan
berfikir kritis, sistematis, logis , dan kreatif adalah
matematik a (Siregar, 2019) . Matematika terbentuk dari
pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris
(Mujib, 2018) , k emudian pengalaman itu diproses di
dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan
penalaran di dalam struktur kognitif sehingga
sampai terbentuk konsep - konsep matematika supaya
konsep - konsep matematika yang terbentuk itu
mudah dipahami oleh orang lain dan dapat
dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa
matematika at a u notasi matematika yang bernilai
global (universal). Konsep matematika didapat karena
proses berpikir, karena itu logika adalah dasar
terbentuknya matematika (Mujib, 2018) . Van de
walle (Siregar, 2019) menambahkan hal yang paling
mendasar dalam matematika adalah matematika dapat
dipahami dan masuk akal artinya: 1. Setiap hari siswa
harus mendapatkan pengalaman bahwa matematika
masuk akal. 2. Para siswa harus percaya bahwa mereka
mampu memahami matematika. 3. Para guru harus
menghentikan cara mengaj ar dengan memberitahu
segalanya kepada siswa dan harus mulai memberi
kesempatan kepada siswa untuk memahami
matematika yang sedang mereka pelajari. 4. Akhirnya
para guru harus percaya terhadap kemampuan siswa
Tujuan Pendekatan realistik dapat mendorong siswa untuk
Penelitian memahami materi pelajaran secara lebih n yata atau
tidak abstrak, karena guru menggunakan contoh atau alat
peraga benda yang berada di sekitarnya sehingga
mudah dipahami. Hal ini juga dapat merangsang
minat belajar siswa akan konsep matematika yang
terkesan monoton dan abstrak karena pendekatan m
atematika realistik sangat erat dengan masalah -
masalah yang terjadi pada kehidupan sehari - hari.
Sehingga dapat menjadikan pembelajaran matematika
lebih nyata atau tidak terkesan abstrak. Dalam hal
ini pendekatan matematika realistik membantu sebagian
besar siswa memahami materi yang telah diberikan
oleh guru secara menyenangkan dan tidak terkesan
abstrak. Menurut (Hariyati, 2013) , Pendekatan Realistik
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang diawali
dengan masalah kontekstual u ntuk mengarahkan
siswa dalam memahami suatu konsep matematika.
Dikatakan pula Pendekatan Realistik merupakan
pendekatan pembelajaran matematika yang berorienktasi
pada kehidupan sehari - hari (Siregar, 2019) . Konsep
Pendekatan Re alistik menjelaskan bahwa pada
pembelajaran matematika, siswa harus aktif dan
pembangunan ide harus dilakukan oleh siswa sendiri,
guru hanya sebagai fasilitator (Siregar, 2019) . Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah
terdapat peningkatan kemampuan berpikir k reatif
siswa dengan pendekatan matematika realistik.
Hasil Berdasarkan analisis hasil penelitian, maka penelitian
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
matematika realistik lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional, rerata gain
normal untuk kelas eksperi men berada pada kategori
tinggi, sedangkan untuk kelas kontrol berada pada
kategori sedang.
Sumber https://doi.org/10.33487/edumaspul.v4i1.338

Judul Analisis Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan


Masalah SPLDV ditinjau dari Kemampuan Matematika
Jurnal mosrafa
Vol/hal 10/201-212
Tahun 2021
Penulis Masita Ulil Syahara, Erna Puji Astutik
Tanggal 31 Mei 2021
Latar Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan
Belakang suasana pembelajaran yang dapat menumbuhkan keaktifan
siswa untuk mengembangkan potensi dirinya (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Salah satu tujuan pendidikan
adalah membentuk siswa peserta didik yang kreatif (Sujana,
2019; Dwiputri & Anggraeini, 2021). Hal tersebut sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010.
Selain itu, tujuan pendidikan pada kurikulum 2013
sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69
Tahun 2013 yaitu mempersiapkan peserta didik agar
memiliki kemampuan sebagai individu yang kreatif.
Terlihat kemampuan yang ingin dicapai pada kedua tujuan
pendidikan di atas ialah kemampuan berpikir kreatif. Oleh
sebab itu, kemampuan berfikir kreatif sangat penting untuk
dimiliki oleh siswa (Zubaidah, Fuad, Mahanal, & Suarsini,
2017; Fitriani & Yarmayani, 2018). Mata pelajaran yang
sangat penting di sekolah ialah matematika (Markovits &
Forgasz, 2017; Akbayir, 2019; Sari & Afriansyah, 2020).
Matematika tidak hanya memberikan kemampuan
kuantitatif saja, melainkan memberikan proses berpikir
terutama dalam berpikir HOTS seperti menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta hingga memiliki kemampuan
problem solving (Sofyan, 2019; Rafiqoh, 2020). Aktivitas
dalam pembelajaran matematika tersebut sangat identik
dengan kegiatan berpikir, dimana matematika digunakan
sebagai alat untuk menyelesaikan permasalahan yang
memerlukan logika berpikir (Uno dalam Ayuni,
Firmansyah, Senjayawati, & Maya, 2018). Selain itu,
matematika juga menekankan pada kriteria berpikir kreatif
siswa. Hal tersebut sejalan dengan Marchis (dalam Huriyah,
2017:50) bahwa komponen penting dari kompetensi
pemecahan masalah matematika ialah mampu berpikir
secara kreatif dan kritis, yang berarti berpikir dapat
membantu menyelesaikan masalah, dan banyaknya masalah
membutuhkan penyelesaian yang baru bagi sekelompok
orang dan sebaliknya pemecahan masalah dapat
menghasilkan sesuatu yang tidak biasa.
Tujuan Salah satu materi dalam pembelajaran matematika yang
Penelitian memerlukan kemampuan berpikir kreatif dalam
pemecahannya adalah Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel (SPLDV). Hal tersebut dikarenakan materi
SPLDV sangat relevan dengan permasalahan kehidupan
sehari-hari dan memerlukan cara pemecahan masalah yang
beragam (Wulandari, Sujadi, & Aryuna, 2016; Rasnawati,
Rahmawati, Akbar, & Putra, 2019). Berdasarkan uraian
latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada profil
berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah
SPLDV ditinjau dari kemampuan matematika. Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
tingkat berpikir kreatif siswa dengan kemampuan
matematika tinggi, sedang, dan rendah dalam
menyelesaikan masalah SPLDV.
Hasil Dari hasil analisis data dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berfikir kreatif siswa ditentukan oleh
kemampuan matematika siswa dimana
siswa berkemampuan matematika tinggi
memiliki tingkat berpikir sangat kreatif,
siswa berkemampuan matematika sedang
memiliki tingkat berpikir kreatif, sedangkan
siswa berkemampuan matematika rendah
memiliki tingkat berpikir tidak kreatif.
Sumber https://doi.org/10.31980/mosharafa.v10i2.892

Anda mungkin juga menyukai