ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan model FGD dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model konvensionaldiSD Negeri 05
Kepahiang, 2)mengetahui peningkatan kemampuan hasil belajarantara siswa yang pembelajarannya menggunakan model
FGDdengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensionaldiSD Negeri 05 Kepahiang, 3)
mengetahui apakah penerapan model pembelajaran FGD efektif untuk mengajarkan materi bangun mengenal rasul-rasul
Allah di SD Negeri 05 on Equivalent Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IVSD Negeri
05 Kepahiang. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan IV B untuk SD Negeri 05 Kepahiang. Berdasarkan
hasil perhitungan dengan menggunakan statistika Uji t diperoleh bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif
dan hasil belajar PAI antara siswa yang menerapkan model pembelajaran FGD dengan siswa yang menerapkan pembelajaran
konvensional. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen sebesar 23,10 dan di kelas kontrol sebesar 13,80.
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen sebesar 14 dan di kelas kontrol sebesar 15. Selain itu model
pembelajaran FGD juga efektif untuk mengajarkan materi mengenal rasul-rasul Allah. Hal ini terlihat dari hasil analisa
statistik deskriptif berupa pengamatan aktifitas siswa, guru dan lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran
selama proses pembelajaran yang berada dalam kategori efektif.
Kata kunci: focus group discussion, pembelajaran konvensional, berpikir kreatif, hasil belajar.
ABSTRACT:
This study aims to 1) determine the increase creative thinking abilities among students whose learning model FGD with
students who are learning to use the conventional model in SD Negeri 05 Kepahiang, 2) to increase the ability of learning
outcomes among students whose learning model FGD with students who are learning to use conventional learning models in
SD Negeri 05 Kepahiang, 3) whether the application of FGD effective learning model to teach the material apostles wake up
to know God in SD Negeri 05 on Equivalent Control Group. The population in this study were all fourth grade students of SD
Negeri 05 Kepahiang. The sample in this research is class IV A and IV B to SD Negeri 05 Kepahiang. Based on calculations
using the statistical t-test was obtained that there is an increased ability to think creatively and PAI learning outcomes between
students who apply learning model FGD with students who apply conventional learning. Increased ability to think creatively
experimental class at 23.10 and in control class is 13.80. Improved troubleshooting capabilities experimental class of 14 and
in the control class is 15. AdditionallyFGD effective learning model to teach the material to know God’s messengers. This
is evident from the results of descriptive statistical analysis in the form of observational activities of students, teachers and
observation sheet implementation of lesson plans during the learning process that a category effectively.
Keywords: focus group discussion, conventional learning, creative thinking, learning outcomes.
149 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016
| 150
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion
nimbun berbagai informasi tanpa dituntut konvensional, guru hanya bertitik pada metode
untuk memahami informasi yang diingatnya mau’idzah atau ceramah saja. Hal ini dirasa
untuk dihubungkan dengan kehidupan sehari- kurang efektif. Sebagaimana yang di ungkapkan
hari. Akibatnya, ketika anak didik kitalulus dari olehMelvin L. Silberman6“Pada umumnya guru
sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi berbicara dengan kecepatan seratus hingga dua
mereka miskin akanaplikasi. 3 ratus kata per menit. Tetapi berapa banyak
Jika kita menghubungkan kembali dengan kata-kata yang dapatditangkap siswa dalam per
definisi pendidikan, dimana pendidikan me- menitnya?. Ini tentunya juga bergantungpada
rupakan suatu proses bimbingan untuk cara mereka mendengarnya. Jika siswa benar-
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau benar berkonsentrasi, mereka akan dapat men-
kelompok yang dilakukan secara sadar dalam dengarkan dengan penuh perhatianterhadap
rangka pendewasaan manusia dan pembentukan lima puluh hingga seratus kata per menit,
pribadi yang mandiri serta kesempurnaan secara atau setengah dariapa yang dikatakan guru”.
jasmani dan rohani4,tentunya perlu dilakukan Baik tidaknya strategi yang digunakan oleh
perubahan metode pembelajaran yang bermuara siswa dalam belajar ditentukanoleh kreativitas
pada tercapainya tujuan pendidikan tersebut. guru dalam menciptakan suasana belajar yang
Pendidikan dalam prakteknya, tidak bisa di- aktif untukmeningkatkan interaksi antara guru
pisahkan dengan kegiatan belajar, yaitu kegiatan dengan siswa. Karena guru merupakanpersonal
yang berproses dan merupakan unsur yang yang menduduki posisi strategis dalam rangka
sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan pengembangan sumberdaya manusia, dan di-
jenis dan jenjang pendidikan. Dengan kata tuntut untuk terus mengikuti perkembangan
lainberhasil atau gagalnya pencapaian tujuan konsep-konsepbaru dalam dunia pengajaran.
pendidikan itu sangat bergantung padaproses Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan
belajar yang dialami peserta didik. diperoleh data bahwa hasil belajar siswa kelas
Menurut Irwanto belajar merupakan proses IV di SDN 05 Kepahiang semester I tahun ajaran
perubahan dari belum mampumenjadi mampu 2015/2016 memiliki rata-rata 65,96 dengan nilai
dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan tertinggi adalah 73 dan nilai terendah adalah 60.
belajar, siswadapat mewujudkan cita-cita yang Kriterian/ Ketuntasan Minimal yang ditetapkan
diharapkan5.Sedangkan proses belajar mengajar sekolah adalah 65. Ketuntasan belajar klaksikanya
yang dilakukan sebagian guru masihberpusat baru mencapai 78%. Hal ini menunujukkan
pada guru saja. Siswa kurang dilibatkan secara bahwa hasil belajar siswa kelas kelas IV di SDN
aktif dalam kegiatanbelajar, sehingga proses 05 Kepahiang semester I tahun ajaran 2015/2016
pembelajaran kurang memberikan kesempatan masih dikategorikan rendah.
kepadasiswa untuk mengembangkan keterampilan Dari hasil survei awal terhadap proses pem-
dan kemampuannya. Hal inimerupakan salah belajaran yang dilakukan selama ini adalah
satu faktor yang menyebabkan mata pe- pembelajaran yang berpusat pada guru. Dalam
lajaran PendidikanAgama Islam di Indonesia prosesnya guru selalu menggunakan metode
dianggap sebagai bahan hapalan. Siswa hanya ceramah untuk menjelaskan materi yang di-
dapatmenyatakan konsep di luar kepala tetapi berikan, kemudian memberikan contoh dan
tidak mampu memahami makna yangtersirat selanjutnya memberikan latihan kepada siswa.
untuk diaplikasikan. Dalam prosesnya siswa hanya pasif menerima
Saat ini masih banyak kita temui guru informasi yang diberikan guru.
yang hanya memakai metode pembelajaran Untuk mengetahui penyebab kurang maksimal-
nya kemampuan berfikir kreatif siswa juga
dilakukan wawancara dengan guru pengampu
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta; Kencana Prenada Media, 2006), cet I, h. 1
mata pelajaran di SDN 05 Kepahiang tentang
4
Supriyoko, Konfigurasi Pendidikan Nasional, (Yogjakarta:
proses pembelajaran yang selama ini telah
Pustaka Fahima, 2007),h. 37
5
Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka 6
Mel Silberman, Active Learning ( Bandung: Nusamedia,
Utama, 1997), h. 105 2006 ), h. 24
151 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016
dilakukan. Hasil wawancara yang diperoleh dari tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan guru.
guru SDN 05 Kepahiang Proses pembelajaran Dari ketiga permasalahan yang diberikan,
yang selama ini dilakukan adalah pembelajaran maka inti dari permasalahan yang dikemukakan
secara konvensional dimana dalam prosesnya di atas adalah sulitnya siswa dalam berpikir
guru selalu menggunakan metode ceramah untuk kreatif untuk meningkatkan hasil belajar. Masalah
menjelaskan materi yang diberikan, kemudian yang ditemukan diatas salah satunya disebabkan
memberikan contoh dan selanjutnya memberikan karena penggunaan model pembelajaran yang
latihan kepada siswa. Siswa tidak pernah dilatih belum melibatkan siswa secara aktif dalam proses
untuk menemukan konsep dari materi yang belajar.
diajarkan secara mandiri. Soal-soal yang diberikan
Berbagai macam upaya dilakukan untuk
oleh gurupun hanya soal-soal yang bersifat rutin.
memperbaiki dan meningkatkan mutu pen-
Kemampuan untuk memberikan banyak jawaban,
didikan. Menurut Abdul Majid menyatakan
melakukan pemecahan masalah untuk soal-soal
bahwa beragam program inovatif ikut serta
non rutin tidak pernah dilakukan.
memeriahkan reformasi pendidikan. Reformasi
Selain hal yang diungkapkan di atas, ada pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan,
beberapa masalah yang diungkapkan oleh guru yakni memperbaiki pola hubungan sekolah
pengampu mata pelajaran PAI yang ada di dan lingkungannya dan dengan pemerintah,
sekolah. Permasalah tersebut akan dijabarkan pola pengembangan perencanaan serta pola
secara rinci dalam tulisan ini. Permasalahan pengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru
yang pertama yaitu sulitnya siswa dalam me- dan restrukturisasi model-model pembelajaran8.
lakukan pemecahan masalah misal salah satu-
Terdapat suatu model pembelajaran PAI yang
nya dalam menghafal surah/ayat yang ada
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
dalam al-qur’an,mempelajari ilmu tajwid dan
membangun pengetahuan PAI sendiri. Model
melanjutkan potongan ayat.masalah ini selalu
pembelajaran tersebut adalah Fokus Group
ditemui pada setiap akhir materi pelajaran PAI.
Discussion (FGD). Salah satu model pembelajaran
Asalkan sudah menghafal surah/ayat yang ada
yang menerapkan metode diskusi adalah FGD,
dalam al-qur’an, mempelajari ilmu tajwid dan
sehingga model ini dapat: (1) merangsang siswa
melanjutkan potongan ayat,maka sulit bagi siswa
untuk juga memikirkan gagasan baru setelah
untuk menyelesaikan hal tersebut. Siswa merasa
mendengar hal yang dibicarakan atau diungkapkan
sangat sulit untuk mengingat tentang surat/ayat
siswa lain (2) mendapatkan keberanian untuk
yang akan dihafal Misalnya: tentang surat/ayat
berbicara tentang sesuatu hal setelah mendengar
yang berkaitan dengan rasul allah.
siswa lain mengungkapkan tentang hal tersebut
Permasalahan kedua adalah sulitnya siswa (3) memperoleh informasi yang banyak secara
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh cepat (4) menghasilkan ide-ide untuk penelitian
guru/temannya. Hal di atas menunjukkan masih lebih mendalam (5) mengidentifikasi dan
kurangnya kemampuan siswa dalam berpikir menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap
dalam menjawab pertanyaan.Menurut Yurniwati dan perilaku kelompok tertentu.
dalam saleh haji menyatakan bahwa berpikir
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu
merupakan kegiatan pemerosesan informasi
diterapkan model FGD yang merupakan sistem
secara mental untuk suatu tujuan tertentu. 7
pembelajaran untuk meningkatkan berfikir
Permasalahan yang ketiga adalah siswa jarang kreatif siswa dengan cara kelompok pada mata
mengulang/mengamalkan surah/ayat al-qur’an pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelasIV A
yang sudah mereka hafalkan. Ketika guru dan B, sehingga diharapkan dengan sistem ini
menanyakan kembali tentang surah/ayat yang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat
sudah dihafalkan maka sebagian besar siswa terealisasi dengan baik dan dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran.Model ini sangat
7
Saleh Haji.2013. Pertanyaan Yang Memicu Kemampuan
Berpikir Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika.
8
Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Abdul majid perencanaan pembelajaran (Bandung: Remaja
Matematika. STKIP. rosdakarya,2008)h.3
| 152
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion
berbeda dengan model ”transmission” yakni guru desaPlangkian kecamatan Kepahiang. Penelitian
ceramah tentang fakta dan mendemonstrasikan ini berlangsung selama 3 bulan yaitu dimulai
prosedur, dan kemudian siswa menghapal fakta dari bulan maret 2016 s.d. Mei 2016 pada
mempraktikkan prosedur tersebut. semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016.
Dari uraian di atas, maka peneliti akan
mencoba melakukan penelitian dengan judul 3. Populasi Dan Sampel
Penerapan Model Pembelajaran Fokus Group Menurut Hamid populasi adalah keseluruhan
Discussion dalam meningkatkan kemampuan atau himpunan objek penelitian dengan ciri
berfikir kreatif dan hasil belajar siswa di SD yang sama10. Penelitian ini akan dilaksanakan di
Negeri 05 Kepahiang. kelas V SDN 05 Kepahiang Maka yang menjadi
populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah
METODE PENELITIAN seluruh siswa kelas V SDN 05 Kepahiang tahun
1. Jenis dan Desain Penelitian pelajaran 2015/2016. Sampel adalah sebagian
Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan dari populasi yang dijadikan objek penelitian.
penelitian Quasi exsperimental. Menurut Hamid Pemilihan SDN 05 Kepahiang sebagai populasi
Penelitian Quasi exsperimental merupakan suatu didasarkan pada pertimbangan bahwa sekolah
desain eksperimen dengan pengontrolan yang tersebut terletak dalam kecamatan.Dari dua kelas
sesuai dengan kondisi yang ada9. Dipilih Quasi di masing-masing sekolah tersebut, ditetapkan
exsperimental karena peneliti hanya menggunakan satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu
kelas yang sudah ada dan tidak mungkinbagi kelas lagi sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen
peneliti untuk mengubah kelas yang sudah ada diberlakukan pembelajaran dengan mengguna-
tersebut untuk menentukan subjek penelitian. kan model FGD untuk materi sholat, sedangkan
kelas kontrol diberlakukan model pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian quasi
konvensional untuk pokok bahasan yang sama
experimental dengan bentuk Nonequivalent Control
dengan kelas eksperimen.
Group. Pada penelitian quasi experimental bentuk
Nonequivalent Control Group, pemilihan kelas Dari data diatas peneliti dengan metode intact
baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol group yaitu kelas dipilih dengan syarat kelas
tidak dilakukan secara random. dalam penelitian ini harus berdistribusi normal,
memiliki variansi yang homogen, dan memiliki
Menurut Sugiyono, desain penelitian akan
kesamaan rata-rata. Hasil analisis dilakukan
dilakukan seperti tabel di bawah ini:
dengan menggunakan program excel. Selain itu
Tabel 3.2. Desain Penelitian dari data yang diperoleh di SDN 05 Kepahiang,
O1 X O2
tidak dikenal adanya kelas unggulan, semua
O3 O4
kelas telah disusun sacara homogen, artinya
Keterangan: kemampuan setiap kelas adalah sama.
9 10
Hamid Darmadi. Metode Penelitian Pendidikan.(Bandung. Hamid Darmadi. Metode Penelitian Pendidikan.( Bandung.
Alfabeta.2011)h.201 Alfabeta.2011)h.14
153 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016
keterlaksanaan RPP selama proses pembelajaran. Mendengarkan/ memperhatikan 10% 5%< P <15%
Semua instrumen tes yang digunakan akan penjelasan guru atau siswa
divalidasi terlebih dahulu oleh beberapa dosen Membaca/memahami masalah 10% 5%< P <15%
(LKS)
ahli dan teman sejawat.
Bekerja menyelesaikan masalah 25% 20%< P <30%
dengan caranya sendiri
1) Kemampuan berpikir kreatif
Bekerja menyelesaikan masalah 22% 17%< P <27%
Menurut Munandar dalam Hartanto,indikator dengan teman sekelompoknya
berpikir kreatif meliputi Fasih (Fluency), Fleksibel Bertanya kepada guru 18% 13%<P <23%
(Flexibility), Original (Originality), Elaborasi
Bertanya kepadatemannya 5% 0%< P < 10%
(Elaboration)11. Indikator tersebut secara rinci
akan dijelaskan dalam tabel berikut: Menja wab/menunjukkan 10% 5%< P < 15%
pendapat atau ide
Tabel 3.3. Indikator Berpikir Kreatif Perilaku yang tidak relevan 0% 0%<P <5%
Aspek Indikator dengan pembelajaran
Fasih (Fluency) Kemampuan memberikan jawaban yang Tabel diadopsi dari Retno (2009)
beragam dan bekerja lebih cepat.
Menyampaikan pendahuluan
| 154
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion
Memberi petunjuk/bimbingan
Persentase pengamatan aktivitas dirumuskan
kepada siswa dengan frekuensi rata-rata setiap aspek pengamatan
Memotivasi siswa dibagi dengan banyaknya frekuensi rata-rata
semua aspek pengamatan dikali 100%. Penentuan
Mengajukan pertanyaan kriteria keefektivan aktivitas siswa dan guru
Perilaku yang tidak relevan dengan
ditentukan berdasarkan pencapaian waktu ideal
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam penyusunan rencana
Tabel diadopsi dari Retno (2009)
pembelajaran.
155 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), adalah r11 = 0,64. Hal ini menunjukkan bahwa
soal tes yang mencakup soal berpikir kreatif. tes kemampuan penalaran tersebut memilik
Rancanganinstrumen tersebut telah divalidasi tingkat reliabel yang tinggi.
dan direvisi oleh dosen ahli pendidikan PAI dan
teman sejawat yang juga ahli dalam pendidikan c. Daya Pembeda
PAI. Validasi dalam penelitian ini dilakukan oleh Untuk menguji daya beda soal teskemampuan
2 orang yang diminta untuk menilai kelayakan berpikir kreatifdigunakan program excel Ber-
instrumen tersebut sebelum digunakan dalam dasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa
penelitian. Nama-nama validator dan hasil revisi soal no 1a, 3a dan 3b memiliki daya beda
dari instrumen dapat dilihat dalam lampiran. dalam kategori sedang dan soal no 1b memilki
Setelah dilakukan validasi dan revisi dari dosen daya beda pada kategori baik.
ahli dan teman sejawat, maka instrumen tersebut
sudah diuji cobakan kepada siswa yang bukan Tabel 4.2. Daya Beda Soal
sampel penelitian yaitu kelas IV SDN 05Kepahiang. Status Butir Soal Keterangan
Kelas IV dipilih sebagai kelas uji coba karena Sedang 1a, 3a, 3b Dipakai
siswa kelas IV telah mempelajari materi yang akan
Baik 1b Dipakai
diujikan pada soal postes, yaitu materi mengenal
rasul-rasul Allah.Tes yang diujicobakan berbentuk
soal essay. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat d. Tingkat Kesukaran
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya Untuk menguji tingkat kesukaran soal tes
pembeda dari masing-masing soal tes. kemampuan berpikir kreatifdigunakan program
excel Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
bahwa soal tes berpikir kreatif berada dalam
2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
kategori mudah, sedang dan sukar. Berdasarkan
a. Validitas Butir Soal
kriteria tingkat kesukaran, soal dikatakan memiliki
Untuk menguji validitas tes kemampuan tingkat kesukaran yang baik jika soal tersebut
berpikir kreatif digunakan program excel. tidak terlalu susah dan juga tidak terlalu mudah.
Berdasakan nilai hasil perhitungan dengan Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal berpikir
menggunakan korelasi product moment (rxy) kreatif akan dirangkum dalam Tabel berikut:
diperoleh satu soal yang tidak valid dan nilai
Tabel koefisien korelasi product moment (rTabel) Tabel 4.3.Tingkat Kesukaran Butir Soal
pada taraf signifikan 5 % adalah 0.3486.Dari Status Butir Soal Keterangan
hasil perhitungan, tingkat validitas butir soal Mudah 3a Dipakai
tes berpikir kreatifyang terdiri dari 5 butir soal Sedang 3b Dipakai
diperoleh bahwa soal no 2 memiliki rhitungsebesar Sukar 1a, 1b Dipakai
0,25.Hal ini menunjukkan soal no 2 memiliki
validitas yang rendah. Ini menunjukkan soal
Dari hasil uji coba soal tes kemampuan
no 2 harus dibuang.
berpikir kreatif siswa diperoleh 4 item soal
Tabel 4.1. Validitas Butir Soal yang memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya beda. Item soal
Status Butir Soal Keterangan
tersebut adalah item no.1a, 1b, 3a dan 3b. Item
Valid 1a, 1b, 3a, 3b Dipakai
soal yang memenuhi persyaratan tersebut dapat
Tidak valid 2 Dibuang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian.
| 156
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion
157 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016
Berdasarkan Tabel perbandingan di atas, dapat 2. Uji Hipotesis Postes Kemampuan Berpikir
dilihat bahwa untuk nilai postes dan pretes
Kreatif
nilai rata-ratanya adalah 74,53dan 60,73. Ini
Berdasarkan hasil perhitungan dengan meng-
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
gunakan uji t diperoleh hasil deskripsi statistik
dari pretes ke postes.Peningkatan itu sebesar
seperti dalam Tabel 4.8berikut:
13,8. Nilai maksimum dan nilai minimum pada
saat postes adalah 91 dan 51. Sementara Nilai Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Statistik Postes
maksimum dan nilai minimum pada saat pretes Berpikir Kreatif
adalah 76 dan 34.
Eksperimen Kontrol
Dari kedua Tabel di atas, dapat dilihat bahwa
Rata-rata 84,65 74,52
terdapat peningkatan kemampuan berpikir
kreatif baik itu di kelas eksperimen maupun Varians 57,92 101,26
di kelas kontrol. Pada kelas eksperimen terdapat Standar Deviasi 7,61 10,06
peningkatan sebesar 23,1 dan pada kelas kontrol thitung 10,65
terdapat peningkatan sebesar 13,8. Dari data di
ttabel 1,98
atas diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan
di kelas eksperimen lebih tinggi daripada di
kelas kontrol. Dari Tabel 4.8 di atas terlihat bahwa nilai
Setelah dilakukan pengambilan data selanjut- rata-rata postes berpikir kreatif kelas eksperimen
nya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian sedangkan kelas kontrol standar deviasi kelas
hipotesis ini menggunakan Uji t. eksperimen 7,61 sedangkan kelas kontrol 10,06.
| 158
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan proses pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak
rumus uji t diperoleh thitung=10,65 danttabel dengan empat kali pertemuan dikategorikan efektif.
menggunakan adalah t0,975 sebesar 1,98. Karena
nilai thitung tidak berada di antara -1,98 dan 1,98 2. Analisis aktivitas guru selama proses
maka H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan pembelajaran
rata-rata postes berpikir kreatif antara siswa kelas
Data aktivitas guru dalam proses pembelajaran
eksperimen dan siswa kelas kontrol.
di kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan
model pembelajaran FGDdiperoleh melalui
ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF proses pengamatan. Pengamatan dilakukan oleh
1. Analisis aktivitas siswa selama proses dua orang pengamat pada setiap kali pertemuan.
pembelajaran Di SDN 05 Kepahiang, dipilih seorang pengamat.
Data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Hasil dari kedua pengamat tersebut diambil
di kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan rata-ratanya.
model pembelajaran FGD diperoleh melalui Hasil dari pengamatan aktivitas guru dapat
proses pengamatan. Pengamatan dilakukan oleh dilihat dari tabel berikut:
dua orang pengamat pada setiap kali pertemuan.
Di SDN 05Kepahiang, dipilih seorang pengamat. Tabel 4.10. Persentase Aktivitas Guru Selama
Hasil dari kedua pengamat tersebut diambil Proses Pembelajaran
rata-ratanya.
Persentase Aktivitas (%)
Hasil dari pengamatan aktivitas siswa dapat Rata- Keefektifan
Aspek yang Pertemuan Ke-
dilihat dari tabel berikut: diamati
rata
I II III IV
Tabel 4.9. Persentase Aktivitas Siswa Selama
Proses Pembelajaran Menyampaikan 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 Efektif
pendahuluan
Persentase Aktivitas (%) Memeriksa materi 11,25 7,50 7,50 7,50 8,44 Efektif
Rata- prasyarat
Aspek yang Pertemuan Ke- Keefektivan
rata
diamati Menjelaskan 8,75 6,25 3,75 3,75 5,63 Efektif
I II III IV
materi dengan
Mendengarkan/ 7,08 6,25 4,58 3,33 5,31 Efektif lisan/tulisan
memperhatikan
Mengamati 22,50 26,25 30,00 30,00 27,19 Efektif
penjelasan guru
kegiatan siswa
atau siswa
Memberi 21,25 17,50 16,25 13,75 17,19 Efektif
Membaca/ 5,83 7,08 7,50 9,17 7,40 Efektif
petunjuk/
memahami
bimbingan
masalah (LKS)
kepada siswa
Bekerja 21,67 30,83 30,42 27,50 27,60 Efektif
Memotivasi siswa 23,75 25,00 26,25 27,50 25,63 Efektif
menyelesaikan
masalah dengan Mengajukan 10,00 15,00 13,75 15,00 13,44 Efektif
caranya sendiri pertanyaan
Bekerja 24,17 22,50 26,25 28,33 25,31 Efektif Perilaku yang 0 0 0 0 0 Efektif
menyelesaikan tidak relevan
masalah dengan
dengan teman pembelajaran
sekelomponya
Bertanya kepada 21,25 17,08 17,08 16,25 17,92 Efektif
guru Dari Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa
Bertanya 12,08 6,67 4,58 3,75 6,77 Efektif
kepadatemannya
rata-rata nilai setiap aspek yang diamati selama
Menjawab/ 7,92 9,17 9,58 11,67 9,58 Efektif
proses pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak
menunjukkan empat kali pertemuan dikategorikan efektif.
pendapat atau ide
Perilaku yang 0 0 0 0 0 Efektif 3. Analisis Keterlaksanaan Rencana
tidak relevan
dengan Pembelajaran
pembelajaran
Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap
Dari Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa keterlaksanaan rencana pembelajaran, maka hasil
rata-rata nilai setiap aspek yang diamati selama analisisnya akan ditampilkan dalam tabel berikut:
159 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016
| 160
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion
berlangsung, ada beberapa hal yang ditemukan pada kelas eksperimen lebih tinggi jika
yaitu: dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini
1. Pada saat awal pembelajaran, siswa masih disebabkan karena pada kelas eksperimen
belum terbiasa dengan soal-soal yang di- yang menerapkan model pembelajaran FGD,
berikan. Indikator fasih dan fleksibel belum siswa benar-benar dituntut untuk belajar
terlalu nampak. Hanya ada beberapa orang secara aktif dan menemukan sendiri konsep
siswa saja yang dapat melakukan berpikir yang dipelajari. Hal ini membuat daya ingat
kreatif dengan baik sementara siswa yang lain siswa terhadap materi yang mereka pelajari
hanya terbiasa menemukan satu saja jawaban akan lebih kuat. Peran guru dalam proses
atau satu cara saja dalam menjawab soal yang pembelajaran ini hanya sebagai fasilitator dan
diberikan itupun dalam waktu yang relatif motivator bagi para siswa. Hal ini berbeda
lama. Hal ini disebabkan karena selama ini dengan pembelajaran konvensional yang
siswa memang belum pernah dilatih atau dalam prosesnya lebih menitikberatkan pada
diberikan soal-soal yang berkaitan dengan guru.
kemampuan fasih dan fleksibel. Akan tetapi, Dalam pembelajaran konvensional, siswa
setelah diberikan arahan-arahan dari guru hanya pasif menerima materi yang diberikan
penyaji, maka indikator fasih dan fleksibel guru. Siswa hanya mendengarkan penjelasan
berangsur-angsur mulai tampak guru, mencatat dan mengerjakan latihan soal.
2. Indikator berpikir kreatif yaitu original, Siswa belum mampu dalam memberikan
sangat sulit untuk ditemukan. Kebiasaan berbagai alternatif jawaban dan memberikan
siswa untuk meniru atau mengikuti pekerjaan cara penyelesaian yang berbeda dalam
temannya masih sulit untuk dihilangkan. menyelesaikan soal yang diberikan. Selain itu
Hal ini terlihat ketika siswa diminta mencari waktu yang diperlukan siswa dalam menjawab
sebuah ayat/surat yang berkenaan dengan soal juga terhitung lama.
rasul allah kemudian diberian pertanyaan Dalam menerapkan model pembelajaran FGD
lanjutan, buatlah terjemahan dari ayat/surat ada kendala yang ditemui yaitu penyusunan
yang kalian buat, maka kebanyakan siswa perangkat model pembelajaran FGD mem-
hanya menulis satu ayat. Itupun dengan unsur butuhkan waktu yang relatif lebih lama, hal
yang tidak lengkap dan sama dengan teman ini dikarenakan model pembelajaran FGD
disebelahnya. Melihat teman sebelahnya tidak hanya menyajikan materi yang biasa
menulis ayat 21 dalam surah al-ahzab, maka saja, akan tetapi materi-materi yang soalnya
teman sebelahnya pun menulis ayat 21 dalam menuntut siswa untuk berpikir secara kreatif
surah al-ahzab. dan menyelesaikan masalah yang baik.Tentu
Hal ini terjadi karena siswa hanya terpaku saja soal-soal yang diberikan juga bukan soal-
dengan pikiran sebelumnya bahwa surah/ soal rutin akan tetapi soal-soal yang bersifat
ayat yang berkenaan dengan rasul allahhanya nonrutin. Sementara itu tuntutan kurikulum
ayat 21 dalam surah al-ahzab. Kemampuan menginginkan semua materi tersampaikan
original siswa untuk memberikan contoh dengan sempurna dengan waktu yang sudah
ataupun jawaban yang bersifat baru, unik ditetapkan.Kondisi ini dikhawatirkan membuat
atau tidak biasa masih kurang.Selain itu, para guru malas dan enggan menerapkan
pengawasan yang kurang ketat juga dapat model pembelajaran FGD.
membuat kemampuan original siswa belum
dapat terbentuk dengan baik. PENUTUP
3. Indikator elaborasi siswa sudah bisa dikatakan Dari hasil penelitian yang dilakukan, yang
baik. Hal ini disebabkan karena guru mata menjadi simpulan adalah sebagai berikut:
pelajaran sebelumnya selalu membimbing 1. Berdasarkan hasil perhitungan dengan meng-
para siswa untuk menjawab secara urut dan gunakan uji statistik t, terdapat peningkatan
terperinci dalam mengerjakan soal. kemampuan berpikir kreatif antara siswa
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang pembelajarannya menerapkan model
161 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016
| 162