PROPOSAL SKRIPSI
FAKULTAS TARBIYAH
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nilai dan moral mempunyai esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan budi pekerti serta pendidikan akhlak.Tujuannya yaitu membentuk dan
membina pribadi anak, agar menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, serta
warga negara yang baik pula. Adapun kriteria manusia yang baik,warga masyarakat
yang baik,serta warga negara yang baik bagi Pendidikan nilai dan moral mempunyai
esensi dan makna yang sama dengan pendidikan budi pekerti serta pendidikan
akhlak.Tujuannya yaitu membentuk dan membina pribadi anak, agar menjadi
manusia yang baik, warga masyarakat, serta warga negara yang baik pula. Adapun
kriteria manusia yang baik,warga masyarakat yang baik,serta warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat maupun suatu bangsa, secara umum adalah nilai-nilai
sosial tertentu,yang sangat banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat atau
bangsanya. Olehkarena itu, hakikat dari Pendidikan Nilai dan Moral dalam konteks
pendidikan diIndonesia adalah budi pekerti, yaitu pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa indonesia sendiri,dalam rangka membina kepribadian
generasi muda.1
Saat ini banyak pihak yang menuntut adanya peningkatan intensitas
dankualitas pelaksanaan Pendidikan Nilai dan Moral pada lembaga
pendidikan,baik lembaga non formal,apalagi lembaga pendidikan formal.Tuntutan
tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang seiring berjalannya
waktu,dapat dilihat dengan meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat,
seperti perkelahian masal atau tauran dan berbagai kasus dekadensi
morallainnya.Bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta, gejala tersebut telah sampai
pada taraf yang sangat meresahkan.Oleh sebab itu,lembaga pendidikan formal yang
menjadi wadah resmi pembinaan terhadap generasi mudadi harapkan dapat
meningkatkan peranan aktifnya untuk pembentukan kepribadian siswa melalui
peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan budi pekerti.2
Berdasarkan dengan pembahasan diatas,bahwa pendidikan nilai danmoral
merupakan sebuah wadahuntuk pembinaan akhlak. Maka demikian perluadanya
sebuah pendekatan yang nantinya akan membawa siswa atau peserta didikuntuk
memaknai dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan
keluaga,masyarakat dan bernegara.Maka seorang guru yang kemudian dijadikan
1
Erwin,Muhammad.2017.Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonsia .Bandung : PT .Refika Aditama.
2
Bahri ,Syaiful ,dkk .2006 .Strategi Belajar Mengajar .Jakarta : Pt .Rineka Cipta .
sebagai media transferpengetahuan untuk menerapkan nilai dan moral dalam
pembelajaran PKn di Sekolah Dasar maupun di tingkat selanjutnya.
Pada umumnya pendidikan yang dipelajariakan dapat berguna tidak
hanyabagi diri sendiri tetapi dapat juga berdapak positif bagi orang lain bahkan bagi
Bangsa dan Negara. Untuk dapat menjadi hal positif bagi banyak orang dan bagi
Bangsa dan Negara maka akan sangat penting bagi setiap orang
menerimabPendidikan Kewarganegaraan,pendidikan kewarganegaraan telah didapat
oleh pelajar atau peserta didik diIndonesia sejak duduk dibangku sekolah
Dasar( SD),akan tetapi di Sekolah Dasar Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
nama yang di singkat PKn(Pendidikan Kewarganegaraan).3
Dalam melaksanakan pembelajaran PKn diSekolah Dasar,guru diharapkan
perlu mengetahui rambu rambu dalam pembelajaran serta mengembangkan startegi
belajar yang tepat,dengan pendekatan-pendekatan danmode-model belajar yang akan
diterapkan serta didukung oleh model dan mediayang efektif. Hal ini akan sangat
membantu guru dalam memahami penerapannyaserta mampu membantu siswa
untuk berlatih mengamalkan nilai-nilai Pancasiladanbudi pekertiyangakan
dipelajaridi sekolah.
Salah satu materi yang berada dalam mata pelajaran PKn yaitu sistem
pemerintahan.Dalam upaya peningkatan hasil belajar peserta didik terhadap sistem
pemerintahan pusat, guru harus adapat memilih secara tepat strategi yang akan
digunakan.Berdasarkan pada pengamatan awal yang dilakukan,pembelajaran PKn
diSDN 116 Kampung Delima yang belum menggunakan model ataupun strategi
belajar yang mampu untuk mempermudah siswa dalam memahami materi
pembelajaran.Model pembelajaran yang digunakan selama ini masih monoton dan
tidak menarik, sehingga siswa kurang aktif saat proses pembelajaran
berlangsung.Ditambah lagi dengan kurangnya perhatian seorang guru dalam
meningkatkan kerjasama antar siswa selama proses belajar mengajar.Hal ini terbukti
dengan adanya siswa yang tidak mau bekerja sama dengan siswa yang lain. Siswa
yang memiliki kemampuan pandai tidak mau membantu belajar siswa yang kurang
pandai,malah sering terjadi pertengkaran karena apabila ada siswa yang salah
mengerjakan soal di papan tulis,sering diejek bahkan ditertawakan.4
Hal ini disebabkan masih kurangnya kemampuan guru dalam merancang
model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan keadaan siswa
kelas lV Dengan permasalahan yang muncul tersebut, salah satu tugas guru
3
Darmadi,Hamid 2010 . Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan . Bandung : Alfabeta
4
Rozak ,Abdul & Ubaedillah ,A 2003 .Ciputat Jakarta Selatan : Indonesia Center For Civic Education
( ICCE) dan UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta .
yaitumerumuskan suatu tindakan sebagai alternatif penyelesaian masalah bagi
peserta didik, sehingga guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat
dipahami dengan mudah dan menyenangkan, dengan memanfaatkan model secara
akurat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Selain itu pula perlu dilakukan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan
peningkatan pencapaian prestasi hasil belajar pada matapelajaran PKn.Langkah-
langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan memperbaiki kegiatan
pembelajaran yang selama ini berlangsung,disaat proses pembelajaran guru
memberikan pertanyaan kepada siswa kemudian siswa diperintahkan untuk berpikir
secara berpasangan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut kemudian
mendiskusikannya,setelah mendiskusikannya siswa berbagi atau bekerja sama
dengan siswa yang lain atau keseluruhan. Sehingga di dalam proses pembelajaran
Tidak hanya guru yang melakukan pembelajaran pada siswa akan tetapi siswa juga
harus aktif selama proses pembelajaran berlangsung.Hal ini bertujuan agari nformasi
yang diterima benar-benar memberikan makna yang mendalam.Salah satu bentuk
usaha guru dalam mengadakan perubahan pembelajaran adalah dengan penerapan
model pembelajaran koperatif yang salah satunya adalah model pembelajaran Think
Pair Share (TPS).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
C. Tujuan Penelitian
1. Penulis
2. Guru
Melalui penelitian ini guru dapat meningkatkan hasil belajar murid dan
dapat memberikan motivasi bagi guru dan sebagai masukan dalam memilih model
3. Murid
dalam memahami setiap materi yang diajarkan melalui pengalaman yang telah
4. Sekolah
Sebagai masukan dalam usaha peningkatan kualitas dan kinerja guru dalam kegiatan
belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran PKn.
BAB ll
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responya menjadi
lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam
kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii)
proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah
5
Bahri, Syaiful ,dkk.2006. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : PT .Rineka Cipta.
Belajar menurut Piaget dalam Dimyanti dan Mudjiono (2013: 14) pengetahuan
Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik,
eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa
mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase aplikasi
konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut.6
(1) Langkah satu : Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.
(2) Langkah dua : Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik
tersebut
6
Dimayanti,dkk.2006 .Belajar dan Pembelajaran .Jakarta :Rineka Cipta .
pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan
12) Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses
internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif,
Proses belajar tersebut dapat diamati dari segi guru secara tidak langsung.
Artinya, proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati,
tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut “tampak” lewat perilaku
siswa mempelajari bahan belajar. Perilaku belajar tersebut tampak pada tindak-
tindak belajar tentang matematika, kesusteraan, olah raga, kesenian, dan agama.
Perilaku belajar tersebut merupakan respons siswa terhadap tindak mengajar atau
tindak pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan
baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Asep Jihad (2008:14) bahwa: “Hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Belajar
itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
7
Dimayanti,dkk .2006 .Belajar dan Pembelajaran . Jakarta :Rineka Cipta
melalui proses belajar, maka murid dapat mencapai tujuan belajar yang disebut
juga sebagai hasil belajar, yaitu kemampuan yang dimiliki murid setelah
pengalaman belajarnya.8
Uraian di atas jelas bahwa suatu proses belajar mengajar pada akhirnya
dalam sikap dan tingkah lakunya”. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan
pendidikan pada murid yang mengikuti proses belajar mengajar. Dalam arti bahwa
belajar murid.
Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru
Selanjutnya, dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-
kegiatan murid lebih baik untuk keseluruhan kelas, maupun individu. Hasil
belajar diperoleh dari evaluasi pembelajaran. Evaluasi itu menurut Syaiful Bahri
(2006:50) bahwa: ”Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan
8
Kurnia , I . dkk ,2008 , Perkembangan Belajar peserta Didik . Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan
Tiunggi Depdiknas
penilaian atau pengukuran hasil belajar”. Dari pemaparan diatas, maka hakikat
hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil akhir pengambilan keputusan
mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh murid selama mengikuti proses
(2006: 94)”peran guru untuk mengartikulasi kurikulum atau bahan ajar serta
yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan murid, maupun antara murid
Hal yang senada juga diutarakan oleh Siregar (2006: 94) yang menyatakan
Dasar
Tulisan ini kemudian mengambil defenisi yang dikemukakan oleh Hidayat dan
(2) kegiatan yang meliputi berbagai macam kegiatan belajar mengajar yang dapat
menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat demokratis
egaraan berupaya untuk membentuk murid menjadi warga negara yang baik,
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
9
Hidayat , Komarrudin dan Azyumardi Azra . 2008 .Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education ):Demokrasi , HAM dan Musyawarah Madani , :Jakarta : Kencana Prenada Media Group .
10
Ruminiati . 2007 .Pendidikan Kewarganegaran SD .Jakarta :Direktorat Pendidikan Tinggi Depdiknas
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai
manusia”.
perilaku pada kehidupan sehari-hari. Dengan demikian setiap orang bisa menjadi
warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya. PKn adalah
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19, bahwa
“kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
jenjang pendidikan. Lebih lanjut dijelaskan pada pasal 37 bahwa pada jenjang
pendidikan dasar terdapat mata pelajaran wajib terdiri atas Pendidikan Agama,
11
Iswati ,Esti 2011 . Perencanaan Pembelajaran Bahasa .Sukarta :Yuma Pustaka
Menurut Ruminiati (2007:1-30) menyatakan bahwa “PKn SD merupakan
mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran yang
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah,
(8) globalisasi.
masyarakat yang sangat penting untuk ditanamkan sejak dini kepada murid serta
bertujuan supaya mereka dapat tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang
tidak hanya cerdas, tetapi juga berkepribadian sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
lingkup isi dan kompetensi dasar”. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
12
Ruminiati ,2007 .Pendidikan Kewarganegaraan SD .Jakarta : Direktorat Pendidikanl Tinggi Depdiknas
berikut:
kewarganegaraan;
dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. PKn
sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat pada umumnya karena PKn
merupakan pendidikan nilai, demokrasi, moral, sosial, dan masalah pendidikan politik”.
Sementara itu, Kurnia (2008: 320) menyatakan bahwa ”Moral adalah sesuatu yang tidak
dibawa dari lahir, tetapi sesuatu yang berkembang dan dapat diperkembangkan atau
baik dan buruk atau benar dan salah, dan aspek afektif yaitu sikap moral mengenai
bagaimana cara pengetahuan moral itu dipraktikkan. Sikap moral dikenalkan dan
diajarkan oleh guru melalui pendidik. Proses pembelajaran memiliki tujuan agar murid
dipengaruhi oleh beberapa elemen pembelajaran, antara lain performansi guru dan
13
Winataputra ,Udin S .2009 . Pembelajaran PKn SD Jakarta : Universitas
murid. Performa guru dalam pembelajaran akan mempengaruhi mutu pendidikan.
Semakin baik performa guru dalam pembelajaran, maka aka-n semakin baik pula mutu
belajar murid.
dengan materi yang akan disajikan kepada murid karena tidak semua model
pembelajaran dapat diterapkan dan sesuai dengan karakter materi. PKn sebagai
salah satu mata pelajaran di sekolah perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan
dalam kehidupan nyata. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik
masyarakat.14
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Wina
and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong murid membuat
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi duania nyata siswa dan mendorong siswa membuat
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Esti Ismawati (2011:
115)
14
Johnson B Elaine .2010 .Contextual Teaching And Learning . Bandung : Kaifa
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning
dalam kehidupan nyata. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata murid
masyarakat.15
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Wina
and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong murid membuat
15
Johnson B Elaine .2010 .Contextual Teaching And Learning . Bandung : Kaifa
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi duania nyata siswa dan mendorong siswa membuat
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Esti Ismawati (2011:
115)
masalah dari apa yang dipelajarinya. Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima
yaitu :
yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang akan diperoleh murid
adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
detailnya.
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini,
misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan
dikembangkan.
murid.
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan
belajar yang berpusat pada murid. Hatimah Ihat dkk (2007:917). menyatakan,
pendidik untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata peserta didik dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
peserta didik melihat makna pada materi akademik yang mereka pelajari dengan
mereka, konteks pribadi, sosial, dan budaya mereka. Dalam Contextual Teaching
and Learning terdapat delapan komponen (Wina Sanjaya, 2006: 35-38), yaitu :
4) Bekerja sama.
langkah yang dapat digunakan dalam berfikir kritis dan kreatif serta memberikan
Teaching and Learning sebagai: Sebuah sistem yang menyeluruh, yang terdiri
16
Kesuma , Dharma ,dkk ( 2010 ) .Contextual Teaching And Learning . Garut : Rahayasa Research And
Training
dari bagian-bagian yang saling terhubung dan bagian-bagian ini terjalin satu sama
lain sehingga menghasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan secara
terpisah”. Salah satu yang paling menakjubkan dari anak-anak adalah keterbukaan
pembelajaran yang menekan pada aktivitas murid secara penuh, baik fisik maupun
mental.
kehidupan dunia nyata peserta didik serta melibatkan peserta didik dalam mencari
makna atau konteks itu sendiri di dalam materi akademik yang murid pelajari
kehidupan sehari mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan
budaya murid.17
Learning terhadap hasil belajar PKn pada murid kelas IV SDN 116 Kampung
17
Jihad ,Asep ,dkk .2008 .Evaluasi Pembelajaran Yogyakarta.: Multi Pressindo
b. Nurhidayah Tahun 2011. Pengaruh pendekatan Contekstual Teaching and
Learning terhadap hasil belajar PKn pada murid kelas IV SDN 116 Kampung
C. Kerangka Pikir
terhadap hasil belajar murid. Untuk itu, dalam pembelajaran PKn, seorang guru
untuk dapat mengamati, memahami, dan mampu memecahkan masalah dari setiap
nilai tersebut dengan khasanah pemikiran dan nilai Indonesia yang berakhir
dengan lahirnya sebuah sintesis kreatif yang khas dan pas dijadikan sebagai
panduan bersama bangsa Indonesia dalam Ubaedillah dan Abdul Rozak (2003: 9).
Learning akan lebih menarik dan memberikan motivasi tersendiri bagi murid
berfikir kritis dan kreatif dalam menemukan makna dari apa yang telah dipelajari
dan mendorong murid untuk mengeluarkan bakat yang terpendam dalam diri
murid.
sekolah;
(b) Civic
(c) dalam Civic Education termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman,
bernegara.
D. Hipotesis Penelitian
Teaching and Learning terhadap Pengembangan Ahlak ,Moral, dan Sosial dalam
Rejang Lebong .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desaian Dan Jenis Penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendali (Emsir, 2015: 96). Desain penelitian ini
terhadap hasil belajar PKn murid kelas IV SDN 116 Kampung Delima
test dengan hasil post-test. Desain yang digunakan dapat digambarkan sebagai
berikut
O1 X O2
Keterangan:
perlakuan dilakukan.
dilakukan.
Kabupaten Rejang Lebong. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei
pada Tahun 2023. murid kelas IV SDN 116 Kampung Delima Kab. Rejang
Lebong diberikan perlakuan Contextual Teaching and Learning. Setelah itu, akan
dilakukan tes untuk bisa melihat atau mengukur hasil dari pengaruh pendekatan
1. Populasi
tersebut populasi adalah keseluruhan murid kelas IV SDN 116 Kampung delima
Kab.Rejang Lebong. Jumlah murid kelas IV SDN 116 Kampung Delima adalah
Jenis Kelamin
No. Kelas Jumlah
Laki-laki Wanit
a
1. IV 10 19 29
10 19 29
Sumber : SDN 116 Kampung Delima Kab. Rejang Lebong Tahun 2023
2. Sampel
populasi terlalu banyak, jalan yang harus ditempuh adalah mengambil sebuah
penelitian kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya sehingga
Jenis Kelamin
No. Kelas Jumlah
Laki-laki Wanita
1. IV 10 19 29
D. Proses Penelitian
pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut diuraikan penjelasan lebih rinci terkait
proses penelitian.
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Akhir
E. Defenisi Opresional
Variabel penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar, yaitu belajar PKn. Pendekatan
kehidupan mereka.
lingkungan sekitar murid ini dapat dimengerti dengan baik oleh murid. Hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan
mengajar. Dari murid, hasil belajar merupakan berakhirnya pangkal dan puncak
proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh murid dari proses
Contextual teaching and learning terhadap hasil belajar PKn murid kelas IV SDN
116 Kampung Delima ” adalah tes hasil belajar berupa uraian soal-soal PKn.
2. Lembar observasi
lembar observasi.
penelitian ini adalah tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Adapun langkah-
pembelajaran PKn.
sebagai berikut:
kenyataan.
f. Tindakan lanjut.
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan
analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa nilai
tersebut dengan mengajukkan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang
didapatkan antara nilai pretest dengan nilai Post test. Pengujian perbedaan nilai
hanya dilakukan terhadap rerata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu
digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t-test). Dengan demikian langkah-
langkah analisis data eksperimen dengan model eksperimen dengan One Group
telah terkumpul selama proses penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-
Rata-rata (Mean)
∑
Me = (Tiro, 2008: 120)
Keterangan:
Me = Mean (rata-rata)
∑ = Jumlah
Xi = Nilai X Ke i sampai ke n
N = Banyaknya subjek
Analisis ini telah peneliti tetapkan tingkat kemampuan siswa dalam
Depdikbud yaitu:
0 – 54 Sangat Rendah
55 – 64 Rendah
65 – 79 Sedang
80 – 89 Tinggi
∑
Md =
Keterangan:
Keterangan :
t =
∑
( )
Keterangan :
Jika t Hitung > t Tabel maka H o ditolak dan H 1 diterima, berarti penerapan
terhadap hasil belajar murid kelas IV SDN116 Kampung Delima Kab. Rejang Lebong
e) Jika t Hitung <t Tabel maka H o ditolak, berarti penerapan model pembelajaran
harga t Tabel
Mencari t Tabel dengan menggunakan table distribusi t dengan taraf signifikan
α = 0,05 dan db = N – 1
Keterangan:
Ahlak ,Moral, dan Sosial dalam Meningkatkan Pembelajaran PPKn Kelas lV SDN
30