Judul Kreativitas Peserta Didik Anak Sekolah Dasar (Sd)
Melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan
Pendekatan Scientific Jurnal Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar Vol/hal 2/ 61-71 Tahun 2020 Penulis Anggun Citra Dini Dwi Puspitasari Tanggal Desember 2020 Latar Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Belakan dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan g terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 ayat 1), dan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (pasal 1 ayat 2). Untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut, pemerintah menetapkan 8 Standar Nasional Pendidikan Indonesia yang menjadi pedoman bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Pendidik, Standar Sarana dan Prasarana, standar Pengelolaan Pendidikan, Standar Pembiayaan Pendidikan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Diperkuat dengan pendapat Agustin (2020: 77) menyatakan bahwa Pendidikan merupakan pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013). Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar kompetensi lulusan diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan masa belajarnya di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Tujuan Salah satu ilmu dasar yang mempunyai peran penting Peneliti dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan an teknologi adalah bahasa indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa indonesia yaitu mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan mempersiapkan peserta didik menggunakan pola pikir bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Bahasa Indonesia juga identik dengan muatan teks bacaan (Umam, dkk., 2019). Sifat abstrak dari bahasa indonesia menyebabkan banyak peserta didik Judul Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Learning Start A Question di Sekolah Dasar Jurnal Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol/hal 3/213-219 Tahun 2021 Penulis Kamarudin, Yana Tanggal 2021 Latar Pendidikan merupakan proses belajar juga bisa diartikan Belakang satu proses yang sifatnya positif yang memperlihatkan adanya sebuah perubahan hingga pada tahap akhir bisa mendapatkan kecakapan, keterampilan dan pemahaman baru yang didapatkan dari pembelajaran dan pengalaman. Pembelajaran secara harfia diarti sebagai proses belajar. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh wawasan dan penambahan pengetahuan dengan menempu serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar membawa perubahan yang sifatnya positif. Proses pendidikan tidak terlepas dari peran guru, selaku pelaksana proses belaja rmengajar, juga berperan menjadi fasilitator, dimana harus menciptakan keadaan belajar mengajar yang efesien. Materi pembelajaran tentu selalu dikembangkan dengan baik, dan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak suatu pelajaran, serta mampu mencapai tujuan dari pendidikan. Belajar Menurut R Gagne (dalam Ahmad Susanto 2016:1), “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman” (Kasyadi et al., 2013). Agar mencapai hal tersebut, harus ada pengembangan kemampuaan penerapan model pembelajaran dalam peningkatan peserta didik yang merupakan subjek utamanya dalam belajar. Ciri-ciri umum dalam kegiatan belajar, yang mencakup hal-hal berikut (1) Belajar berlangsung akibat hubungan antara individu dan lingkungannya, (2) Belajar ditandai dengan adanya modifikasi perubahan dari segi moral, kongnitif, verbal, afektif dan tingkah laku, dan (3) Belajar berlangsung karena disengaja atau disadari (Pane & Darwis Dasopang, 2017). PPKn mempunyai tujuan yang mampu mennciptakan insan yang bersifat dan berperilaku baik dan bertanggung jawab juga bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara. (Astriani, 2018). Pembelajaran seperti ini tentu berlaku dalam mata pelajaran (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) sangat membutuhkan proses aktivitas pembelajaran peserta didik untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan serta tercapainya proses pembelajran yang aktif dalam pembelajar siswa. Pendidikan Kewarganegaraan sering dijadikan mandat politik dan alat ideologi rezim. Hingga pada akhirnya, Pendidikan Kewarganegaraan mengikuti keadaan setiap rezim (Bunyamin, 1990; Winataputra, 1999). (Maftuh, 2008). Tujuan Dalam proses pembelajaran tentu punya kreativitas sangat Penelitian penting, ketika seseorang mendapatkan kreativitasnya, mereka cenderung menjadi percayaa dri, berani mengambil sebuah resiko, mandiri, selalu ingin tahu, antusias, dan spontan. Suprihatin (2017) mendefinisikan Kreativitas sebagai suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, fleksibel, suksesi, dan diskontinuitas, yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah. Jadi kreativitas merupakan bagian dari usaha seseorang guru untuk mengembangkan pembelajaranya.(Wiyono, 2018) Dalam memahami cara kreativitas bisa meningkatkan daya berpikir imajinatif, sebab kreativitas merupakan persyarat dari berpikir imajinatif. Akan tetapi di SD Negeri 2 Waha belum menunjukkan bahwa kreativitas belajar siswa belum optimal ditandai dengan beberapa permasalahan yang muncul dalam pembelajaran; peserta didik belum berani mengajukan pendapat untuk bertanya, materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang diajarkan kurang dipahami oleh peserta didik, peserta didik kurang diberikan kesempatan untuk9mengembangkan kreativitasnya, dan pada proses pembelajaran peserta didik kurang aktif. Selanjutnya proses pembelajaran di kelas menggunakan metode yang tidak bervariasi dan monoton pada satu arah, akibatnya suasana dalam kelas selalu terjadi keheningan sehingga kreativitas siswa sangat kurang. Dalam mengembangkan dan meningkatkan kreativitas belajar siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan dibutuhkan Metode baru dalam pembelajaran yaitu metode learning Start with A Question di Kelas V SD Negeri 2 Waha. Pada penelitian sebelumnya telah banyak yang mengkaji tentang metode yang sama yaitu metode learning Star with A Question, namun mata pelajaran yang dikaji adalah mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial, sehingga dalam penelitian ini fokus kajianya adalah tentang metode yang sama yaitu metode metode learning Star with A Question dengan mata pelajaran yang berbeda yaitu pendidikan kewarganegaraan, dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang holistik tentang efektifitas dari metode metode learning Star with A Question dalam meningkatkan kreatifitas siswa pada beberapa mata pelajaran. Hasil Berdasarkan pembahasan hasil penelitian penerapan metode pembelajaran Learning Start With A Question untuk meningkatkan kreativitas9belajar siswa.di kelas V SD Negeri 2 Waha pada9mata pelajaran.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, hasilnya bahwa kreativitas belajar siswa dapat meningkat pada siklus.II. Dimana pada.siklus II.pertemuan satu tes kreativitas siswa terdapat 16 dengan kategori cukup kreatif dan 2 orang siswa dalam kategori kurang kreatif, sedangkan 4 orang lainnya dalam kategori kreatif dari jumlah 22 orang siswa. Kemudian pada pertemuan kedua tingkat kreativitas belajar siswa ada 15 orang siswa masuk kategori kreatif, dan 5 orang.siswa dalam.kategori sangat kreatif, Sedangkan 2 orang lainnya masuk dalam kategori cukup kreatif. Dan pada tes evaluasi belajar.siswapada siklus II..meningkat dengan jumlah rata-rata 78,18%. Jadi metode pembelajaran Learning Start With A Question dapat meningkatkan kreativitas pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sumber https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i1.284
Judul Peningkatan Kreativitas Siswa Melalui Teknik Kolase Pada
Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar Jurnal Jurnal Cakrawala Pendas Vol/hal 8/877-883 Tahun 2022 Penulis Julfatu Jahra , Luthfi Hamdani Maula , Iis Nurasiah Tanggal 31 juli 2022 Latar Kreativitas menjadi salah satu aspek yang tak terpisahkan Belakang dalam mewujudkan kualitas masyarakat yang inovatif dan kreatif (Ucus, 2018) serta mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan (Kurniawan, 2016; Sani, 2015). Kreativitas merupakan kemampuan berpikir dengan cara yang baru, yang belum pernah ada dan tidak biasa sehingga menghasilkan solusi atas suatu masalah (Kasta, 2019; Nuruddin, 2019). Dalam menentukan dan menciptakan solusi dari setiap permasalahan diperlukan kreativitas (Kaplan, 2019). Untuk mewujudkan hal tersebut, penyelenggara pendidikan pada setiap jenjang harus melatih siswanya agar memiliki kreativitas dalam menciptakan berbagai alternatif pemecahan masalah (Antonietti et al, 2011; Griffiths, 2014; Shaheen, 2010; Brundrett, 2007). Di sekolah dasar, kreativitas juga sangat relavan dan perlu diberikan kepada anak (Alfonso- Benlliure & Santos, 2016). Dengan melatih kreativitas anak sejak dini akan menjadikan anak lebih terampil dalam menemukan solusi permasalahan (Nurinayah et al, 2021). Namun rendahnya kreativitas anak sekolah dasar masih menjadi permasalahan yang belum sepenuhnya terpecahkan, sebagaimana terungkap dalam penelitian Kamarudin & Yana (2021), Nugraha et al. (2018), dan Setyowati et al. (2018). Permasalahan kreativitas siswa sekolah dasar juga ditemukan di SDN Ciseureuh Kecamatan Sagaranten, Sukabumi. Berdasarkan observasi di sekolah tersebut, tampak anak kesulitan dalam menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan saat pembelajaran. Mereka hanya mampu menemukan solusi dari permasalahan yang dicontohkan saja, tapi tidak mampu ketika diberikan permasalahan yang baru. Di samping itu, mereka juga kurang terampil dalam menyampaikan pendapatnya, baik secara lisan maupun tulisan. Tujuan Berdasarkan permasalahan tersebut, maka sangat perlu Penelitian adanya upaya dalam meningkatkan kreativitas anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menentukan kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kreativitas anak, karena peningkatan kreativitas siswa dipengaruhi oleh pembelajaran yang dilaksanakan (Pamungkas et al, 2017). Menurut Hu & Adey (2002) merangsang berpikir kreatif siswa dapat dilakukan dengan cara pembelajaran yang bebas, tebuka, dan positif. Pembelajaran yang dirancang di alam atau lingkungan sekitar juga dapat mendukung peningkatan kreativitas siswa (Davies et al, 2013; Richardson & Mishra, 2018). Beberapa penelitian terdahulu juga membuktikan kegiatan yang memberikan keleluasaan dan kebebasan pada siswa dalam belajar cukup efektif dalam meningkatkan kreativitas anak, sebagaimana dijelaskan dalam penelitian Ambarwati (2014), Bernadi (2017), Maisarah et al. (2020), Tirtayati et al. (2014), dan Wulandari (2020). Atas dasar penelitian-penelitian tersebut, penelitian ini juga berusaha meningkatkan kreativitas siswa dengan kegiatan pembelajaran yang bebas dan terbuka. Salah satu pembelajaran yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah pembelajaran dengan membuat karya kolase. Kolase merupakan kegiatan seni yang diwujudkan dengan cara menyusun dan merekatkan bahan alam, bahan buatan dan bahan bekas pada kertas bidang dasaran yang digunakan, sampai menghasilkan karya yang unik dan menarik (Ridayanti & Meidawaty, 2019). Dalam membuat kolase anak terbuka dan diberikan kelaluasaan untuk berkreasi sesuai dengan kreativitas masing-masing. Bahan- bahan untuk kegiatan koalse juga tidak memerlukan banyak biaya, dapat menggunakan barang-barang bekas serta bahan alam yang banyak ditemukan. Dari uraian latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa SDN Ciseureuh siswa kelas IV dengan pembelajaran membuat karya kolase. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menemukan alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa sekolah dasar. Hasil Penelitian tindakan ini menunjukkan bahwa anak sudah mampu melaksanakan kegiatan kolase sesuai dengan aspek-aspek kreativitas yaitu kelancaran, kelenturan, keaslian dan elaborasi. Anak juga mampu membuat bentuk tempelan dari bahan kolase dengan bervariasi dan menjawab pertanyaan dari guru, menggunakan dan mengkombinasikan lebih dari tiga bahan, membuat hasil karya kolase sendiri serta anak mampu mengembangkan ide terhadap hasil karyanya dengan sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan kreativitas siswa meningkat selama pembelajaran dengan kegiatan membuat kolase mulai dari siklus I hingga siklus II. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dikelas IV SDN Ciseureuh terkait dilaksanakannya kegiatan pembelajaran menggunakan kolase untuk meningkatkan kreativitas anak terbukti dapat meningkat, sehingga kegiatan pembelajaran menggunakan kolase dapat dijadikan satu alternatif dalam upaya meningkatkan kreativitas anak. Namun dalam penelitian ini belum mengungkap keterampilan lain yang dapat ditingkatkan dengan kegiatan pembelajaran membuat kolase, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengungkap keterampilan-keterampilan tersebut. Sumber http://dx.doi.org/10.31949/jcp.v8i2.2668
Judul Meningkatkan Kreativitas melalui Metode Project Based
Learning di dalam Perkuliahan Sejarah Lokal Jurnal Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol/hal 4/5014-5024 Tahun 2022 Penulis Wafiyatu Maslahah, Lailatul Rofiah Tanggal 2022 Latar Pendidikan guna mewujudkan kualitas warga negara untuk Belakang menjadi lebih baik dan berkembang. Kualitas pendidikan yang baik diharapkan dapat mencetak warga negara yang baik. IPS sebagai studi yang mengemban pendidikan tentang warga negara yang baik dengan melibatkan sejarah dalam proses pembelajarannya (Sayono, 2013). Hal tersebut menjelaskan bahwa dalam IPS terdapat pembelajaran sejarah. Sesuai dengan kurikulum pada Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Raden Rahmat Malang menyajikan mata kuliah sejarah lokal pada proses pembelajaran. Pembelajaran sejarah dalam pendidikan IPS memeperoleh tujuan sebagai berikut; (1.) mendapatkan pengetahuan dan pemahaman terkait berbagai peristiwa sejarah yang penting dan esensial dalam menstimulus ingatan kolektif suatu bangsa, (2.) menguraikan semangat dan rasa kebangsaan, (3.) mengelaborasi kompetensi berfikir kritis dan kreativitas, (4.) menumbuhkan keingin tahuan, (5.) Melestarikan kejayaan terdahulu, (6.) mengembangkan sikap jujur, semangat bekerja dan bertanggungjawab, (7.) Mengelaborasi sikap patriotisme, berjiwa kepemipinan dan inspiratif, (8.) menguraikan rasa persatuan dan peduli sosial, (9.) membeberkan sikap komunikatif, (10.) Menghamparkan kemampuan dalam mencari, mengolah, menghimpun dan menjelaskan informasi (Hasan, 2012). Berdasarkan paparan tersebut kreativitas menjadi satu tujuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa pada pembelajaran sejarah begitu juga dalam sejarah lokal. Pembelajaran pada abad-21 bertujuan untuk menciptakan generasi yang memiliki kecakapan dalam berpikir secara kritis, kolaboratif, kreativitas dan komunikatif (Rifa Hanifa Mardhiyah et al., 2021). Sejalan dengan tujuan pembelajaran sejarah yakni kreativitas juga menjadi salah satu keterampilan abad-21. Keterampilan kreativitas individu sebagai manusia yang berkualitas secara sumber daya manusia (SDM). Individu mampu mengisi peluang dan dapat memecahkan segala permasalahan yang jauh lebih besar dibandingkan abad sebelumnya (Supriatna, 2019). Menjadi SDM yang berkualitas merupakan hal yang harus ditekankan pada mahasiswa Program Studi pendidikan IPS karena sebagai calon pendidik yang nantinya ikut serta mencerdaskan bangsa. Mahasiswa sangat penting didorong untuk menguasai kreativitas yang tinggi dengan menggunakan impelementasi metode pembelajaran yang sesuai sebagai kemampuan soft skill guna bekal menyongsong masa depan disaat lulus dari studi di kampus (Hairunisa et al., 2019). Tujuan Penerapan project based learning pada pembelajaran Penelitian sejarah dengan mengembangkan proyek mind maping, menulis lirik lagu sejarah, scrapbook, dan prsentasi gaya presenter berita guna meningkatkan kemampuan imajinasi yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang siginifikan dalam setiap siklusnya (Ratnasari, 2020). Hal tersebut berbeda dengan penelitian ini yakni proyek yang dihasilkan berbeda dan peningkatkannya pada kreativitas mahasiswa bukan kemampuan imajinasi. Hasil dari proyek penelitian mahasiswa dengan mengangkat sejarah lokal daerah masing-masing. Peningkatan prestasi belajar dan kreativitas siswa pada setiap siklus dapat dilakukan dengan menerapkan project based learning di dalam pembelajaran sejarah materi kolonialisme dan imperialisme (Nugroho, 2020). Penelitian Nugroho tersebut hanya mengangkat materi yang telah ada di dalam sumber belajar sejarah belum mengangkat fenomenas sejarah disekitar. Berbeda dengan penelitian ini yang meningkatkan kreativitas mahasiswa dengan memberikan penugasan berupa proyek hasil penelitian dengan Penerapan project based learning pada pembelajaran sejarah dengan mengembangkan proyek mind maping, menulis lirik lagu sejarah, scrapbook, dan prsentasi gaya presenter berita guna meningkatkan kemampuan imajinasi yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang siginifikan dalam setiap siklusnya (Ratnasari, 2020). Hal tersebut berbeda dengan penelitian ini yakni proyek yang dihasilkan berbeda dan peningkatkannya pada kreativitas mahasiswa bukan kemampuan imajinasi. Hasil dari proyek penelitian mahasiswa dengan mengangkat sejarah lokal daerah masing-masing. Peningkatan prestasi belajar dan kreativitas siswa pada setiap siklus dapat dilakukan dengan menerapkan project based learning di dalam pembelajaran sejarah materi kolonialisme dan imperialisme (Nugroho, 2020). Penelitian Nugroho tersebut hanya mengangkat materi yang telah ada di dalam sumber belajar sejarah belum mengangkat fenomenas sejarah disekitar. Berbeda dengan penelitian ini yang meningkatkan kreativitas mahasiswa dengan memberikan penugasan berupa proyek hasil penelitian dengan Hasil Perkuliahan dengan menggunakan metode project based learning di mata kuliah sejarah lokal membuat mahasiswa aktif dan senang serta perkuliahan daring. Metode ini menghasilkan proyek berupa hasil penelitian sejarah lokal di daerah mahasiswa bertempat tinggal. Antusiasme perkuliahan dengan metode ini nampak pada mahasiswa dan mendorong diskusi interaktif. Mahasiswa menjadi semangat dalam persentasi dan menggali pengetahuan baru yang berupa sejarah lokal dari berbagai daerah. Perkuliahan demikian menjadi bermakna karena mempermudah transfer pengetahuan dan nilai. Kreativitas mahasiswa lebih meningkat sebab dengan metode tersebut mampu mendorong untuk menghasilkan proyek baru yakni hasil penelitian. Pengetahuan tentang sejarah lokal mahasiswa di daerah masing-masing lebih mendalam dan menumbuhkan sikap sadar akan sejarah. Sumber https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i3.2905
Judul Peran Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak
Sekolah Dasar Jurnal Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional Bimbingan Dan Konseling 2017 Vol/hal 157- 166 Tahun 2017 Penulis Murhima A. Kau Tanggal 2017 Latar Permasalahan mengenai meningkatnya kebutuhan akan Belakang kreativitas di segala aspek kehidupan seperti di rumah, sekolah, pekerjaan dan lingkungan masyarakat, makin terasa saat ini. Hal ini disebabkan oleh kreativitas dianggap sebagai solusi untuk pemecahan masalah, dapat memberikan kepuasan dan dapat meningkatkan kualitas hidup. Kemajuan teknologi dan ekonomi menuntut seseorang untuk terus dapat berpikir kreatif demi kelangsungan hidupnya dan kemajuan bangsanya. Tidak mengherankan jika di dalam kurikulum 2013, pembahasan kreativitas juga dianggap sebagai aspek yang sangat penting untuk dapat dikembangkan di Sekolah Dasar (Nuryani, 2016). Di sekolah, anak akan mendapatkan pengalaman belajar dan bersosialisasi dengan banyak orang yang belum tentu dapat diperolehnya di lingkungan rumah. Proses berpikir kreatif seseorang sudah harus mulai diperhatikan perkembangan dan pengembangannya sejak dini, tidak hanya di lingkungan keluarga, melainkan juga di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah, para pendidik dituntut agar anak didiknya dapat menjadi lulusan yang berhasil memberikan ide-ide atau gagasan-gagasan kreatif dalam menghadapi atau menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan berpikir kreatif siswa sering tidak mendapatkan perhatian yang lebih di lingkungan sekolah, sehingga individu tidak dapat mengenali potensinya yang pada akhirnya individu tersebut tidak dapat mencapai tahapan “aktualisasi diri”. Tujuan Kreativitas menurut Utami Munandar (1992) merupakan Penelitian kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Pada usia sekolah 8-11 tahun, anak sudah mampu berpikir secara logis dan berargumentasi dalam memecahkan masalah (Santrock, 2007). Oleh karena itu, aspek kreativitas pada siswa sudah harus mulai dikembangkan. Kreativitas siswa dapat berkembang juga dikarenakan pada masa ini secara perkembangan bahasa, mereka mengalami kemajuan yang pesat perihal pembendaharaan kata, cara pemakaian kata, rangkaian kata dan pemahaman akan makna pembicaraan orang lain. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa adanya peranan guru dalam pengembangan kreativitas siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS SD Melalui Diskusi Kelompok”, menunjukkan jika penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas belajar mata pelajaran IPS. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Refida Fera (1999, dalam Wardani, 2011), memperlihatkan jika ada hubungan yang signifikan antara sikap guru terhadap ciri pribadi kreatif dengan penciptaan lingkungan belajar yang kondusif. Artinya, semakin positif sikap guru terhadap ciri pribadi kreatif maka akan semakin kondusif lingkungan belajar yang diciptakannya. Suasana kelas yang menyenangkan, kondusif, dan siswa dapat dengan bebas mengekspresikan ide-idenya, adalah beberapa hal yang harus dilakukan dan diperhatikan oleh guru agar kreativitas siswa dapat berkembang. Selain itu, hasil penelitian Abdul Kamil Marisi (2007) juga menunjukkan jika guru menggunakan model pengukuran kreativitas dalam pembelajaran Hemispere Kanan, maka kreativitas siswa kelas V dalam mata pelajaran IPA di SD dapat meningkat secara efektif. Hal yang sama juga ditunjukkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Utami Munandar (1977). Dalam penelitiannya, Utami Munandar menjelaskan bahwa potensi anak dalam hal ini kemampuan kreativitasnya dapat dipupuk dan dikembangkan melalui sikap orang tua dan guru. Hasil Proses berpikir kreatif seorang anak sudah harus diperhatikan perkembangan dan pengembangannya sejak dini, tidak hanya di lingkungan keluarga melainkan juga di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah, peran seorang guru sangat menentukan perkembangan kreativitas anak didik. Oleh sebab itu, hendaknya seorang guru melakukan upaya-upaya yang dapat membantu pengembangan kretivitas siswa, antara lain: guru memperhatikan metode/strategi mengajar, guru menjadi fasilitator dalam membantu siswa dalam proses menemukan dan mengembangkan dirinya, menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan kondusif, sehingga siswa dapat dengan bebas mengekspresikan ide-idenya. Selain itu, guru juga perlu memperhatikan sikap dan falsafah mengajar serta melakukan modifikasi kurikulum tentang materi, metode pembelajaran, produk belajar dan modifikasi lingkungan belajar. Guru juga perlu melakukan modifikasi kurikulum berdiferensiasi untuk mengembangkan kreativitas siswa dengan memperhatikan azas-azas kurikulum berdiferensiasi. Sumber http://journal2.um.ac.id/index.php/sembk/article/view/1281
Judul Pengembangan Kreativitas Dan Konsep Diri Anak Sd
Jurnal Jurnal Ilmiah “Pendidikan Dasar” Vol/hal 7/44-50 Tahun 2019 Penulis Kurnia Puspita Sari, Neviyarni, Irdamurni Tanggal 18 Desember 2019 Latar Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan dan Belakang kehidupan yang penting pada saat ini. Individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungan karena mereka mampu memenuhi kebutuhan lingkungan yang terus berubah. Potensi kreatif pada dasarnya dimiliki oleh setiap siswa, karena mereka memiliki ciri sebagai individu kreatif misalnya: rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, berani menghadapi resiko dan lain sebagainya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya guru, orang tua dan lingkungan. Menurut Bayanie (2012:2) kreativitas yaitu potensi yang penting bagi diri anak. Melalui kreativitas, ia mampu memecahkan masalah yang dihadapinya secara efektif dan efisien nantinya mereka memiliki kemungkinan untuk sukses dimasa yang akan datang. Seorang anak sebaiknya sejak dini digali kreativitasnya. Kreativitas dimaksudkan kompetensi dalam mengkombinasikan suatu hal menjadi sesuatu yang baru didasarkan pada komponen yang telah ada hingga membentuk suatu hal yang berguna. Gagasan kreatif yang muncul berguna bagi semua orang terbukti dengan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi mempermudah aktivitas manusia. Semua itu merupakan salah satu hasil dari sebuah kreativitas. Untuk mewujudkan pribadi yang kreatif tidak luput dari faktor perkembangan konsep diri anak tersebut. Faktor penentu dalam keberhasilan perkembangan setiap anak dilihat dari aspek konsep diri. Sifat khas pada diri individu yang membedakan antara satu dengan yang lainnya disebut konsep diri. Tujuan Permasalahan yang terlihat siswa kurang percaya dengan Penelitian potensi yang dimilikinya. Padahal kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh cara ia memandang kompetensi yang dimilikinya. Anggapan negatif terhadap kemampuan dirinya menyebabkan seseorang memandang setiap tugas yang diberikan kepadanya sebagai sesuatu yang sulit untuk diselesaikan, sehingga penting kiranya memahami akan konsep diri itu sendiri. Anak yang memiliki kreativitas tinggi mereka cenderung berkarya lebih banyak kedepannya. Mereka dapat menciptakan hal-hal baru diluar pemikiran kita. Hal tersebut terwujud dengan adanya perkembangan konsep diri yang optimal. Berdasarkan pemaparan di atas, karena pentingnya pemahaman pengembangan kreativitas dan konsep diri anak SD, maka diperlukan kajian studi kepustakaan untuk membahasnya. Untuk itu perlu dibicarakan pembahasan tentang “Pengembangan Kreativitas dan Konsep Diri Anak SD”. Tujuan pembahasan ini adalah “Mendeskripsikan pengembangan kreativitas dan konsep diri anak SD”. Pembahasan dalam penelitian ini, berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu terfokus untuk mengkaji tentang bagaimana perkembangan kreativitas dan konsep diri anak dimulai sejak usia SD. Hal tersebut dikaji karena pentingnya perkembangan kreativitas dan konsep diri yang optimal bagi anak terutama anak SD agar lahir generasi yang kreatif dengan pribadi yang tangguh. Hasil Setiap anak mempunyai ide kreatif tetapi yang penting untuk diperhatikan yaitu bagaimana mengoptimalkan ide kreatif dari setiap anak didik. Kreativitas itu bukanlah potensi dari sejak lahir, itu merupakan kemampuan yang dapat didalami serta dikembangkan. Kreativitas penting untuk dioptimalkan karena dalam kehidupan sehari-hari. Anak didik dihadapkan dengan berbagai persoalan, dengan kreativitas anak didik dapat memecahkan suatu permasalahan serta berpengaruh kepada prestasi akademiknya. Maka dari itu proses perkembangan kreativitas anak sangat penting untuk diperhatikan agar proses perkembangannya berjalan optimal. Kreativitas dikembangkan sejak usia sekolah dasar karena merupakan dasar menuju tahap berikutnya. Begitu pun dengan pengembangan konsep diri, upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan konsep diri kepada anak didik merupakan tanggung jawab bersama antara guru, orang tua dan lingkungan di sekitarnya. Jika perkembangan kreativitas dan konsep diri pada anak SD berjalan optimal maka akan lahir generasi yang kreatif dengan aktualisasi diri yang bagus. Sumber http://dx.doi.org/10.30659/pendas.7.1.44-50
Judul Pengembangan Media Articulate Storyline 3 pada
Pembelajaran IPA Berbasis STEM untuk Mengembangkan Kreativitas SiswaSD/MI Jurnal Jurnalbasicedu Vol/hal 5/5024-5034 Tahun 2021 Penulis Siti Nurmala, Retno Triwoelandari , Muhammad Fahri Tanggal 2021 Latar Pendidikan adalah bagian yang sangat penting dalam Belakang kemajuan suatu bangsa, bangsa yang baik salah satunya akan dilihat dari kualitas pendidikannya. Pendidikan adalah upaya yang terorganisasi, berencana dan berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia paripurna dewasa dan berbudaya. Untuk mencapai pembinaan ini asas pendidikan harus berorientasi pada pengembangan seluruh aspek potensi anak didik, diantaranya aspek kognitif, afektif, dan berimplikasi pada aspek psikomotorik (Susanto, 2016). Indonesia memiliki tujuan pendidikan nasional yang tertera pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan dari tujuan pendidikan nasional tersebut maka sebuah negara harus dapat menciptakan kualitas pendidikan yang baik dengan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang semakin modern ini salah satunya untuk menjawab permasalahan tentang kecakapan di abad 21. Abad 21 adalah era globaliasai yang ditandai dengan berkembangnya teknologi, komunikasi dan informasi yang semakin berkembang pesat, hal ini pada satu sisi akan berdampak dan berpengaruh sangat positif bagi kemajuan masyarakat suatu bangsa namun juga akan memberikan dampak negatif apabila kurang bijak dalam memanfaatkan teknologi dan informasi yang ada. Era globalisasi ini juga memberikan dampak dalam berbagai bidang, tidak terkecuali pada bidang pendidikan, ada kompetensi abad 21 yang harus dimiliki seseorang yang dipersiapkan untuk dapat berkiprah pada kehidupan nyata. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membantu seseorang memiliki keterampilan dalam menggunakan teknologi, komunikasi dan media informasi yang berkembang saat ini. Pendidikan adalah salah satu jalur yang dapat ditempuh untuk menyiapkan sumber daya manusia yang dapat menguasai kecakapan abad 21 agar dapat bersaing dalam era globalisasi pada abad 21. Seseorang dituntut untuk memiliki kecakapan abad 21, ada empat kecakapan yang harus dimiliki atau dikenal dengan 4 C yaitu, kreativitas (creativity), berpikir kritis (critical thinking), komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration)(Maknun et al., 2018). Tujuan Dalam proses pembelajaran IPA berbasis STEM perlu Penelitian adanya media yang dapat menunjang proses pelaksanaanya agar pembelajaran lebih menarik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sehingga dapat mengembangkan kreativitas siswa. Peran guru selain sebagai motivator, fasilitaor juga berperan dalam berinovasi mengembangkan media yang dapat mendukung proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tidak membosankan khususnya pada mata pelajaran IPA, guru harus dapat membuat media yang dapat menunjang proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media Pembelajaran adalah segala bentuk dan sarana penyampaian informasi yang dibuat atau dipergunakan sesuai dengan teori pembelajaran, dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran dalam menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali (Suryani, Setiawan, & Putria, 2018). Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilaksanakan di SDIT Khoiru Ummah hasilnya yaitu dalam proses pembelajaran guru belum menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan masih menggunakan bahan ajar yang berfokus pada buku paket sekolah sehingga masih belum mengembangkan kreativitas siswa dengan baik dalam proses pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan media articulate storyline 3, software ini dapat dimanfaatkan untuk membuat media pembelajaran IPA berbasis STEM. Articulate storyline 3 adalah perangkat lunak (software) yang difungsikan sebagai media presentasi. Articulate storyline 3 digunakan dalam mempresentasikan informasi dengan tujuan tertentu (sesuai dengan tujuan pengguna) (Pratama, 2019). Media pembelajaran ini didukung dengan fitur-fitur tersebut dapat menunjang pembuatan media pembelajaran yang menarik, selain didukung dengan fitur yang menarik media ini juga mudah dioperasikan dan dapat dikombinasikan dengan audio, video dan sebagainya. Dengan pengembangan media tersebut diharapkan dapat mengembangkan kreativitas siswa. Berdasarkan uraian dari pernasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Articulate Storyline 3 pada Pembelajaran IPA Berbasis STEM untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa. Hasil Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa media articulate storyline 3 layak dan efektif digunakan pada pembelajaran IPA berbasis STEM untuk mengembangkan kreativitas siswa. Hal ini dapat dilihat pada hasil validasi oleh ahli dalam penilaian kelayakan media articulate storyline 3 dari aspek materi sebesar 79,8% dengan kategori valid, aspek media sebesar 97,9% dengan kategori sangat valid, dan pada aspek bahasa sebesar 87,5% dengan kategori sangat valid. Media pembelajaran articulate storyline 3 juga dapat meningkatkan kreativitas siswa karena terdapat perbedaan antara nilai rata-ratakelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu sebesar 11,00000 dengan sig (2- tailed) sebesar 0,000. Maka dapat disimpulkan media articulate storyline 3 efektif dan layak digunakan pada pembelajran IPA berbasis STEM untuk meningkatkan kreativitas siswa. Sumber https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1546
Judul Peningkatan Kreativitas dan Literasi Digital Peserta Didik
Melalui Metode Resitasi dalam Pembuatan Film Pendek Sejarah Jurnal Jurnal Didaktika Pendidikan Dasar Vol/hal 4/677-692 Tahun 2020 Penulis Siti Khoimah Tanggal November 2020 Latar Maraknya trend digital saat ini atau dalam dunia Belakang pendidikan yang ditandai dengan semakin luasnya jangkauan penggunaan internet untuk pembelajaran, menyebabkan terjadinya pergeseran pada masyarakat Indonesia dari masyarakat offline menuju masyarakat online. Perkembangan dunia saat ini yang telah masuk pada Revolusi Industri 4.0, dimana segala sesuatu bertumpu pada cyber-physical system, menuntut semua pelaku dibidang pendidikan mampu menyesuaikan diri pada setiap perkembangan zaman. Masuknya Revolusi Industri 4.0 dalam bidang pendidikan turut mengubah peran pendidik dari “penyaji” materi pelajaran menjadi fasilitator pembelajaran bagi peserta didiknya. Pembelajaran bukan lagi mengacu pada teacher centered (berpusat pada pendidik) melainkan sudah bergeser menjadi student centered (berpusat pada peserta didik). Pada pembelajaran yang dirancang pendidik inilah diharapkan peserta didik mampu menguasai literasi digital agar semakin mampu bersaing dengan tuntutan zaman yang semakin pesat di bidang teknologi digital sekarang ini. “Pendidikan adalah sarana penting dan strategis dalam membangun masyarakat berpengetahuan yang memiliki keterampilan abad 21 antara lain: (1) melek teknologi dan media; (2) melakukan komunikasi efektif; (3) mampu berpikir kritis; (4) problem solving; dan (5) berkolaborasi” (Anonim, 2018:9). Dari uraian di atas, mengindikasikan bahwa pembelajaran abad 21 mengharuskan peserta didik memiliki kecakapan literasi digital dan literasi ICT. Oleh karena itu, kecakapan mengenali, menggunakan secara teknis, dan memanfaatkan pada kegiatan pembelajaran merupakan aspek yang harus dimiliki peserta didik pada abad 21. Tujuan Kreativitas merupakan sebuah kecakapan dalam menyusun Penelitian sebuah perpaduan yang baru, berdasarkan data atau informasi yang ada (Nana, 2004:58). Data atau informasi tersebut akan memunculkan suatu jawaban dengan berbagai permasalahan yang ada dengan menekankan pada kualitas atau mutu, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa kreativitas akan mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinilitas seseorang dalam berpikir dan mengelaborasi sebuah gagasan. Aspek kreativitas ini dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Orisinal (Orisinalitas), merupakan kemampuan memunculkan alternatif pernyataan atau jawaban yang tidak biasa pada umumnya. b. Luwes (flexibility), merupakan kemampuan memberikan ide yang mampu mengubah sebuah cara atau pendekatan. c. Lancar (fluency), merupakan sebuah kemampuan untuk memunculkan sebuah gagasan atau ide yang relevan. d. Rinci (Elaborasi), merupakan kemampuan mengembangkan dan memperinci sebuah ide. Kecapakan abad 21 lainnya yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya literasi digital. Menurut Bawden (2001:218) mengemukakan bahwa literasi digital adalah : “sebuah keterampilan teknis dalam mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi berjejaring atau digital”. Dengan kecakapan ini diharapkan peserta mampu bersaing dalam tantangan abad 21. Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah metode resitasi dalam pembuatan film pendek sejarah mampu meningkatkan kreativitas dan literasi digital peserta didik. Dari rumusan tersebut, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini antara lain untuk mengetahui apakah metode resitasi dala pembuatan film pendek sejarah mampu meningkatkan kreativitas dan literasi digital peserta didik, khususnya di sekolah yang diteliti. Hasil Berdasarkan analisis hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode resitasi dalam pembuatan film pendek sejarah mampu meningkatkan kreativitas peserta didik. Pada siklus I menunjukkan ratarata nilai kreativitas peserta didik 72,5. Pada siklus II rata-rata nilai kreativitas peserta didik meningkat menjadi 81,3. Metode resitasi dalam pembuatan film pendek sejarah mampu meningkatkan literasi digital peserta didik. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan rata-rata nilai literasi digital peserta didik meningkat dari 62,5 menjadi 75,0 pada siklus II. Kreatifitas dan literasi digital peserta didik meningkat dengan adanya resitasi dalam pembuatan film pendek tentang sejarah. Peserta didik tertarik untuk mengeksplorasi kreatifitasnya. Dan untuk keperluan itu secara tidak langsung, mereka mengasah kemampuannya dalam hal penggunaan sarana TIK dan penciptaan konten digital untuk pembelajaran. Beberapa saran terkait hasil penelitian ini bagi peserta didik diharapkan peserta didik mampu terasah kreativitas dan literasi digitalnya sehingga akan muncul sineas muda sejak dini dalam dunia perfilman tanah air. Pendidik dapat menerapkan metode pembelajaran ini di sekolahnya sebagai salah satu alternatif pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kreativitas dan literasi digital peserta didik, khususnya dalam pembelajaran IPS. Sekolah diharapkan dapat memfasilitasi tumbuhnya kreatifitas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Sumber 10.26811/didaktika.v4i3.138
Judul Media Pembelajaran Yang Menciptakan Creative
LearningBagi Siswa Sekolah Dasar Jurnal Researchgate Vol/hal Tahun 2021 Penulis Farah nabila, nur afifah Tanggal Juni 2021 Latar Proses Pendidikan saat ini memerlukan tindakan yang Belakang tepat dalam keberlangsungan siswa khususnya saat pandemic seperti saat ini. Pandemi covid-19 ini tentunya memberikan pengaruh yang besar dan menuntut dari segala pihak untuk dapat menyikapinya dengan bijak. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kreatifitas para siswa didalam melakukan pembelajaran daring. Warkintin dan Mulyadi (2019), menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang mengembangkan misi cukup luas berhubungan dengan perkembangan fisik, keterampilan, pikiran, perasaan, kemampuan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Salah satu bidang yang cukup krusial terkena dampak dari pandemi covid-19 yang disusul dengan kebijakan pemerintah untuk mengadakan pembatasan sosial agar terhindar dari virus tersebut adalah bidang Pendidikan (Martoredjo 2020). Pada saat ini kita dituntut untuk bisa menggunakan teknologi dengan sebaik mungkin dalam menunjang pembelajaran agar bisa berjalan dengan optimal. Pembelajaran saat ini berlangsung melalui rumah dan mengandalkan teknologi sebagai sarana komunikasi antara guru dengan siswa. Hal tersebut sesuai dengan Surat Edaran Kemendikbud RI nomor 3 tahun 2020 mengenai pencegahan Corona Virus Disease (COVID-19) pada satuan Pendidikan, dan Surat Sekjen Mendikbud nomor 35492/A.A5/ HK/ 2020 tanggal 12 Maret 2020 perihal Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) (Hanifah Salsabila et al. 2020). Penelitian ini memiliki urgensi agar nantinya siswa dapat mengembangkan inovasi dan kreatifitasnya didalam pembelajaran sehingga bisa mengasah skill yang mereka miliki. Apa saja hambatan didalam pembelajaran? Hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran pun seringkali mengganggu aktivitas pembelajaran seperti halnya kurangnya variasi media pembelajaran yang digunakan, sehingga dapat menyebabkan siswa merasa bosan dalam menjalani proses pembelajaran . Menurut Hanum (2013:92) pembelajaran online atau e-learning adalah salah satu bentuk model pembelajaran yang difasilitasi dan didukung pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Media pembelajaran yang nantinya diberikan pada peserta didik juga harus disesuaikan dengan umur dan karakteristik peserta didik itu sendiri. Apa saja aplikasi yang biasanya dipakai didalam pembelajaran?Banyaknya pengajar yang monoton dalam memberikan sistem pembelajaran pada siswa juga berpengaruh dalam hasil pembelajaran peserta didik. Pengajar masih banyak yang hanya menggunakan Whatsapp, Google Meet, Google classroom sebagai media pembelajarannya. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian oleh (Anugrahana 2020) yang mengatakan bahwa model pembelajaran daring yang menjadi pilihan pertama, yaitu sebanyak 100% guru-guru menggunakan fasilitas WA Tujuan Penelitian ini dilakukan survey melalui angket Google form Penelitian secara online, kami mencantumkan beberapa pertanyaan terkait dengan media pembelajaran, ada sekitar 12 responden pengajar dari sekolah dasar di daerah Manyaran. Dalam survey tersebut kami bisa menyimpulkan bahwa hanya sedikit pengajar yang belum mengetahui mengenai aplikasi pembelajaran yang disertai permainan untuk meningkatkan kekreatifan pada siswa Hasil Media Pembelajaran saat ini memiliki macam-macam dan variasi dalam penggunaannya. Banyak guru yang sudah menggunakan berbagai media pada proses pembelajaran mereka tetapi tidak terlalu memperhatikan tingkat kreatifitas pada siswa saat menggunakan media tersebut. Media pembelajaran juga dapat mempengaruhi tingkat kreativitas para siswa, tetapi seringkali guru melewatkan manfaat dari media yang dapat meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini perlu adanya tindakan lanjutan dengan menciptakan media yang simple dan dengan mudah digunakan oleh guru serta siswa dan dapat meningkatkan kreatifitas bagi mereka. Sumber https://www.researchgate.net/publication/352285358 Judul Profil keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam pembelajaran ipa kelas v di sekolah dasar Jurnal Uns Vol/hal 9 Tahun 2021 Penulis Titis Arum Widiastuti, Idam Ragil Widianto Atmojo, Dwi Yuniasih Saputri Tanggal Latar Pada abad 21, kemajuan inovasi teknologi semakin Belakang berkembang sehingga membawa dampak dalam dunia pendidikan. Pendidikan pada abad 21 identik dengan pendidikan berbasis teknologi. Guru memiliki peranan untuk menciptakan pembelajaran yang disesuaikan dengan pendidikan abad 21 guna membekali peserta didik dengan keterampilan pada abad 21. Peserta didik dituntut untuk menggunakan keterampilan abad 21 dalam menyelesaikan beragam permasalahan yang dihadapi. Pendidikan abad 21 merupakan pembelajaran yang menggabungkan antara kecakapan kognitif, afektif dan psikomotorik serta mampu menggunakan TIK .Keterampilan pada abad 21 yang diperlukan peserta didik seperti communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah), dan creativite thinking (berpikir kreatif) atau biasa disingkat dengan 4C . Keterampilan 4C harus dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik guna sebagai bekal mereka Ketika menghadapi suatu permasalahan. Salah satu keterampilan yang penting untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupan yang semakin kompleks adalah keterampilan berpikir kreatif.Berdasarkan Trends in Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2015 menyatakan bahwa tingkat berpikir kreatif anak Indonesia tergolong sangat rendah . Pemerintah sudah mengakomodasikan keterampilan berpikir kreatif dalam kurikulum 2013 Tujuan Penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti lain Penelitian seperti penelitian dari Desak Ketut Sarining dengan judul analisis kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV di SD Negeri 2 Penaron Kecamatan Buleleng. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif- kuantitatif deskriptif. Penelitian ini memiliki persamaan yakni pada variabel terikat yaitu keterampilan berpikir kreatif dan pada variabel bebas yaitu pembelajaran IPA. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah jumlah subjek penelitian, instrumen yang digunakan, metode penelitian dan tempat pengambilan data. Penelitian yang dilakukan oleh Nurjamilah tentanganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa MTs pada materi bangun ruang sisi datar. Penelitian ini memiliki persamaan pada metode yang digunakan, subjek yang ditentukan, dan variable terikat yang diteliti. Perbedaannya terletak pada tingkat atau jenjang sekolah yang digunakan.Penelitian yang dilakukan oleh Febrianti tentang analisis kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 6 Palembang.Perbedaan dari penelitian ini adalah jenjang sekolah, jumlah subjek penelitian, dan variabel bebasyang digunakan. Persamaan terletak pada variabel terikat yakni tentang keterampilan berpikir kreatif dan instrumen penelitian yang digunakan. Hasil Profil keterampilan berpikir kreatif di SDN Mangkubumen Lor No.15 berada pada kriteria kreatif. Rata-rata persentase profil keterampilan berpikir kreatif peserta didik kelas V.3 SDN Mangkubumen Lor No. 15 sebesar 77, 59 %. Adapun persentase setiap indikatornya sebagai berikut. Pada indicator fluency (berpikir lancar) persentase yang diperoleh sebesar 83,33%. Pada indikator flexibility (berpikir luwes) persentase yang diperoleh sebesar 77,78%. Pada indikator originality (berpikir orisinalitas)persentase yang diperoleh adalah 66,67%. Indikator yang paling dominan adalah indikator fluency. Pada soal fluency, peserta didik mampu memberikan beragam jawaban dan disertai alasan yang jelas.Sedangkan indikator yang paling rendah adalah originality. Peserta didik belum mampu memberikan jawaban yang berbeda atau belum pernah ada karena kebanyakan peserta didik hanya memberikan jawaban berdasarkan buku siswa atau buku pelajaran lainnya.Implikasi teoritis dari penelitian ini yakni dapat memperbanyak wawasan tentang keterampilan berpikir kreatif dan dijadikan sebagai referensi bagi peneliti yang lain untuk melaksanakan penelitian dengan variabel yang sama. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah guru dapat meningkatkanketerampilan berpikir kreatif peserta didik dengan cara memasukkan indikator keterampilan berpikir kreatif pada setiap pembelajaran. Peserta didik harus lebih sering berlatih dalam menyelesaikan soal yang menuntut keterampilan berpikir kreatif agar mampu menyelesaikan permasalahan dengan lebih terampil. Sumber https://doi.org/10.20961/ddi.v9i3.49030
Judul Efektifitas Model Pembelajaran Open Ended Berbantuan
Lembar Kerja Siswa Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Jurnal Mimbar PGSD Undiksha Vol/hal 8/372-384 Tahun 2020 Penulis Afiva Niswati Muazaroh, I.B. Gede Surya Abadi Tanggal 20 Juli 2020 Latar Saat ini, kehidupan semakin berkembang pesat di Belakang segala aspek. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sedang menghadapi era globalisasi. Untuk menghadapi perkembangan yang semakin pesat maka perlu adanya perolehan pendidikan, entah itu pendidikan formal maupun informal.Pendidikan adalah usaha yang diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang dan jelas dalam rangka mempersiapkan siswa menjadi insan yang berkualitas untuk menghadapi masa mendatang (N. W. I. S. Dewi, Suarsana, & Suryawan, 2018; Wirasasmita &Hendriawan, 2020). Pendidikan bertujuan meningkatkan sumber daya manusia secara maksimal sehingga manusia tersebut akan tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas dan siap untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan bangsanya (Paramita, 2016; Suparmi, 2018). Dengan adanya pendidikan siswa dapat memiliki keunggulan sesuai bidangnya masing-masing. Tujuan pendidikan nasional bukan hanya sebatas intelektualitas semata, akan tetapi aspek yang lain juga diperlukan salah satunya aspek kreatif (Permendikbud, 2016). Dunia yang makin berkembang menuntut siswa menjadi manusia yang kreatif supaya mampu bersaing menghadapi era revolusi industri 4.0 (Fitrianiayuningsih, Suarsana, & Pujawan, 2020). Agar hal tersebut dapat terwujud maka aspek tersebut perlu dikembangkan dalam pembelajaran. Namun, proses pembelajaran matematika yang terjadi di lapangan saat ini belum mampu memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematika siswa. Pembelajaran matematika lebih menekankan aspek pemahaman konsep daripada penugasan procedural (S. P. Lestari, Muhandaz, & Risnawati, 2019; Octaviyani, Kusumah, & Hasanah, 2020). Selain itu, pembelajaran di sekolah pada umumnya hanya terfokus melatih proses berpikir konvergen, yang hanya terbatas pada penalaran verbal dan logis (Octaviyani et al., 2020). Hal tersebut berpotensi menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang perlu memunculkan kreatifitas (non rutin) dan tidak memberikan pengalaman belajar yang menarik (Prasetyo, Herman, & Jupri, 2020). Dilihat dari hasil kemampuan berpikir kreatif matematika siswa Indonesia masih termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dinyatakan (Mullis et al., 2012)yang menunjukkan hasil analisis skor matematika siswa Indonesia berada di bawah rata-rata skor matematika Internasional. Siswa Indonesia hanya memperoleh 17% dalam kategori penalaran yang merupakan bagian dari berpikir kreatif. Diperkuat juga dengan pernyataan (OECD, 2016)berdasarkan hasil tes PISA yang bernaung di bawah OECD, dari 70 negara yang berpartisipasi Indonesia menduduki peringkat 63 dengan skor perolehan 386 dari rata-rata490. Tes PISA terdapat beberapa level. Level yang paling tinggi adalah level 5-6. Taraf kognitif level 5-6 dalam soal PISA yaitu soal pengukuran kemampuan untuk berpikir kreatif. Perolehan nilai siswa Indonesia pada level tersebut sangat rendah yaitu 0.8 dari rata-rata 15.3. Permasalahan tersebut juga ditemukan pada salah satu sekolah dasar. Tujuan Berpikir kreatif ialah prosedur berpikir seseorang yang Penelitian menghasilkan gagasan baru yang bermanfaat, baik yang belum pernah ada sebelumnya ataupun kolaborasi yang telah ada sebelumnya (Amir, 2015; Ramadhani & Nuryanis, 2017). Siswa yang berpikir kreatif memiliki kemampuan dalam mengembangkan dan melaksanakan gagasan baru dan berbeda (Primayanti, Suarjana, & Astawan, 2019; Rahayuni, 2016). Hasil dari berpikir kreatif seseorang dipahami dalam artian kreativitas. Kreativitas merupakan wujud dari kemampuan seseorang dalam menciptakan suatu hal yang baru (Sholikhah, Kartana,& Utami, 2018).Siswa yang mampu berpikir kreatif adalah siswa yang dapat memunculkan ide/gagasan baru yang muncul dari dirinya sendiri sehingga siswa tersebut dapat mengaplikasikannya dalam menjawab segala tantangan di kehidupannya kelak maupun menuntaskan masalah yang berkaitan dengan kehidupannya. Dalam pengukuran kemampuan berpikir kreatif dibutuhkan kriteria tertentu. Kriteria mengukur kemampuan berpikir kreatif antara lain: (a) aspek kelancaran yakni kemampuan mencetuskan berbagai jawaban yang relevan, (b) keluwesan yakni kemampuan menjawab suuatu persoalan dengan beberapa metode/cara yang beragam, (c) kebaruan yakni kemampuan menjawab persoalan dengan menggunakan gagasan yang baru dan unik, dan (d) keterincian yakni kemampuan memperluas/mengembangkan jawaban serta merinci secara detail (Putri, Munzir, & Abidin, 2019).Berdasarkan pemaparan diatas, maka dirumuskan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh yang signifikan model pembelajaran Open Ended berbantuan lembar kerja siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika kelas IV SD Gugus VII Kompyang Sujana Tahun Ajaran 2019/2020. Langkah- langkah penerapan model pembelajaran disesuaikan dengan model pembelajaran open ended. Adapun Langkah-langkahnya yaitu 1) pertama, memberikan masalah kepada siswa, 2) siswa diberikan kesempatan mengeksplorasi masalah yang diberikan, 3) hasil diskusi dipresentasikan, 4) hasil dilanjutkan dengan membuat rangkuman. Penerapan model pembelajaran open ended diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Hasil Berdasarkanhasil analisis data, maka disimpulkan bahwaadanyapengaruh yang signifikan model pembelajaran Open Ended berbantuan lembar kerja siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika kelas IV SD Gugus VII Kompyang Sujana Tahun Ajaran 2019/2020. Rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika kelompok eksperimen yaitu yang dibelajarkan dengan menerapkanmodel pembelajaran Open Endedberbantuan lembar kerja siswa lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu yang dibelajarkan dengan menerapkanmodel konvensional.Sehingga model pembelajaran Open Ended dapat meningkatkan berpikir kreatif pada siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Sumber https://doi.org/10.23887/jjpgsd.v8i3.25565
Judul Analisis kemampuan berpikir kreatif dan minat belajar
siswa dalam mengerjakan soal open ended dengan pendekatan CTL Jurnal PYTHAGORAS Vol/hal 13/63-75 Tahun 2018 Penulis Puput Wahyu Hidayat, Djamilah Bondan Widjajanti Tanggal 21 september 2018 Latar Pendidikan memegang peranan besar dalam kemajuan Belakang suatu bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan akan membawa suatu bangsa untuk menjadi lebih maju dan lebih baik dari segala sisi kebutuhannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Untuk mengembangkan mutu pendidikan, pendidik atau guru diharuskan untuk lebih pintar dalam mengelola kelas maupun melakukan kegiatan pembelajaran yang lainnya. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013 Nomor 65, disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Sehingga melalui kegiatan pembelajaran tersebut, siswa difasilitasi oleh guru untuk terlibatsecara aktif mengembangkan potensi dirinya.Dengan pengalaman yang dimiliki oleh guru,siswa dapat melakukan kegiatan yang memungkinkan untuk dikembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Tujuan Dengan adanya strategi pembelajaran matematika dengan Penelitian pendekatan CTL, dalam penelitian ini, peneliti memilih materi pelajaran system persamaan linear dua variabel (SPLDV). Karena dalam materi ini karakteristiknya adalah berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa akan merasa pembelajaran matematika yang diperolehnya memiliki makna, hal ini akan menjadikan minat belajar matematika dapat meningkat, selain itu dengan memberikandalam bentuk permasalahan open ended, diharapkan kemampuan berpikir kreatif siswa juga dapat meningkat dan pembelajaran menjadi lebihbaik.Berdasarkan latar belakang masalah berikut kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kategori dan aspek kemampuan berpikir kreatif dan minat belajar siswa, peningkatan minat belajar, dan menganalisis pembelajaran yang lebih baik antara pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL) dengan soal open ended dan pendekatan CTL ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan minat belajar siswa SMP Hasil Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya: (1) kategori kemampuan berpikirkreatif pada kelas CTL dengan open ended berada pada kategori tinggi, sedangkan pada kelasCTL (tanpa menggunakan soal open-ended) berada pada kategori sedang; (2) kategori minat belajar, siswa di kedua kelas berada pada kategoritinggi; (3) kategori aspek kemampuan berpikir kreatif untuk kedua kelas memiliki presentase tertinggi pada aspek kelancaran; (4) minat belajarsiswa untuk kedua kelas meningkat secara signifikan; (5) dan pendekatan CTL menggunakan soal open ended lebih baik daripada pendekatan CTL ditinjau dari aspek kemampuan berpikir kreatif siswa, sedangkan pendekatan CTL menggunakan soal open ended tidak lebih baik daripada pendekatan CTL ditinjau dari minat belajar siswa. Sumber https://doi.org/10.21831/pg.v13i1.21167
Judul Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa melalui
Pembelajaran Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, and Review Jurnal Mushorafa Vol/hal 8/13-24 Tahun 2019 Penulis Tina Sri Sumartini Tanggal 31 januari 2019 Latar Dunia pendidikan merupakan sarana utama untuk Belakang memperbaiki kualitas sumber daya manusia di Indonesia agar bisa menjadi bangsa yang beragama, berilmu dan bermartabat. Kualitas seseorang bisa dilihat dengan bagaimana usaha kreatifnya dalam menghadapi masalah. Seseorang yang memiliki karakteristik kreatif akan memandang masalah sebagai tantanganyang harus dihadapi dengan berbagaitindakan yang solutifMahasiswa sebagai bagian daripendidikan merupakan aset penting yangharus dibina dan diarahkan agar menjadimanusia yang bermanfaat. Upaya tersebutjelas tidak bisa dilakukan dengan hanyamengandalkan proses pengembangankemampuan yang prosedural, tetapi lebihmenekankan pada pemberian tantanganberupa masalah yang disertai pertanyaanbukan petujuk. Salah stau upaya untukmengembangkan kemampuan berpikirmahasiswa yaitu melalui pembelajaranmatematika. Salah satu tujuanpembelajaran matematika adalahmengembangkan kemampuan berpikirmahasiswa dari tingkatan rendah sampaipada tingkat berpikir yang lebih tinggi.Berdasarkan hal tersebut, kemampuanberpikir tingkat tinggi yang perludikembangkan salah satunya adalahkemampuan berpikir kreatif. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untukmenganalisis pencapaian Penelitian dan peningkatan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran MURDER dengan konvensional serta interpretasi peningkatannya. Tujuan tersebut dibuat dalam pertanyaan penelitian: 1) Apakah pencapaian kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran MURDER lebih baik dibandingkan mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?; 2) Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran MURDER lebih baik dibandingkan mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?; 3) bagaimana interpretasi peningkatan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran MURDER dan konvensional? Hasil esimpulan dari penelitian ini adalah 1) Pencapaian kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran MURDER lebih baik dibandingkan mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional;2) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran MURDER lebih baik dibandingkan mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional;3) Interpretasi peningkatan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran MURDER dan konvensional termasuk dalam kategori sedang. Setiap mahasiswa memiliki potensi untuk kreatif dan hal tersebut perlu dikembangkan dalam setiap perkuliahan. Pembelajaran MURDER memberikan alternatif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa. Membangun mood mahasiswa menjadi langkah awal dalam menumbuhkan pemahaman dan kemampuan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah. Sumber https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i1.366
Judul Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan
Masalah Matematis Jurnal Mushorafa Vol/hal 11/119-130 Tahun 2022 Penulis Farah Febrianingsih Tanggal 31 januari 2022 Latar Dalam pembelajaran matematika,siswa sering dihadapkan Belakang dengan kesulitan-kesulitan dalam memecahkan masalah yang kompleks atau masalah yang jarang ditemui (Nurkamilah & Afriansyah, 2021).Oleh karena itu, dalam menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukanlah kemampuan berpikir kreatif. Menurut Halpern (dalam Muallifah, 2009) berpikir kreatif dapat didefinisikan sebagaia ktivitas kognitif atau proses berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru, kreatif dan inovatif. Sedangkan menurut Purwasih (2019), kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan siswa untuk menemukan jalan penyelesaian yang tidak biasa, unik dan belum pernah ditemukan oleh orang lain.Selain itu, Siswono (2010) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kreatif dapat dinilai oleh 4 indikator yaitu: fluency (kelancaran), flexibility (fleksibilitas / kelenturan), originality (kebaruan / keaslian) dan elaboration (elaborasi / keterincian). Silver (1997) juga menambahkan dalam aktivitas matematis seperti pemecahan masalah dan penghadapan masalah berhubungan erat dengan kreativitas, aspek yang dinilai meliputi: kefasihan, keluwesan, dan keaslian. (dalam Moma, 2015) Tujuan Kemampuan berpikir kreatif adalah suatu hal yang penting Penelitian bagi siswa, terutama dalam proses belajar dan mengajar matematika (Listiani, 2020). Melalui kemampuan berpikir kreatif, siswa dituntut agar bisa memahami, menguasai dan memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya. Dalam memecahkan suatu permasalahan, siswa diharapkan dapat mengemukakan ide-ide atau solusi baru yang kreatif dalam menganalisis dan menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga dapat diperoleh penyelesaian yang tepat atas permasalahan tersebut. Namun, cara-cara penyelesaian siswa dalam mengekspresikan ide-ide atau solusi baru tentunya berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa juga berbeda- beda. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Munandar (2004) bahwa setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dan karena itu membutuhkan pendidikan yang berbeda- beda pula. Dengan adanya kreativitas dalam pembelajaran matematika, diharapkan siswa berani menyelesaikan permasalahan matematika menggunakan caranya sendiri. Sehingga, siswa mampu membuat beberapa alternatif jawaban, sehingga Ia mampu menyelesaikan permasalahan tersebut dengan solusi yang tepat Hasil Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan bahwa kelima subjek memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif yang berbeda-beda. Walaupun tiga subjek diantaranya memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif yang sama dan dua subjek lainnya memiliki tingkat kemampuan berpikir yang berbeda. Selain itu, kemampuan berpikir kreatif siswa yang ditentukan oleh soal essay dimana siswa berkemampuan matematika tinggi memiliki tingkat berpikir sangat kreatif, siswa berkemampuan matematika sedang memiliki tingkat berpikir kreatif/cukup kreatif, sedangkan siswa berkemampuan matematika rendah memiliki tingkat berpikir kurang kreatif/tidak kreatif. Sumber http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa
Judul Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Studi Eksplorasi Siswa
Di Smpn 62 Surabaya Jurnal Jurnal unesa Vol/hal 9/ 242-246 Tahun 2021 Penulis Dwi Nur Qomariyah, Hasan Subekti Tanggal 31 Juli 2021 Latar Perkembangan pendidikan memiliki keterkaitan dengan Belakang perkembangan zaman, sebab pergerakkan logaritma pendidikan beriringan dengan perkembangan IPTEK. Pendidikan ditempuh manusia agar menjadikan kehidupan lebih baik dari sebelumnya (Leonard, 2013). Tingkat kreativitas SDM dapat menggambarkan daya kompetitif suatu negara (Moma, 2015). Pendidikan salah satu komponen penting yang diprioritaskan oleh suatu negara karena bertujuan untuk melatih atau mempersiapkan peserta didik agar dapat melalui tantangan di masa depan. Terdapat unsur penting dalam sistem pembelajaran yaitu tenaga pengajar dan siswa (Armandita et al., 2017). Paradigma Pendidikan menyatakan bahwa SDM saat ini dituntut untuk cakap dalam berpikir tingkat tinggi, salah satunya ialah mampu berpikir kreatif (Mardhiyana & Sejati, 2016). Kurikulum 2013 mengarahkan siswa untuk belajar aktif yakni tidak bergantung terhadap penjelasan guru saja, agar siswa bukan hanya menghafal materi pelajaran, namun bisa memahami sehingga materi pelajaran lebih bermakna. Inti dari kurikulum 2013 adalah proses pembelajaran yang pelaksanaannya dapat menstimulus partisipasi aktif siswa, sehingga bisa memunculkan kreativitas siswa (Kurniati et al., 2018). Dalam pembelajaran IPA siswa diharuskan untuk menafsirkan isi pelajaran dan mampu memecahkan permasalahan di lingkungan sekitar. IPA salah satu materi yang berisikan tentang penyelidikan fenomena alam atau bisa dikatakan sebagai proses penemuan, jadi tidak hanya kumpulan objek, teori, dan konsep (Wibowo & Suhandi, 2013). Keterampilan berpikir kreatif diperlukan siswa untuk mempelajari dan memahami objek atau fenomena alam (Anjarsari, 2014). Oleh sebab itu, pentingnya guru untuk mengoptimalkan kompetensi berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran sains (Dewi et al., 2019). Tujuan Berdasarkan penjabaran di atas, telah banyak studi eksplorasi Penelitia tentang analisis kemampuan berpikir kreatif siswa SMP. n Namun, belum terdapat studi eksplorasi analisis kemampuan berpikir kreatif di SMPN 62 Surabaya. Oleh sebab itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian “analisis kemampuan berpikir kreatif siswa di SMPN 62 Surabaya”, tujuannya agar dapat menentukan kategori kemampuan berpikir kreatif, serta ketercapaian setiap indikator dari berpikir kreatif siswa. Harapan dari penelitian ini, guru dapat menentukan atau merencanakan model pembelajaran IPA yang relevan untuk mengasah keterampilan berpikir kreatif siswa. Hasil Berlandaskan data hasil analisis, dapat dinyatakan bahwa : a. Kompetensi berpikir kreatif murid kelas VIII SMPN 62 Surabaya pada pembelajaran IPA berada pada kategori kreatif. b. Ketercapaian setiap indikator berpikir kreatif menunjukkan cukup baik. Indeks berpikir lancar (fluency thinking) dan berpikir orisinil (original thinking) mencapai kategori baik. Indikator berpikir luwes (flexible thinking) dan keterampilan mengelaborasi (elaboration ability) berada pada kategori cukup baik. Kekurangan dalam kemampuan berpikir luwes dan keterampilan mengelaborasi yang berada pada kategori cukup baik, disebabkan beberapa siswa mengalami kesulitan dalam hal menemukan jawaban atau solusi yang bervariasi serta mengembangkan suatu gagasan atau ide Sumber https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/pensa/article/view/ 38250
Judul Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Smp Kelas Viii Pada
Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Melalui Pendekatan Open Ended Jurnal Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif Vol/hal 1/903-914 Tahun 2018 Penulis Inggri Anggraeni, Luvy Sylviana Zanthy, Heris Hendriana Tanggal September 2018 Latar Berpikir kreatif bukanlah hal baru dalam matematika, sebab Belakang para matematikawan terdahulu seperti Plato, Euclid, atau Mandelbrot (Hendriana, 2014) telah mengaitkan matematika dengan keindahan, kreativitas, atau imajinasi dalam matematika. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki di era globalisasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Sumarmo (Istianah, 2013) pentingnya keterampilan kreatif dilatihkan kepada siswa, didukung oleh visi pendidikan matematika yang mempunyai dua arah pengembangan, yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang. Berpikir kretaif juga berhubungan erta dengan penalaran hal ini uangkapkan oleh Hidayat, Heridman, Aripin, Yuliani & Maya (2018) penalaran kreatif merupakan proses berpikir seseorang dalam memecahkan permasalahan dengan cara yang meliputi kebaruan, masuk akal dan berdasar matematis. Terlihat bahwa berpikir kreatif memiliki peran penting dalam pembelajaran matematika, sehingga berpikir kreatif merupakan kemampuan yang perlu diperhatikan. Namun dalam kenyataan di lapangan, kemampuan berpikir kreatif matematis terutama pada siswa SMP masih tergolong rendah. Seperti halnya yang terjadi di kelas VIII- C SMP Darul Falah. Pada studi awal yang dilakukan di sekolah tersebut tepatnya 22 November 2017, diperoleh informasi dari guru matematika bahwa dalam proses pembelajaran matematika masih banyak ditemui beberapa permasalahan, diantaranya guru kesulitan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat, sehingga mengakibatkan siswa tidak mampu menerima pengetahuan matematika yang baik sehingga penguasaan materi sistem persamaan linear dua variabel siswa masih kurang. Hal ini sejalan dengan pendapat Syah, M. (Zanthy, 2018) Faktor yang mempengaruhi menurunnya prestasi akademik adalah: 1) faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam mahasiswa itu sendiri, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis; 2) faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa, contohnya: kurikulum, guru, metode, dll. Tujuan Berdasarkan masalah dan solusi pendekatan yang ada, Penelitian peneliti akan mengambil sebuah judul “Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan Pendekatan Open Ended”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII pada materi sistem persamaan linear dua variabel melalui pendekatan open ended. Hasil Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif pada materi “persamaan linear dua variabel” kelas VIII-C SMP Darul Falah dapat ditingkatkan melalui pendekatan open ended. Hal tersebut diketahui dari banyaknya siswa yang mampu memahami materi dengan menemukan penyelesaian permasalahan dengan berbagai cara/alternatif berdasarkan pengalaman pembelajaran serta siswa mampu belajar dalam kelompok yang heteroge. Sumber http://dx.doi.org/10.22460/jpmi.v1i5.p903-914
Judul Efektivitas Model Pembelajaran Inquiry terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Teorema Pythagoras Jurnal cendikia Vol/hal 3/227-237 Tahun 2019 Penulis Nelpita Ulandari, Rahmi Putri, Febria Ningsih, Aan Putra Tanggal 10 Agustus 2019 Latar Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang Belakang dapat melatih berpikir seseorang secara logis, kritis dan kreatif (Mufidah, L., Effendi, D., & Purwanti, T. T., 2013). Konsep - konsep yang ada di dalam matematika memiliki hubungan yang kuat dan jelas antar konsep sehingga memberikan kemungkinan bagi siapapun yang mempelajarinya bisa berpikir secara rasional. Pada pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kreatif siswa s angat penting. Hal ini dikarenakan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa sangat mempengaruhi dalam pencapaian atau keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh alternatif jawaban melalui mengembangkan suatu persoalan atau masalah merupakan definisi kemampuan berpikir kreatif (Fadilah, A., 2016). Dengan kata lain berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang mempertimbangkan informasi baru dengan pemikiran terbuka yang berhubungan dengan kepekaan terhadap masa lah, serta dapat menghubungkan ide - ide dalam menyelesaikan masalah (Desi, N., Gembong, S., & Andari, T., 2013). Kemampuan berpikir kreatif memiliki arti sebagai kegiatan untuk menghasilkan suatu ide atau gagasan dalam memecahkan masalah, dan saling menghu bungkan satu hal dengan hal lainnya untuk menemukan makna (Marliani, N., 2015). Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang dibiasakan dan dilatih untuk menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan - kemungkinan baru dengan membuka sudut p andang yang luas untuk menemukan ide - ide yang baru (Suripah, S., & Sthephani, A. dalam Johnson, 2017). Tujuan Pada langkah - langkah model pembelajaran inquiry Penelitian siswa terlebih dahulu diminta untuk mengamati permasalahan yang diberikan. Selain itu, pada proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inquiry , guru tidak hanya mempersiapkan materi pembelajaran yang harus d ikuasai melainkan merancang proses pembelajaran yang baik yang bisa membuat siswa menemukan materi yang harus dipahami. Pada proses pembelajaran inquiry , siswa akan dihadapkan dengan suatu masalah yang harus dipecahkan dan diselesaikan secara kelompok. Den gan demikian, akan tercipta suasana belajar yang membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya menuntut siswa untuk menguasai materi atau pengetahuan saja, tetapi lebih menuntut hubungan tentang apa yang dipelajari siswa yang dapat berguna dalam kehidupannya. Berdasarkan penjelasan yang telah di uraikan, peneliti akan melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat proses pembelajaran inquiry pada materi Teorema Pythagoras serta efektivitas model pembelajaran inquiry ter hadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran matematika. Hasil Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dil akukan maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran inquiry berjalan secara efektif yang dapat membuat siswa berperan aktif dan bekerja sendiri dalam mencari informasi atau pemecahan masalah selama proses pembelajaran berlangsung serta dapat menemukan ide - ide dan pemikiran yang baru sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika pada mater Teorema Pythagoras serta terdapat efektivitas atau keberhasilan model pembelajaran inquiry terhadap kemampuan berpikir kr eatif siswa dalam pembelajaran matematika pada materi Teorema Pythagoras. Sumber https://doi.org/10.31004/cendekia.v3i2.99
Judul Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Jurnal EDUKATIF Vol/hal 1/1-8 Tahun 2019 Penulis Rizki Ananda Tanggal April 2019 Latar Menurut Martorella (Solihatin, 2005:4) “pembelajaran Ilmu Belakang Pengetahuan Sosial (IPS) lebih menekankan pada aspek “Pendidikan” daripada “Transfer Konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkannya serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya”. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam BSNP (2006:575) dijelaskan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir kreatif,logis serta kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Tujuan Karena berpikir kreatif melibatkan rasa ingin tahu dan Penelitian bertanya, mendorong siswa untuk berpikir untuk meneliti masalah-masalah yang telah dipilih untuk didiskusikan berkaitan dengan materi yang dibahas. Dengan kemampuan berpikir kratif, siswa diharapkan mampu mengembangkan diri merakan dalam membuat keputusan dari berbagai sudut pandang untuk menyelesaikan masalah, karena berpikir kreatif adalah sebuah kunci dalam mengembangkan diri, maka setiap siswa diharapkan memiliki tingkat berpikir kreatif yang baik. Kebutuhan untuk berpikir kreatif itu tidak terbatas pada masalah-masalah rumit sebagaimana yang diyakini oleh sebagian kalangan, tetapi juga merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari. Hasil Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Peningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran IPS kelas V pada materi “ tokoh-tokoh sejarah pada massa Hindu Budha dan Islam di indonesia” di SDN 018 Langgini Bangkinang Kota. Hal itu dapat dilihat dari kualitas RPP pada siklus I dan siklus II dimana pada siklus I menunjukkan nilai dengan kategor Baik, siklus II kualitas menunjukkan peningkatan nilai yang signifikan menjadi Sangat Baik. 2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Mind Mapping mampu dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, karena dengan metode Mind Mapping lebih menyenangkan dan siswa aktif dalam proses pembelajaran dan siswa mampu menambah pengetahuan dan memunculkan ide- ide dalam memecahkan masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Hal initerbuktidenganmeningkatnyanilaipersentase proses pembelajaran dari siklus I kesiklus II secarasignifikan. 3. Indikator ketercapaian siswa dengan penggunaan metode mind mapping padap embelajaran IPS pada materi “tokoh- tokoh sejarah pada masa Hindu-Budhadan Islam di Indonesia di kelas V SDN Langgini” dapat meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pada setiap proses pelaksanaan tindakan pembelajaran, kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: a. Nilai Pretest Siswa : Adanya peningkatan signifikan dari nilai pretes, dengan demikian metode Mind Mapping dapat meningkatkan nilai pretes. b. Nilai Postest Siswa a) adanya peningkatan yang signifikan dari nilai postes, dengan demikian metode Mind Mapping dapat meningkatkan nilai postes. b) nilai rata-rata siswa 56 setelah menggunakan metode Mind Mapping meningkat menjadi lebih besar dari KKM. c. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa : Pelaksanaan metode Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa menjadi lebih baik. d. Nilai PBKB : Nilai PBKB siswa setelah menggunakan metode Mind Mapping menjadi lebih baik. e. Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia dengan menggunakan metodeMind Mapping yang di ikutinya dirasakan menarik dan cukup baik. Sumber https://doi.org/10.31004/edukatif.v1i1.1
Judul Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui
Pendekatan Matematika Realistik Jurnal edumaspul Vol/hal 4/56-62 Tahun 2020 Penulis Rama Nida Siregar, Abdul Mujib, Hasratuddin Siregar, Ida Karnasih Tanggal 20 Februari 2020 Latar Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut Belakang seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Kemampuan - kemampuan tersebut juga membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Oleh karena itu diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi melalui kemampuan berfikir kritis, sistematis, logis dan kreatif. Salah satu program pendidikan yang dapat mengembangkan kema mpuan berfikir kritis, sistematis, logis , dan kreatif adalah matematik a (Siregar, 2019) . Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris (Mujib, 2018) , k emudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep - konsep matematika supaya konsep - konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika at a u notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika (Mujib, 2018) . Van de walle (Siregar, 2019) menambahkan hal yang paling mendasar dalam matematika adalah matematika dapat dipahami dan masuk akal artinya: 1. Setiap hari siswa harus mendapatkan pengalaman bahwa matematika masuk akal. 2. Para siswa harus percaya bahwa mereka mampu memahami matematika. 3. Para guru harus menghentikan cara mengaj ar dengan memberitahu segalanya kepada siswa dan harus mulai memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami matematika yang sedang mereka pelajari. 4. Akhirnya para guru harus percaya terhadap kemampuan siswa Tujuan Pendekatan realistik dapat mendorong siswa untuk Penelitian memahami materi pelajaran secara lebih n yata atau tidak abstrak, karena guru menggunakan contoh atau alat peraga benda yang berada di sekitarnya sehingga mudah dipahami. Hal ini juga dapat merangsang minat belajar siswa akan konsep matematika yang terkesan monoton dan abstrak karena pendekatan m atematika realistik sangat erat dengan masalah - masalah yang terjadi pada kehidupan sehari - hari. Sehingga dapat menjadikan pembelajaran matematika lebih nyata atau tidak terkesan abstrak. Dalam hal ini pendekatan matematika realistik membantu sebagian besar siswa memahami materi yang telah diberikan oleh guru secara menyenangkan dan tidak terkesan abstrak. Menurut (Hariyati, 2013) , Pendekatan Realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan masalah kontekstual u ntuk mengarahkan siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Dikatakan pula Pendekatan Realistik merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang berorienktasi pada kehidupan sehari - hari (Siregar, 2019) . Konsep Pendekatan Re alistik menjelaskan bahwa pada pembelajaran matematika, siswa harus aktif dan pembangunan ide harus dilakukan oleh siswa sendiri, guru hanya sebagai fasilitator (Siregar, 2019) . Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan berpikir k reatif siswa dengan pendekatan matematika realistik. Hasil Berdasarkan analisis hasil penelitian, maka penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, rerata gain normal untuk kelas eksperi men berada pada kategori tinggi, sedangkan untuk kelas kontrol berada pada kategori sedang. Sumber https://doi.org/10.33487/edumaspul.v4i1.338
Judul Analisis Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan
Masalah SPLDV ditinjau dari Kemampuan Matematika Jurnal mosrafa Vol/hal 10/201-212 Tahun 2021 Penulis Masita Ulil Syahara, Erna Puji Astutik Tanggal 31 Mei 2021 Latar Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan Belakang suasana pembelajaran yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa untuk mengembangkan potensi dirinya (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Salah satu tujuan pendidikan adalah membentuk siswa peserta didik yang kreatif (Sujana, 2019; Dwiputri & Anggraeini, 2021). Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010. Selain itu, tujuan pendidikan pada kurikulum 2013 sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 yaitu mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan sebagai individu yang kreatif. Terlihat kemampuan yang ingin dicapai pada kedua tujuan pendidikan di atas ialah kemampuan berpikir kreatif. Oleh sebab itu, kemampuan berfikir kreatif sangat penting untuk dimiliki oleh siswa (Zubaidah, Fuad, Mahanal, & Suarsini, 2017; Fitriani & Yarmayani, 2018). Mata pelajaran yang sangat penting di sekolah ialah matematika (Markovits & Forgasz, 2017; Akbayir, 2019; Sari & Afriansyah, 2020). Matematika tidak hanya memberikan kemampuan kuantitatif saja, melainkan memberikan proses berpikir terutama dalam berpikir HOTS seperti menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta hingga memiliki kemampuan problem solving (Sofyan, 2019; Rafiqoh, 2020). Aktivitas dalam pembelajaran matematika tersebut sangat identik dengan kegiatan berpikir, dimana matematika digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan permasalahan yang memerlukan logika berpikir (Uno dalam Ayuni, Firmansyah, Senjayawati, & Maya, 2018). Selain itu, matematika juga menekankan pada kriteria berpikir kreatif siswa. Hal tersebut sejalan dengan Marchis (dalam Huriyah, 2017:50) bahwa komponen penting dari kompetensi pemecahan masalah matematika ialah mampu berpikir secara kreatif dan kritis, yang berarti berpikir dapat membantu menyelesaikan masalah, dan banyaknya masalah membutuhkan penyelesaian yang baru bagi sekelompok orang dan sebaliknya pemecahan masalah dapat menghasilkan sesuatu yang tidak biasa. Tujuan Salah satu materi dalam pembelajaran matematika yang Penelitian memerlukan kemampuan berpikir kreatif dalam pemecahannya adalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Hal tersebut dikarenakan materi SPLDV sangat relevan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari dan memerlukan cara pemecahan masalah yang beragam (Wulandari, Sujadi, & Aryuna, 2016; Rasnawati, Rahmawati, Akbar, & Putra, 2019). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada profil berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah SPLDV ditinjau dari kemampuan matematika. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat berpikir kreatif siswa dengan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah dalam menyelesaikan masalah SPLDV. Hasil Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kemampuan berfikir kreatif siswa ditentukan oleh kemampuan matematika siswa dimana siswa berkemampuan matematika tinggi memiliki tingkat berpikir sangat kreatif, siswa berkemampuan matematika sedang memiliki tingkat berpikir kreatif, sedangkan siswa berkemampuan matematika rendah memiliki tingkat berpikir tidak kreatif. Sumber https://doi.org/10.31980/mosharafa.v10i2.892
PTK Guru PKN Sma - Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar PKN Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (Gi) Pada Materi Ham Di Kelas Xi Sma (Jurnal)