Anda di halaman 1dari 11

Pkn

 SARIWULAN 857442627

Izin menanggapi diskusi :


Memang tidak bisa di pungkiri saat ini penilaian hanya sebatas pengetahuan moral belaka (moral knowledge) dimana
yang lebih di unggulkan dan dipertanyakan yaitu angka seperti pertanyaan orang tua kepada anak - anak mereka
ketika pulang sekolah : "Berapa rangking mu di sekolah?" Atau "Berapa nilai PKN mu?"
Tidak mengindahkan proses saat mendapatkan nilai pembelajaran dan implementasi dalam kegiatan sehari - hari.
Maka siswa juga berbondong - bondong mencari angka yang maksimal dengan cara apapun.
Namun guru disekolah harus menilai proses dan implementasi dalam pembelajaran tersebut apakah pembelajaran
tersebut dapat merubah siswa menjadi lebih jujur, bertanggung jawab, ataupun menjadikan lebih baik lagi.

Proses pembelajaran yang ideal agar pembelajaran PKn dapat membentuk siswa menjadi warga negara yang baik
yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai berikut :
Dalam pembelajaran PKN minimal tiga hal yang harus di kembangkan guru yaitu pengetahuan kewarganegaraan
(Civic Knowledge), keterampilan kewarganegaraan (Civic Skill) dan keterampilan kewarganegaraan (Civic Disposition)
Model pembelajaran yang ideal memang tidak ada, hanya saja yang di anggap cocok tergantung dari karakteristik
tujuan pembelajaran, karakter/kualifikasi butiran materi, situasi dan lingkungan belajar, tingkat perkembangan dan
kemampuan belajar siswa, waktu tersedia dan kebutuhan siswa itu sendiri.
Maka menurut A. Kosasih Djahiri (1992) model pembelajaran yang di anggap cocok untuk di terapkan dalam PKN
diantaranya VCT (Value Clarification Technique /Teknik Pengungkapan Nilai)
Pola pembelajaran VCT menurut A. Kosasih Djahiri (1992) dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena hal-
hal berikut.
Pertama, mampu membina dan mempribadikan (personalisasi) nilai-moral.
Kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan nilai-moral yang disampaikan.
Ketiga, mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai-moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata.
Keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi
afektualnya.
Kelima, mampu memberikan pengalaman belajar berbagai kehidupan.
Keenam, mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai-moral naif yang ada
dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang.
Ketujuh, menuntun dan memotivasi hidup layak dan bermoral tinggi.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dipertimbangkan untuk materi Pancasila dan UUD 1945 adalah
VCT percontohan dan VCT Analisis Nilai.

Referensi
BMP Materi dan Pembelajaran PKn SD karya Udin S. Winataputra, dkk

 DINA PRATIWI 857924712


Kenyataan banyaknya kasus kenakalan remaja seperti perkelahian, balap liar, narkoba, serta tindak kriminal yang
lainnya masih saja terus menerus terjadi hingga saat ini. Salah satu penyebabnya adalah pembelajaran PKn masih
belum maksimal diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini tidak lepas dari strategi, metode, media dan
evaluasi yang diterapkan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selama ini penilaian hanya sebatas
pengetahuan moral belaka (moral knowledge), hal ini disebabkan siswa hanya mempelajari materi pelajaran.
Dalam hal ini, yang dapat kita lakukan sebagai guru agar proses pembelajaran yang ideal, agar pembelajaran PKn
dapat membentuk siswa menjadi warga negara yang baik yang sadar akan hak dan kewajinbannya adalah
memperbaiki strategi, metode dan evaluasi pembelajaran. Seperti yang tertulis dalam sumber yang saya baca, salah
satu pembaharuan dalam PPKn 1999/PKn baru ialah strategi pembelajarannya siswa tidak hanya mempelajari materi
pelajaran, tetapi mempelajari materi dan sekaligus praktek, berlatih dan mampu membakukan diri bersikap dan
berperilaku sebagai materi yang dipelajari. Kosasih Djahiri (1999) memberikan penjelasan bahwa strategi yang harus
digelar guru hendaknya sebagai berikut: membina dan menciptakan keteladanan, baik fisik dan materiil (tata dan
asesoris kelas/sekolah), kondisional (suasana proses KBM) maupun personal (guru, pimpinan sekolah dan tokoh
unggulan), membiasakan/membakukan atau mempraktekkan apa yang diajarkan mulai di kelas-sekolah-rumah dan
lingkungan belajar, dan memotivasi minat/gairah untuk terlibat dalam proses belajar, untuk kaji lanjutan dan
mencobakan serta membiasakannya.
Ketiga strategi di atas dapat dioperasionalkan melalui berbagai metode yang sering digunakan oleh guru dalam
ceramah bervariasi Tanya jawab, diskusi, problem solving, percontohan, pemain peran, VCT, kerja lapangan, karya
wisata, observasi reportase dan dramatisasi.
Kosasih Djahiri menganjurkan evaluasi yang seperti tidak hanya dilakukan dua kali saja (formatif dan sumatif) tetapi
mestinya dilakukan pra dan sepanjang proses KBM melalui berbagai model alat serta kegiatan secara terarah-
terkendali. Pola evaluasi ini dinamakan evaluasi portofolio atau penilaian yang kontinyu berkesinambungan.
Sumber: BMP PDGK4401 karya Udin S. Winataputra dkk Modul 2

 PURI RAHAYU 858776783

Mata pelajaran PKn sebenarnya mata pelajaran yang sangat penting untuk di ajarkan dan dimantapkan kepada siswa
mulai dari sekolah dasar hingga pendidikan atas. karena dengan mapel PKn ini sangat berkaitan dengan nilai-nilai
luhur pancasila. karena dasar negara kita yaitu Pancasila yang sangat berhubungan dengan pembelajaran PKn di
sekolah. kalau jiwa Pancasila tidak tertanam dengan baik kepada siswa semenjak dini, dapat kita lihat pada saat
sekarang ini banyaknya kasus kenakalan remaja seperti perkelahian/tauran antar pelajar, balapan liar, kasus
narkoba, perundungan dan masih banyak kasus-kasus yang lainnya yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila.
Maka dari itu kita sebagai calon guru Sekolah Dasar, yang mana mapel PKn pertama kali diajarkan oleh guru SD, oleh
sebab itu kita sebagai calon seorang guru harus bisa membelajarkan anak didik dengan cara mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional dan sosial,
mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic participation) guna menopang tumbuh dan berkembangnya
warga negara yang baik.
Agar warga negara dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan, pengalaman
praktis, dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi warga negara. maka dari itu merupakan tugas pokok
kependidikan, baik pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah. Khusus dalam pendidikan
persekolahan, PKn memegang peranan yang sangat strategis dalam mempersiapkan dan membina warga negara.
Dengan pembelajaran PKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai
serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. oleh karena itu ada dua hal
perlu mendapat perhaitan kita sebagai calon seorang guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni
bekal pebgetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran. Pembelajaran partisipatif yang
berbasis portofolio (portofolio-based learning) merupakan alternatif utama guna mencapai tujuan PKn tersebut.

Demikianlah pendapat saya, terimakasih.

SUmber: BMP PDGK4401/MODUL01 Hal. 1.19-1.21


Saudara mahasiswa, diskusi pada minggu ini akan difokuskan pada hasil observasi yang telah Anda lakukan dan hasil
refleksi terhadap permasalahan pembelajaran yang dihadapi di kelas masing-masing.

Untuk itu, silakan Anda kemukakan:

1. Fokus penelitian yang akan dilaksanakan

2. Alternatif perbaikan yang akan dilaksanakan

3. Alasan pemilihan fokus dan alternatif perbaikan

Silakan yang lain untuk memberikan masukan, khususnya untuk alternatif perbaikan yang aka

Ipa

Diskusi. 2

Pada kelas 4 SD dengan materi Upaya pelestarian sumber daya alam, manusia tidak hanya mencegah dan
mengolah sumber daya alam, tetapi juga mencari energi alternatifnya.

Uraikan dengan lengkap apakah materi pelajaran tesebut kesesuaiannya mendekati kurikulum 2013 atau KTSP!

Semua jawaban diskusi dibuat secara rinci

Copy paste utuh dari internet atau mengcopy dari teman, nilainya tidak di proses 

NURHAYATI 858401434

Berdasarkan Uraian materi pelajaran pada kelas 4 SD dengan materi uoaya pelestarian sumber daya alam , manusia
tidak hanya mencegah dan megolah sumber alam tetapi juga mencari energi alternatif yang diberikan, dapat
disimpulkan bahwa materi tersebut lebih mendekati kurikulum 2013 dari pada KTSP.
Pada kurikulum 2013, terdapat tema pembelajaran yang berfokus pada pelestarian lingkungan dan sumber daya
alam, serta penggunaan energi alternatif. Hal ini sejalan dengan materi pelajaran yang disebutkan, yang membahas
mengenai upaya pelestarian sumber daya alam dan mencari energi alternatif.

Sementara itu, pada KTSP, materi pelajaran lebih bersifat urutan materi yang berisi daftar kompetensi atau indikator
pencapaian siswa. Materi pelestarian sumber daya alam dan penggunaan energi alternatif mungkin termasuk dalam
daftar tersebut, tetapi tidak ditekankan secara spesifik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa materi pelajaran tersebut lebih sesuai dengan kurikulum 2013 dari pada
KTSP.
 SUNENI NOFIASIH 857065188

Assalamualaikum wr.wb.

menurut saya ketahui materi pelajaran tersebut lebih cocok dengan Kurikulum 2013 daripada KTSP. Hal ini karena
Kurikulum 2013 menekankan pada pendekatan pembelajaran yang lebih tematik dan integratif, yang memungkinkan
pengajaran sains tidak hanya meliputi konsep dan fakta, tetapi juga memperhatikan aspek sosial, lingkungan, dan
budaya.

Pada kurikulum 2013, salah satu fokus pembelajaran pada tingkat Sekolah Dasar adalah pengembangan karakter dan
sikap positif melalui pendekatan tematik. Materi pelestarian sumber daya alam termasuk dalam tema lingkungan
hidup dan keanekaragaman hayati. Dalam tema ini, siswa diharapkan dapat memahami dan mempelajari tentang
pelestarian sumber daya alam, termasuk energi alternatifnya.

Sedangkan pada KTSP, pembelajaran lebih menitikberatkan pada materi pelajaran tertentu dan lebih terpisah satu
sama lainnya. Oleh karena itu, kurikulum 2013 lebih cocok dalam mendukung pembelajaran materi pelestarian
sumber daya alam dengan pendekatan yang lebih holistik dan menyeluruh.

Sekian dan terimakasih

PKR

SULASIH 821013332 

ijin menanggapi
peran guru dalam merancang kurikulum adalah sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan dalam
mendesain kurikulum. Tujuan, isi pembelajaran, strategi serta mengukur keberhasilan guru dapat menentukannya.
Dan untuk mengembangkan kurikulum guru harus harus mencapai kegiatan di bawah ini : merencakan,
mengimplementasikan serta mengevaluasi kurikulum, dengan perencanaan guru akan mudah mencapai tujuan
pembelajaran

sumber : Buku modul PDGK4302 dan internet

KARINA FITRIA 855883335

Nama : Karina Fitria


Nim : 855883335
Diskusi 2
Kurikulum merupakan bagian dari suatu sistem pengelolaan yang menyangkut perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran yang dijadikan pedoman dalam dunia pendidikan kurikulum atau panduan bagi guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Implementasi kurikulum memerlukan seseorang yang berperan sebagai pelaksananya. Guru merupakan faktor
penting dalam implementasi kurikulum karena ia merupakan pelaksana kurikulum. Karena itu guru dituntut memiliki
kemampuan untuk mengimplementasikannya karena tanpa itu kurikulum tidak akan bermakna sebagai alat
pendidikan. Dan sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif tanpa kurikulum sebagai pedoman. Dengan demikian
guru menempati peran dalam pengembangan kurikulum.
1. Sebagai implementer.
Guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Di sini guru hanya menerima berbagai kebijakan
perumus kurikulum. Guru tidak memiliki kesempatan baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan
target kurikulum. Peran guru hanya sebatas menjalankan kurikulum yang telah disusun.
2. Sebagai adapters.
Guru lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum
yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan local
3. Sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher).
Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas professional guru yang memiliki tanggung jawab dalam
meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam peran ini guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai
komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektivitas program, strategi maupun
model pembelajaran, termasuk mengumpulkan data tentang keberhasil-an siswa mencapai target kurikulum
4. Peran guru dalam pengembangan kurikulum
Pada hakikatnya, kurikulum merupakan penyempurnaan dari pengembangan kurikulum sebelumnya dan harus pas
pada sasaran kurikulum zaman milenial.
5. Guru sebagai Disainer pembelajaran. Sebagai guru professional, guru mendisain bagaimana corak pembelajar an
yang akan dijalankan. Disain pembelajaran itu sudah terekam dalam perangkat pembelajaran yang terstruktur,
praktis dan bias diterapkan.
6. Guru Sebagai Seniman Pembelajaran. Pembelajaran di ruang kelas memiliki nilai dan sentuhan seni sehingga
menimbulkan rasa senang bagi siswa. Sebelumnya guru telah melakukan perancangan terhadap pembelajaran yang
mengandung unsur seni sehingga rancangan tersebut dapat dijalankan oleh guru.
7. Motivator pembelajaran dalam pengembangan kurikulum. Peran tersulit dialami guru adalah membangkitkan
semangat dan kemauan siswa untuk mengeksplorasi materi belajar sebanyak mungkin. Motivasi yang cukup akan
membuat siswa terangsang untuk belajar secara maksimal.
8. Mediator pembelajaran. Kehadiran guru dalam pembelajaran sebagai perantara antara sumber belajar dengan
siswa. Guru menyajikan pokok permasalahan pembelajaran kepada siswa dan siswa menerima, menelaah, dan
membahas materi itu sehingga menjadi miliknya.
9. Inspirator pembelajaran kurikulum. Guru menjadi sumber inspirasi utama bagi siswa dalam mengelola materi
pelajaran. Pemikiran dan strategi yang disampaikan guru akan menggerakkan siswa belajar secara mandiri dan
kreatif.
Guru-guru turut memberi andil dalam merumuskan setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan
yang seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum. Karena guru-guru sejak awal penyusunan
kurikulum telah diikutsertakan, mereka memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian
pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi pengguna,
tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana serta evaluator kurikulum.
Sumber Referensi :
• Dakir, H. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
• Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 No.2 Mei 2020

Matematika

Silahkan teman-teman diskusikan masalah di bawah ini sesuai dengan petunjuk!

Berilah contoh peristiwa pembelajaran matematik dengan menerapkan teori pembelajaran konstruktivisme (teori
Ausubel, teori brunner, teori van Hill, teori Polya)
Selamat berdiskusi

AHMAD FADHLULLAH ANSHARI 857434074

Izin menanggapi 🙏

Berikut adalah contoh peristiwa pembelajaran matematik dengan penerapan teori pembelajaran konstruktivisme :

1. Teori Ausubel
Menurut Ausubel, pada tahap pertama belajar, informasi dapat dikomunikasikan kepada siswa dalam bentuk belajar
penerimaan dengan menyajikan informasi dalam bentuk final atau mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi tersebut pada
pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi proses belajar bermakna. Pada teori Ausubel, pembelajaran
dapat dimulai dengan mengaitkan materi sebelumnya sehingga memudahkan guru untuk menanamkan konsep baru.
Kemudian, penenaman konsep baru dimulai dengan membahas konsep secara umum dan berkembang menuju
konsep-konsep khusus dan lebih spesifik.Kemudian dari konsep-konsep tersebut peserta didik dapat menggunakan
peta konsep untuk menghubungkan konsep satu dengan lainnya sehingga setiap konsep terhubung dan
teridentifikasi dengan jelas. Teori ini dapat diterapkan pada materi bangun datar segi empat dengan menggunakan
langkah-langkah tersebut dan menugaskan peserta didik membuat peta konsep baik berupa tugas individual atau
kelompok.

2. Teori Brunner
Pembelajaran dimulai dari model konkret yaitu menggunakan benda-benda nyata. Contohnya kita menggunakan
kata pensil maka yang kita sampaikan adalah “Budi memiliki 2 pensil, kemudian dipinjamkan kepada Bayu 1 pensil,
berapakah sisa pensil Budi?”. Langkah berikutnya adalah membuat model semi konkret yang dapat berupa gambar
atau diagram atau lainnya yang sesuai dengan materi. Diagram yang dimaksudkan adalah tanda-tanda tertentu
sebagai turus atau bundaran dan sebagainya. Berikutnya adalah pembelajaran dilakukan dengan simbol-simbol
abstrak sebagai wujud dari bahasa matematika. Peserta didik sudah dapat mengeri arti dari “satu” atau “dua” tanpa
bantuan apa-apa. Tahap ini merupakan wujud dari pembelajaran matematika sebagai bahasa simbol yang padat arti
dan bersifat abstrak.

3. Teori Van Hill


Teori belajar van Hiele adalah teori belajar tentang tahap berpikir siswa dalam pembelajaran matematika khususnya
materi geometri. Dengan di terapkannya teori belajar van Hiele diharapkan siswa mampu bersikap aktif selama
proses pembelajaran. Tidak hanya siswa yang mampu bersikap aktif, guru juga harus memberikan materi
pembelajaran dengan baik yaitu dengan menerapakan teori belajar van Hiele untuk saling membantu dan bekerja
sama selama proses pembelajaran berlangsung.

Van Hiele mengusulkan 5 tahapan berurutan sebagai penerapan teori dalam pembelajaran. Sunardi (2012:42)
menyatakan mengenai tahap-tahap belajar geometri Van Hiele sebagai berikut :

1) Tahap 1 Informasi
Pada tahap ini, siswa mengenal domain yang dikerjakan misalnya menguji contoh dan bukan contoh guru dan siswa
mengupayakan pembicaraan dan aktivitas tentang objek-objek yang dipelajari. Pengamatan harus dibuat,
pertanyaan harus dimunculkan dan perbendaharaan untuk tingkat ini harus dikenalkan. Guru mendorong siswa
untuk berbicara, mengarahkan siswa untuk meneliti bagaimana objek-objek itu sama dan mengapa objek-objek itu
berbeda.

2) Tahap 2 Orientasi terarah


Pada tahap ini siswa mengerjakan tugas yang melibatkan hubungan berbeda dari jaringan yang dibentuk. Siswa
meneliti topik pelajaran melalui materi yang telah disusun urut oleh guru. Guru mengarahkan siswa untuk meneliti
karakteristik khusus dari objek-objek yang dipelajari. Dengan demikian berbagai material menjadi tugas singkat yang
dirancang untuk mencapai respon respon khusus.

3) Tahap 3 Penegasan/Uraian
Warkop ini guru mengenalkan terminologi tentang geometri mewajibkan siswa untuk menggunakannya dalam
percakapan dan dalam mengerjakan tugas. Siswa menjadi sadar tentang hubungan konsep-konsep geometri,
mencoba mengekspresikan dengan bahasanya sendiri, dan belajar bahasa teknis yang sesuai dengan materi. Guru
mendorong siswa untuk saling berbagi persepsi tentang struktur media mati menggunakan bahasanya sendiri.
Berdasarkan pengalaman siswa, siswa mengkreasikan dan mengubah pandangan tentang struktur yang diamati.

4) Tahap 4 Orientasi bebas


Pada tahap ini guru menyediakan tugas yang dapat dilengkapi siswa dalam sehari yang berbeda dan membuat Siswa
lebih cakap dengan pengetahuan geometri yang sudah diketahui sebelumnya. Misalnya melalui eksplorasi membuat
bangun-bangun berbeda dari berbagai potongan bangun. Siswa mendapatkan tugas-tugas yang lebih kompleks,
tugas dengan banyak langkah dan tugas yang dapat diselesaikan dalam banyak cara.

5) Tahap 5 Integrasi
Pada tahap ini pembelajaran dirancang untuk membuat ringkasan. Siswa membuat ringkasan terhadap apa yang
telah dipelajari. Maksud dari tahap ini bukan meneliti suatu ide baru, tetapi mencoba untuk mengintegrasikan apa
yang telah didiskusikan ke dalam jaringan yang logis, sehingga mudah dideskripsikan dan diterapkan. Bahasa dan
konseptualisasi matematika digunakan untuk mendeskripsikan jaringan tersebut.

4. Teori Polya
Model Polya merupakan model penyelesaian masalah matematika yang dibina oleh George Polya. Menurut polio
pemecahan masalah adalah suatu proses menemukan penyelesaian dari sebuah permasalahan matematika untuk
mendapatkan suatu hasil yang tidak dapat dicapai dengan segera (Ruyhana, 2016:108) penerapan teori
pembelajaran Polya atau pemecahan masalah dapat dilakukan dengan guru memberikan soal atau masalah kepada
kelas contohnya susunan bilangan yang acak.

2, 5, 8, 11,14,... , 29

Kemudian guru meminta setiap siswa untuk mencari paling sedikit tiga keadaan atau sifat yang dimiliki susunan
bilangan acak tersebut. Soal semacam ini merupakan soal tidak rutin atau tidak biasa yang dibuat oleh guru,
sehingga pada awalnya tentu guru juga mengalami kesulitan tentang "keinginan" yang tersirat dalam soal ini. Dari
pertanyaan tersebut akan muncul beberapa jawaban dan pemikiran yang luas.
Sebagai contoh beberapa jawaban yang benar dari peserta didik antara lain adalah :

a. Susunan bilangan itu dimulai dengan 2,


b. Susunan bilangan itu diakhiri dengan 29,
c. Bilang-bilang itu berurutan dari yang kecil ke yang lebih besar,
d. Dan lain sebagainya

Dari beberapa jawaban tersebut menunjukkan bahwa banyak konsep muncul menyertai pikiran siswa. Potensi ini
tumbuh dan berkembang dari pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada masing-masing menjadi sumber
belajar. Masalah ini bisa diperluas atau diperdalam antara lain dengan menanyakan tiga bilangan berikutnya atau
menanyakan bilangan ke-50 jika susunan bilangan itu ditambah. Siswa juga dapat diberi kesempatan mencari contoh
lain dan menyelesaikan/menjawab atau mengerjakan pertanyaan-pertanyaan serupa.
Sumber dan referensi :
https://www.amongguru.com/teori-belajar-bermakna-ausubel-dan-prinsip-penerapannya-dalam-pembelajaran/
https://www.gurnulis.id/2021/04/teori-belajar-bruner-matematika-SD.html
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/97759/Farisia%20Pratiwi%20Umami%20-
%20150210204051.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Buku Modul PDGK 4406 Pembelajaran Matematika SD

Sekian tanggapan dari saya, mohon koreksinya 🙏

 LIZA SA 856218241

Pembelajaran matematika dalam persfektif konstruktisme tidak lagi memandang siswa sebagai subjek yang pasif,
melainkan siswa lah yang membangun (konstruksi) pengetahuan tersebut hingga Zone Proximal Development (ZPD),
Peserta didik mampu menemukan hal - hal baru.
Contoh peristiwa pembelajaran matematik dengan menerapkan teori pembelajaran konstruktivisme adalah :
* Seorang guru matematika memasuki materi nilai rata- rata. Beliau membuat suatu instruksi agar para peserta didik
bisa mulai menerapkan teori belajar konstruktivisme di kelas. Untuk menentukan suatu nilai rata-rata, peserta didik
diminta mengikuti langkah berikut.

a. Menyiapkan beberapa menara blok dengan beberapa variasi ketinggian.


b. Meminta peserta didik untuk memotong beberapa menara blok yang lebih tinggi, sesuai kata hati.
c. Ambil ujung menara blok tertinggi, lalu tempelkan di menara blok terendah. Lakukan hal tersebut sampai
ketinggian menara bloknya sama.
d. Ulangi kegiatan tersebut dengan beberapa perbedaan variabel.

Lingkungan hidup

 LIZA SA 856218241

Pengertian Energi serta 7 Bentuk Bentuk Energi

Pengertian Energi

Pengertian energi adalah kemampuan makhluk hidup untuk melakukan usaha. Usaha yang dimaksud adalah
aktivitas makhluk hidup itu sendiri, misalnya berlari, berjalan, memasak, mencuci baju, mengejar mangsa, dan
masih banyak lainnya. 
Bagi manusia, energi utama berasal dari makanan. Mengapa demikian? Makanan yang masuk ke dalam tubuh
akan mengalami proses metabolisme secara mekanik dan kimiawi sedemikian rupa sehingga menghasilkan energi
bagi tubuh. Nah, energi itulah yang bisa membuat Quipperian selalu bugar setiap hari.

Bentuk-Bentuk Energi

Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan, tetapi hanya bisa berubah dari satu
bentuk ke bentuk yang lain. 

Contohnya pada kipas angin terjadi perubahan energi dari listrik menjadi gerak, pada setrika terjadi perubahan
dari energi listrik menjadi panas, pada tubuh terjadi perubahan dari energi kimia menjadi gerak, dan sebagainya. 

Nah, setelah membahas apa itu pengertian energi di atas, sekarang simak yuk apa saja bentuk-bentuk energi,
Quipperian!

1. Energi potensial

Energi potensial merupakan energi yang dihasilkan benda karena kedudukannya. Secara umum, energi potensial
dibagi menjadi dua yaitu energi potensial gravitasi dan energi potensial elastis. Apa perbedaan antara keduanya?

a. Energi potensial gravitasi

Buah kelapa yang jatuh dari pohonnya pasti akan berbunyi “debuk” saat menyentuh tanah. Hal itu disebabkan
buah kelapa menyimpan energi karena posisinya yang cukup tinggi. 

Nah, energi yang dimiliki sebuah benda—seperti kelapa—karena ketinggiannya disebut energi potensial gravitasi.
Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

Ep = energi potensial (J);

m = massa benda (kg);

g = percepatan gravitasi Bumi (m/s2); dan

h = ketinggian benda.

Semakin tinggi suatu benda dari permukaan tanah, semakin besar energi potensialnya.

b. Energi potensial elastis

Energi potensial elastis adalah energi yang dimiliki benda karena proses peregangan. Contohnya saat kamu
menarik ketapel. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

Ep = energi potensial elastis (J);


k = konstanta pegas (N/m); dan

∆x = perubahan panjang pegas.

Dari persamaan di atas, semakin besar peregangan pegas, semakin besar pula energi potensial elastis yang
dihasilkan.

2. Energi kinetik

Energi kinetik merupakan energi yang dihasilkan dari benda bergerak. Semakin besar kecepatan benda, semakin
besar pula energi kinetiknya. 

Contohnya energi kinetik mobil yang melaju dengan kecepatan 40 km/jam lebih besar daripada mobil yang melaju
dengan kecepatan 30 km/jam. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

Ek = energi kinetik (J);

m = massa benda (kg); dan

v = kecepatan benda (m/s).

3. Energi kimia

Energi kimia adalah energi yang dihasilkan oleh suatu bahan akibat interaksi kimiawi di dalamnya, contohnya
makanan. Jika diuraikan, makanan terdiri dari beberapa senyawa kimiawi seperti karbohidrat, protein, dan
lemak. 

Nah, senyawa-senyawa itulah yang nantinya akan mengalami proses metabolisme di dalam tubuh dengan
menghasilkan energi. 

Setiap bahan makanan memiliki kadar energi tertentu, misalnya brokoli menyimpan energi sebesar 34.000 kalori,
daging sapi 250.500 kalori, serta tomat 23 kalori. 

Contoh lain energi kimia adalah penggunaan bensin pada kendaraan bermotor, mekanisme kerja baterai untuk
menyalakan peralatan elektronik, dan penggunaan baking soda yang dicampur cuka untuk membersihkan kerak.

4. Energi listrik

Energi listrik adalah energi yang dihasilkan oleh pergerakan muatan listrik di dalam kawat penghantar akibat
perbedaan tegangan. Pergerakan itu akan menghasilkan arus listrik. 

Nah, keberadaan arus listrik inilah yang nantinya bisa menyalakan berbagai macam peralatan elektronik di rumah.
Jika arus listrik diputus, semua kerja peralatan elektronik di rumah akan mati. 

5. Energi panas

Energi panas atau biasa disebut kalor adalah energi yang dihasilkan oleh adanya perbedaan suhu. Energi panas
merupakan salah satu energi yang penting bagi bumi. 

Tanpa adanya panas, bumi akan membeku. Jika membeku, apakah bumi masih bisa ditinggali makhluk hidup?
Energi panas yang diterima bumi sebagian besar berasal dari sinar matahari.

6. Energi cahaya

Tanpa ada cahaya, bumi akan gelap gulita. Itulah mengapa keberadaan cahaya sangat penting bagi kehidupan.
Lantas, apa sebenarnya energi  cahaya itu? 

Energi cahaya adalah energi yang dihasilkan oleh sumber cahaya. Contohnya energi cahaya matahari, energi yang
dihasilkan oleh laser, energi cahaya lampu, energi dari senter, dan sebagainya.

7. Energi nuklir

Energi nuklir adalah energi yang terbentuk akibat reaksi di dalam inti atom. Reaksi di dalam inti atom bisa berupa
pembelahan inti (fisi) dan penggabungan inti (fusi). 

Di dalam inti matahari, berlangsung reaksi fisi dan fusi ini sehingga matahari bisa selalu berpijar dengan segudang
energi yang tersimpan di dalamnya. 

Keberadaan energi nuklir ini juga dimanfaatkan oleh para ilmuwan pada perang dunia ke-2 untuk menciptakan
bom atom yang meluluhkan kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. 

Kini, energi ini dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti batu bara. Namun, hanya negara tertentu saja
yang sudah menerapkannya.

Anda mungkin juga menyukai