Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH PENDEKATAN KONSEPTUAL ( CTL )TERHADAP PENGEMBANGAN

AKHLAK,MORAL,DAN SOSIAL DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN PPKn


KELAS IV SDN 116 KAMPUNG DELIMA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Institut Agama Islam Negeri Curup

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Pengajuan Skripsi

Pembimbing Akademik Mahasiswa

Siti Zulaiha,M,Pd.I Reines Demastia


NIP.198308202011012008 NIM.20591149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nilai dan moral mempunyai esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan budi pekerti serta pendidikan akhlak.Tujuannya yaitu membentuk dan
membina pribadi anak, agar menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, serta
warga negara yang baik pula. Adapun kriteria manusia yang baik,warga masyarakat
yang baik,serta warga negara yang baik bagi Pendidikan nilai dan moral mempunyai
esensi dan makna yang sama dengan pendidikan budi pekerti serta pendidikan
akhlak.Tujuannya yaitu membentuk dan membina pribadi anak, agar menjadi
manusia yang baik, warga masyarakat, serta warga negara yang baik pula. Adapun
kriteria manusia yang baik,warga masyarakat yang baik,serta warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat maupun suatu bangsa, secara umum adalah nilai-nilai
sosial tertentu,yang sangat banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat atau
bangsanya. Olehkarena itu, hakikat dari Pendidikan Nilai dan Moral dalam konteks
pendidikan diIndonesia adalah budi pekerti, yaitu pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa indonesia sendiri,dalam rangka membina kepribadian
generasi muda.1
Saat ini banyak pihak yang menuntut adanya peningkatan intensitas
dankualitas pelaksanaan Pendidikan Nilai dan Moral pada lembaga
pendidikan,baik lembaga non formal,apalagi lembaga pendidikan formal.Tuntutan
tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang seiring berjalannya
waktu,dapat dilihat dengan meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat,
seperti perkelahian masal atau tauran dan berbagai kasus dekadensi
morallainnya.Bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta, gejala tersebut telah sampai
pada taraf yang sangat meresahkan.Oleh sebab itu,lembaga pendidikan formal yang
menjadi wadah resmi pembinaan terhadap generasi mudadi harapkan dapat
meningkatkan peranan aktifnya untuk pembentukan kepribadian siswa melalui
peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan budi pekerti.2
Berdasarkan dengan pembahasan diatas,bahwa pendidikan nilai danmoral
merupakan sebuah wadahuntuk pembinaan akhlak. Maka demikian perluadanya
sebuah pendekatan yang nantinya akan membawa siswa atau peserta didikuntuk
memaknai dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan
keluaga,masyarakat dan bernegara.Maka seorang guru yang kemudian dijadikan
1
Erwin,Muhammad.2017.Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonsia .Bandung : PT .Refika Aditama.
2
Bahri ,Syaiful ,dkk .2006 .Strategi Belajar Mengajar .Jakarta : Pt .Rineka Cipta .
sebagai media transferpengetahuan untuk menerapkan nilai dan moral dalam
pembelajaran PKn di Sekolah Dasar maupun di tingkat selanjutnya.
Pada umumnya pendidikan yang dipelajariakan dapat berguna tidak
hanyabagi diri sendiri tetapi dapat juga berdapak positif bagi orang lain bahkan bagi
Bangsa dan Negara. Untuk dapat menjadi hal positif bagi banyak orang dan bagi
Bangsa dan Negara maka akan sangat penting bagi setiap orang
menerimabPendidikan Kewarganegaraan,pendidikan kewarganegaraan telah didapat
oleh pelajar atau peserta didik diIndonesia sejak duduk dibangku sekolah
Dasar( SD),akan tetapi di Sekolah Dasar Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
nama yang di singkat PKn(Pendidikan Kewarganegaraan).3
Dalam melaksanakan pembelajaran PKn diSekolah Dasar,guru diharapkan
perlu mengetahui rambu rambu dalam pembelajaran serta mengembangkan startegi
belajar yang tepat,dengan pendekatan-pendekatan danmode-model belajar yang akan
diterapkan serta didukung oleh model dan mediayang efektif. Hal ini akan sangat
membantu guru dalam memahami penerapannyaserta mampu membantu siswa
untuk berlatih mengamalkan nilai-nilai Pancasiladanbudi pekertiyangakan
dipelajaridi sekolah.
Salah satu materi yang berada dalam mata pelajaran PKn yaitu sistem
pemerintahan.Dalam upaya peningkatan hasil belajar peserta didik terhadap sistem
pemerintahan pusat, guru harus adapat memilih secara tepat strategi yang akan
digunakan.Berdasarkan pada pengamatan awal yang dilakukan,pembelajaran PKn
diSDN 116 Kampung Delima yang belum menggunakan model ataupun strategi
belajar yang mampu untuk mempermudah siswa dalam memahami materi
pembelajaran.Model pembelajaran yang digunakan selama ini masih monoton dan
tidak menarik, sehingga siswa kurang aktif saat proses pembelajaran
berlangsung.Ditambah lagi dengan kurangnya perhatian seorang guru dalam
meningkatkan kerjasama antar siswa selama proses belajar mengajar.Hal ini terbukti
dengan adanya siswa yang tidak mau bekerja sama dengan siswa yang lain. Siswa
yang memiliki kemampuan pandai tidak mau membantu belajar siswa yang kurang
pandai,malah sering terjadi pertengkaran karena apabila ada siswa yang salah
mengerjakan soal di papan tulis,sering diejek bahkan ditertawakan.4
Hal ini disebabkan masih kurangnya kemampuan guru dalam merancang
model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan keadaan siswa
kelas lV Dengan permasalahan yang muncul tersebut, salah satu tugas guru

3
Darmadi,Hamid 2010 . Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan . Bandung : Alfabeta
4
Rozak ,Abdul & Ubaedillah ,A 2003 .Ciputat Jakarta Selatan : Indonesia Center For Civic Education
( ICCE) dan UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta .
yaitumerumuskan suatu tindakan sebagai alternatif penyelesaian masalah bagi
peserta didik, sehingga guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat
dipahami dengan mudah dan menyenangkan, dengan memanfaatkan model secara
akurat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Selain itu pula perlu dilakukan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan
peningkatan pencapaian prestasi hasil belajar pada matapelajaran PKn.Langkah-
langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan memperbaiki kegiatan
pembelajaran yang selama ini berlangsung,disaat proses pembelajaran guru
memberikan pertanyaan kepada siswa kemudian siswa diperintahkan untuk berpikir
secara berpasangan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut kemudian
mendiskusikannya,setelah mendiskusikannya siswa berbagi atau bekerja sama
dengan siswa yang lain atau keseluruhan. Sehingga di dalam proses pembelajaran
Tidak hanya guru yang melakukan pembelajaran pada siswa akan tetapi siswa juga
harus aktif selama proses pembelajaran berlangsung.Hal ini bertujuan agari nformasi
yang diterima benar-benar memberikan makna yang mendalam.Salah satu bentuk
usaha guru dalam mengadakan perubahan pembelajaran adalah dengan penerapan
model pembelajaran koperatif yang salah satunya adalah model pembelajaran Think
Pair Share (TPS).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap

pengembangan Akhlak,Moral,dan Sosial dalam meningkatkan Pembelajaran

PPKn kelas IV SDN 116 Kampung Delima ?

2. Bagaimana aktifitas belajar murid dengan pendekatan Contextual Teaching


and Learning terhadap pengembangan Akhlak,Moral,dan Sosial dalam
meningkatkan Pembelajaran PPKn kelas IV SDN 116 Kampung Delima ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah Diatas,Adapun Tujuan Dalam Penelitian Ini


yaitu:Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh pendekatan Konseptual terhadap
pengembangan Akhlak,Moral,dan Sosial dalam meningkatkan Pembelajaran
PPKn kelas IV SDN 116 Kampung Delima ?
D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tersebut diharapkan memberikan manfaat bagi

beberapa pihak diantaranya :

1. Penulis

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti

atau penulis dalam menambah wawasan tentang model pendekatan Contekstual

Teaching and Learning dalam pembelajaran PKn di SD ( Sekolah Dasar ).

2. Guru

Melalui penelitian ini guru dapat meningkatkan hasil belajar murid dan

dapat memberikan motivasi bagi guru dan sebagai masukan dalam memilih model

pendekatan pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran PKn di SD dengan

menggunakan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning.

3. Murid

Memberikan motivasi dan mendorong murid untuk dapat berfikir kritis

dalam memahami setiap materi yang diajarkan melalui pengalaman yang telah

didapat oleh murid.

4. Sekolah

Sebagai masukan dalam usaha peningkatan kualitas dan kinerja guru dalam kegiatan
belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran PKn.
BAB ll

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakikat Belajar Dan Pembelajaran

Skinner dalam Dimyanti dan Mudjiono (2013: 9) berpandangan bahwa

belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responya menjadi

lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam

belajar ditemukan adanya hal berikut :

1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajaran,

2) Respon si pembelajar, dan

3) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat terjadi

pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.

Menurut Gagne dalam Dimyanti dan Mudjiono (2013: 10) belajar

merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah

belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya

kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii)

proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati

pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.5

5
Bahri, Syaiful ,dkk.2006. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : PT .Rineka Cipta.
Belajar menurut Piaget dalam Dimyanti dan Mudjiono (2013: 14) pengetahuan

dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya.

Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik,

pengetahuan logika-matematika, dan pengetahuan sosial.

Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase

eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa

mempelajari gejala dengan bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa

mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase aplikasi

konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut.6

Menurut Piaget dalam Dimyanti dan Mudjiono (2013: 14) pembelajaran

terdiri dari empat langkah berikut.

(1) Langkah satu : Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.

Penentuan topik tersebut dibimbing dengan beberapa pertanyaan.

(2) Langkah dua : Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik

tersebut

(3) Langkah tiga : Mengethui adanya kesempatan bagi guru untuk

mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.

(4) Langkah empat : Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan

keberhasilan, dan melakukan revisi.

Belajar menurut Rogers dalam Dimyanti dan Mudjiono (2013: 16)

menyayangkan praktek pendidikan disekolah tahun 1960-an. Menurut

pendapatnya, praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan

6
Dimayanti,dkk.2006 .Belajar dan Pembelajaran .Jakarta :Rineka Cipta .
pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan

dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.

Dimyanti dan Mudjiono dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran (2013:

12) Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses

internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut

tertuju pada bahan belajar tertentu.

Proses belajar tersebut dapat diamati dari segi guru secara tidak langsung.

Artinya, proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati,

tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut “tampak” lewat perilaku

siswa mempelajari bahan belajar. Perilaku belajar tersebut tampak pada tindak-

tindak belajar tentang matematika, kesusteraan, olah raga, kesenian, dan agama.

Perilaku belajar tersebut merupakan respons siswa terhadap tindak mengajar atau

tindak pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan

desain instruksional guru.7

2. Pengertian Hasil Belajar

Tujuan proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah sejumlah hasil

yang menunjukkan bahwa murid telah melakukan perbuatan belajar. Hasil

tersebut umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang

baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Asep Jihad (2008:14) bahwa: “Hasil belajar

adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Belajar

itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Setelah

7
Dimayanti,dkk .2006 .Belajar dan Pembelajaran . Jakarta :Rineka Cipta
melalui proses belajar, maka murid dapat mencapai tujuan belajar yang disebut

juga sebagai hasil belajar, yaitu kemampuan yang dimiliki murid setelah

menjalani proses belajar. Nana Sudjana (2009:12) menyatakan bahwa: “Hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.8

Uraian di atas jelas bahwa suatu proses belajar mengajar pada akhirnya

akan menghasilkan kemampuan murid yang mencakup pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. Hal ini juga sebenarnya telah ditegaskan Purwanto (2010:45)

bahwa: “Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

dalam sikap dan tingkah lakunya”. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan

pendidikan pada murid yang mengikuti proses belajar mengajar. Dalam arti bahwa

perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil prestasi

belajar murid.

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru

tentang kemajuan murid dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya.

Selanjutnya, dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-

kegiatan murid lebih baik untuk keseluruhan kelas, maupun individu. Hasil

belajar diperoleh dari evaluasi pembelajaran. Evaluasi itu menurut Syaiful Bahri

(2006:50) bahwa: ”Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan

nilai dari sesuatu.

Menurut Dimyanti (2006:200) berpendapat bahwa: “Evaluasi hasil belajar

merupakan proses untuk menentukan nilai belajar murid melalui kegiatan

8
Kurnia , I . dkk ,2008 , Perkembangan Belajar peserta Didik . Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan
Tiunggi Depdiknas
penilaian atau pengukuran hasil belajar”. Dari pemaparan diatas, maka hakikat

hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil akhir pengambilan keputusan

mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh murid selama mengikuti proses

pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi apabila kemampuan murid bertambah

dari hasil sebelumnya.

Proses pembelajaran sebagai implementasi kurikulum. Menurut Hernawan

(2006: 94)”peran guru untuk mengartikulasi kurikulum atau bahan ajar serta

mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pembelajaran

dalam suatu tindakan yang akurat”. Selanjutnya penjelasan Hernamawan bahwa

pembelajaran pada hakikatnya merupakan “suatu proses komunikasi transaksional

yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan murid, maupun antara murid

dengan murid, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Hal yang senada juga diutarakan oleh Siregar (2006: 94) yang menyatakan

bahwa “pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk

mendukung proses belajar murid, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian

ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadaian intern yang

berlangsung dalam murid”.

Pembelajaran harus dirancang sebagai suatu sistem. Oleh karena itu,

pembelajaran itu terdiri atas komponen-komponen yang saling berkaitan dan

saling mempengaruhi. Komponen-komponen pembelajaran yang dikembangkan

merupakan satu-kesatuan yang saling berhubungan dan saling bersinergi untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sebagai suatu sistem


komponen tujuan harus menjadi fokus utama dalam pembelajaran agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.

3. Konsep Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah

Dasar

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Ada berbagai macam defenisi PKn yang berkembang di dunia pendidikan.

Tulisan ini kemudian mengambil defenisi yang dikemukakan oleh Hidayat dan

Azra (2008: 8) Mereka menjelaskan bahwa: “pendidikan kewarganegaraan adalah

pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat

berpikir kritis dan bertindak demokratis melalui aktivitas menanamkan kesadaran

kepada generasi baru”. 9

Selanjutnya, mereka memberikan ciri-ciri dari PKn, yaitu:

(1) kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah

(2) kegiatan yang meliputi berbagai macam kegiatan belajar mengajar yang dapat

menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat demokratis

(3) kegiatan yang menyangkut pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi, dan

segala sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup bernegara.10

Selanjutnya Darmadi (2010:34) mengatakan bahwa “pendidikan kewargan

egaraan berupaya untuk membentuk murid menjadi warga negara yang baik,

bertanggung jawab dan mampu mengenalkan Pancasila dan UUD 1945”.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah menyatakan bahwa “kelompok mata pelajaran

kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan

wawasan murid akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan

9
Hidayat , Komarrudin dan Azyumardi Azra . 2008 .Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education ):Demokrasi , HAM dan Musyawarah Madani , :Jakarta : Kencana Prenada Media Group .
10
Ruminiati . 2007 .Pendidikan Kewarganegaran SD .Jakarta :Direktorat Pendidikan Tinggi Depdiknas
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai
manusia”.

PKn merupakan pendidikan untuk mempersiapkan murid dalam

menjalankan perannya sebagai individu dan masyarakat berdasarkan nilai-nilai

pancasila. Diharapkan nilai-nilai pancasila bisa diwujudkan dalam sikap dan

perilaku pada kehidupan sehari-hari. Dengan demikian setiap orang bisa menjadi

warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya. PKn adalah

suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di mana seseorang

mempelajari sikap dan perilaku sehingga yang bersangkutan memiliki

pengetahuan, sikap, dan berjiwa demokrasi yang menguntungkan bagi dirinya

serta juga bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.11

b. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD

Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan yang bersifat formal melalui

susunan perencanaan yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu dan

pelaksanaannya mengacu kepada kurikulum. Menurut undang-undang No. 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19, bahwa

“kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu”. Kurikulum dibuat untuk setiap

jenjang pendidikan. Lebih lanjut dijelaskan pada pasal 37 bahwa pada jenjang

pendidikan dasar terdapat mata pelajaran wajib terdiri atas Pendidikan Agama,

Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan

Jasmani dan Olahraga, dan Keterampilan/Kejuruan.

11
Iswati ,Esti 2011 . Perencanaan Pembelajaran Bahasa .Sukarta :Yuma Pustaka
Menurut Ruminiati (2007:1-30) menyatakan bahwa “PKn SD merupakan

mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran yang

mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila/budaya bangsa

seperti yang terdapat pada kurikulum PKn SD”.

Kedalaman muatan kurikulum ada setiap mata pelajaran dituangkan pada

setiap kompetensi yang tercantum dalam kurikulum. Menurut Depdiknas No. 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah,

bahwa ruang lingkup mata pelajaran kewarganegaraan meliputi aspek:12

(1) persatuan dan kesatuan bangsa

(2) norma, hukum, dan peraturan

(3) Hak Asasi Manusia

(4) kebutuhan warga negara

(5) konstitusi negara

(6) kekuasaan dan politik

(7) Pancasila dan

(8) globalisasi.

Ruang lingkup PKn tersebut mengajarkan nilai, moral, dan norma di

masyarakat yang sangat penting untuk ditanamkan sejak dini kepada murid serta

bertujuan supaya mereka dapat tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang

tidak hanya cerdas, tetapi juga berkepribadian sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

dan UUD 1945.

Winataputra (2009: 129), menyatakan bahwa “tuntutan pedagogis dalam

pembelajaran PKn diartikan sebagai pengalaman belajar yang diperlukan untuk

mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat dalam

lingkup isi dan kompetensi dasar”. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, secara terperinci tujuan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar murid memiliki kemampuan sebagai

12
Ruminiati ,2007 .Pendidikan Kewarganegaraan SD .Jakarta : Direktorat Pendidikanl Tinggi Depdiknas
berikut:

1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan;

2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara serta anti korupsi;

3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi.

Winataputra (2009:139) menyatakan bahwa “PKn merupakan mata pelajaran

dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. PKn

sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat pada umumnya karena PKn

merupakan pendidikan nilai, demokrasi, moral, sosial, dan masalah pendidikan politik”.

Sementara itu, Kurnia (2008: 320) menyatakan bahwa ”Moral adalah sesuatu yang tidak

dibawa dari lahir, tetapi sesuatu yang berkembang dan dapat diperkembangkan atau

dipelajari”. Perkembangan moral merupakan proses internalisasi nilai atau norma

masyarakat sesuai dengan kematangan dan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan

diri terhadap peraturan yang berlaku dalam kehidupannya.13

Perkembangan moral mencakup aspek kognitif yaitu pengetahuan tentang

baik dan buruk atau benar dan salah, dan aspek afektif yaitu sikap moral mengenai

bagaimana cara pengetahuan moral itu dipraktikkan. Sikap moral dikenalkan dan

diajarkan oleh guru melalui pendidik. Proses pembelajaran memiliki tujuan agar murid

mencapai kompetensi yang telah dirancang sebelum. Keberhasilan suatu pembelajaran

dipengaruhi oleh beberapa elemen pembelajaran, antara lain performansi guru dan

13
Winataputra ,Udin S .2009 . Pembelajaran PKn SD Jakarta : Universitas
murid. Performa guru dalam pembelajaran akan mempengaruhi mutu pendidikan.

Semakin baik performa guru dalam pembelajaran, maka aka-n semakin baik pula mutu

pendidikan. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran akan mempengaruhi hasil

belajar murid.

Guru yang melaksanakan kegiatan pembelajaran belum dapat dikatakan

berhasil apabila tidak membawa perubahan pada diri murid. Pembelajaran

seharusnya dapat mengarahkan murid pada proses belajar. Mengingat setiap

proses pembelajaran perlu dipersiapkan maka setiap tujuan pembelajaran perlu

dirumuskan sedemikian rupa agar dapat diukur tingkat keberhasilannya.

Materi disampaikan guru berdasarkan perencanaan sebelumnya. Guru

perlu memperhatikan bahwa model pembelajaran yang digunakan juga sesuai

dengan materi yang akan disajikan kepada murid karena tidak semua model

pembelajaran dapat diterapkan dan sesuai dengan karakter materi. PKn sebagai

salah satu mata pelajaran di sekolah perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan

dan tuntutan masyarakat. Kemampuan murid yang perlu dikembangkan yaitu

mampu untuk menyesuaikan diri, memilih, dan mengembangkan lingkungannya.

Murid diharapkan mampu menghayati hak dan kewajibannya sebagai warga

masyarakat, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

untuk mencapai tujuan PKn secara maksimal maka diperlukan suasana

pembelajaran yang demokratis.

1. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Proses pembelajaran begitu banyak pendekatan yang digunakan, akan tetapi

kebanyakan pendekatan tersebut berdasarkan konsep semata tanpa dibekali

peserta didik dalam memecahkan masalah dengan kemampuan yang dimilikinya

dalam kehidupan nyata. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik

mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pendekatan kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu


guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata murid

dan mendorong murid membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.14

Pendekatan yang menekan pada kehidupan dengan situasi dunia nyata

peserta didik yang menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Wina

Sanjaya (2006: 25-26) bahwa:”Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekan kepada proses

keterlibatan murid secara penuh untuk dapat menemukan materi yang

dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga

mendorong murid untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.

Menurut Dharma Kesuma, dkk (2010: 58). bahwa: “Contextual Teaching

and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong murid membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam

kehidupan mereka sehari-hari”.

Pendekatan kontekstual atau Contekstual Teaching and Learning/CTL

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi duania nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pangetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Esti Ismawati (2011:

115)

14
Johnson B Elaine .2010 .Contextual Teaching And Learning . Bandung : Kaifa
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning

a. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Proses pembelajaran begitu banyak pendekatan yang digunakan, akan

tetapi kebanyakan pendekatan tersebut berdasarkan konsep semata tanpa dibekali

peserta didik dalam memecahkan masalah dengan kemampuan yang dimilikinya

dalam kehidupan nyata. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik

mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pendekatan kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata murid

dan mendorong murid membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.15

Pendekatan yang menekan pada kehidupan dengan situasi dunia nyata

peserta didik yang menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Wina

Sanjaya (2006: 25-26) bahwa:”Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekan kepada proses

keterlibatan murid secara penuh untuk dapat menemukan materi yang

dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga

mendorong murid untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.

Menurut Dharma Kesuma, dkk (2010: 58). bahwa: “Contextual Teaching

and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong murid membuat

15
Johnson B Elaine .2010 .Contextual Teaching And Learning . Bandung : Kaifa
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam

kehidupan mereka sehari-hari”.

Pendekatan kontekstual atau Contekstual Teaching and Learning/CTL

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi duania nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pangetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Esti Ismawati (2011:

115)

b. Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Kontek Contextual Teaching and Learning, pembelajaran harus membantu

peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuannya dan dapat memecahkan

masalah dari apa yang dipelajarinya. Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima

karakteristik penting dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (Wina Sanjaya. 2006: 30-32),

yaitu :

1) Contextual Teaching and Learning, pembelajaran merupakan proses

pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa

yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang akan diperoleh murid

adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2) Pembelajaran yang Contextual Teaching and Learning adalah belajar dalam

rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).

Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif artinya pembelajaran


dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan

detailnya.

3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan

yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini,

misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan

yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu

dikembangkan.

4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),

artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat

diaplikasikan dalam kehidupan murid, sehingga tampak perubahan perilaku

murid.

5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan

pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan

dan penyempurnaan strategi. Karakteristik pembelajaran kontekstual

melibatkan 7 asas utama dalam pembelajaran yakni : konstruktivisme, inkuiri,

bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan,

refleksi, dan penilaian nyata.

Proses belajar-mengajar akan lebih efektif bila dimulai dari lingkungan

belajar yang berpusat pada murid. Hatimah Ihat dkk (2007:917). menyatakan,

bahwa: “Pembelajaran Contextual Teaching and Learning merupakan upaya

pendidik untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata peserta didik dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat”.16

c. Tujuan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning

dalam Pembelajaran PKn.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning bertujuan membantu para

peserta didik melihat makna pada materi akademik yang mereka pelajari dengan

cara menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari

mereka, konteks pribadi, sosial, dan budaya mereka. Dalam Contextual Teaching

and Learning terdapat delapan komponen (Wina Sanjaya, 2006: 35-38), yaitu :

1) Membuat hubungan-hubungan yang bermakna.

2) Melakukan pekerjaan yang berarti.

3) Melaksanakan proses belajar yang diatur sendiri.

4) Bekerja sama.

5) Berfikir kritis dan kreatif.

6) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang.

7) Mencapai standar tinggi.

8) Menggunakan penilaian otentik.

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning mengajarkan langkah-

langkah yang dapat digunakan dalam berfikir kritis dan kreatif serta memberikan

kesempatan untuk menggunakan keahlian berfikir murid dalam tingkatan yang

lebih tinggi dalam dunia nyata.

Menurut Elaine B Johnson (2010: 65) yang mendefinisikan ”Contextual

Teaching and Learning sebagai: Sebuah sistem yang menyeluruh, yang terdiri

16
Kesuma , Dharma ,dkk ( 2010 ) .Contextual Teaching And Learning . Garut : Rahayasa Research And
Training
dari bagian-bagian yang saling terhubung dan bagian-bagian ini terjalin satu sama

lain sehingga menghasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan secara

terpisah”. Salah satu yang paling menakjubkan dari anak-anak adalah keterbukaan

mereka pada informasi baru dan kemauan mereka untuk berubah.

Berfikir kritis dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan,

membujuk menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah dan berfikir

kreatif untuk mempelajari masalah sacara sistematis, menghadapi berjuta

tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan

merancang solusi orisional. Contextual teaching and learning adalah pendekatan

pembelajaran yang menekan pada aktivitas murid secara penuh, baik fisik maupun

mental.

Penelitian ini pada hakikat pendekatan Contextual Teaching and

Learning adalah suatu pendekatan yang mengaitkan materi pembelajaran dengan

kehidupan dunia nyata peserta didik serta melibatkan peserta didik dalam mencari

makna atau konteks itu sendiri di dalam materi akademik yang murid pelajari

dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam

kehidupan sehari mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan

budaya murid.17

B. Kajian Penelitian yang Relevan

a. Lukman Tahun 2013. Pengaruh pendekatan Contekstual Teaching and

Learning terhadap hasil belajar PKn pada murid kelas IV SDN 116 Kampung

Delima Kab. Rejang Lebong . Dengan hasil yang signifikan.

17
Jihad ,Asep ,dkk .2008 .Evaluasi Pembelajaran Yogyakarta.: Multi Pressindo
b. Nurhidayah Tahun 2011. Pengaruh pendekatan Contekstual Teaching and

Learning terhadap hasil belajar PKn pada murid kelas IV SDN 116 Kampung

Delima Kab. Rejang Lebong . Dengan hasil yang signifikan.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan di atas, terdapat kaitan

erat antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran tertentu

terhadap hasil belajar murid. Untuk itu, dalam pembelajaran PKn, seorang guru

haruslah menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan memacu murid

untuk dapat mengamati, memahami, dan mampu memecahkan masalah dari setiap

percobaan yang diamati.

Pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi media pertemuan beragam

nilai tersebut dengan khasanah pemikiran dan nilai Indonesia yang berakhir

dengan lahirnya sebuah sintesis kreatif yang khas dan pas dijadikan sebagai

panduan bersama bangsa Indonesia dalam Ubaedillah dan Abdul Rozak (2003: 9).

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning akan lebih menarik dan memberikan motivasi tersendiri bagi murid

untuk dapat mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki murid melalui

berfikir kritis dan kreatif dalam menemukan makna dari apa yang telah dipelajari

dan mendorong murid untuk mengeluarkan bakat yang terpendam dalam diri

murid.

Menurut Soemantri dalam Ubaedillah dan Abdul Rozak (2003: 15).

Pendidikan Kewarganegaraan ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut :

(a) Civic Education adalah kegiatan yang meliputi seluruh program

sekolah;
(b) Civic

Education meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang menumbuhkan hidup

dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat demokratis; dan

(c) dalam Civic Education termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman,

kepentingan masyarakat, pribadi dan syarat-syarat objektif untuk hidup

bernegara.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir yang dicantumkan diatas, maka diajukan

hipotesis sebagai berikut: “Terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual

Teaching and Learning terhadap Pengembangan Ahlak ,Moral, dan Sosial dalam

Meningkatkan Pembelajaran PPkn Kelas IV SDN 116 Kampung Delima Kab

Rejang Lebong .
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Desaian Dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendali (Emsir, 2015: 96). Desain penelitian ini

menggunakan penelitian Pre-experimental Design (Nondesigns) yang akan

mengkaji tentang “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning

terhadap hasil belajar PKn murid kelas IV SDN 116 Kampung Delima

Kab.Rejang Lebong”. Desain penelitian yang digunakan adalah “One-Group

Pretest-Postest design”. Desain ini dilakukan dengan membandingkan hasil pre-

test dengan hasil post-test. Desain yang digunakan dapat digambarkan sebagai

berikut

Tabel 3.1. Desain Penelitian

O1 X O2

Sumber : Sugiyono, 2014

Keterangan:

O1 = Tes Awal (Pretest).

X = perlakuan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Contextual

Teaching and Learning.

O2 = tes Akhir (Posttest).


Model eksperimen ini melalui tiga langkah, yaitu:

a. Memberikan Pretest untuk mengukur variabel terikat (hasil belajar) sebelum

perlakuan dilakukan.

b. Memberikan perlakuan kepada kelas subjek penelitian dengan menerapkan

pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

c. Memberikan postest untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan

dilakukan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 116 Kampung Delima

Kabupaten Rejang Lebong. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei

pada Tahun 2023. murid kelas IV SDN 116 Kampung Delima Kab. Rejang

Lebong diberikan perlakuan Contextual Teaching and Learning. Setelah itu, akan

dilakukan tes untuk bisa melihat atau mengukur hasil dari pengaruh pendekatan

Contextual Teaching and Learning.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian

tersebut populasi adalah keseluruhan murid kelas IV SDN 116 Kampung delima

Kab.Rejang Lebong. Jumlah murid kelas IV SDN 116 Kampung Delima adalah

29 orang sebagai sampel dengan perincian sebagai kelas kontrol sekaligus

sebagai kelas eksperimen.


Tabel 3.2

Populasi Murid Kelas IV SDN 116 Kampung Delima .

Jenis Kelamin
No. Kelas Jumlah
Laki-laki Wanit
a
1. IV 10 19 29

 10 19 29

Sumber : SDN 116 Kampung Delima Kab. Rejang Lebong Tahun 2023

2. Sampel

Menurut Arikunto dalam Suharsimi (2012) sampel merupakan bagian

dari keseluruhan yang menjadi objek sesungguhnya dari suatu penelitian

sedangkan metodologi yang digunakan menyeleksi disebut sampling. Apabila

populasi terlalu banyak, jalan yang harus ditempuh adalah mengambil sebuah

sampel sebagai wakil dari populasi yang ditetapkan.

Untuk menentukan sampel dalam penelitian digunakan teknik “ Total

sampling” artinya peneliti mengambil seluruh jumlah populasi sebagai anggota

sampel. Dengan pertimbangan bahwa jumlah murid hanya 29 orang yang

dijadikan sebagai sampel.

Menurut Arikunto dalam Suharsimi (2012) bahwa apabila subjek

penelitian kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjek

besar, diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau tergantung dari

(a) kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga, dan dana

(b) luas sempitnya wilayah pengamatan

(c) besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.


Tabel 3.3. Sampel Penelitian

Jenis Kelamin
No. Kelas Jumlah
Laki-laki Wanita

1. IV 10 19 29

Sumber : SDN 116 Kampung Delima Kab.Rejang Lebong Tahun 2023

D. Proses Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: tahap persiapan,

pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut diuraikan penjelasan lebih rinci terkait

proses penelitian.

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a) Menentukan materi yang akan dijadikan sebagai materi penelitian

b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c) Mempersiapkan instrumen penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

a) Memberikan penjelasan secara singkat dan menyeluruh kepada murid kelas IV

SDN 116 Kampung Delima Kab.Rejang Lebong sehubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan.

b) Memberikan tes awal dengan menggunakan instrumen test (pre-test) untuk

mengetahui hasil belajar murid sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning.

c) Memberikan perlakuan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning.


d) Memberikan tes akhir (Post-test)

3. Tahap Akhir

a) Mengumpulkan hasil tes

b) Mengolah hasil tes

c) Penarikan kesimpulan sesuai dengan analisis yang dilakukan

d) Menyusun laporan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.

E. Defenisi Opresional

Defenisi oprasional merupakan deskripsi tentang variabel yang diteliti.

Variabel penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas

dalam penelitin ini adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning,

sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar, yaitu belajar PKn. Pendekatan

Contextual Teaching and Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan murid secara penuh untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi

kehidupan nyata sehingga mendorong murid untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan mereka.

Pendekatan Contextual Teachung and Learning ini diharapkan langkah-

langkah yang digunakan dengan mengaitkan antara materi pelajaran dengan

lingkungan sekitar murid ini dapat dimengerti dengan baik oleh murid. Hasil

belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan

mengajar. Dari murid, hasil belajar merupakan berakhirnya pangkal dan puncak

proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh murid dari proses

atau kegiatan belajar yang dapat berupa pengetahuan.


F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam, maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2014:102). Adapun

instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian “pengaruh pendekatan

Contextual teaching and learning terhadap hasil belajar PKn murid kelas IV SDN

116 Kampung Delima ” adalah tes hasil belajar berupa uraian soal-soal PKn.

1. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui gambaran hasil belajar

murid setelah diterapkan pembelajaran PKn.

2. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk melihat keaktifan murid dalam

mengikuti proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran PKn. Yang

dilakukan dengan mengamati keterlangsungan pembelajaran PKn dengan model

pembelajaran Contekstual Teaching an Learning. Kegiatan ini menggunakan

lembar observasi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penelitian dalam

penelitian ini adalah tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Adapun langkah-

langkah (prosedur) pengumpulan data yang akan dilakukan sebagai berikut:

1. Tes Awal (pre-test)

Tes awal dilakukan sebelum pemberian perlakuan. Tes awal dilakukan

untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh murid sebelum diterapkannya

pendekatan Contextual Teaching and Learning.


2. Pemberian Perlakuan (Treatment)

Peneliti menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada

pembelajaran PKn.

Langkah-langkah treatment yang diberikan dalam bentuk RPP adalah

sebagai berikut:

a. Penentuan situasi yang bersifat dilematis.

b. Penyajian situasi pengalaman belajar melalui membacakan atau peragaman

dengan melibatkan peserta didik dengan cara: pengumpulan pokok masalah,

identifikasi fakta, menentukan kesamaan pengertian, dan menentukan masalah

utama yang akan dipecahkan.

c. Penentuan posisi atau pendapat melalui: penentuan pilihan individu, penentuan

pilihan kelompok dan kelas, klarifikasi atas pilihan-pilihan tersebut.

d. Menguji alasan dengan: meminta argumentasi, memantapkan argumen dengan

analogi, mengkaji akibat-akibat, dan kemungkinan-kemungkinan dari

kenyataan.

e. Penyimpulan dan pengarahan

f. Tindakan lanjut.

3. Tes Akhir (Post-Test)

Setelah pemberian perlakuan, maka tindakan selanjutnya adalah post-test

untukmengetahui hasil belajar PKn dengan menggunakan pendekatan Contextual

Taching and Learning.


H. Teknik Analasis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan

analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa nilai

pretest dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua nilai

tersebut dengan mengajukkan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang

didapatkan antara nilai pretest dengan nilai Post test. Pengujian perbedaan nilai

hanya dilakukan terhadap rerata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu

digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t-test). Dengan demikian langkah-

langkah analisis data eksperimen dengan model eksperimen dengan One Group

Pretest Posttest Design adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Analisis data statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul selama proses penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-

langkah dalam penyusunan melalui analisis ini adalah sebagai berikut:

Rata-rata (Mean)

Me = (Tiro, 2008: 120)

Keterangan:

Me = Mean (rata-rata)

∑ = Jumlah

Xi = Nilai X Ke i sampai ke n

N = Banyaknya subjek
Analisis ini telah peneliti tetapkan tingkat kemampuan siswa dalam

penguasaan materi pelajaran sesuai dengan prosedur yang dicanangkan oleh

Depdikbud yaitu:

Tabel 3.4 Tingkat Penguasaan Materi

Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar

0 – 54 Sangat Rendah

55 – 64 Rendah

65 – 79 Sedang

80 – 89 Tinggi

90 – 100 Sangat tinggi

2. Analisis Data Statistik Inferensial

Penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t

(uji t). Dengan tahapan sebagai berikut :

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

a) Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:


Md =

Keterangan:

Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest

= jumlah dari gain (posttest – pretest)

N = subjek pada sampel.

b) Mencari harga “ ∑ ” dengan menggunakan rumus:


(∑ )
∑ =∑ −

Keterangan :

∑ = Jumlah kuadrat deviasi

= jumlah dari gain (post test – pre test)

N = subjek pada sampel.

c) Mentukan harga t Hitung dengan menggunakan rumus:

t =

( )

Keterangan :

T = Perbedaan dua mean

Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest

∑ = Jumlah kuadrat deviasi

N = subjek pada sampel

d) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan

Kaidah pengujian signifikan :

Jika t Hitung > t Tabel maka H o ditolak dan H 1 diterima, berarti penerapan

model pembelajaran Kontekstual Teaching and Learning berpengaruh

terhadap hasil belajar murid kelas IV SDN116 Kampung Delima Kab. Rejang Lebong

e) Jika t Hitung <t Tabel maka H o ditolak, berarti penerapan model pembelajaran

Kontekstual Teaching and Learning tidak berpengaruh terhadap hasil belajar

murid kelas IV SDN 116 Kampung Delima Menentukan

harga t Tabel
Mencari t Tabel dengan menggunakan table distribusi t dengan taraf signifikan

α = 0,05 dan db = N – 1

Keterangan:

db = Derajat kebebasan tertentu ditentukan dengan N-1

f) Membuat kesimpulan apakah model pembelajaran Kontekstual Teaching and

Learning berpengaruh Pendekatan Konseptual (CTL ) terhadap Pengembangan

Ahlak ,Moral, dan Sosial dalam Meningkatkan Pembelajaran PPKn Kelas lV SDN

116 Kampung Delima Kab.Rejang Lebong

30

Anda mungkin juga menyukai