Anda di halaman 1dari 15

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by E-Journal System IAIN Bengkulu (Institut Agama Islam Negeri)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FOCUS GROUP
DISCUSSION DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR PAI
SISWA SD NEGERI 05 KEPAHIANG
Septi Hidayani
Prodi PAI Konsentrasi Supervisi Pendidikan Agama Islam
Program Pascasarjana IAIN Bengkulu
Email: septihidayani@gmail.com

ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan model FGD dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model konvensionaldiSD Negeri 05
Kepahiang, 2)mengetahui peningkatan kemampuan hasil belajarantara siswa yang pembelajarannya menggunakan model
FGDdengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensionaldiSD Negeri 05 Kepahiang, 3)
mengetahui apakah penerapan model pembelajaran FGD efektif untuk mengajarkan materi bangun mengenal rasul-rasul
Allah di SD Negeri 05 on Equivalent Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IVSD Negeri
05 Kepahiang. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan IV B untuk SD Negeri 05 Kepahiang. Berdasarkan
hasil perhitungan dengan menggunakan statistika Uji t diperoleh bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif
dan hasil belajar PAI antara siswa yang menerapkan model pembelajaran FGD dengan siswa yang menerapkan pembelajaran
konvensional. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen sebesar 23,10 dan di kelas kontrol sebesar 13,80.
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen sebesar 14 dan di kelas kontrol sebesar 15. Selain itu model
pembelajaran FGD juga efektif untuk mengajarkan materi mengenal rasul-rasul Allah. Hal ini terlihat dari hasil analisa
statistik deskriptif berupa pengamatan aktifitas siswa, guru dan lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran
selama proses pembelajaran yang berada dalam kategori efektif.
Kata kunci: focus group discussion, pembelajaran konvensional, berpikir kreatif, hasil belajar.

ABSTRACT:
This study aims to 1) determine the increase creative thinking abilities among students whose learning model FGD with
students who are learning to use the conventional model in SD Negeri 05 Kepahiang, 2) to increase the ability of learning
outcomes among students whose learning model FGD with students who are learning to use conventional learning models in
SD Negeri 05 Kepahiang, 3) whether the application of FGD effective learning model to teach the material apostles wake up
to know God in SD Negeri 05 on Equivalent Control Group. The population in this study were all fourth grade students of SD
Negeri 05 Kepahiang. The sample in this research is class IV A and IV B to SD Negeri 05 Kepahiang. Based on calculations
using the statistical t-test was obtained that there is an increased ability to think creatively and PAI learning outcomes between
students who apply learning model FGD with students who apply conventional learning. Increased ability to think creatively
experimental class at 23.10 and in control class is 13.80. Improved troubleshooting capabilities experimental class of 14 and
in the control class is 15. AdditionallyFGD effective learning model to teach the material to know God’s messengers. This
is evident from the results of descriptive statistical analysis in the form of observational activities of students, teachers and
observation sheet implementation of lesson plans during the learning process that a category effectively.
Keywords: focus group discussion, conventional learning, creative thinking, learning outcomes.

PENDAHULUAN Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang


Pendidikan merupakan suatu unsur yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
sangat penting yang tidak dapat dipisahkan dari dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
diri manusia. Pendidikan nasional berfungsi kepribadian yang mantap, serta berkembangnya
untuk mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
membentuk watak serta peradaban bangsa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan Esa, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia negra yang demokratis serta bertanggung jawab

149 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

kemasyarakatan dan kebangsaan 1. metodologi. Metode merupakan bagian yang


Undang-undang Republik Indonesia Nomor sangat penting dan tidak terpisahkan dari
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan semua komponen pendidikan lainnya, seperti
Nasional pasal1 ayat 1 menyebutkan bahwa tujuan, materi, evaluasi, situasi dan lain-lain.
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana Oleh karena itu, dalam pelaksanaan Pendidikan
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses Agama diperlukan suatu pengetahuan tentang
pembelajaran agar peserta didik secara aktif metodologi Pendidikan Agama, dengan tujuan
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki agar setiap pendidik agama dapat memperoleh
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian pengertian dan kemampuan sebagai pendidik
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, yang profesional
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, Setiap guru Pendidikan Agama Islam harus
masyarakat, bangsadan negara” 2 memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
Sedangkan definisi pendidikan agama Islam berbagai metode/model yang dapat digunakan
disebutkan dalam Kurikulum 2004 Standar dalam situasi tertentu secara tepat. Guru harus
Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama mampu menciptakan suatu situasi yang dapat
Islam SD dan MI adalah: ”Pendidikan agama memudahkan tercapainya tujuan pendidikan.
Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam Menciptakan situasi berarti memberikan motivasi
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, agar dapat menarik minat siswa terhadap pen-
memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, didikan agama yang disampaikan oleh guru.
berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Karena yang harus mencapai tujuan itu siswa,
Islam dari sumber utamanya kitab suci Al- maka ia harus berminat untuk mencapai
Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, tujuan tersebut. Untuk menarik minat itulah
pengajaran, latihan, serta penggunaan pe- seorang guru harus menguasai dan menerapkan
ngalaman. ”Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, metodologi pembelajaran yang sesuai.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar Metode pembelajaran yang sesuai dengan
untuk menyiapkan siswa agar memahami materi pelajaran sangatmenentukan tingkat keber-
ajaran Islam (knowing), terampil melakukan hasilan peserta didik dalam memahami pelajaran.
atau mempraktekkan ajaran Islam (doing), dan Dalamhal ini guru berperan penting sebagai
mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan fasilitator penentu metode pembelajarandalam
sehari-hari (being). pembentukan pola pikir dan pemahaman siswa
Upaya untuk mewujudkan sosok manusia yang berkualitas.Keberhasilan dunia pendidikan
seperti yang tertuang dalam definisi pendidikan di kita nampaknya masih terhambat olehbeberapa
atas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu kendala. Salah satu diantaranya adalah masalah
harus melalui proses pendidikan dan kehidupan, lemahnya prosespembelajaran. Dalam proses
khususnya pendidikan agama dan kehidupan pembelajaran, peserta didik kurang didorong
beragama. Proses itu berlangsung seumur hidup, untukmengembangkan kemampuan berpikir
di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan kreatif.Berpikir kreatif adalah suatu proses
masyarakat.Salah satu masalah yang dihadapi yang digunakan seseorang dalam mensintesis
oleh dunia pendidikan agama Islam saat ini, (menjalin) ide-ide, membangun ide-ide baru,
adalah bagaimana cara penyampaian materi merencanakan dan menerapkannya untuk
pelajaran agama tersebut kepada peserta didik menghasilkan produk yang baru secara fasih
sehingga memperoleh hasil semaksimal mungkin. dan fleksibel.2 Berpikir juga dapat dipandang
sebagai pemrosesan informasi dari stimulus yang
Apabila kita perhatikan dalam proses per-
ada sampai pemecahan masalah. 2
kembangan Pendidikan Agama Islam, salah
satu kendala yang paling menonjol dalam Pembelajaran di kelas masih diarahkan pada
pelaksanaan pendidikan agama ialah masalah kemampuan anak untuk menghafal informasi,
otak anak dipaksa untuk mengingat dan me-
1 2
Undang-Undang SISDIKNAS Bab II Pasal 3 (Jakarta:Sinar Tatag Yuli Eko Siswono,Konstruksi Teoritik Tentang Tingkat
Grafika::2003) Berpikir Kreatif Siswa Dalam Matematika.(Unesa:2012)h.3

| 150
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion

nimbun berbagai informasi tanpa dituntut konvensional, guru hanya bertitik pada metode
untuk memahami informasi yang diingatnya mau’idzah atau ceramah saja. Hal ini dirasa
untuk dihubungkan dengan kehidupan sehari- kurang efektif. Sebagaimana yang di ungkapkan
hari. Akibatnya, ketika anak didik kitalulus dari olehMelvin L. Silberman6“Pada umumnya guru
sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi berbicara dengan kecepatan seratus hingga dua
mereka miskin akanaplikasi. 3 ratus kata per menit. Tetapi berapa banyak
Jika kita menghubungkan kembali dengan kata-kata yang dapatditangkap siswa dalam per
definisi pendidikan, dimana pendidikan me- menitnya?. Ini tentunya juga bergantungpada
rupakan suatu proses bimbingan untuk cara mereka mendengarnya. Jika siswa benar-
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau benar berkonsentrasi, mereka akan dapat men-
kelompok yang dilakukan secara sadar dalam dengarkan dengan penuh perhatianterhadap
rangka pendewasaan manusia dan pembentukan lima puluh hingga seratus kata per menit,
pribadi yang mandiri serta kesempurnaan secara atau setengah dariapa yang dikatakan guru”.
jasmani dan rohani4,tentunya perlu dilakukan Baik tidaknya strategi yang digunakan oleh
perubahan metode pembelajaran yang bermuara siswa dalam belajar ditentukanoleh kreativitas
pada tercapainya tujuan pendidikan tersebut. guru dalam menciptakan suasana belajar yang
Pendidikan dalam prakteknya, tidak bisa di- aktif untukmeningkatkan interaksi antara guru
pisahkan dengan kegiatan belajar, yaitu kegiatan dengan siswa. Karena guru merupakanpersonal
yang berproses dan merupakan unsur yang yang menduduki posisi strategis dalam rangka
sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan pengembangan sumberdaya manusia, dan di-
jenis dan jenjang pendidikan. Dengan kata tuntut untuk terus mengikuti perkembangan
lainberhasil atau gagalnya pencapaian tujuan konsep-konsepbaru dalam dunia pengajaran.
pendidikan itu sangat bergantung padaproses Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan
belajar yang dialami peserta didik. diperoleh data bahwa hasil belajar siswa kelas
Menurut Irwanto belajar merupakan proses IV di SDN 05 Kepahiang semester I tahun ajaran
perubahan dari belum mampumenjadi mampu 2015/2016 memiliki rata-rata 65,96 dengan nilai
dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan tertinggi adalah 73 dan nilai terendah adalah 60.
belajar, siswadapat mewujudkan cita-cita yang Kriterian/ Ketuntasan Minimal yang ditetapkan
diharapkan5.Sedangkan proses belajar mengajar sekolah adalah 65. Ketuntasan belajar klaksikanya
yang dilakukan sebagian guru masihberpusat baru mencapai 78%. Hal ini menunujukkan
pada guru saja. Siswa kurang dilibatkan secara bahwa hasil belajar siswa kelas kelas IV di SDN
aktif dalam kegiatanbelajar, sehingga proses 05 Kepahiang semester I tahun ajaran 2015/2016
pembelajaran kurang memberikan kesempatan masih dikategorikan rendah.
kepadasiswa untuk mengembangkan keterampilan Dari hasil survei awal terhadap proses pem-
dan kemampuannya. Hal inimerupakan salah belajaran yang dilakukan selama ini adalah
satu faktor yang menyebabkan mata pe- pembelajaran yang berpusat pada guru. Dalam
lajaran PendidikanAgama Islam di Indonesia prosesnya guru selalu menggunakan metode
dianggap sebagai bahan hapalan. Siswa hanya ceramah untuk menjelaskan materi yang di-
dapatmenyatakan konsep di luar kepala tetapi berikan, kemudian memberikan contoh dan
tidak mampu memahami makna yangtersirat selanjutnya memberikan latihan kepada siswa.
untuk diaplikasikan. Dalam prosesnya siswa hanya pasif menerima
Saat ini masih banyak kita temui guru informasi yang diberikan guru.
yang hanya memakai metode pembelajaran Untuk mengetahui penyebab kurang maksimal-
nya kemampuan berfikir kreatif siswa juga
dilakukan wawancara dengan guru pengampu
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta; Kencana Prenada Media, 2006), cet I, h. 1
mata pelajaran di SDN 05 Kepahiang tentang
4
Supriyoko, Konfigurasi Pendidikan Nasional, (Yogjakarta:
proses pembelajaran yang selama ini telah
Pustaka Fahima, 2007),h. 37
5
Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka 6
Mel Silberman, Active Learning ( Bandung: Nusamedia,
Utama, 1997), h. 105 2006 ), h. 24

151 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

dilakukan. Hasil wawancara yang diperoleh dari tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan guru.
guru SDN 05 Kepahiang Proses pembelajaran Dari ketiga permasalahan yang diberikan,
yang selama ini dilakukan adalah pembelajaran maka inti dari permasalahan yang dikemukakan
secara konvensional dimana dalam prosesnya di atas adalah sulitnya siswa dalam berpikir
guru selalu menggunakan metode ceramah untuk kreatif untuk meningkatkan hasil belajar. Masalah
menjelaskan materi yang diberikan, kemudian yang ditemukan diatas salah satunya disebabkan
memberikan contoh dan selanjutnya memberikan karena penggunaan model pembelajaran yang
latihan kepada siswa. Siswa tidak pernah dilatih belum melibatkan siswa secara aktif dalam proses
untuk menemukan konsep dari materi yang belajar.
diajarkan secara mandiri. Soal-soal yang diberikan
Berbagai macam upaya dilakukan untuk
oleh gurupun hanya soal-soal yang bersifat rutin.
memperbaiki dan meningkatkan mutu pen-
Kemampuan untuk memberikan banyak jawaban,
didikan. Menurut Abdul Majid menyatakan
melakukan pemecahan masalah untuk soal-soal
bahwa beragam program inovatif ikut serta
non rutin tidak pernah dilakukan.
memeriahkan reformasi pendidikan. Reformasi
Selain hal yang diungkapkan di atas, ada pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan,
beberapa masalah yang diungkapkan oleh guru yakni memperbaiki pola hubungan sekolah
pengampu mata pelajaran PAI yang ada di dan lingkungannya dan dengan pemerintah,
sekolah. Permasalah tersebut akan dijabarkan pola pengembangan perencanaan serta pola
secara rinci dalam tulisan ini. Permasalahan pengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru
yang pertama yaitu sulitnya siswa dalam me- dan restrukturisasi model-model pembelajaran8.
lakukan pemecahan masalah misal salah satu-
Terdapat suatu model pembelajaran PAI yang
nya dalam menghafal surah/ayat yang ada
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
dalam al-qur’an,mempelajari ilmu tajwid dan
membangun pengetahuan PAI sendiri. Model
melanjutkan potongan ayat.masalah ini selalu
pembelajaran tersebut adalah Fokus Group
ditemui pada setiap akhir materi pelajaran PAI.
Discussion (FGD). Salah satu model pembelajaran
Asalkan sudah menghafal surah/ayat yang ada
yang menerapkan metode diskusi adalah FGD,
dalam al-qur’an, mempelajari ilmu tajwid dan
sehingga model ini dapat: (1) merangsang siswa
melanjutkan potongan ayat,maka sulit bagi siswa
untuk juga memikirkan gagasan baru setelah
untuk menyelesaikan hal tersebut. Siswa merasa
mendengar hal yang dibicarakan atau diungkapkan
sangat sulit untuk mengingat tentang surat/ayat
siswa lain (2) mendapatkan keberanian untuk
yang akan dihafal Misalnya: tentang surat/ayat
berbicara tentang sesuatu hal setelah mendengar
yang berkaitan dengan rasul allah.
siswa lain mengungkapkan tentang hal tersebut
Permasalahan kedua adalah sulitnya siswa (3) memperoleh informasi yang banyak secara
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh cepat (4) menghasilkan ide-ide untuk penelitian
guru/temannya. Hal di atas menunjukkan masih lebih mendalam (5) mengidentifikasi dan
kurangnya kemampuan siswa dalam berpikir menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap
dalam menjawab pertanyaan.Menurut Yurniwati dan perilaku kelompok tertentu.
dalam saleh haji menyatakan bahwa berpikir
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu
merupakan kegiatan pemerosesan informasi
diterapkan model FGD yang merupakan sistem
secara mental untuk suatu tujuan tertentu. 7
pembelajaran untuk meningkatkan berfikir
Permasalahan yang ketiga adalah siswa jarang kreatif siswa dengan cara kelompok pada mata
mengulang/mengamalkan surah/ayat al-qur’an pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelasIV A
yang sudah mereka hafalkan. Ketika guru dan B, sehingga diharapkan dengan sistem ini
menanyakan kembali tentang surah/ayat yang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat
sudah dihafalkan maka sebagian besar siswa terealisasi dengan baik dan dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran.Model ini sangat
7
Saleh Haji.2013. Pertanyaan Yang Memicu Kemampuan
Berpikir Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika.
8
Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Abdul majid perencanaan pembelajaran (Bandung: Remaja
Matematika. STKIP. rosdakarya,2008)h.3

| 152
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion

berbeda dengan model ”transmission” yakni guru desaPlangkian kecamatan Kepahiang. Penelitian
ceramah tentang fakta dan mendemonstrasikan ini berlangsung selama 3 bulan yaitu dimulai
prosedur, dan kemudian siswa menghapal fakta dari bulan maret 2016 s.d. Mei 2016 pada
mempraktikkan prosedur tersebut. semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016.
Dari uraian di atas, maka peneliti akan
mencoba melakukan penelitian dengan judul 3. Populasi Dan Sampel
Penerapan Model Pembelajaran Fokus Group Menurut Hamid populasi adalah keseluruhan
Discussion dalam meningkatkan kemampuan atau himpunan objek penelitian dengan ciri
berfikir kreatif dan hasil belajar siswa di SD yang sama10. Penelitian ini akan dilaksanakan di
Negeri 05 Kepahiang. kelas V SDN 05 Kepahiang Maka yang menjadi
populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah
METODE PENELITIAN seluruh siswa kelas V SDN 05 Kepahiang tahun
1. Jenis dan Desain Penelitian pelajaran 2015/2016. Sampel adalah sebagian
Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan dari populasi yang dijadikan objek penelitian.
penelitian Quasi exsperimental. Menurut Hamid Pemilihan SDN 05 Kepahiang sebagai populasi
Penelitian Quasi exsperimental merupakan suatu didasarkan pada pertimbangan bahwa sekolah
desain eksperimen dengan pengontrolan yang tersebut terletak dalam kecamatan.Dari dua kelas
sesuai dengan kondisi yang ada9. Dipilih Quasi di masing-masing sekolah tersebut, ditetapkan
exsperimental karena peneliti hanya menggunakan satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu
kelas yang sudah ada dan tidak mungkinbagi kelas lagi sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen
peneliti untuk mengubah kelas yang sudah ada diberlakukan pembelajaran dengan mengguna-
tersebut untuk menentukan subjek penelitian. kan model FGD untuk materi sholat, sedangkan
kelas kontrol diberlakukan model pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian quasi
konvensional untuk pokok bahasan yang sama
experimental dengan bentuk Nonequivalent Control
dengan kelas eksperimen.
Group. Pada penelitian quasi experimental bentuk
Nonequivalent Control Group, pemilihan kelas Dari data diatas peneliti dengan metode intact
baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol group yaitu kelas dipilih dengan syarat kelas
tidak dilakukan secara random. dalam penelitian ini harus berdistribusi normal,
memiliki variansi yang homogen, dan memiliki
Menurut Sugiyono, desain penelitian akan
kesamaan rata-rata. Hasil analisis dilakukan
dilakukan seperti tabel di bawah ini:
dengan menggunakan program excel. Selain itu
Tabel 3.2. Desain Penelitian dari data yang diperoleh di SDN 05 Kepahiang,
O1 X O2
tidak dikenal adanya kelas unggulan, semua
O3 O4
kelas telah disusun sacara homogen, artinya
Keterangan: kemampuan setiap kelas adalah sama.

O1 : Pretes kelas eksperimen Sampel penelitian secara rinci akan dijelaskan


dalam tabel berikut:
O2 : Postes pada kelas eksperimen
O3 : Pretes kelas kontrol Tabel 3.1Sampel di SDN 05 Kepahiang
O4 : Postes kelas kontrol SDN 05 Kepahiang

X : Pembelajaran dengan model FGD VA VB


Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
9 orang 11 orang 10 orang 9 orang
2. Waktu dan Tempat Penelitian 20 orang 19 orang
Penelitian ini dilakukan di SDN 05 Kepahiang Sumber: Data SDN 05 KPH
yang terletak di Jalan lintas kepahiang-curup

9 10
Hamid Darmadi. Metode Penelitian Pendidikan.(Bandung. Hamid Darmadi. Metode Penelitian Pendidikan.( Bandung.
Alfabeta.2011)h.201 Alfabeta.2011)h.14

153 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

4. Instrumen Penelitian Tabel 3.4 Penentuan Keefektivan Aktivitas


Siswa
Instrumen penilaian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seperangkat soal angket Persentase efektif (P)
Aspek yang diamati
berupa soal tes berpikir kreatif serta lembar Waktu Toleransi 5%
pengamatan aktivitas guru, siswa dan lembar Efektif

keterlaksanaan RPP selama proses pembelajaran. Mendengarkan/ memperhatikan 10% 5%< P <15%
Semua instrumen tes yang digunakan akan penjelasan guru atau siswa

divalidasi terlebih dahulu oleh beberapa dosen Membaca/memahami masalah 10% 5%< P <15%
(LKS)
ahli dan teman sejawat.
Bekerja menyelesaikan masalah 25% 20%< P <30%
dengan caranya sendiri
1) Kemampuan berpikir kreatif
Bekerja menyelesaikan masalah 22% 17%< P <27%
Menurut Munandar dalam Hartanto,indikator dengan teman sekelompoknya
berpikir kreatif meliputi Fasih (Fluency), Fleksibel Bertanya kepada guru 18% 13%<P <23%
(Flexibility), Original (Originality), Elaborasi
Bertanya kepadatemannya 5% 0%< P < 10%
(Elaboration)11. Indikator tersebut secara rinci
akan dijelaskan dalam tabel berikut: Menja wab/menunjukkan 10% 5%< P < 15%
pendapat atau ide

Tabel 3.3. Indikator Berpikir Kreatif Perilaku yang tidak relevan 0% 0%<P <5%
Aspek Indikator dengan pembelajaran
Fasih (Fluency) Kemampuan memberikan jawaban yang Tabel diadopsi dari Retno (2009)
beragam dan bekerja lebih cepat.

Fleksibel Kemampuan menyelesaikan masalah


(Flexibility) dengan berbagai cara yang berbeda. Jika ada tujuh aspek dari delapan aspek
tersebut terpenuhi dengan syarat aspek dua, tiga
Original Kemampuan memberikan contoh atau
(Originality) pernyataan yang bersifat baru, unik, atau dan empat terpenuhi, maka aktivitas siswa dalam
tidak biasa. mengikuti proses pembelajaran PAI berdasarkan
Elaborasi Kemampuan menjelaskan secara koheren, model FGD dikatakan efektif.
(Elaboration) terperinci, runtut, dan koheren terhadap
prosedur PAI tertentu. 3) Lembar Pengamatan Aktivitas Guru
Penentuan keefektivan aktivitas guru ber-
2) Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dasarkan model pembelajaran FGD terdiri dari
Penentuan keefektivan aktivitas siswa ber- menyampaikan pendahuluan, memeriksa materi
dasarkan model pembelajaran FGD terdiri dari prasyarat, menjelaskan materi dengan lisan/
mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru tulisan, mengamati kegiatan siswa, memberi
atau siswa, membaca/memahami masalah, petunjuk/bimbingan kepada siswa, memotivasi
bekerja menyelesaikan masalah dengan cara- siswa, mengajukan pertanyaan dan perilaku yang
nya sendiri, bekerja menyelesaikan masalah tidak relevan dengan pembelajaran. Adapun
dengan teman sebangkunya, bertanya kepada persentasenya akan ditampilkan dalam Tabel
guru, bertanya kepadatemannya, menjawab/ 3.5 berikut:
menunjukkan pendapat atau ide dan perilaku
Tabel 3.5. Penentuan Keefektivan Aktivitas Guru
yang tidak relevan dengan pembelajaran. Adapun
persentasenya akan ditampilkan dalam Tabel Persentase efektif (P)
Aspek yang diamati
3.4 berikut. Waktu Toleransi 5%
Efektif

Menyampaikan pendahuluan

Memeriksa materi prasyarat


11
Hartanto.Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berpikir Menjelaskan materi dengan lisan/
Kreatif dan Aplikasi Matematika Siswa Pada Pembelajaran Open tulisan
Ended dengan Konvensional di Sekolah Menengah Pertama. Disertasi
Doktor Pendidikan Matematika,( Universitas Pendidikan Mengamati kegiatan siswa
Indonesia.2009)h20-22

| 154
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion

Memberi petunjuk/bimbingan
Persentase pengamatan aktivitas dirumuskan
kepada siswa dengan frekuensi rata-rata setiap aspek pengamatan
Memotivasi siswa dibagi dengan banyaknya frekuensi rata-rata
semua aspek pengamatan dikali 100%. Penentuan
Mengajukan pertanyaan kriteria keefektivan aktivitas siswa dan guru
Perilaku yang tidak relevan dengan
ditentukan berdasarkan pencapaian waktu ideal
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam penyusunan rencana
Tabel diadopsi dari Retno (2009)
pembelajaran.

Jika ada tujuh aspek dari delapan aspek


tersebut terpenuhi dengan syarat aspek empat Keterangan:
dan enam terpenuhi, maka aktivitas guru P : Persentase pengamatan
dalam melaksanakan proses pembelajaran PAI fi : pengamatan aktivitas siswa/guru
berdasarkan model FGD dikatakan efektif. i : Kategori pengamatan RP ke-i
b. Data lembar keterlaksanaan rencana
4) Lembar Keterlaksanaan Rencana pembelajaran
Pembelajaran
Analisis data keterlaksanaan rencana pem-
Analisis data keterlaksanaan rencana pem-
belajaran bertujuan untuk menentukan apakah
belajaran bertujuan untuk menentukan apakah
setiap item dari rencana pembelajaran dapat
setiap item dari rencana pembelajaran dapat
terlaksana atau tidak terlaksana. Analisis data
terlaksana atau tidak terlaksana. Kegiatan
keterlaksanaan rencana pembelajaran dilakukan
pembelajaran terdiri dari pendahuluan, kegiatan
berdasarkan ketentuan efektivitas setiap item
inti dan penutup.Persentase perhitungannya akan
rencana pembelajaran yang akan diuraikan dalam
ditampilkan dalam Tabel 3.9 berikut:
tabel berikut. Perhitungan persentase keterlaksanaan
Tabel 3.6. Keefektivan Item-item Rencana RPP menurut ketentuan adalah sebagai berikut:
Pembelajaran a. Item terlaksana diberi nilai t=1 dan tidak
Kegiatan Pembelajaran Persentase Efektif Toleransi 5% terlaksana diberi nilai t=0
Pendahuluan 16% 11% < P < 21 %
b.
Kegiatan Inti
Launching 32% 27% < P < 37 Dengan
Exploring 20% %
Summarizing 20% 15% < P < 25 t = Jumlah item yang terlaksana pada kegiatan
Penutup 12% % pembelajaran
15% < P < 25
%
T = B a nya k i t e m p a d a s u a t u k e g i a t a n
7% < P < 17 % pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran
5. TEKNIK ANALISIS DATA FGD dikatakan efektif jika semua aspek terpenuhi.
1) Analisis data tes kemampuan berpikir Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
kreatif a. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
Sebelum soal tersebut digunakan dalam b. Aktivitas guru selama proses pembelajaran
penelitian, maka soal tes kemampuan berpikir c. Lembar keterlaksanaan rencana pembelajaran
kreatif harus diuji coba terlebih dahulu untuk
mengetahui validitas butir soal, realibilitas tes, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal. 1. Deskripsi Data Hasil Uji Coba Tes
Sebelum dilaksanakan eksperimen dengan
2) Analisis data keefektivan pembelajaran menerapkan model pembelajaran FGD, maka
a. Analisis data aktivitas siswa dan guru terlebih dahulu perlu dirancang instrumen yang
akan digunakan dalam pelaksanaan eksperimen
Data pengamatan aktivitas siswa dan guru
tersebut. Instrumen yang digunakan dalam
dianalisis dengan menggunakan persentase.
penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan

155 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), adalah r11 = 0,64. Hal ini menunjukkan bahwa
soal tes yang mencakup soal berpikir kreatif. tes kemampuan penalaran tersebut memilik
Rancanganinstrumen tersebut telah divalidasi tingkat reliabel yang tinggi.
dan direvisi oleh dosen ahli pendidikan PAI dan
teman sejawat yang juga ahli dalam pendidikan c. Daya Pembeda
PAI. Validasi dalam penelitian ini dilakukan oleh Untuk menguji daya beda soal teskemampuan
2 orang yang diminta untuk menilai kelayakan berpikir kreatifdigunakan program excel Ber-
instrumen tersebut sebelum digunakan dalam dasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa
penelitian. Nama-nama validator dan hasil revisi soal no 1a, 3a dan 3b memiliki daya beda
dari instrumen dapat dilihat dalam lampiran. dalam kategori sedang dan soal no 1b memilki
Setelah dilakukan validasi dan revisi dari dosen daya beda pada kategori baik.
ahli dan teman sejawat, maka instrumen tersebut
sudah diuji cobakan kepada siswa yang bukan Tabel 4.2. Daya Beda Soal
sampel penelitian yaitu kelas IV SDN 05Kepahiang. Status Butir Soal Keterangan
Kelas IV dipilih sebagai kelas uji coba karena Sedang 1a, 3a, 3b Dipakai
siswa kelas IV telah mempelajari materi yang akan
Baik 1b Dipakai
diujikan pada soal postes, yaitu materi mengenal
rasul-rasul Allah.Tes yang diujicobakan berbentuk
soal essay. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat d. Tingkat Kesukaran
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya Untuk menguji tingkat kesukaran soal tes
pembeda dari masing-masing soal tes. kemampuan berpikir kreatifdigunakan program
excel Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
bahwa soal tes berpikir kreatif berada dalam
2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
kategori mudah, sedang dan sukar. Berdasarkan
a. Validitas Butir Soal
kriteria tingkat kesukaran, soal dikatakan memiliki
Untuk menguji validitas tes kemampuan tingkat kesukaran yang baik jika soal tersebut
berpikir kreatif digunakan program excel. tidak terlalu susah dan juga tidak terlalu mudah.
Berdasakan nilai hasil perhitungan dengan Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal berpikir
menggunakan korelasi product moment (rxy) kreatif akan dirangkum dalam Tabel berikut:
diperoleh satu soal yang tidak valid dan nilai
Tabel koefisien korelasi product moment (rTabel) Tabel 4.3.Tingkat Kesukaran Butir Soal
pada taraf signifikan 5 % adalah 0.3486.Dari Status Butir Soal Keterangan
hasil perhitungan, tingkat validitas butir soal Mudah 3a Dipakai
tes berpikir kreatifyang terdiri dari 5 butir soal Sedang 3b Dipakai
diperoleh bahwa soal no 2 memiliki rhitungsebesar Sukar 1a, 1b Dipakai
0,25.Hal ini menunjukkan soal no 2 memiliki
validitas yang rendah. Ini menunjukkan soal
Dari hasil uji coba soal tes kemampuan
no 2 harus dibuang.
berpikir kreatif siswa diperoleh 4 item soal
Tabel 4.1. Validitas Butir Soal yang memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya beda. Item soal
Status Butir Soal Keterangan
tersebut adalah item no.1a, 1b, 3a dan 3b. Item
Valid 1a, 1b, 3a, 3b Dipakai
soal yang memenuhi persyaratan tersebut dapat
Tidak valid 2 Dibuang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian.

b. Reliabilitas Tes 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa


Untuk menguji reliabilitas tes kemampuan a. Data Awal Hasil Belajar Siswa
berpikir kreatifdigunakan program excel il Data awal hasil belajar siswa diperoleh dari
perhitungan diperoleh reliabilitas kemampuan nilai ujian akhirSemester I pada kedua kelas.Dari
berpikir kreatif diperoleh nilai alpha cronbach data ini digunakan untuk melihat normalitas

| 156
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion

dan homogenitas dari kelas sampel. Keterangan:


Untuk melihat normal tidaknya data, N = banyak siswa
peneliti menggunakan uji Kolmogorov Smirgov = rata-rata
dengan keterangan sama dengan uji liliefors 2
S = variansi
dan Kolmogorov Smirgov Z. Pada uji Kolmogorov
S = standar deviasi
Smirgov data berdistribusi normal jika nilai
signifikan dari hasil perhitungan > 0,05. Hasil XMaks= skor tertinggi
uji normalitas menunjukkan bahwa nilai sig Xmin = skor terendah
untuk kelas eksperimen (IVA) adalah 0,092. Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat
Karena 0,092>0,05 maka kelas eksperimen(IVA) bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen tidak
berdistribusi normal (lampiran). Pada uji mempunyai perbedaan yang terlalu jauh dari
Kolmogorov Smirgov Z data dikatakan normal kelas kontrol yaitu 61,55dan 60,73. Standar
jika p ≥ 0,05. dari hasil analisis uji normalitas deviasi kelas eksperimen 12,27dan kelas kontrol
nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,524.karena 11,74. Skor tertinggi pada kelas eksperimen
0,524 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa adalah 78 dan skor terendah 34, sedangkan
data berdistribusi normal dan dapat dilihat pada kelas kontrol skor tertinggi adalah 76 dan
dalam grafik sebaran data membentuk garis skor terendahnya adalah 34. Dengan demikian,
lurus. nilai yang diperoleh kelas eksperimen tidak
Sedangkan Hasil uji normalitas menunjukkan memiliki perbedaan yang signifikan dari kelas
bahwa nilai sig untuk kelas kontrol (IVB) kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kelas
adalah 0,081. Karena 0,081>0,05 maka kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki potensi
kontrol(IVB) berdistribusi normal. Pada uji kemampuan awal yang sama. Selanjutnya
Kolmogorov Smirgov Z data dikatakan normal dalam proses pembelajaran, kelas eksperimen
jika p ≥ 0,05. dari hasil analisis uji normalitas akan diberikan perlakuan model pembelajaran
nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,502.karena FGD sementara di kelas kontrol dilakukan
0,502 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional.
data berdistribusi normal dan dapat dilihat
dalam grafik sebaran data membentuk garis c. Data Akhir Hasil Tes (Postes)
lurus. Setelah dilakukan tes kemampuan awal
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka
b. Data Hasil Kemampuan Awal Siswa kelas eksperimen dikenakan perlakuan model
Nilai kemampuan awal siswa pembelajaran FGD sementara dikelas kontrol
Pemberian dikenakan pembelajaran konvensional. Setelah
pretesdilaksanakan sebelum kedua kelas baik itu proses pembelajaran pada kelas eksperimen dan
kelas eksperimen dan kontrol diberi perlakuan kelas kontrol dilakukan, kedua kelas diberikan
yang berbeda. Data hasil tes kemampuan awal tes. Hasil tes dianalisis untuk mengetahui per-
siswa tersebut dianalisis sehingga diperoleh bandingan peningkatankemampuan berpikir
deskripsi statistik dari kedua kelas sampel. Hasil kreatif dan hasil belajar siswa.
perhitungan rata-rata dan standar deviasi tes Tes akhir (postes) berisikan soal-soal berpikir
kemampuan awal siswa secara lengkap dapat kreatif. Dari nilai tes hasil belajar selanjutnya
dilihat pada Tabel berikut: dicari nilai rata-rata ( ), varians (S2) dan stándar
deviasi (S). Untuk lebih jelasnya perhatikan
Tabel 4.4.Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Tabel berikut:
Kreatif
_ Tabel 4.5.Hasil Analisis Kemampuan Berpikir
Kelas N S2 S X maks X min
X Kreatif Kelas Eksperimen
IVA 20 61,55 150,68 12,27 78 34 Kelas Pretes Postes
(Eksperimen)
Rata-rata 61,55 84,65
IVB 19 60,73 137,98 11,74 76 34
(Kontrol) Varians 150,68 57,92

157 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

Standar Deviasi 12,27 7,61 1. Uji Hipotesis Pretes Kemampuan Berpikir


Kreatif
Nilai maksimum 78 92
Berdasarkan hasil perhitungan dengan meng-
Nilai minimum 34 59
gunakan uji t diperoleh hasil deskripsi statistik
seperti dalam Tabel 4.7berikut:
Berdasarkan Tabel perbandingan di atas, dapat
dilihat bahwa untuk nilai postes dan pretes Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Statistik Pretes
nilai rata-ratanya adalah 84,65 dan 61,55. Ini Berpikir Kreatif
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan Eksperimen Kontrol
berpikir kreatif antara siswa yang pembelajaran- Rata-rata 61,55 60,73
nya menggunakan model pembelajaran FGD
Varians 150,68 137,98
dan siswa yang pembelajarannya mengguna-
kan pembelajaran konvensional. Peningkatan Standar Deviasi 12,27 11,74

itu sebesar 23,1. Nilai maksimum dan nilai thitung 0,73


minimum pada saat postes adalah 92 dan 59. ttabel 1,98
Sementara Nilai maksimum dan nilai minimum
pada saat pretes adalah 78 dan 34.
Dari Tabel 4.7. di atas terlihat bahwa nilai
Tabel 4.6.Hasil Analisis Kemampuan Berpikir rata-rata pretes berpikir kreatif kelas eksperimen
Kreatif Kelas Kontrol sedangkan kelas kontrol standar deviasi kelas
Kelas Pretes Postes eksperimen 12,27 sedangkan kelas kontrol 11,74.
Rata-rata 60,73 74,53 Dari hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus uji t diperoleh thitung=0,73 dan ttabel dengan
Varians 137,98 101,26
menggunakan adalah t0,975 sebesar 1,98. Karena
Standar Deviasi 11,74 10,06
nilai thitung berada di antara -1,98 dan 1,98
Nilai maksimum 76 91 maka H0 diterima yang artinya tidak terdapat
Nilai minimum 34 51 perbedaan rata-rata pretes berpikir kreatif antara
siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.

Berdasarkan Tabel perbandingan di atas, dapat 2. Uji Hipotesis Postes Kemampuan Berpikir
dilihat bahwa untuk nilai postes dan pretes
Kreatif
nilai rata-ratanya adalah 74,53dan 60,73. Ini
Berdasarkan hasil perhitungan dengan meng-
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
gunakan uji t diperoleh hasil deskripsi statistik
dari pretes ke postes.Peningkatan itu sebesar
seperti dalam Tabel 4.8berikut:
13,8. Nilai maksimum dan nilai minimum pada
saat postes adalah 91 dan 51. Sementara Nilai Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Statistik Postes
maksimum dan nilai minimum pada saat pretes Berpikir Kreatif
adalah 76 dan 34.
Eksperimen Kontrol
Dari kedua Tabel di atas, dapat dilihat bahwa
Rata-rata 84,65 74,52
terdapat peningkatan kemampuan berpikir
kreatif baik itu di kelas eksperimen maupun Varians 57,92 101,26

di kelas kontrol. Pada kelas eksperimen terdapat Standar Deviasi 7,61 10,06
peningkatan sebesar 23,1 dan pada kelas kontrol thitung 10,65
terdapat peningkatan sebesar 13,8. Dari data di
ttabel 1,98
atas diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan
di kelas eksperimen lebih tinggi daripada di
kelas kontrol. Dari Tabel 4.8 di atas terlihat bahwa nilai
Setelah dilakukan pengambilan data selanjut- rata-rata postes berpikir kreatif kelas eksperimen
nya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian sedangkan kelas kontrol standar deviasi kelas
hipotesis ini menggunakan Uji t. eksperimen 7,61 sedangkan kelas kontrol 10,06.

| 158
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan proses pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak
rumus uji t diperoleh thitung=10,65 danttabel dengan empat kali pertemuan dikategorikan efektif.
menggunakan adalah t0,975 sebesar 1,98. Karena
nilai thitung tidak berada di antara -1,98 dan 1,98 2. Analisis aktivitas guru selama proses
maka H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan pembelajaran
rata-rata postes berpikir kreatif antara siswa kelas
Data aktivitas guru dalam proses pembelajaran
eksperimen dan siswa kelas kontrol.
di kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan
model pembelajaran FGDdiperoleh melalui
ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF proses pengamatan. Pengamatan dilakukan oleh
1. Analisis aktivitas siswa selama proses dua orang pengamat pada setiap kali pertemuan.
pembelajaran Di SDN 05 Kepahiang, dipilih seorang pengamat.
Data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Hasil dari kedua pengamat tersebut diambil
di kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan rata-ratanya.
model pembelajaran FGD diperoleh melalui Hasil dari pengamatan aktivitas guru dapat
proses pengamatan. Pengamatan dilakukan oleh dilihat dari tabel berikut:
dua orang pengamat pada setiap kali pertemuan.
Di SDN 05Kepahiang, dipilih seorang pengamat. Tabel 4.10. Persentase Aktivitas Guru Selama
Hasil dari kedua pengamat tersebut diambil Proses Pembelajaran
rata-ratanya.
Persentase Aktivitas (%)
Hasil dari pengamatan aktivitas siswa dapat Rata- Keefektifan
Aspek yang Pertemuan Ke-
dilihat dari tabel berikut: diamati
rata

I II III IV
Tabel 4.9. Persentase Aktivitas Siswa Selama
Proses Pembelajaran Menyampaikan 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 Efektif
pendahuluan
Persentase Aktivitas (%) Memeriksa materi 11,25 7,50 7,50 7,50 8,44 Efektif
Rata- prasyarat
Aspek yang Pertemuan Ke- Keefektivan
rata
diamati Menjelaskan 8,75 6,25 3,75 3,75 5,63 Efektif
I II III IV
materi dengan
Mendengarkan/ 7,08 6,25 4,58 3,33 5,31 Efektif lisan/tulisan
memperhatikan
Mengamati 22,50 26,25 30,00 30,00 27,19 Efektif
penjelasan guru
kegiatan siswa
atau siswa
Memberi 21,25 17,50 16,25 13,75 17,19 Efektif
Membaca/ 5,83 7,08 7,50 9,17 7,40 Efektif
petunjuk/
memahami
bimbingan
masalah (LKS)
kepada siswa
Bekerja 21,67 30,83 30,42 27,50 27,60 Efektif
Memotivasi siswa 23,75 25,00 26,25 27,50 25,63 Efektif
menyelesaikan
masalah dengan Mengajukan 10,00 15,00 13,75 15,00 13,44 Efektif
caranya sendiri pertanyaan
Bekerja 24,17 22,50 26,25 28,33 25,31 Efektif Perilaku yang 0 0 0 0 0 Efektif
menyelesaikan tidak relevan
masalah dengan
dengan teman pembelajaran
sekelomponya
Bertanya kepada 21,25 17,08 17,08 16,25 17,92 Efektif
guru Dari Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa
Bertanya 12,08 6,67 4,58 3,75 6,77 Efektif
kepadatemannya
rata-rata nilai setiap aspek yang diamati selama
Menjawab/ 7,92 9,17 9,58 11,67 9,58 Efektif
proses pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak
menunjukkan empat kali pertemuan dikategorikan efektif.
pendapat atau ide
Perilaku yang 0 0 0 0 0 Efektif 3. Analisis Keterlaksanaan Rencana
tidak relevan
dengan Pembelajaran
pembelajaran
Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap
Dari Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa keterlaksanaan rencana pembelajaran, maka hasil
rata-rata nilai setiap aspek yang diamati selama analisisnya akan ditampilkan dalam tabel berikut:

159 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

Tabel 4.11 Persentase Keterlaksanaan Proses 2. Hasil Analisis dengan Uji t


Pembelajaran
Penelitian ini mengkaji perbandingan ke-
Item Rencana Keterlaksanaan RPP (%) Rata- Efek mampuan berpikir kreatif siswa yang di-
Pembelajaran rata tivitas
RP 1 RP 2 RP 3 RP 4 Tlk ajar dengan model pembelajaran FGDdan
Tl Td Tk Td Tk Td Tk Td konvesional serta mengkaji perbandingan hasil
1. Pendahuluan
belajar PAI antara siswa yang diajar dengan
100 0 100 0 100 0 100 0 100 Efektif
model pembelajaran FGDdan konvesional. Uji
2.Kegiatan Inti
a. Membentuk
kelompok
100 0 100 0 100 0 100 0 100 Efektif statistik yang digunakan adalah uji t. Untuk
b. Mendesain 100 0 100 0 100 0 100 0 100 Efektif
melihat peningkatan berpikir kreatif dan hasil
masalah
belajar maka terlebih dahulu kita lihat perbedaan
c. Memberikan 100 100 0 100 0 100 0 100 Efektif
Orientasi rata-rata kedua sampel yang diberikan perlakuan
100 0 100 0 100 0 100 0 100 Efektif
d. Pemecahan
Masalah
yang berbeda. Kelas eksperimen dikenakan model
Efektif
e. Presentasi
100 0 100 0 100 0 100 0 100 pembelajaran FGD dan kelas kontrol dikenakan
f. Kesimpulan 100 0 100 0 100 0 100 0 100 Efektif pembelajaran konvensional.
3. Penutup 100 0 100 0 100 0 100 0 100 Efektif
Kemampuan Berpikir Kreatif
Keterangan: Tlk = Terlaksana dan TLk = Tidak Terlaksana
Dari hasil pengolahan data, kemampuan
berpikir kreatifsiswa yang diajardenganmodel
Dari Tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran FGD menunjukkan peningkatan
setiap aspek yang diamati selama proses pem- yang signifikan. Hal Ini terlihat dari nilai
belajaran yang dilaksanakan sebanyak empat rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif
kali pertemuan dikategorikan efektif. sebelum diberikan perlakuan yaitu denganmodel
pembelajaran FGD adalah 61,55 sedangkan setelah
PEMBAHASAN diberikan perlakuandenganmodel pembelajaran
1. Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal FGD, rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif
Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif menjadi84,65. Hal ini menunjukkan bahwa
Sebelum dilakukan uji coba, soal berpikir pendekatan model pembelajaran FGD dapat
kreatif terdiri dari 5 soal essay. Setelah dilakukan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
uji validitas, diperoleh hasil bahwa soal no 2 nilai Dari hasil pengolahan data, kemampuan
r hitungnya adalah 0,25. Ini menunjukkan bahwa berpikir kreatifsiswa yang dikenakan pem-
soal no 2 memiliki validitas yangrendah.Oleh belajaran konvensional juga meningkat. Hal Ini
karena itu, soal no 2 harus dihilangkan atau di terlihat dari nilai rata-rata hasil tes kemampuan
buang.Setelah dilakukan uji validitas, dilakukan berpikir kreatif sebelum diberikan perlakuan
uji relaibilitas. Nilai alpha yang diperoleh adalah yaitu dengan pembelajaran konvensional adalah
0,64. Berdasarkan tabel pengujian reliabilitas 60,73 sedangkan setelah diberikan perlakuan,
maka soal berpikir kreatif memiliki tingkat rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif
reliabel tinggi. Uji daya beda menunjukkan menjadi74,53.
bahwa kedua soal tersebut memiliki daya beda Secara kuantitatif atau dari hasil perhitungan
dalam kategori sangat baik dan sedang. Uji statistik diperoleh bahwa kemampuan berpikir
tingkat kesukaran soal menghasilkan bahwa soal kreatif siswa yang diberikan perlakuan model
berpikir kreatif berada dalam kategori sukar, pembelajaran FGD lebih tinggi dibandingkan
mudah dan sedang.Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa yang di-
soal tersebut dapat digunakan dengan alasan berikan pembelajaran konvensional. Pada kelas
soal dapat dikatakan baik jika memiliki tingkat eksperimen terdapat peningkatan 23,10 sementara
kesukaran yang tidak terlalu sukar dan tidak peningkatan di kelas kontrol sebesar 13,80.
juga terlalu mudah. Setelah semua soal tes
Indikator berpikir kreatif terdiri dari empat
dianalisa, maka soal yang akan digunakan dalam
aspek yaitu fasih, fleksiel, original dan elaborasi.
kemampuan berpikir kreatif adalah sebanyak 4
Pada saat pembelajaran di kelas eksperimen
buah soal essay.
dengan menerapkan model pembelajaran FGD

| 160
Septi Hidayani | Penerapan Model Pembelajaran Focus Group Discussion

berlangsung, ada beberapa hal yang ditemukan pada kelas eksperimen lebih tinggi jika
yaitu: dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini
1. Pada saat awal pembelajaran, siswa masih disebabkan karena pada kelas eksperimen
belum terbiasa dengan soal-soal yang di- yang menerapkan model pembelajaran FGD,
berikan. Indikator fasih dan fleksibel belum siswa benar-benar dituntut untuk belajar
terlalu nampak. Hanya ada beberapa orang secara aktif dan menemukan sendiri konsep
siswa saja yang dapat melakukan berpikir yang dipelajari. Hal ini membuat daya ingat
kreatif dengan baik sementara siswa yang lain siswa terhadap materi yang mereka pelajari
hanya terbiasa menemukan satu saja jawaban akan lebih kuat. Peran guru dalam proses
atau satu cara saja dalam menjawab soal yang pembelajaran ini hanya sebagai fasilitator dan
diberikan itupun dalam waktu yang relatif motivator bagi para siswa. Hal ini berbeda
lama. Hal ini disebabkan karena selama ini dengan pembelajaran konvensional yang
siswa memang belum pernah dilatih atau dalam prosesnya lebih menitikberatkan pada
diberikan soal-soal yang berkaitan dengan guru.
kemampuan fasih dan fleksibel. Akan tetapi, Dalam pembelajaran konvensional, siswa
setelah diberikan arahan-arahan dari guru hanya pasif menerima materi yang diberikan
penyaji, maka indikator fasih dan fleksibel guru. Siswa hanya mendengarkan penjelasan
berangsur-angsur mulai tampak guru, mencatat dan mengerjakan latihan soal.
2. Indikator berpikir kreatif yaitu original, Siswa belum mampu dalam memberikan
sangat sulit untuk ditemukan. Kebiasaan berbagai alternatif jawaban dan memberikan
siswa untuk meniru atau mengikuti pekerjaan cara penyelesaian yang berbeda dalam
temannya masih sulit untuk dihilangkan. menyelesaikan soal yang diberikan. Selain itu
Hal ini terlihat ketika siswa diminta mencari waktu yang diperlukan siswa dalam menjawab
sebuah ayat/surat yang berkenaan dengan soal juga terhitung lama.
rasul allah kemudian diberian pertanyaan Dalam menerapkan model pembelajaran FGD
lanjutan, buatlah terjemahan dari ayat/surat ada kendala yang ditemui yaitu penyusunan
yang kalian buat, maka kebanyakan siswa perangkat model pembelajaran FGD mem-
hanya menulis satu ayat. Itupun dengan unsur butuhkan waktu yang relatif lebih lama, hal
yang tidak lengkap dan sama dengan teman ini dikarenakan model pembelajaran FGD
disebelahnya. Melihat teman sebelahnya tidak hanya menyajikan materi yang biasa
menulis ayat 21 dalam surah al-ahzab, maka saja, akan tetapi materi-materi yang soalnya
teman sebelahnya pun menulis ayat 21 dalam menuntut siswa untuk berpikir secara kreatif
surah al-ahzab. dan menyelesaikan masalah yang baik.Tentu
Hal ini terjadi karena siswa hanya terpaku saja soal-soal yang diberikan juga bukan soal-
dengan pikiran sebelumnya bahwa surah/ soal rutin akan tetapi soal-soal yang bersifat
ayat yang berkenaan dengan rasul allahhanya nonrutin. Sementara itu tuntutan kurikulum
ayat 21 dalam surah al-ahzab. Kemampuan menginginkan semua materi tersampaikan
original siswa untuk memberikan contoh dengan sempurna dengan waktu yang sudah
ataupun jawaban yang bersifat baru, unik ditetapkan.Kondisi ini dikhawatirkan membuat
atau tidak biasa masih kurang.Selain itu, para guru malas dan enggan menerapkan
pengawasan yang kurang ketat juga dapat model pembelajaran FGD.
membuat kemampuan original siswa belum
dapat terbentuk dengan baik. PENUTUP
3. Indikator elaborasi siswa sudah bisa dikatakan Dari hasil penelitian yang dilakukan, yang
baik. Hal ini disebabkan karena guru mata menjadi simpulan adalah sebagai berikut:
pelajaran sebelumnya selalu membimbing 1. Berdasarkan hasil perhitungan dengan meng-
para siswa untuk menjawab secara urut dan gunakan uji statistik t, terdapat peningkatan
terperinci dalam mengerjakan soal. kemampuan berpikir kreatif antara siswa
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang pembelajarannya menerapkan model

161 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

pembelajaran FGD dengan siswa yang pem- DAFTAR PUSTAKA


belajarannya menerapkan pembelajaran Haji, Saleh.2013. Pertanyaan Yang Memicu
konvensional. Pada kelas eksperimen terdapat Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Dalam
peningkatan rata-rata sebesar 23,10. Sedangkan Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar
pada kelas kontrol terdapat peningkatan Nasional Matematika Dan Pendidikan
sebesar 13,80. Matematika. STKIP.
2. Berdasarkan perhitungan hasil ketuntasan Hamid Darmadi. 2011. Metode Penelitian
belajar siswa secara klaksikal, terdapat Pendidikan. Bandung. Alfabeta
peningkatan hasil belajar siswa antara Hartanto. 2009. Perbandingan Peningkatan
siswa yang pembelajarannya menerapkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Aplikasi
model pembelajaran FGD dengan siswa Matematika Siswa Pada Pembelajaran Open
yang pembeapatlajarannya menerapkan Ended dengan Konvensional di Sekolah Menengah
pembelajaran konvensional. Pada kelas Pertama. Disertasi Doktor Pendidikan
eksperimen terdapat peningkatan ketuntasan Matematika. Universitas Pendidikan Indonesia
belajar klaksikal sebesar 50%. Sedangkan pada Irwanto. 1997. Psikologi Umum. Jakarta:
kelas kontrol terdapat peningkatan sebesar PT.Gramedia Pustaka Utama
36,87%. Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran.
3. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif Bandung: Remaja rosdakarya
diperoleh bahwa model pembelajaran FGD Supriyoko, Ki. 2007. Konfigurasi Pendidikan
efektif untuk mengajarkan materi mengenal Nasional. Yogjakarta: Pustaka Fahima
rasul-rasul Allah. Hal ini terlihat dari Silberman, Mel. 2006. Active Learning. Bandung:
hasil pengamatan aktifitas siswa, guru dan Nusamedia
keterlaksanaan rencana pembelajaran yang Undang-Undang SISDIKNAS Bab II Pasal 3.
berada dalam kategori efektif yaitu rata- 2003. Jakarta:Sinar Grafika
rata pengamatan setiap aspek berada dalam Tatag Yuli Eko Siswono. 2012. Konstruksi Teoritik
interval normal yang ditetapkan. Tentang Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Dalam
Matematika, h.3.Unesa
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta;
Kencana Prenada Media

| 162

Anda mungkin juga menyukai