Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung


sepanjang hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk
memperoleh pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar
dapat melakukan aktivitas teladan di masyarakat tempat mereka berada. Adalah
suatu kenyataan, anak sebagai makhluk yang belum dewasa harus ditolong,
dibantu, dibimbing, serta diarahkan agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan formal
di sekolah. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah tidak hanya berfungsi
mengembangkan kecerdasan anak tetapi juga mengembangkan kepribadian. Hal
itu tertuang dalam Undang-undang (UU) RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. “Pendidikan Nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri , dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Berdasarkan kurikulum 2013 dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Departemen Pendidikan Nasional, 2008 : 162) mengemukakan bahwa “ PAK-
KAT (Pendidikan Agama Kristen Katolik Katolik)) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dari SD, SLTP, SLTA, sampai Perguruan tinggi.
Pada jenjang SMP mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik memuat
materi Perilaku, Teladan, Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Pada SMP,
peserta didik diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik,
bertanggung jawab dan domokratis serta warga dunia yang cinta damai”.
Dari penjelasan diatas dapat diharapkan supaya mata pelajaran Pendidikan
Agama Kristen Katolik dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat. mata
pelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik disusun secara sistematis,
komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. atas dasar tersebut, tujuaan utama
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik diharapkan agar siswa mengenal
konsep-konsep berperilaku baik sesuai agamanya yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya, harapan selanjutnya adalah agar siswa
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, memiliki rasa ingin
tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan rohani dan
jasmani. pada akhirnya siswa dapat memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai rohani dan jasmani dan kemanusiaan yang ada di lingkungan
masyarakat sekitarnya, sehingga siswa memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.

1
Kesan yang terjadi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik
dianggap kurang menarik bagi kebanyakan siswa, mata pelajaran ini dianggap
membosankan dan hanya seputar menceritakan kejadian-kejadian kurang realistis
secara manusia tanpa adanya interaksi antar siswa dengan guru. hal ini sesuai
dengan pendapat slameto (2010 : 54-60) yang mengatakan bahwa “kualitas
pendidikan yang masih rendah menjadi kendala dalam rangka pembangunan di
indonesia. rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh faktor dari dalam dan
luar siswa. faktor yang berasal dari diri siswa meliputi kesiapan, sikap, minat, dan
intelegensi, sedangkan yang berasal dari luar siswa meliputi guru, sarana
prasarana serta lingkungan belajar siswa”. sesuai dengan observasi peneliti di
tempat peneliti mengajar yang telah dilakukan peneliti dikelas VII SMP Negeri 3
Sibolga, peneliti menemukan suatu permasalahan yaitu rendahnya hasil belajar
siswa, motivasi/minat belajar siswa yang rendah, banyaknya siswa yang tidak
suka pelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik yang dominan menghapal dan
tidak masuk akal. hal ini ditunjukkan dari jumlah siswa yang diperoleh masing-
masing siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik dari siswa
yang berjumlah 18 orang yang menyukai pelajaran Pendidikan Agama Kristen
Katolik hanya 10 orang atau berkisar 56% yang berarti 44% (8 orang) dari 18
orang memiliki motivasi negatif /tidak menyukai terhadap pelajaran Pendidikan
Agama Kristen Katolik. Keadaan tersebut dianggap wajar, karena guru masih
menggunakan metode belajar yang tidak variatif dan pembelajaran berpusat pada
guru. Guru mengajar didepan kelas dan murid mendengar (ceramah) sehingga
siswa menjadi acuh, dan terkesan kurang peduli, hal ini diperburuk dengan
pembelajaran yang tidak menggunakan media/ alat peraga yang membuat siswa
tidak tertarik dengan pelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik yang dekat
dengan kehidupannya. Penggunaan metode yang tidak menarik, dan variatif,
mengakibatkan siswa merasa malas untuk belajar yang pada akhirnya hasil
pembelajaran tidak tercapai.
Masih rendahnya motivasi belajar siswa dapat diketahui pada saat
pembelajaran berlangsung dengan diamati dari bagaimana aktivitas siswa saat
mengikuti pembelajaran, interaksi antar guru siswa, interaksi antar siswa dan
motivasi belajar siswa. Disamping itu pembelajaran masih dominan menggunakan
metode ceramah sehingga sebagaian besar masih pasif dan pembelajaran hanya
berpusat pada guru. Hal itu menunjukkan motivasi belajar siswa masih rendah dan
perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Peningkatan
motivasi belajar siswa harus dilakukan dengan cara yang tidak monoton dimana
berdampak sempitnya pemikiran siswa terhadap informasi yang diketahui.
Ketika kita mendengar kata motivasi yang muncul dalam angan-angan kita
adalah pada suatu keadaan seseorang yang mempunyai semangat tinggi, rajin,
mampu bekerja keras yang akhirnya mengantarkan kita pada pencapaian yang
memuaskan atau bahkan pencapaian prestasi. Dalam proses belajar motivasi
sangatlah diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Belajar dan motivasi
selalu mendapat perhatian khusus bagi pendidik dan peserta didik, karena
memberi motivasi kepada peserta didik merupakan hal yang perlu dan penting
dalam proses pembelajaran. Di sekolah, setiap anak memiliki sejumlah motivasi
atau dorongan-dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan, baik kebutuhan

2
biologis maupun kebutuhan psikologis. Disamping itu anak juga memiliki sikap-
sikap, motivasi-motivasi, penghargaan dan tujuan-tujuan tertentu. Oleh sebab itu
tugas guru adalah menimbulkan motivasi yang akan mendorong anak untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan belajarnya.
Melalui pendidikan orang mengharapkan supaya semua bakat,
kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa dikembangkan secara maksimal
agar orang bisa mandiri dalam proses membangun pribadinya. Sedang negara bisa
maju bila semua warga negaranya berpendidikan, serta memperoleh kesempatan
untuk mendapatkan penghasilan yang layak. Oleh karena itu tingkat pendidikan
menjadi salah satu indikator untuk mengukur kemajuan dan derajat kemakmuran
Negara serta mengukur besarnya peranan setiap warga Negara dalam kegiatan-
kegiatan membangun.
Berdasarkan paparan di atas di lihat dari pentingnya dalam hal pendidikan
maka peneliti mengambil judul “Meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa dengan menggunakan metode kerja kelompok pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Kristen Katolik materi Manusia Citra Allah di kelas VII
SMP Negeri 3 Sibolga TP 2020/2021”.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah sebagai
berikut:
a. Rendahnya Prestasi/Hasil Belajar Siswa
b. Minat Belajar Siswa rendah
c. Motivasi belajar siswa rendah
d. Pembelajaran yang berpusat pada guru
e. Siswa hanya menerima informasi dari guru
f. Metode pembelajaran tidak bervariasi
g. Ketersediaan Media / alat peraga yang minim

1.3. BATASAN MASALAH


Dengan luasnya ruang lingkup masalah yang teridentifikasi serta
keterbatasan kemampuan untuk meneliti keseluruhan permasalahan yang ada,
maka penelitian ini dibatasi pada “ Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
melalui model kerja kelompok pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik
materi Manusia Citra Allah di kelas VII SMP Negeri 3 Sibolga TP 2020/2021”.

1.4. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: “Apakah pembelajaran metode kerja kelompok dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen
Katolik materi Manusia Citra Allah di kelas VII SMP Negeri 3 Sibolga TP
2020/2021?”.

3
1.5. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa
menggunakan metode kerja kelompok pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen
Katolik materi Manusia Citra Allah di kelas VII SMP Negeri 3 Sibolga TP
2020/2021.

1.6. MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan dengan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Dengan dilaksanakan PTK maka guru sebagai peneliti sedikit demi sedikit
mengetahui strategi, media maupun metode pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan atau kompetensi dasar pembelajaran.
2. Bagi Guru
Sebagai modal dalam mendesain kegiatan belajar mengajar dalam
memberikan latihan secara langsung kepada siswa untuk dapat meningkatkan
keaktifan dan motivasi pada siswa serta hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa
Dengan dilaksanakan PTK akan sangat membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Dengan adanya tindakan yang baru dari guru akan
memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar,
mampu berfikir kreatif sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran.
4. Bagi sekolah
Hasil PTK sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistim pembelajaran.
5. Bagi perpustakaan
Memberikan penambahan reverensi di perpustakaan sekolah. Sehingga
referensi buku diperpustakaan meningkat. Akan menambah pengetahuan di
perpustakaan sekolah.
Secara umum, manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu usaha guru
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bersama siswa dalam
mewujudkan tujuan Pendidikan Agama Kristen Katolik dan tujuan pendidikan
Nasional.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Belajar


Belajar terjadi bila seseorang menghadapi suatu yang di dalamnya ia tak
dapat menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk-bentuk kebiasaan untuk
menghadapi tantangan-tantangan, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-
rintangan dalam aktivitasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli berikut
tentang pengertian belajar. Winkel (Sukasno, 2002:10) menyatakan bahwa
“belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif
antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif
konstan dan berbekas”. Pendapat ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh
Hamalik (2003:28) sebagai berikut:
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau sesorang
melalui interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku ini mencakup
perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skill), ataupun
dalam tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan
keterampilan. Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan
oleh pengalaman atau latihan.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Sardiman (2009:22) menyatakan bahwa:


“Belajar boleh dikatakan juga proses interaksi antara diri manusia dengan
lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori”.
Dari pengertian belajar di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar
adalah terjadinya perubahan prilaku pada seseorang (peserta didik) dan
perubahan prilaku tersebut relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun
dalam bertindak. Perubahan ini terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan
pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung.

2.2. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri individu, yang meyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diintegrasikan
dalam tingkah laku, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga
munculnya suatu tingkah laku tertentu. Mc. Donald (dalam Sardiman, 2009:73)
mengungkapkan bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan”. Lebih lanjut Sardiman (2009:74) mengungkapkan
bahwa “motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

5
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan
atau mengelak perasaan tidak suka itu”.
Menurut Hamzah (2011: 9) mengemukakan bahwa :
Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan
dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk
mengadakan perubahan tingkah laku /aktivitas tertentu lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Dengan sasaran sebagai berikut: (a) mendorong
manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan
kebutuhan, (b) menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, dan (c)
menentukan perbuatan yang harus dilakukan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi
adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan
menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang
menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
2.3. Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Dimana motivasi merupakan pengarah untuk perbuatan belajar kepada tujuan
yang jelas diharapkan dapat dicapai siswa belajar karena didorong oleh kekuatan
mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-
cita. Menurut Sardiman (2009: 86) bahwa “Motivasi belajar merupakan suatu
keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang
untuk belajar sesuatu atau atau melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan”.
Lebih lanjut, Brophy (dalam Syafitri,2011:2) mengungkapkan bahwa:
Motivasi belajar adalah sebagai a general state dan sebagai a situation
specific state. Sebagai a general state, motivasi belajar adalah suatu
watak yang permanen yang mendorong seseorang untuk menguasai
pengetahuan dan keterampilan dalam suatu kegiatan belajar. Sebagai a
situation-specific state, motivasi belajar muncul karena keterlibatan
individu dalam suatu kegiatan tertentu diarahkan oleh tujuan memperoleh
pengetahuan atau menguasai keterampilan yang diajarkan.
(diunduh pada tanggal 5 Februari 2020 dari http:
//repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/23699/4/Chapter%20II.pdf )
McCombs (dalam syafitri, 2011:2) mengungkapkan bahwa :
Motivasi belajar adalah kemampuan internal yang terbentuk secara alami
yang dapat ditingkatkan atau dipelihara melalui kegiatan yang
memberikan dukungan, memberikan kesempatan untuk memilih
kegiatan, memberikan tanggung jawab untuk mengontrol proses belajar,
dan memberikan tugas-tugas belajar yang bermanfaat dan sesuai dengan
kebutuhan pribadi.

6
(diunduh pada tanggal 5 Februari 2020 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/23699/4/Chapter%20II.pdf )
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para
siswa/warga belajar/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang
diharapkan. Dengan motivasi belajar, maka siswa/warga belajar/peserta didik
dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses pembelajaran /
pendidikan yang diikuti.
2.4. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) kerja kelompok; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)
simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat,
(9) simposium, dan sebagainya. Menurut Purwadinata (dalam Sudjana, 2001:7)
mengungkapkan bahwa “ metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-
baik untuk mencapai sesuatu maksud” Morris (dalam Sudjana, 2001:8)
mengemukakan bahwa metode adalah “ A mean or manner of procedure ;
specially a regular and systematic way of accomplishing anything …. Method
emphasized procedures according to adetailed, logically ordered plan”.
Sedangkan menurut kamus besar Indonesia, “Metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditemukan” (Muliono, dkk, 1990:580-581).
Menurut Sudjana (2005:76) mengungkapkan bahwa: “Metode
pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan Sutikno
(2009:88) menyatakan bahwa “Metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Berdasarkan definisi / pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu
cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar
pada diri siswa untuk mencapai tujuan.
2.5. Metode Kerja Kelompok
Kerja kelompok adalah salah satu dalam belajar mengajar, dimana siswa
didalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau beberapa kelompok. Kerja
kelompok diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa satu
kelas dibagi atas beberapa kelompok kelompok kecil, untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu. Metode kerja kelompok dapat dipakai untuk bermacam –
macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung beberapa faktor, misalnya
tujuan yang akan dicapai, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di kelas

7
yang terbatas sehingga harus dibuat beberapa kelompok. Menurut Mudjiono
(1991:61) mengemukakan: “Metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai
format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi anggota yang satu
dengan anggota yang lain dalam satu kelompok guna menyelesaikan tugas - tugas
berlajar secara bersama – sama”.

Menurut Joesafira (2005) Mengemukakan bahwa:


Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar - mengajar
dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau
dibagi atas kelompok - kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan
pengajaran tertentu. Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat
dipakai untuk mencapai bermacam - macam tujuan pengajaran.
Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus
yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di
dalam kelas.
(Diunduh dari http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/metode-kerja-
kelompok.html pada tanggal 5 Februari 2020)
Lebih lanjut Syaiful Sagala (2009:216) mengemukakan bahwa: “metode
kerja kelompok adalah siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kesatuan
(kelompok) tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil atau sub-sub
kelompok, metode kerja kelompok dapat dipakai mengajar untuk mencapai
bermacam-macam tujuan disekolah”.
Dari pengertian metode kerja kelompok tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa Metode kerja kelompok adalah suatu cara/strategi yang digunakan dalam
pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk
mencapai tujuan yang direncanakan guru sesuai kurikulum.
2.6. Langkah-langkah Menggunakan Metode Kerja Kelompok
Roestiyah (2008:19-20) berpendapat bahwa:
Supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka harus melalui langkah-
langkah sebagai berikut :(1)Menjelaskan tugas kepada siswa, (2)
Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok, (3) Membagi kelas menjadi
beberapa kelompok, (4) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat
yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok
tersebut, (5)Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila
perlu member saran/ pertanyaan, (6) Guru membantu menyimpulkan
kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok.
Menurut Soedjana (2001:161) mengungkapkan bahwa :
Penggunaan teknik kerja kelompok ditandai dengan : (1) tersusunnya
pembagian tugas kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar yang akan
dilakukan oleh para peserta didik, (2) adanya aturan –aturan atau prosedur

8
pelaksanaan tugas, (3) peserta didik diorganisasi kedalam kelompok-
kelompok kecil untuk melaksankan tugas, (4) tersedianya fasilitas, alat,
waktu, dan daya dukung lainnya, dan (5) adanya kerjasama dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab di antara peserta didik dalam
kelompok.

Ulih Bukit Karo-Karo (Hidayat, 2009: 18) menyebutkan bahwa jalannya


pengajaran metode kerja kelompok adalah sebagai berikut:

1. Guru mengelompokkan siswa. Jumlah kelompok dan jumlah anggota


kelompok harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai.
2. Guru memberikan tugas kepada siswa dalam kelompok untuk
dipelajari/dikerjakan.
3. Siswa (dalam kelompoknya) mempelajari/mengerjakan tugas. Pada waktu
siswa sibuk, guru mendatangi kelompok-kelompok baik untuk merangsang
maupun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjaga agar pelajar
tetap tertib.
4. Guru bersama siswa menilai. Penilaian tidak hanya terhadap hasil yang
diperoleh tetapi juga terhadap cara bekerjasama (proses). Penilaian ini
perlu pula ditujukan kepada tugas/bahan pelajaran, terhadap kelompok dan
terhadap kelas serta terhadap masing-masing pelajar.

Berdasarkan pendapat ahli diatas yang menjadi langkah-langkah metode


kerja kelompok adalah:
1. Mengelompokkan siswa. Jumlah kelompok dan jumlah anggota kelompok
(4-5 orang) harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak
dicapai dengan memperhatikan jenis kelamin, siswa yang heterogen dari
segi kemampuan.
2. Memberikan tugas kepada siswa dalam kelompok untuk
dipelajari/dikerjakan secara bersama-sama serta adanya ketua dan
sekretaris kelompok.
3. Siswa (dalam kelompoknya) mempelajari/mengerjakan tugas. Pada waktu
siswa sibuk, guru mendatangi kelompok-kelompok baik untuk merangsang
maupun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjaga agar pelajar
tetap tertib.
4. Salah Satu Kelompok Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
5. Guru bersama siswa menilai. Penilaian tidak hanya terhadap hasil yang
diperoleh tetapi juga terhadap cara bekerjasama (proses). Penilaian ini
perlu pula ditujukan kepada tugas/bahan pelajaran, terhadap kelompok dan
terhadap kelas serta terhadap masing-masing pelajar.

9
2.7. Kelebihan dan Kelemahan Metode kerja Kelompok
Roestiyah(1998:1) menyebutkan beberapa keuntungan dan kelebihan
metode kerja kelompok. Keuntungan metode kerja kelompok adalah sebagai
berikut :
 Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan
ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
 Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
ketrampilan berdiskusi.
 Dapat memungkinkan guru untuk dapat lebih memperhatikan siswa
sebagai individu serta kebutuhan belajarnya.
 Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih
aktif berpartisipasi dalam diskusi.
 Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai
pendapat orang lain, dimana mereka telah saling membantu kelompok
dalam usahanya mencapai tujuan bersama.
Sedangkan kelemahan dari metode kerja kelompok adalah :
 Kerja kelompok sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab
mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kemampuannya
kurang.
 Strategi ini kadang – kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda – beda pula.
 Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan
siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.

Lebih lanjut Rosdiana (2008:12) mengemukakan beberapa keuntungan dan


kelebihan metode kerja kelompok sebagai berikut:
Keuntungan pembelajaran kelompok yaitu : (1) Dapat memberikan
kesempatan untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai
kasus atau masalah, (2)Dapat memungkinkan guru untuk lebih
mempertahankan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajarnya, (3)
Siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran dan berpartisipasi dalam
diskusi, (4)Dapat memberikan kesempatan mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat
orang lain, hal mana membantu kelompok mencapai tujuan bersama.
Disamping keuntungan penggunaan metode kerja kelompok dalam satu
pembelajaran, metode ini juga memiliki kekurangan antara lain : (1)

10
Kerja kelompok sering kali hanya melibatkan siswa yang mampu dan
cakap, (2) Kerja kelompok kadang-kadang menuntut pengaturan tempat
duduk yang berbeda dan gaya mengajar yang berbeda pula, (3)
Keberhasilan kerja kelompok tergantung kemampuan memimpin atau
bekerja sendiri.
Dari pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan kelebihan dari metode
kerja kelompok yaitu (1) Dapat memupuk rasa kerja sama dengan teman-
temannya, (2) melatih keberanian untuk berkomunikasi dengan teman sekelas
maupun di luar lingkungan sekolah, (3) Suatu tugas yang banyak dapat
terselesaikan dengan cepat, (4) Adanya persaingan yang sehat, (5) Melatih dan
menanamkan rasa tenggang rasa dan tanggung jawab, (6) Murid-murid lebih
mudah diawasi dan dibimbing, karena di kumpulkan dalam kelompok-kelompok
yang lebih kecil dari pada kelas, (7) Pokok-pokok pikiran yang telah
diperbincangkan dan dibahas dalam kelompok kecil, akan merupakan pendapat
yang lebih matang dan dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan buah
pikiran sendiri. Sedangkan kelemahan dari metode kerja kelompok yaitu : (1)
Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin ditonjolkan/egois, (2) Bagi yang
keberaniannya kurang akan merasa rendah dan tergantung kepada orang lain, (3)
Bila tidak ada kerja sama antar anggota maka akan ada hambatan dalam
mengerjakan tugas, (4) Adanya dominasi oleh seseorang.
2.8. Pendidikan Agama Kristen Katolik (PAK)
2.8.1. Hakekat Pembelajaran PAK
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari peran agama amat penting bagi
kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap
pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik
pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spritual dan
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman
nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut
pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia
yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan.
Penerapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di bidang
Pendidikan Agama Kristen Katolik (PAK), sangat tepat dalam rangka
mewujudkan model PAK yang bertujuan mencapai transformasi nilai-nilai
kristiani dalam kehidupan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar memberikan ruang yang
sama kepada setiap peserta didik dengan keunikan yang berbeda untuk

11
mengembangkan pemahaman iman kristiani sesuai dengan pemahaman, tingkat
kemampuan serta daya kreativitas masing-masing.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Kristen
Katolik bukanlah “standar moral” Kristen yang ditetapkan untuk mengikat peserta
didik, melainkan dampingan dan bimbingan bagi peserta didik dalam melakukan
perjumpaan dengan Tuhan Allah untuk mengekspresikan hasil perjumpaan itu
dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik belajar memahami, mengenal dan bergaul dengan Tuhan
Allah secara akrab karena seungguhnya Tuhan Allah itu ada dan selalu ada dan
berkarya dalam hidup mereka. Dia adalah Sahabat dalam Kehidupan Anak-anak.
Hakikat Pendidikan Agama Kristen Katolik (PAK) seperti yang tercantum dalam
hasil Lokakarya Strategi PAK di Indonesia tahun 1999 adalah: Usaha yang
dilakukan secara terencana dan kontinu dalam rangka mengembangkan
kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami
dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan
dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. Dengan
demikian, setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki
keterpanggilan untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan
pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas.
Pada dasarnya PAK dimaksudkan untuk menyampaikan kabar baik
(euangelion = injil), yang disajikan dalam dua aspek, aspek ALLAH
TRITUNGGAL (ALLAH BAPA, ANAK, DAN ROH KUDUS) dan
KARYANYA, dan aspek NILAI-NILAI KRISTIANI. Secara holistik,
pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAK pada Pendidikan
Dasar dan Menengah mengacu pada dogma Allah Tritunggal dan karya-Nya.
Pemahaman terhadap Allah Tritunggal dan karya-Nya harus tampak dalam nilai-
nilai kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan keseharian peserta didik.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka rumusan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar PAK di sekolah dibatasi hanya pada aspek yang secara
substansial mampu mendorong terjadinya transformasi dalam kehidupan peserta
didik, terutama dalam pengayaan nilai-nilai iman kristiani. Dogma yang lebih
spesifik dan mendalam diajarkan di dalam gereja.
Fokus Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berpusat pada
kehidupan manusia (life centered). Artinya, pembahasan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar didasarkan pada kehidupan manusia, dan iman Kristen
berfungsi sebagai cahaya yang menerangi tiap sudut kehidupan manusia.
Pembahasan materi sebagai wahana untuk mencapai kompetensi, dimulai dari
lingkup yang paling kecil, yaitu manusia sebagai ciptaan Allah, selanjutnya
keluarga, teman, lingkungan di sekitar peserta didik, setelah itu barulah dunia
secara keseluruhan dengan berbagai dinamikanya.
2.8.2. Tujuan Pendidikan Agama Kristen Katolik Sekolah Menengah
Tujuan PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

12
1. Memperkenalkan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan karya-karya-Nya
agar peserta didik bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah
Tritunggal dalam hidupnya.
2. Menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada peserta
didik, sehingga mampu memahami dan menghayatinya.
3. Menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya
secara bertanggungjawab serta berakhlak mulia di tengah masyarakat yang
pluralistik.
2.8.3. Fungsi Pendidikan Agama Kristen Katolik Sekolah Menengah
Fungsi PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Memampukan peserta didik memahami kasih dan karya Allah dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Membantu peserta didik mentransformasikan nilai-nilai kristiani dalam
kehidupan sehari-hari
2.8.4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Kristen Katolik Sekolah Menengah
Ruang lingkup Pengajaran PAK tidak hanya menjadi alat atau sarana yang
sangat efektif bagi iman Kristen, tetapi juga mempunyai kontribusi yang cukup
besar bagi pertumbuhan dan perkembangan iman siswa gereja di masa yang akan
datang. Ada beberapa alasan, yaitu:
1) Pertama, pengajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik mempertemukan
kehidupan manusia dalam hal ini anak-anak dengan Firman Tuhan atau dengan
Tuhan Yesus sendiri, yang adalah Firman Yonahes 1:1, “Pada mulanya adalah
Firman dan firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah
Allah”. Dalam Injil Yohanes 1:14, dikatakan bahwa : “Firman itu telah menjadi
manusia dan diam diantara dan kita telah melihat kemulianNya” Karena
perjumpaannya dengan Yesus, Sang Firman yang hidup, melalui pelajaran
Agama Kristen di sekolah, banyak siswa yang pada akhirnya percaya kepada
Tuhan Yesus, dan tidak sedikit orang tua yang dahulu menolak Tuhan Yesus
secara terang-terangan, akhirnya mengakui dan memberi diri dibaptis. Penulis
Ibrani mengatakan “Sebab firman Allah hidup dan kuat, lebih tajam daripada
pedang bermata dua manapun; Ia menusuk amat dalam sampai memisahkan
jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan
dan pikiran hati kita”
II Timoitus 4: 2
Ibrani 4 : 12
Apabila Firman Tuhan diajarkan dengan setia, penuh tanggung jawab, dan dengan
teladan, Allah akan memakainya untuk mempengaruhi pikiran dan hati orang
yang memerlukan Yesus.
2) Kedua, Pengajaran Agama Kristen menghasilkan suasana pribadi antar sesama.
Pengajaran Agama Kristen yang dilaksanakan di Sekolah dalam satu kelas,
secara formal dan tertata rapi, menghasilkan suasana pribadi antara sesama
rekan sekelas yang akhirnya dapat membimbing kepada keputusan untuk
menerima Kristus. Mavis L. Anderson, (1993) dalam hubungannya dengan
mendidik atau mengajar, mengatakan :“ Kata mendidik berarti “memimpin
atau membimbing pembentukan kebiasaan-kebiasaan yang menuju kepada

13
kecakapan”, pada jalan yang harus ditempuhnya, mempunyai arti yang lebih
luas daripada hanya memberikan pengetahuan teori sebanyak-banyaknya ke
dalam hati murid-murid yang belum bersedia dengan satu pengharapan bahwa
kelak pada akhir perjalanan yang jauh ini, murid akan tiba pada tujuan yang
benar. Hal ini berarti membimbing dan melatih kehidupan itu dibawah
pemeliharaan Roh Allah, sehingga langkah demi langkah, ia dipimpin kepada
saat dimana ia menerima Dia yang adalah “jalan dan kebenaran dan Hidup”
(Yohanes 14:6)” Penulis Kitab Perjanjian Baru menyebutkan “KOINONIA”
yang berarti persekutuan Kristen yang terbaik. Koinonia itu meliputi
keramahan, dan sekali-kali makan bersama. Semua itu memberikan kesan yang
lebih mendalam daripada bersekutu saja. Secara harafiah kata itu berarti
“kebersamaan”. Anak-anak Tuhan yang terlibat dalam pelajaran agama Kristen
dapat saling membagi pengalaman hidup, memperhatikan yang susah, turut
senang dengan mereka yang mendapatkan berkat, menguatkan yang putus asa,
dan saling mendoakan. Persekutuan semacam ini sering menjadi saluran
berkat, anugrah Allah bekerja melalui hati mereka yang belum percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus secara 1. 1. 1. Mavis L. Anderson, Pola Mengajar
Sekolah Minggu, Yayasan Kalam hidup, Bandung, 1993, Hlm. 89,90 pribadi.
3) Ketiga, Pengajaran Agama Kristen menyediakan struktur logis untuk
Penginjilan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, di setiap kelas terdiri
dari siswa yang umurnya tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh
sebab itu program pengajaran Agama Kristen tersusun sesuai dengan tingkat
umur dan kemampuan siswa. Dalam penyampaian materipun disesuaikan
dengan kondisi setempat. Dengan demikian gereja dan sekolah dapat membuat
program yang dapat memberikan tugas penginjilan secara logis dan efektif.
4) Keempat, Pengajaran Agama Kristen mengembangkan tujuan yang paling
utama dari semua pelayanan Pengajaran Kristen, yaitu membimbing orang
(siswa) kedalam hubungan yang benar dengan Allah, melalui iman kepada
Yesus Kristus. Tujuan Penulis injil yang keempat , yaitu Yohanes,
mengatakan : Supaya kami percaya bahwa Yesuslah Messias, Anak Allah, dan
supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yohanes
20:31). Memang tak seorangpun dapat menjamin hasil seperti ini. Bahkan
Tuhan Yesus sendiri kadang-kadang melihat bahwa maksudNya terhalang
(Mark 10:20). Dari sekian banyak atau lamanya Pengajaran Agama Kristen
pasti ada semacam pengajaran yang menambah kemungkinan, bahwa siswa
atau orang-orang percaya yang sesat atau hilang akan ditemukan dan
diselamatkan. Dan orang-orang atau siswa yang sudah diselamatkan oleh
karena percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh 3:16), akan bertumbuh sebagai hasil
dari pengalamannya ketika mengikuti Pelajaran Agama Kristen, menuju
kedewasaan Kristus dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus. Dalam hal ini Mavis L. Anderson (1993), menegaskan “perjalanan itu
baru dimulai dan pendidikan harus dilanjutkan untuk membimbing murid-
murid kepada kepenuhan di dalam Kristus”.

14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa dengan metode kerja kelompok pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen
Katolik materi Manusia Citra Allah di Kelas VII SMP
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3
Sibolga yang berjumlah 18 orang. Objek penelitian ini adalah tindakan sebagai
upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan metode kerja
kelompok pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik.
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Sibolga. Waktu pelaksanaan
penelitian akan dilaksanakan dalam waktu bulan terhitung dari bulan Agustus
sampai Oktober 2020

3.4. Defenisi Variabel


Untuk mencegah terjadinya penafsiran yang berbeda serta untuk
menciptakan kesamaan pengertian variabel-variabel maka penulis perlu
merumuskan defenisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian
ini yakni sebagai berikut
a) Metode kerja kelompok.
Metode kerja kelompok adalah suatu cara/strategi yang digunakan dalam
pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk
mencapai tujuan yang direncanakan guru sesuai kurikulum.

b) Motivasi belajar siswa.


Motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para
siswa/warga belajar/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang
diharapkan.

c) Hasil Belajar

15
Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah diberikan post tes
setiap akhir pelaksanaan Siklus I dan Siklus II.

3.5. Desain Penelitian


Desain dalam penelitian ini mengadopsi dari desain penelitian tindakan
yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suhrsimi Arikunto
2006:97-99) ”bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat langkah yang
merupakan satu siklus atau putaran yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.

Gambar 3.1. Desain Penelitian


3.6. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan melalui beberapa
tahap dengan pertimbangan bahwa dalam setiap tindakan yang telah dirancang,
peneliti (guru) berupaya menelaah secara seksama masalah yang menjadi fokus
penelitian, dalam waktu yang bersamaan peneliti juga harus menganalisis dan
merefleksikan permasalahan yang ada sebagai dasar melakukan perbaikan
terhadap rancangan tindakan selanjutnya. Tahap-tahap metode penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan adalah: 1. Tahap persiapan dan tahap perencanaan
tindakan, 2. Tahap pelaksanaan tindakan, 3. Tahap pengamatan /observasi, 4.
Tahap analisis dan refleksi, 5. Tahap perencanaan tindakan lanjutan.
Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan selama dua siklus yaitu siklus I dan
siklus ke II. Pada siklus I dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak dua kali
pertemuan dan pada siklus II dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak dua
kali pertemuan. Hasil refleksi I digunakan sebagai acuan dalam menentukan
perbaikan tindakan pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi II nantinya digunakan
sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pembelajaran selanjutnya. Pelaku

16
tindakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan berkolaborasi dengan
wali VIIserta kerja sama dengan kepala sekolah. Adapun kegiatan yang dilakukan
adalah:

Siklus I
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah :
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
b. Mempersiapkan tes (soal)
c. Mempersiapkan lembar observasi
d. Mempersiapkan LKS dan alat-alat yang mendukung berlangsungnya
penelitian.
2. Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan
sebagai berikut :
a Mengadakan apersepsi, pembagian kelompok dan pembagian LKS
b Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran
c Menjelaskan materi Manusia Citra Allah.
d Siswa sesuai dengan kelompoknya mengerjakan LKS
e Menugaskan beberapa kelompok siswa mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya
f Mempersilakan kelompok siswa lain menanggapi kelompok presentasi,
g Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa menanggapi kelompok
presentasi
h Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
hambatan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran kerja
kelompok.
i Menyimpulkan pelajaran.
j Memberikan tugas.
3. Pengamatan
Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan selama pelaksanaan
pembelajaran dengan kerja kelompok pada materi materi Manusia Citra Allah.
secara langsung dibantu oleh peneliti dan teman sejawat/ Observer . Kegiatan
yang diamati meliputi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran metode
kerja kelompok
4. Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan observasi di dalam
kelas tentang aktivitas siswa dan tes hasil belajar siswa. Jika masih banyak siswa
yang mengalami kesulitan, maka peneliti harus merencanakan tahap tindakan
tindakan kedua pada silklus ke II.
Siklus II

17
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah :
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b. Mempersiapkan tes (soal)
c. Mempersiapkan lembar observasi
d. Mempersiapkan LKS dan alat-alat yang mendukung berlangsungnya
penelitian.
2. Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan
sebagai berikut :
a. Mengadakan apersepsi dan membagikan LKS pada kelompok siswa
b. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Menjelaskan materi Manusia Citra Allah..
d. Siswa sesuai dengan kelompoknya mengerjakan LKS
e. Menugaskan beberapa kelompok siswa mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya
f. Mempersilakan kelompok siswa lain menanggapi kelompok
presentasi,
g. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa menanggapi kelompok
presentasi
h. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
hambatan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran kerja
kelompok.
i. Menyimpulkan pelajaran.
j. Memberikan tugas.
3. Pengamatan
Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan selama pelaksanaan
pembelajaran dengan kerja kelompok pada materi Manusia Citra Allah. secara
langsung dibantu oleh peneliti dan teman sejawat/ Observer . Kegiatan yang
diamati meliputi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran metode kerja
kelompok
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas segera menganalisa pelaksanaan
PTK setelah kegiatan belajar mengajar berakhir, sebagai bahan refleksi. Apabila
pada siklus ke- II hasil belajar siswa dan motivasi siswa telah mencapai sasaran
sesuai dengan indikator yang diharapkan, maka pelaksanaan siklus berhenti pada
siklus II. Akan tetapi, apabila pelaksanaan siklus II belum diketahui adanya
peningkatan hasil belajar siswa, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya
yang bertujuan untuk menvalidasi hasil penelitian.
3.7. Istrumen dan Sumber Data

18
3.7.1 Instrumen Penelitian
a) Rencana Pembelajaran
RPP yang disediakan guru sesuai dengan metode pembelajaran yang
digunakan yaitu metode kerja kelompok.
b) Tes
Bentuk tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda yang terdiri dari 20
soal. Pengumpulan data melalui tes dilakukan dengan tes awal (pre test)
untuk memperoleh data awal dan tes diakhir pembelajaran (post tes) untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
c) Observasi
Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru. Observer dalam penilitian ini
adalah peneliti dan teman sejawat peneliti 1 orang. Observasi siswa
dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran,
sedangkan observasi terhadap guru dilakukan untuk mengetahui
pengelolaan guru terhadap pembelajaran metode kerja kelompok yang
disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
3.7.2. Sumber data
Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil dari
observasi, wawancara, catatan lapangan, serta dari hasil tes prakek. Pengambilan
data dalam penelitian ini berdasarkan data proses dan hasil pembelajaran.

3.8. . Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data


3.8.1. Teknik Pengolahan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian in adalah teknik pengolahan data


kuantitatif, dilakukan saat pelaksanaan refleksi dari setiap siklus perolehannya
berdasarkan setiap tindakan. Pengolahan data ini dilakukan setelah data terkumpul
yang diperoleh dari seluruh instrumen penelitian hasil observasi, wawancara,
catatan lapangan, test praktek dan data hasil dibaca, dipelajari, dan ditelaah.
Langkah selanjutnya pengolahan data yang dilakukan melalui tiga langkah, yaitu :
a. Reduksi data
Dalam tahap ini penelitian melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian
untuk menyerderhanakan, abstrak, transformasi data kasar yang diperoleh menjadi
informasi hasil tindakan.
b. Paparan data
Penelitian mengembangkan sebuah deskripsi informasi untuk menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang
digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk paparan naratif dan
representative grafik.
c. Penyimpulan
Penelitia berusaha menarik kesimpulan dan melakuakn verifikasi dengan
mencari makna setiap gejala yang diperolehnya yang mungkin ada, alur kausalitas
dan fenomena, dan proposisi. Selanjutnya data tersebut disusun dan

19
dikategorosasikan, kemudian di sajiakan, dimaknai, disimpulakan dan terakhir
periksa keabsahannya.
3.8.2. Analisis Data Penelitian
Data-data atau informasi yang dijadikan sumber untuk kepentingan
analisis guna memecahkan masalah penelitian berasal dari :
a. Hasil wawancara antara peneliti, observer, dan siswa.
b. Aktivitas yang ditunjukan oleh seluruh siswa dan perilaku guru selama proses
pembelajaran dalam tindakan penelitian. Informasi ini diperoleh dari peneliti
sebagai guru melalui proses observasi dan observer melalui observasinya pada
setiap tindakan pembelajaran selama penelitian berlangsung
Berdasarkan itu pula maka data dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis
sumber data yang berasal dari :
a. Siswa: melalui perubahan sikap dan hasil belajar
b. Guru: catatan dan data penelitian dari setiap perubahan siklus pada setiap
observasi dan refleksi dari setiap kegiatan.

Berdasarkan data yang terkumpul dilakukan analisis. Dari analisis data


tersebut kemudian peneliti melakukan refleksi terhadap rencana berikutnya.
Analisis data biasanya dilakukan pada tahap akhir penelitian tindakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian, namun demikian untuk kepentingan tertentu
analisis datapun dapat dilaksanakan beriringan dengan pengolahan data di setiap
selesainya satu tahap tindakan pembelajaran. Secara umum kegiatan pengolahan
data dan analisis data dalam proses penelitian ini adalah:
a. Mengumpulkan format hasil observasi dari setiap kegiatan pembelajaran pada
siklus penelitian yang sudah dilaksanakan.
b. Membandingkan jumlah siswa yang sudah belajar dan belum tuntas.
c. Menganalisis perubahan perilaku siswa dari seluruh format observasi dan
catatan guru setelah dua siklus pembelajaran dilaksanakan.
d. Menganalisis hasil test awal keterampilan dasar terhadap minat dan hasil
belajar siklus I dan Siklus II.
Pengelolaan motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil
belajar siswa dilakukan dalam lima langkah sebagai berikut :
1. Merekap perubahan tingkat motivasi belajar siswa.
2. Menghitung secara secara keseluruhan motivasi belajar siswa yang
mengalami perubahan.
3. Menentukan peningkatan motivasi belajar siswa
Skor yang diperole h siswa
Motivasi Belajar = x 100%
skor maksimal
4. Menentukan kriteria tingkat motivasi belajar siswa.
Dalam menentukan ini digunakan kriteria menurut Aqib Zainal ( 2006:54)
yang dilakukan terhadap tes hasil belajaar siswa yaitu sebagai berikut:
0-59 % : Tingkat motivasi belajar siswa rendah
60-79% : Tingkat motivasi belajar siswa sedang
80-100% : Tingkat motivasi belajar siswa tinggi
5. Nilai Pada setiap indikator
Sangat baik : 4
Baik :3
Cukup :2

20
Kurang :1
Hal ini dapat dilihat dari beberapa persen tingkat keberhasilan yang
dicapai dari perubahan motivasi dan hasil belajar siswa. Seorang siswa dikatakan
telah tuntas belajar jika siswa telah mencapai ketuntasan 65% atau nilai 65.
Ketuntasan itu dihitung dengan menggunakan rumus:
Skor yang diperole h siswa
DS = x 100%
skor maksimal

DS = Daya serap
Kriteria :
DS < 65% siswa belum tuntas dalam belajar
DS ≥ 65% siswa telah tuntas dalam belajar.
Untuk menghitung persentase peningkatan motivasi belajar siswa dan
hasil belajar siswa secara kumulitatif mulai dari pre tes (tes awal), pos tes pada
siklus I sampai pada post tes pada siklus II yaitu dengan cara:
f
p = n x 100%
Keterangan:
p = Hasil Pengamatan
f = Jumlah seluruh aspek yang diamati
n = Banyak aspek yang diamati
3.9. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan belajar siswa dalam siklus I dan siklus ke II dalam
% menurut Nurkanca dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel.3.1 Indikator Keberhasilan

Tingkat Keberhasilan Arti


85 % - 100% dari jumlah setiap indikator Sangat Baik
75 % - 84 % dari jumlah setiap indikator Baik
61 % - 74 % dari jumlah setiap indikator Cukup
0 % - 65 % dari jumlah setiap indikator Kurang

Untuk mengukur keberhasilan tiap-tiap siklus dalam penelitian


tindakan kelas ini, tolok ukurnya adalah sistem belajar tuntas yaitu pencapaian
nilai KKM ≥ 65. Keberhasilan belajar diukur apabila setiap siswa telah
mencapai nilai ≥ 6 5 maka dikatakan berhasil tuntas dan secara klasikal apabila
sebanyak 80% siswa telah mencapai nilai ≥65 maka dikatakan tuntas secara
klasikal.

21
Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar

Secara perseorangan jumlah persentase (%) siswa yang skor naik


semakin meningkat antara observasi awal dengan siklus I dan antara siklus I
dengan siklus II. Sebaliknya jumlah persentase (%) skor siswa yang turun
semakin menurun atau sedikit antara observasi awal dengan siklus I dan antara
siklus I dengan siklus II.

Secara klasikal dengan membandingkan persentase (%) ketuntasan


klasikal antara observasi awal, siklus I dan siklus II dengan kriteria persentase
semakin besar atau meningkat dari observasi awal ke siklus I dan dari siklus I ke
siklus II.

22
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Penelitian Sebelum Tindakan Kelas (Pra Siklus)

Peneliti telah melakukan observasi di SMP Negeri 3 Sibolga Setting dalam


penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII, sebanyak 18. Pada
pelaksanaan pra siklus ini peneliti bertindak sebagai observer sedangkan guru VII
bertindak sebagai pengajar. Pada tanggal 24 Juli 2020 diadakan test awal
Pada materi Berdoa pada siswa Kelas VII. Hal tersebut bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa.
Hasil tes kemampuan awal dijadikan pedoman untuk mengetahui keadaan
siswa sebelum diberi tindakan dan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar
terhadap Pendidikan Agama Kristen Katolik siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Sibolga setelah diterapkan Metode Kerja Kelompok dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen Katolik.
Hasil observasi kegiatan siswa sebelum dilaksanakannya tindakan jumlah
siswa yang memiliki motivasi dan hasil belajar pada pra siklus adalah 11,11 %
atau 2 siswa dari 18 siswa yang masuk dan jumlah siswa yang belum memiliki
minat 89, 89 % atau 16 siswa dari 18 siswa yang masuk.. Dengan data tersebut
peneliti dan guru kelas menyimpulkan bahwa rata-rata motivasi belajar siswa VII
semester 1 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik pada pra siklus
di VII masih rendah. Yang dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.3.
Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Tahap Awal

Nomor Kode Indikator Motivasi


No JLH %
Siswa
1 2 3 4 5 6 7
1 001 1 1 0 1 1 1 1 6 21
2 002 1 1 1 1 1 1 1 7 25
3 003 1 0 1 0 1 1 2 6 21
4 004 1 1 0 2 2 2 2 10 36
5 005 1 1 0 2 1 2 0 7 25
6 006 3 2 2 3 2 3 2 17 70

23
7 007 1 0 0 2 2 2 2 9 32
8 008 1 1 0 1 1 1 1 6 21
9 009 1 1 0 1 1 2 2 8 29
10 010 3 3 2 3 2 2 3 18 75
11 011 2 0 1 1 1 1 2 8 29
12 012 3 0 0 2 2 0 2 9 32
13 013 2 1 3 2 3 1 2 14 50
14 014 2 0 0 2 1 2 2 9 32
15 015 1 1 0 2 2 1 1 8 29
16 016 2 0 2 2 1 2 1 10 36
17 017 3 0 2 0 2 0 2 9 32
18 018 3 0 1 2 0 3 1 10 36

Dari tabel diatas terlihat siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
tidak ada, siswa yang mempunyai motivasi sedang 2 orang, dan siswa yang
mempunyai motivasi rendah 16 orang, secara umum motivasi belajar siswa
rendah. Hal tersebut Persentase tigkat motivasi belajar siswa tahap awal dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Tingkat Motivasi Belajar Siswa Tahap Awal
NO Nilai Tingkat Motivasi Jumlah Siswa Persentase
1 Tinggi 0 0
2 Sedang 2 11,11
3 Rendah 16 89,89
Kondisi ini dapat digambarkan dalam diagram berikut:

100
80
60 Tinggi
40 Sedang
20 Rendah
0
Jumlah Siswa Persentase

Gambar 4.2. Tingkat Motivasi Belajar Siswa Tahap Awal


Dan pencapaian indikator motivasi belajar sangat rendah. Hal ini dapat di lihat
dari tabel berikut :
Tabel 4.5
Persentase Ketercapaian Indikator Motivasi Pada Tahap Awal
No Indikator Persentase Keterangan
1 Tekun menghadapi tugas 41 Rendah
2 Ulet menghadapi kesulitan 15 Rendah
3 Menunjukkan minat terhadap bermacam- Rendah
macam masalah 16
4 Lebih senang bekerja sama 41 Rendah
5 Dapat mempertahankan pendapatnya 36 Rendah
6 Tidak mudah jenuh dalam proses pembelajaran 34 Rendah

24
7 Senang mencari dan memecahkan masalah 41 Rendah
Ketercapaian indikator Motivasi tahap awal ini dapat juga dlihat dalam bentuk
diagram seperti berikut:
50
40
Perilaku Belajar (%)

30
20
10
0
Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator
1 2 3 4 5 6 7

Gambar 4.3. Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa


Tahap Awal

Dari hasil observasi pada tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa motivasi
belajar siswa VIIpada umumnya masih rendah. Dimana pada indikator tekun
menghadapi tugas mencapai 41%, ulet menghadapi kesulitan mencapai 15%,
menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah mencapai 16%, lebih
senang bekerja sama mencapai 41%, dapat mempertahankan pendapatnya
mencapai 36%, tidak mudah jenuh dalam proses pembelajaran mencapai 34%,
senang mencari dan memecahkan masalah mencapai 41%.
Dari rincian tersebut dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa masih
rendah karena siswa belum mencapai kriteria motivasi belajar siswa secara
maksimal.
4.1 . Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian
4.2.1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
1. Tes Awal
Tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana
siswa memahami materi yang akan disajikan, sehingga peneliti dapat
menyesuaikan bobot materi yang akan disampaikan kepada siswa. Tes yang
digunakan berbentuk isian sebanyak 3 soal. Hasil tes awal dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

Tabel 4.6
Daftar Nilai Tes Awal Siswa
Nomor Urut Nomor Kode Siswa Nilai tes Kategori
1 001 6.00 Cukup
2 002 4.00 Kurang
3 003 8.00 Baik
4 004 4.00 Kurang
5 005 4.00 Kurang
6 006 4.00 Kurang
7 007 4.00 Kurang
8 008 4.00 Kurang

25
9 009 4.00 Kurang
10 010 9.00 Sangat Baik
11 011 5.00 Kurang
12 012 4.00 Kurang
13 013 6.00 Cukup
14 014 4.00 Kurang
15 015 4.00 Kurang
16 016 4.00 Kurang
17 017 9.00 Sangat Baik
18 018 5.00 Kurang
Jumlah 92.00
Rata-rata 5.00
Sangat Baik 2 Orang 11,11 %
Baik 1 Orang 5%
Cukup 2 Orang 11,11 %
Kurang 13 Orang 72,22 %
Keterangan :
Sangat Baik : 8.5 - 10
Baik :7.5 – 8.4
Cukup :5.5 – 7.4
Kurang : 4.0 – 5.4
Kurang Sekali :<4

Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 11,11 %


menunjukkan nilai kategori sangat baik, 5 % termasuk kategori baik, 11,11 %
termasuk kategori cukup, dan sebanyak 72,22 % termasuk kategori kurang.

2. Pembentukan Kelompok
Belajar Kelompok belajar ini dibentuk untuk mengkondisikan siswa dalam
suatu kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam
kelompok tersebut yang hasilnya dikemukakan oleh siswa yang ditunjuk oleh
guru dan semua anggota kelompok mengerjakan tugas pada lembar kerja yang
telah disediakan. Kelompok belajar yang dibentuk terdiri dari 4 kelompok dari 18
orang siswa, sehingga masing-masing kelompok belajar berjumlah 4 dan atau 5
orang. Pembagian kelompok belajar dipilih secara adil dan merata berdasarkan
kemampuan belajar maupun jenis kelamin, agar terjalin dinamika kegiatan
pembelajaran yang lebih baik dan terkesan tidak berat sebelah, yaitu ada
kelompok belajar yang kuat dan ada kelompok belajar yang lemah. Metode kerja
kelompok yang digunakan adalah metode kerja kelompok.
3. Pembuatan Rencana Pembelajaran
Sebelum pelaksanaan tindakan, terlebih dahulu peneliti menyusun rencana
pembelajaran yang akan disajikan pada pelaksanaan penelitian. Rencana
pembelajaran ini dituangkan ke dalam skenario pembelajaran dengan rumusan
tujuan yang sistematis dan terencana.
Secara garis besar, langkah-langkah penyusunan skenario pembelajaran ini
adalah: 1) Merumuskan tujuan yang merupakan tolak ukur peningkatan motivasi

26
dan hasil belajar yang seperti apa yang akan diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
Tujuan pembelajaran yang terlebih dahulu harus dirumuskan guru dengan
menggunakan kata-kata operasionalnya; 2) Menentukan metode pembelajaran
dengan tepat, sehingga memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang
disajikan. 3) Menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sistematis
untuk memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran; 4)
Menentukan alat peraga sebagai media pembelajaran untuk lebih mempermudah
siswa dalam memahami bahan materi pelajaran; 5) Menyusun Lembar Kerja
Siswa sebagai alat untuk mendorong siswa dalam kegiatan belajar yang aktif; 6)
Merumuskan alat evaluasi, sebagai alat ukur untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian tujuan pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk soal-soal sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi


Kegiatan siklus pertama dalam penelitian, tindakan dan observasi
pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik melalui
metode kerja kelompok dengan pokok bahasan Manusia Citra Allah. Penelitian ini
dilaksanakan terhadap siswa di SMP Negeri 3 Sibolga dengan siswa sebanyak 18
orang.
Kegiatan awal, yang dilakukan peneliti adalah mengajar dengan topik
bahasan Manusia Citra Allah. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan siswa
berdoa terlebih dahulu, lalu mengecek kehadiran siswa. Sebagai apersepsi guru
menanyakan kepada siswa apakah diantara mereka ada yang tahu tentang Manusia
Citra Allah. Sebagian siswa menjawab pertanyaan guru dan berkata kalau mereka
tahu tentang Manusia Citra Allah. Setelah mendapat respon dari siswa kemudian
guru menceritakan sedikit tentang Manusia Citra Allah.
Kegiatan inti, diawali dengan guru menjelaskan materi teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi. Dari penjelasan ini, diharapkan siswa dapat cepat
dan mudah mengerti disamping memahami bahan materi yang disajikan.
Selanjutnya situasi kelas diubah dari kegiatan klasikal kepada kelompok belajar.
Karena pembentukan kelompok ini telah ditentukan sebelumnya, maka peneliti
langsung menyuruh mereka untuk duduk bersama kelompok belajarnya masing-
masing. Langkah berikutnya guru membagikan lembar kerja untuk setiap siswa
serta memberikan beberapa pertanyaan yang harus dikerjakan dan didiskusikan
oleh masing-masing kelompok dengan terlebih dahulu memperhatikan arahan dan
petunjuk dari guru. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas, guru
menunjuk kelompok siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru serta menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Anggota kelompok
memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain dengan memberikan
alasan yang logis. Anggota kelompok yang ditunjuk untuk menyampaikan hasil
diskusi kelompok atau anggota kelompok yang lain diperbolehkan untuk
menanggapi balik terhadap tanggapan kelompok lain. Guru menyimpulkan hasil
diskusi dan memberikan penilaian terhadap kelompok yang jawabannya paling
bagus. Guru meminta siswa yang menjadi anggota kelompok terbaik untuk maju
ke depan kelas. Semua anggota kelompok yang lain berdiri dan memberikan
aplaus meriah kepada anggota kelompok terbaik. Kegiatan peneliti selama siswa
melaksanakan kelompok belajar adalah membimbing siswa dalam kelompoknya.
Bimbingan diberikan untuk mengarahkan siswa agar mereka bisa meningkatkan

27
motivasi belajar siswa dan tidak takut berbicara atau mengemukakan pendapat di
depan kelas. Pada kesempatan yang sama, peneliti dibantu oleh rekan guru yang
lain mengamati aktivitas siswa dalam berkelompok, bekerja sama, saling
membantu antar teman, dan cara menyelesaikan masalah. Hal yang diutamakan
dalam kriteria penilaian adalah bagaimana siswa mampu berinteraksi baik di
dalam kelompok masing-masing maupun di depan kelas.
Hasil yang diperoleh dari observasi aktivitas siswa tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut:
Siklus I Pertemuan I

Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I

Nomor Indikator Motivasi


No Kode JLH %
Siswa 1 2 3 4 5 6 7
1 001 2 4 2 2 3 3 3 19 68
2 002 3 3 3 4 3 3 4 23 82
3 003 2 2 2 1 2 2 4 15 54
4 004 3 3 2 4 3 3 3 21 75
5 005 2 2 2 3 2 3 3 17 61
6 006 2 3 3 3 3 4 4 22 79
7 007 3 3 3 3 4 4 3 23 82
8 008 2 2 4 2 2 3 3 18 64
9 009 4 3 4 3 3 3 2 22 79
10 010 3 2 2 3 3 2 4 19 68
11 011 2 3 3 2 3 4 3 20 71
12 012 3 1 2 2 3 1 3 15 54
13 013 3 3 2 3 2 3 3 19 68
14 014 3 2 2 3 3 3 2 18 64
15 015 2 2 3 3 4 2 2 18 64
16 016 2 2 2 3 3 3 3 18 64
17 017 3 2 3 1 2 2 3 16 57
18 018 2 3 3 4 2 3 2 19 68

Siklus I Pertemuan II

Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II

Nomor
Indikator Motivasi
No Kode JLH %
Siswa 1 2 3 4 5 6 7
1 001 3 4 3 3 4 4 4 25 89

28
2 002 3 2 3 4 3 3 4 22 79
3 003 2 3 2 1 2 3 4 17 61
4 004 3 3 2 4 3 4 3 22 79
5 005 2 3 2 3 2 3 3 18 64
6 006 2 3 3 3 3 3 4 21 75
7 007 3 3 3 3 4 4 3 23 82
8 008 2 2 4 2 2 3 4 19 68
9 009 4 3 4 3 3 4 3 24 86
10 010 3 3 2 3 3 2 4 20 71
11 011 3 4 3 2 3 4 4 23 82
12 012 3 2 3 4 3 3 4 22 79
13 013 3 3 2 3 2 3 3 19 68
14 014 3 3 3 3 4 4 4 24 86
15 015 3 4 3 3 4 4 4 25 89
16 016 4 2 3 3 3 4 3 22 79
17 017 3 3 3 1 3 3 3 19 68
18 018 4 2 3 4 2 4 3 22 79

Dari tabel diatas terlihat secara umum motivasi belajar siswa meningkat
dari awal ke pertemuan I dan pertemuan II pada siklus I. Persentase motivasi
belajar siswa pada siklus I (Pertemuan I dan Pertemuan II) telah meningkat dari
motivasi tahap awal I dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. 9
Rekapitulasi Persentase Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I
(Pertemuan I dan II)

Nomor Kode Siklus I Keterangan


No
Siswa Pert I (%) Pert II (%)
1 001 68 89 Meningkat
2 002 82 79 Menurun
3 003 54 61 Meningkat
4 004 75 79 Meningkat
5 005 61 64 Meningkat
6 006 79 75 Menurun
7 007 82 82 Tetap
8 008 64 68 Meningkat
9 009 79 86 Meningkat
10 010 68 71 Meningkat
11 011 71 82 Meningkat
12 012 54 79 Meningkat
13 013 68 68 Tetap
14 014 64 86 Meningkat
15 015 64 89 Meningkat
16 016 64 79 Meningkat
17 017 57 68 Meningkat
18 018 68 79 Meningkat

29
Dari tabel diatas secara individu motivasi belajar siswa dari siklus I
pertemuan I ke pertemuan II secara umum meningkat. Dimana motivasi belajar
siswa yang meningkat ada 26 orang atau 77,2%; motivasi belajar siswa yang
tetap ada 3 orang atau 11,4%; motivasi belajar siswa yang menurun ada 1 orang
atau 11,4%.

Tabel 4.10 Tingkat Motivasi Belajar Siklus I


(Pertemuan I dan Pertemuan II)

Nilai Siklus I
NO Tingkat
Pert I Pert II Keterangan
Motivasi
Jlh % Jlh %
1 Tinggi 3 8,6 10 28,6 Meningkat
2 Sedang 28 80,0 25 71,4 Menurun
3 Rendah 4 11,4 0 0,0 Menurun

Dan pencapaian indikator motivasi belajar dengan metode kerja kelompok


meningkatkan motivasi belajar siswa.. Hal ini dapat di lihat dari tabel berikut :

Tabel 4.11 Ketercapaian Indikator Motivasi Siklus I


(Pertemuan I dan Pertemuan II)

Siklus I
No Indikator Pert I Pert II Ket
(%) (%)
1 Tekun menghadapi tugas 64 74 Meningkat
2 Ulet menghadapi kesulitan 65 76 Meningkat
3 Menunjukkan minat terhadap Meningkat
68 76
bermacam-macam masalah
4 Lebih senang bekerja sama 65 70 Meningkat
5 Dapat mempertahankan pendapatnya 70 73 Meningkat
6 Tidak mudah jenuh dalam proses Meningkat
72 81
pembelajaran
7 Senang mencari dan memecahkan Meningkat
69 83
masalah

Gambar .4.4
Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I
Perilaku Belajar (%)

30
80
60
40
P...
20
0
1 2
tor tor or 3 r 4 5 6
ika a at ato ator tor or 7
d ik ik k
In d d di k ka ikat
In In In di di
In In In
d

Keterangan:
a) Kategori motivasi tinggi
Selama pembelajaran siswa bersifat aktif, sering bertanya kepada guru,
berani mengemukakan pendapat atau jawaban di dalam kelas, mampu
bekerjasama dengan baik di dalam kelompok dan mampu mengekspresikan
ide-ide dalam bentuk tulisan, dalam hal ini kemampuan siswa dalam
menjawab soal tes tertulis.
b) Kategori motivasi sedang
Selama pembelajaran berlangsung siswa masih ragu-ragu atau malu
untuk bertanya dan menyampaikan gagasan.
No Item Indikator
c) Kategori motivasi kurang
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa hanya bersifat
pasif, tidak pernah bertanya dan menyampaikan gagasan, tidak mampu
bekerjasama dalam kelompok bahkan cenderung mengganggu teman
kelompoknya.
Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut: Siswa yang mempunyai
motivasi tinggi berjumlah 3 orang atau 8,6 %, siswa yang mempunyai motivasi
sedang berjumlah 26 orang atau 80 %, dan siswa yang mempunyai motivasi
rendah berjumlah 2 orang atau 11,4 %.
Kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan seluruh materi yang telah
disajikan dan mengingatkan kepada siswa untuk selalu rajin membaca buku-buku
pelajaran di rumah. Selanjutnya guru mengadakan evaluasi berupa soal pilihan
ganda yang harus dikerjakan oleh setiap siswa secara individu untuk mengetahui
sejauh mana siswa memahami materi yang telah disajikan. Hasil nilai yang
diperoleh pada tes akhir ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 12
Daftar Nilai Tes Akhir Siswa Siklus I
Nomor Urut Nomor Kode Siswa Nilai tes
7.00
1 001
5.00
2 002
9.00
3 003
6.00
4 004
5.00
5 005

31
6.00
6 006
8.00
7 007
5.00
8 008
5.00
9 009
6.00
10 010
6.00
11 011
5.00
12 012
5.00
13 013
5.00
14 014
5.00
15 015
6.00
16 016
7.00
17 017
8.00
18 018
Jumlah 216.00
Rata-rata 6.17

Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut, siswa yang mendapat nilai 5
ada 8 orang 44,45%. Siswa yang mendapat nilai 6 ada 5 orang 27,78 %. Siswa
yang mendapat nilai 7 ada 2 orang 11,11 %. Siswa yang mendapat nilai 8 ada 2
orang 11,11%. Dan siswa yang mendapat niali 9 ada 1 orang 5,6%.
Tabel 4. 13
Daftar Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Siswa Siklus I

Nomor Nomor Kode Nilai tes Nilai tes Keterangan


Urut Siswa awal akhir
6.00 7.00 Meningkat
1 001
4.00 5.00 Meningkat
2 002
8.00 9.00 Meningkat
3 003
5.00 6.00 Meningkat
4 004
4.00 5.00 Meningkat
5 005
4.00 6.00 Meningkat
6 006
7.00 8.00 Meningkat
7 007

32
4.00 5.00 Meningkat
8 008
3.00 5.00 Meningkat
9 009
5.00 6.00 Meningkat
10 010
4.00 6.00 Meningkat
11 011
4.00 5.00 Meningkat
12 012
3.00 5.00 Meningkat
13 013
4.00 5.00 Meningkat
14 014
4.00 5.00 Meningkat
15 015
5.00 6.00 Meningkat
16 016
4.00 7.00 Meningkat
17 017
5.00 8.00 Meningkat
18 018
Jumlah 167.00 216.00
Rata-rata 4.70 6.17
Keterangan :
Sangat Baik : 8.5 - 10
Baik :7.5 – 8.4
Cukup :5.5 – 7.4
Kurang : 4.0 – 5.4
Kurang Sekali :<4
Dari tabel di atas ada peningkatan yang cukup baik dari data sebelumnya (tes
awal) yaitu nilai kategori sangat baik meningkat dari 2,9% menjadi 5,71% dan
kategori baik meningkat dari 2,9% menjadi 8,57%, kategori cukup meningkat dari
17,1 % menjadi 48,57%, dan kategori kurang menurun dari 71,4% menjadi
37,14%, serta kategori kurang sekali menurun dari 5,7 % menjadi 0 %.

c. Analisis, Refleksi, dan Revisi Pembelajaran


1) Analisis
Berdasarkan hasil analisis pada siklus pertama diperoleh data hasil tes awal
dapat dilihat pada tabel berikut :
.

Tabel 4.14
Klasifikasi Nilai Tes Awal dan Tes Akhir pada Siklus I
Tes Awal Tes Akhir
Nilai
No. Jumlah Jumlah
Tes % %
Siswa Siswa
1 3  2  5,71 0 0
2 4  19  54,29 0 0

33
3 5  6  17,14 13 37,15
4 6  4  11,43 10 28,57
5 7  2  5,71 7 20,00
6 8  1  2,86 3 8,57
7 9  1  2,86 2 5,71
35 100,00 35 100,00

Dari tabel di atas, diperoleh data hasil tes awal dan tes akhir yakni nilai
rata-rata siswa menunjukkan yang termasuk kategori sangat baik meningkat
2,86% menjadi 5,71%, dan siswa memperoleh angka nilai baik meningkat dari
2,86% menjadi 8,57% serta siswa memperoleh angka nilai cukup meningkat dari
17,14% menjadi 48,57% sedangkan siswa memperoleh angka nilai kurangdan
sangat kurang menurun dari 77,14% menjadi 37,15%.
Data yang diperoleh peneliti dari hasil pengamatan di atas pada tindakan
pertama dapat disimpulkan bahwa siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran melalui penerapan metode kerja kelompok pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Kristen Katolik. Meningkatnya motivasi belajar siswa sejalan
dengan meningkatnya hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4. 15
Daftar Nilai Motivasi Siswa dengan Hasil Tes Akhir pada Siklus I

Nomor Tingkat Motivasi Belajar


Nomo Nilai tes
Kode Siklus I Siklus I Rata-Rata
r Urut akhir
Siswa Pert I Pert II
68 89 79 7.00
1 001
82 79 81 8.00
2 002
54 61 58 5.00
3 003
75 79 77 7.00
4 004
61 64 63 5.00
5 005
79 75 77 7.00
6 006
82 82 82 8.00
7 007
64 68 66 5.00
8 008
79 86 83 9.00
9 009
68 71 70 7.00
10 010
71 82 77 7.00
11 011

34
54 79 67 5.00
12 012
68 68 68 5.00
13 013
64 86 75 7.00
14 014
64 89 77 7.00
15 015
64 79 72 7.00
16 016
57 68 63 5.00
17 017
68 79 74 8.00
18 018
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa yang
mempunyai motivasi tinggi mendapatkan nilai tes yang tinggi jika dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai motivasi rendah.

2) Refleksi
Berdasarkan analisis terhadap tindakan pertama menunjukkan bahwa
penguasaan materi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik dengan
materi Manusia Citra Allah melalui penerapan metode kerja kelompok belum
sepenuhnya memenuhi harapan. Dilihat dari penguasaan materi, siswa masih
kurang, khususnya dalam mengingat kembali materi yang sudah dipelajari. Aspek
yang berhubungan dengan aktifitas belajar siswa masih harus diperbaiki,
khususnya pada aspek keaktifan serta motivasi belajar siswa. Kerjasama dalam
kelompok masih belum kompak, setiap anggota kurang bertanggung jawab pada
tugasnya dan lebih mengandalkan kemampuan teman lainnya. Mereka masih
belum menyadari bahwa keberhasilan setiap anggota kelompok merupakan
keberhasilan kelompoknya. Sedangkan hal yang masih dirasakan kurang dari
guru adalah dalam memberikan penjelasan lebih mendominasi, jarang memberi
kesempatan bertanya jawab dengan siswa.

3) Revisi Pembelajaaran
Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan seperti yang tergambar seperti
di atas, peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran dengan cara memberikan
penjelasan kembali secara lebih jelas. Selain itu, disarankan kepada siswa untuk
belajar lebih giat lagi terutama rajin membaca buku-buku pelajaran yang dapat
menunjang prestasinya. Selanjutnya guru diharuskan memberikan bimbingan
secara khusus dan bila perlu dilaksanakan tutor sebaya yaitu perbaikan belajar
dengan bantuan siswa lainnya yang telah pandai. Sedangkan dalam memperbaiki
aktifitas belajar secara kelompok, guru harus bisa mengatur jalannya tugas
kelompok dan mengarahkannya secara benar dengan cara melibatkan semua siswa
secara aktif, terutama dalam hal motivasi belajar siswa. Bagi siswa yang yang
masih kurang aktif, diberi kepercayaan untuk memimpin dalam mengerjakan
tugas kelompoknya.
4.2.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a. Perencanaan
1. Tes Awal

35
Pada tindakan siklus II ini kembali diadakan tes awal seperti yang
dilakukan pada tindakan siklus pertama. Topik bahasan yang dipelajari pada
tindakan ini mengenai jenis-jenis teknologi produksi, tranportasi dan
komunikasi . Tes awal yang digunakan berbentuk uraian sebanyak lima soal.
Hasil tes awal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16
Daftar Nilai Tes Awal Siswa Siklus II
Nomor Urut Nomor Kode Siswa Nilai tes
7.00
1 001
5.00
2 002
7.00
3 003
6.00
4 004
4.00
5 005
5.00
6 006
6.00
7 007
4.00
8 008
4.00
9 009
6.00
10 010
5.00
11 011
4.00
12 012
4.00
13 013
5.00
14 014
5.00
15 015
6.00
16 016
6.00
17 017
6.00
18 018
Jumlah 186.00
Rata-rata 5.31
Dari tabel di atas, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 16,67% (3
orang) termasuk kategori baik, 67,14% (12 orang) termasuk kategori cukup,
16,67% % (3 orang) termasuk kategori kurang.

36
2. Pembentukan Kelompok Belajar
Untuk memupuk peningkatan kebersamaan dan komunikasi yang baik
antar siswa serta untuk menciptakan kondisi belajar yang baik, untuk
pembentukan kelompok belajar pada siklus kedua ini agak diubah komposisi
anggota kelompoknya. Namun hal ini tidak mengurangi ketentuan yang telah
ditetapkan yaitu siswa tetap dipilih secara adil dan merata berdasarkan
kemampuan belajar dan jenis kelaminnya, sehingga tidak ada kesenjangan
antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang. Sedangkan untuk jumlah
kelompok masih tetap sama seperti kelompok belajar pada siklus pertama ,
yaitu 4 kelompok.
3. Pembuatan Rencana Pembelajaran
Dalam rencana pembelajaran pada siklus kedua ini dususun sama seperti
pada siklus pertama, begitupun dengan langkah-langkah pembelajarannya.
Perbedaannya hanya terletak pada sub pokok bahasan yang akan dipelajari,
yang pada siklus kedua ini tentang materi “contoh keterbatasan manusia”.
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Kegiatan awal, yang dilakukan adalah mengajar dengan topik bahasan
jenis-jenis contoh keterbatasan manusia. Kegiatan belajar mengajar dimulai
dengan siswa berdoa terlebih dahulu, lalu mengecek kehadiran siswa. Sebagai
apersepsi guru menanyakan kepada siswa tentang materi sebelumnya, apakah
mereka masih ingat dan paham tentang contoh keterbatasan manusia.
Sebagian siswa menjawab pertanyaan guru dan berkata kalau mereka masih
paham tentang contoh keterbatasan manusia. Setelah mendapat respon dari
siswa kemudian guru mengulang sedikit tentang materi contoh keterbatasan
manusia.
Kegiatan inti, diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran contoh
keterbatasan manusia, siswa mendengarkan dan memperhatikan alat peraga
yang dibuat guru sambil membuka buku paket masing-masing. Dari
penjelasan ini, diharapkan siswa dapat cepat dan mudah mengerti disamping
memahami bahan materi yang disajikan. Lalu guru melakukan Tanya jawab
dengan siswa agar mereka semakin paham dan dengan tujuan mengasah
kemampuan berkomunikasi siswa. Selanjutnya situasi kelas diubah dari
kegiatan klasikal kepada kelompok belajar. Karena pembentukan kelompok
ini telah ditentukan sebelumnya, maka peneliti langsung menyuruh mereka
untuk duduk bersama kelompok belajarnya masing-masing. Langkah
berikutnya guru membagikan lembar kerja siswa untuk setiap siswa,
kemudian guru memberikan beberapa pertanyaan yang harus dikerjakan dan
didiskusikan oloeh masing-masing kelompok dengan terlebih dahulu
memperhatikan petunjuk dan arahan dari guru. Setelah semua kelompok
selesai mengerjakan tugas, guru menunjuk kelompok tertentu untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru serta menyampaikan hasil
diskusi kelompoknya. Anggota kelompok memberikan tanggapan terhadap
hasil diskusi kelompok lain dengan memberikan alasan yang logis. Anggota
kelompok yang ditunjuk untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok atau
anggota kelompok yang lain diperbolehkan untuk menanggapi balik terhadap
tanggapan kelompok lain. Guru menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan
penilaian terhadap kelompok yang jawabannya paling bagus. Guru meminta
siswa yang menjadi anggota kelompok terbaik untuk maju ke depan kelas.

37
Semua anggota kelompok yang lain berdiri dan memberikan aplaus meriah
kepada anggota kelompok terbaik. Kegiatan peneliti selama siswa
melaksanakan kelompok belajar adalah membimbing siswa dalam
kelompoknya. Bimbingan diberikan untuk mengarahkan siswa agar mereka
bisa meningkatkan motivasi belajarnya dan tidak takut berbicara atau
mengemukakan pendapat di depan kelas. Pada kesempatan yang sama,
peneliti dibantu oleh rekan guru yang lain mengamati aktifitas siswa dalam
berkelompok, bekerja sama, saling membantu antar teman, dan cara
menyelesaikan masalah. Hal yang diutamakan dalam kriteria penilaian adalah
bagaimana siswa mampu berinteraksi dengan baik di dalam kelompok
masing- masing maupun di depan kelas. Hasil yang diperoleh dari penilaian
aktifitas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Siklus II Pertemuan I

Tabel 4.17
Hasil Observasi Motivasi Siswa pada Siklus II Pertemuan I
Nomor
Indikator Motivasi
No Kode JLH %
Siswa 1 2 3 4 5 6 7
1 001 3 3 4 3 3 4 4 24 86
2 002 2 3 3 1 2 3 3 17 61
3 003 2 4 3 2 2 3 3 19 68
4 004 3 3 4 2 3 4 4 23 82
5 005 4 3 3 4 4 3 3 24 86
6 006 3 3 4 3 3 4 4 24 86
7 007 3 3 3 3 3 3 3 21 75
8 008 4 3 3 4 4 3 3 24 86
9 009 2 4 3 2 2 3 3 19 68
10 010 3 3 4 3 3 4 4 24 86
11 011 2 4 3 2 2 3 3 19 68
12 012 4 2 3 3 4 3 3 22 79
13 013 3 4 4 3 3 4 4 25 89
14 014 4 2 3 4 4 3 3 23 82
15 015 2 2 4 2 2 4 4 20 71
16 016 4 3 2 3 4 3 3 22 79
17 017 4 4 4 3 4 4 4 27 96
18 018 4 3 3 3 4 3 3 23 82

2. Siklus II Pertemuan II
Tabel 4.18
Hasil Observasi Motivasi Siswa pada Siklus II Pertemuan II
Nomor
Indikator Motivasi
No Kode JLH %
Siswa 1 2 3 4 5 6 7

1 001 3 4 4 3 4 4 4 26 93
2 002 3 3 4 4 3 3 4 24

38
86

3 003 3 3 4 1 2 3 4 20 71

4 004 3 4 2 4 3 3 3 22 79

5 005 2 3 4 3 2 3 3 20 71

6 006 2 4 4 3 3 3 4 23 82

7 007 3 3 4 3 4 4 3 24 86

8 008 2 3 3 2 2 3 4 19 68

9 009 4 4 4 3 3 4 3 25 89

10 010 3 3 4 3 3 2 4 22 79

11 011 3 4 3 2 3 4 3 22 79

12 012 3 2 3 4 3 3 4 22 79

13 013 3 4 4 3 2 3 3 22 79

14 014 4 3 3 3 4 4 4 25 89

15 015 3 4 3 3 4 4 4 25 89

16 016 4 2 4 3 4 4 3 24 86

17 017 4 3 4 3 4 3 4 25 89

18 018 4 3 4 4 2 4 3 24 86

Tabel 4.19
Tingkat Motivasi Belajar Siswa Siklus II ( Pertemuan I dan II)

Tingkat Motivasi
Siklus II Siklus II
No Ket
Nilai Pertemuan I Pertemuan II
Jlh % Jlh %
1 Tinggi 3 16.67 10 65,7 Meningkat
2 Sedang 12 67,67 8 34,3 Menurun
3 Rendah 3 16.67 0 0 Menurun

39
Dan pencapaian indikator motivasi belajar dengan metode kerja kelompok
meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat di lihat dari tabel berikut :

Tabel 4.20
Ketercapaian Indikator Motivasi Siklus II
(Pertemuan I dan Pertemuan II)
Siklus II
No Indikator Pert I Pert II Ket
(%) (%)
1 Tekun menghadapi tugas 77 82 Meningkat
2 Ulet menghadapi kesulitan 79 84 Meningkat
3 Menunjukkan minat terhadap Meningkat
83 88
bermacam-macam masalah
4 Lebih senang bekerja sama 71 77 Meningkat
5 Dapat mempertahankan pendapatnya 76 80 Meningkat
6 Tidak mudah jenuh dalam proses Meningkat
83 84
pembelajaran
7 Senang mencari dan memecahkan Meningkat
85 88
masalah

Gambar .4.5
Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II (Pertemuan I dan II)

90
80
70
60
50
40 Pert I
30 Pert II
Perilaku Belajar (%)

20
10
0
r1 r2
ato to r3 r4
dik
i ka
kato
to or5 r6 7
In d i a t o
In In
d dik
i ka
kat tor
In In
d di ka
In di
In

Keterangan:
a. Kategori Baik No Item Indikator

40
Selama pembelajaran siswa bersifat aktif, sering bertanya kepada guru,
berani mengemukakan pendapat atau jawaban di dalam kelas, mampu
bekerjasama dengan baik di dalam kelompok dan mampu mengekspresikan ide-
ide dalam bentuk tulisan, dalam hal ini kemampuan siswa dalam menjawab soal
tes tertulis.
b. Kategori Sedang atau Cukup
Selama pembelajaran berlangsung siswa masih ragu-ragu atau malu untuk
bertanya dan menyampaikan gagasan.
c. Kategori Kurang
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa hanya bersifat pasif, tidak
pernah bertanya dan menyampaikan gagasan, tidak mampu bekerjasama dalam kelompok
bahkan cenderung mengganggu teman kelompoknya.

Dari tabel di atas diperoleh data bahwa siswa yang mempunyai motivasi
tinggi berjumlah 15 orang atau 85,72%, siswa yang mempunyai motivasi sedang
ada 3 orang atau 14,28%.
Kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan seluruh materi yang telah
disajikan dan mengingatkan kepada siswa untuk selalu rajin membaca buku- buku
pelajaran di rumah. Selanjutnya guru mengadakan evaluasi berupa soal pilihan
ganda yang harus dikerjakan oleh setiap siswa secara individu untuk mengetahui
sejauh mana siswa memahami materi yang telah disajikan. Hasil nilai yang
diperoleh pada tes akhir ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.21
Hasil Nilai Tes Akhir Setelah Tindakan Siklus II
Nomor Urut Nomor Kode Siswa Nilai tes
1 001 8.00
2 002 6.00
3 003 9.00
4 004 8.00
5 005 8.00
6 006 8.00
7 007 9.00
8 008 7.00
9 009 7.00
10 010 8.00
11 011 6.00
12 012 5.00
13 013 7.00
14 014 8.00
15 015 7.00
16 016 8.00
17 017 8.00
18 018 9.00
Jumlah 135.00
Rata-rata 7,56

41
Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut, siswa yang mendapat nilai
5 ada 1 orang 5 %. Siswa yang mendapat nilai 6 ada 2 orang 11,11%. Siswa
yang mendapat nilai 7 ada 4 orang 20 %. Siswa yang mendapat nilai 8 ada 8
orang 44,45%. Dan siswa yang mendapat niali 9 ada 3 orang 16,16%.

Tabel 4.22
Daftar Perbandingan Nilai Tes Awal dan Nilai Tes Akhir Siklus II
Nomor Nomor Kode Nilai tes Nilai tes
Keterangan
Urut Siswa awal akhir
8.00 Meningkat
1 001 7.00
2 002 5.00 6.00 Meningkat
9.00 Meningkat
3 003 7.00
4 004 6.00 8.00 Meningkat
8.00 Meningkat
5 005 4.00
6 006 5.00 8.00 Meningkat
9.00 Meningkat
7 007 6.00
8 008 4.00 7.00 Meningkat
7.00 Meningkat
9 009 4.00
10 010 6.00 8.00 Meningkat
6.00 Meningkat
11 011 5.00
12 012 4.00 5.00 Meningkat
7.00 Meningkat
13 013 4.00
14 014 5.00 8.00 Meningkat

15 015 5.00 7.00 Meningkat

16 016 6.00 8.00 Meningkat

17 017 6.00 8.00 Meningkat

18 018 6.00 9.00 Meningkat

Jumlah 89.00 135.00 Meningkat


Rata-rata 4.90 7,56 Meningkat

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

42
a. Analisis dan Refleksi
1) Analisis
Berdasarkan hasil analisis pada siklus kedua diperoleh data pada tabel
berikut:

Tabel 4. 23
Klasifikasi Nilai Tes Awal dan tes Akhir Tindakan Siklus II

Pertemuan I Pertemuan II
No. Nilai Tes Jumlah Jumlah Ket
% %
Siswa Siswa
1 4 0 0% 0 0 Menurun
2 5 1 5% 0 0 Menurun
3 6 2 11,11%. 1 5% Meningkat
2 11,11% Meningkat
4 7 4 20% .
5 8 8 44,45% 10 55,56% Meningkat
6 9 3 16,16% 5 25% Meningkat
18 100,00 18

Dari tabel di atas, diperoleh data hasil tindakan yang menunjukkan


meningkatnya prestasi belajar dengan menerapkan metode kerja kelompok. Ada
peningkatan yang cukup jelas dari hasil masing- masing siswa, pada kategori baik
sekali diperoleh hasil 16,16% menjadi 25%, kemudian 42,86% termasuk kategori
baik dari 8,58% berarti ada peningkatan sebesar 34,28%. Kemudian 37,15% nilai
kategori cukup yang tetap 37,14%. Sedangkan untuk kategori nilai kurang ada
5,7% yang sebelumnya mencapai angka 54,29%. Berarti untuk kategori terakhir
ini ada pengurangan yang cukup besar ke arah yang lebih baik yakni sebesar
48,57%. Meski belum menyeluruh, tetapi hal ini membuktikan bahwa metode
kerja kelompok pada pembelajaran pendidikan agama kristen mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat memperbaiki hasil belajar
siswa menjadi lebih baik Hal ini sejalan dengan peningkatan motivasi belajar
siswa yang ditunjukkan tabel berikut :

Tabel 4. 24
Klasifikasi Nilai Tingkat Motivasi pada Siklus II

No Tingkat Motivasi Ket


Nilai Siklus II Siklus II
Pertemuan I Pertemuan II

43
Jlh % Jlh %
1 Tinggi 18 51,4 23 65,7 Meningkat
2 Sedang 17 48,6 12 34,3 Menurun
3 Rendah 0 0 0 0 Tetap

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan di atas pada tindakan siklus kedua
dapat penulis simpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik melalui
penerapan metode kerja kelompok meningkat tajam. Hal ini dapat dilihat dengan:
1. 51,4% menjadi 65,7% tingkat motivasi siswa tinggi, hal tersebut dapat berarti
bahwa siswa terlibat langsung dan secara aktif mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan penuh antusias, 2. 48,6% menjadi 34,3% siswa tingkat motivasi siswa
sedang yang bermakna siswa termotivasi belajar lebih baik oleh metode kerja
kelompok yang diterapkan, serta 3. Siswa berani untuk bertanya jawab dan
mengeluarkan pendapat di depan kelas.
2) Refleksi
Berdasarkan hasil analisis terhadap tindakan siklus kedua, diperoleh
kesimpulan bahwa dari keseluruhan tindakan yang telah dilakukan peneliti
melalui penerapan metode kerja kelompok terbukti ada peningkatan yang cukup
signifikan terhadap meningkatnya motivasi belajar siswa sehingga dapat
mempengaruhi prestasi belajarnya, pada materi pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen Katolik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel perbandingan di
bawah ini.

Tabel 4. 25
Perbandingan Persentase Tingkat Motivasi Siswa
pada Tindakan Siklus I dan Siklus II
Tingkat Motivasi Keterangan
Awal Siklus I Siklus II
No Pert I Pert II Pert I Pert II
Nilai

1 Tinggi 0 8,6 28,6 51,4 65,7 Meningkat


2 Sedang 2,86 80,0 71,4 48,6 34,3 Menurun
3 Rendah 97,14 11,4 0,0 0 0 Menurun

Dari tabel diatas dapat disimpulkan ketuntasan motivasi belajar siswa yang
telah mencapai ketuntasan klasikal yaitu 65,7 % maka tujuan penelitian ini telah
tercapai.
Tabel 4. 26
Perbandingan Perolehan Nilai Tes Awal dan Tes Akhir
pada Tindakan Siklus I dan Siklus II
Nomor Siklus I Siklus II
No Urut Kode
Tes Awal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir
Siswa
1 001 6.00 7.00 7.00 8.00

44
2 002 4.00 5.00 5.00 6.00
3 003 8.00 9.00 7.00 9.00
4 004 5.00 6.00 6.00 8.00
5 005 4.00 5.00 4.00 8.00
6 006 4.00 6.00 5.00 8.00
7 007 7.00 8.00 6.00 9.00
8 008 4.00 5.00 4.00 7.00
9 009 3.00 5.00 4.00 7.00
10 010 5.00 6.00 6.00 8.00
11 011 4.00 6.00 5.00 6.00
12 012 4.00 5.00 4.00 5.00
13 013 3.00 5.00 4.00 7.00
14 014 4.00 5.00 5.00 8.00
15 015 4.00 5.00 5.00 7.00
16 016 5.00 6.00 6.00 8.00
17 017 4.00 7.00 6.00 8.00
18 018 5.00 8.00 6.00 9.00
Jumlah 167.00 216.00 167.00 251.00
Rata-rata 4.70 6.17 4.70 7,17
Dari tabel di atas disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat kearah
yang lebih baik. Pada siklus pertama rata-rata nilai akhir tes siswa adalah 6,17.
pada siklus kedua rata-rata nilai akhir tes siswa adalah 7,17 dengan demikian
terbukti metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang
sejalan dengan hasil belajar siswa yang meningkat. Hal ini terlihat dalam
pencapaian indikator yang cenderung meningkat seperti tabel dan diagram
berikut:
Tabel 4.27
Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Motivasi Belajar Siswa

Awal Siklus I Siklus II


Pert Pert Pert Pert
No Indikator Ket
I (%) II I (%) II
(%) (%)
1 Tekun menghadapi Meningkat
41 64 74 77 82
tugas
2 Ulet menghadapi Meningkat
15 65 76 79 84
kesulitan
3 Menunjukkan minat Meningkat
terhadap bermacam- 16 68 76 83 88
macam masalah
4 Lebih senang bekerja Meningkat
41 65 70 71 77
sama
5 Dapat Meningkat
mempertahankan 36 70 73 76 80
pendapatnya
6 Tidak mudah jenuh 34 72 81 83 84 Meningkat
dalam proses

45
pembelajaran
7 Senang mencari dan Meningkat
41 69 83 85 88
memecahkan masalah

Gambar 4.6
Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa
Perilaku Belajar (%)

80
60
Awal
40
S1P1
20
S2P1
0
S2p2
r1 r2
to to r3
ika a to r4 r5
In
d di k
i ka ato to r6 r7
In d i k ka ato o
In d i k t
In In
d di ka
In di
In
No Item Indikator
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai yang diperoleh siswa dalam
setiap siklus semakin meningkat ke arah yang lebih baik. Jadi penerapan metode
kerja kelompok pada pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik VIIdi SMP
Negeri 3 Sibolga telah berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa yang
berdampak positif terhadap prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
4.2.3. Pelaksanaan dan Observasi Kegiatan Guru
Peneliti dalam melaksanakan tindakan di observasi oleh teman sejawat
setiap melaksanakan tindakan (Lampiran ). Hasil observasi guru (peneliti) dapat
dilihat pada tabel beriktut :
Tabel 4.28
Hasil Observasi Kegiatan Guru Peneliti
Skor
No Aspek Yang diamati Siklus I Siklus I
Pert I Pert II Pert I Pert II
1 Keterampilan membuka pelajaran 4 4 4 4
2 Keterampilan menyajikan materi 4 4 4 4
3 Ketepatan penggunaan metode 4 4 4 4
pembelajaran kerja kelompok
4 Pemanfaatan media pembelajaran 4 4 4 4

46
5 Kemampuan mengelola kelas 4 4 4 4
6 Memberikan kesempatan kepada siswa 3 3 3 3
7 Efisiensi penggunaan waktu 4 4 4 4
8 Keterampilan menutup pelajaran 4 4 4 4
Jumlah Skor 31 31 31 31
Persentase Skor 96,8 96,8 96,8 96,8

Dari tabel diatas peneliti peneliti mampu melaksanakan rencana penelitian


dan mengelola kelas pembelajaran dengan baik serta mempersiapkan diri sebelum
masuk ke ruangan kelas dan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan skenario
yang telah direncanakan. Dan masalah yang terjadi adalah guru membatasi
kesempatan siswa berinteraksi sewaktu pemaparan kerja kelompok karena
keterbatasan waktu sehingga hanya perwakilan tiap kelompok saja yang diberikan
kesempatan mengomentari pekerjaan siswa lainnya.

4.3. Pembahasan
1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik melalui
Penggunaan Metode Kerja Kelompok
Pada pelaksanaan tindakan siklus I pembelajaran berjalan dengan baik,
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih hidup. Tetapi dalam siklus ini masih
banyak kekurangan-kekurangan yang terjadi, hal ini disebabkan kerena belajar
dengan menggunakan metode kerja kelompok adalah sesuatu yang baru bagi
siswa dan membutuhkan waktu untuk memahami dan membiasakannya. Akibat
dari ketidakterbiasaan ini dapat dilihat dari masih ada sebagian siswa yang tidak
aktif dalam kerja kelompoknya sehingga nilai yang didapat pada akhir kegiatan
belajar mengajar minim. Pada tindakan siklus II pelaksanaan pembelajaran
mengalami peningkatan baik dari segi kualitas kinerja guru maupun respon siswa
dalam mengikuti pelajaran. Peningkatan yang sangat berarti pada palaksanaan
pembelajaran ini terjadi karena siswa sudah tidak asing lagi dengan metode kerja
kelompok. Pada pelaksanaan siklus II ini suasana kelas menjadi hidup, siswa aktif
dalam kegiatan diskusi kelompok serta berani untuk mengemukakan pendapat
didalam kelas.
2. Tingkat Motivasi Belajar Siswa
Pada keadaan awal sebelum peneliti menggunakan metode kerja kelompok,
motivasi belajar siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Sibolga hanya 5,7 %. Yaitu dari
18 siswa hanya 2 orang siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada
siklus I Pertemuan I dan II, motivasi belajar siswa meningkat. Yaitu pada Siklus I
pertemuan I siswa bermotivasi tinggi 8,6%, sedang 80% dan rendah 11,4%,
sedangkan pada pertemuan kedua siswa bemotivasi tinggi 28,6% tejadi
peningkatan tajam dari sebelumnya, sedang 71,4% dan rendah tidak ada. Berarti
ada peningkatan sebesar 77,14% dari kondisi awal. Pada siklus ini guru
menggunakan metode kerja kelompok pada pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen Katolik tentang keterbatasan manusia. Dengan menggunakan metode ini
para siswa diajak untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Para siswa sudah
berani untuk mengemukakan pendapatnya dan bertanya jawab dengan guru, selain
itu juga mereka berinteraksi dengan sesama kelompoknya untuk bekerjasama

47
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Setelah mengadakan post tes, nilai
rata-rata yang di dapat oleh siswa adalah 66. Namun dalam siklus ini masih
banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki, sebagian siswa masih
belum berani untuk mengeluarkan pendapat dan pasif dalam diskusi kelompok
sehingga tidak termotivasi. Pada siklus II materi yang disampaikan adalah tentang
contoh keterbatasan manusia. Tingkat motivasi belajar siswa meningkat, yaitu dari
35 siswa, sebanyak 23 orang atau 65,7% siswa bermotivasi tinggi dan 12 orang
atau 34,3% bermotivasi sedang dengan aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Dalam pelaksanaaan diskusi kelompok pada siklus II siswa terlihat
lebih aktif dan termotivasi. Suasana belajar menjadi lebih hidup, siswa sudah
tidak ragu-ragu lagi bertanya jawab dengan guru serta mengeluarkan pendapat di
dalam kelas. Hal ini disebabkan siswa senang dengan cara belajar menggunakan
metode kerja kelompok, sehingga dapat dilihat pengaruhnya terhadap nilai rata-
rata yang didapat para siswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu
86. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengguanaan metode kerja kelompok dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa

48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Di dalam proses belajar mengajar sudah pasti terjadi interaksi yang didasari
motivasi belajar siswa. Motivasi belajar yang diharapkan tercipta pada saat
pembelajaran adalah motivasi yang mendukung proses belajar mengajar.
Pengamatan sehari-hari menunjukkan bahwa sebagian siswa tidak menyenangi
pelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik. Dilain pihak pengetahuan tentang
Pendidikan Agama Kristen Katolik sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari sehingga pelajaran Pendidikan Agama Kristen Katolik diberikan disemua
jenjang pendidikan. Siswa lebih cenderung pasif ketika mengikuti pelajaran
Pendidikan Agama Kristen Katolik, karena biasanya guru hanya menggunakan
metode pembelajaran yang konvensional. Hal ini pun terjadi di Kelas VII SMP
Negeri 3 Sibolga. Salah satu upaya agar pembelajaran IPS menjadi hidup adalah
dengan cara melibatkan siswa dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif di dalam
kelas. Metode kerja kelompok dipilih dalam penelitian ini karena dapat
memotivasi belajar siswa sehingga saat pembelajaran siswa tidak hanya duduk
pasif.
Kesimpulan dari hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh setelah
melakukan dua siklus adalah sebagai berikut:
1. Pada saat proses Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
kerja kelompok suasana kelas menjadi lebih hidup, siswa termotivasi
untuk berbicara di depan kelas, siswa aktif dalam kegiatan diskusi
kelompok, serta berani untuk berbicara di depan kelas.
2. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode kerja dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga berdampak positif terhadap
nilai akhir yang diperoleh siswa.
3. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dan siklus II melalui
pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelaajran dan hasil belajar
siswa, maka diperoleh data bahwa semua siswa menyukai cara belajar dan
termotivasi untuk belajar dengan menggunakan metode kerja kelompok
dengan alasan proses pembelajarannya menyenangkan serta tidak
membuat jenuh.

5.2. SARAN

49
Mengingat penelitian diatas memberikan hasil positif terhadap peningkatan
motivasi belajar siswa maka tindakan kelas sebagaimana dilakukan didalam
penelitian ini disarankan untuk diterapkan olah para guru diSekolah Menengah,
tak terbatas pada VIIsaja. Selain itu akan sangat bermanfaat apabila perluasan
penelitian ini dilakukan untuk mata pelajaran selain Pendidikan Agama Kristen
Katolik.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai


Pustaka: Jakarta
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara
Hidayat. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
LAI. (2008). Alkitab Terjemahan Baru Indonesia. Lembaga Alkitab Indonesia:
Jakarta..

(National Training: Laboratorium, Bethel, Mane). Learning Pyramid


http://www.eurekapendidikan.com/2020/02/metode-diskusi-buzz
group.html.

http://pepak.sabda.org/25/nov/2004/anak_metode_mengajar_yesus

http://guruagamakristen.blogspot.com/2020/11/makalah-hubungan-perjanjian-
lama-dengan.html

https://www.academia.edu/10064581/
dasar_dan_tujuan_Pendidikan_Agama_Kristen.

https://www.academia.edu/8458235/makalah_teori_pembelajaran_faktor -
faktor_yang_memengaruhi_belajar
journal.um.ac.id/index.php/jph/article/viewFile/4150/798

https://www.academia.edu/10365909/Macam-macam_Diskusi_1 (Diakses Pada


tanggal 15 Januari 2020)
Mudjiono. 1991. Proses Belajar Mengajar. Bandung. Rosda Karya
Muliono,dkk. 1990.Kamus Bahasa Indonesia . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Joesafira, 2010. Metode Kerja Kelompok. (Online) dalam http:/
/delsajoesafira .blogspot.com/ 2010/05/metode-kerja-kelompok.html
diunduh pada tanggal 5 Februari 2020.

Roestiyah, NK. 1998.Strategi Belajar dan Mengajar.Jakarta. Rineka Cipta


Roestiyah, NK. 2008.Strategi Belajar dan Mengajar.Jakarta. Rineka Cipta

50
Rosdiana. 2008. Pengaruh Metode Kerja Kelompok Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Negeri 9 Makassar.
Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Makassar. (Online)
dalam http://www.dedenbinlaode.web.id/2010/01/meningkatkan-prestasi-
belajar.html, diunduh tanggal 10 Maret 2020
Slameto. 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sardiman A.M. 2009. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT


Rajawali Pres.
Sudjana.2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah
Production
Sudjana, Nana. 2005, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru
Algesindo
Lampiran 1-1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Pra Siklus I

Sekolah                     :    SMP Negeri 3 Sibolga


Mata Pelajaran          :    Pendidikan Agama Kristen Katolik.
Kelas / Semester       :    VII/ Ganjil

Standar Kompetensi  :   
Menyebutkan wujud tindakan manusia yang dapat menunjukkan pemahaman dan
pengakuan keberadaan Allah dan Manusia serta menjelaskan kemahakuasaan
Allah yang menyebabkan manusia dapat bergantung sepenuhnya pada Allah.
Kompetensi Dasar    :   
Siswa mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada
kemahakuasaan Allah.

Indikator                       :   


Mensyukuri keterbatasan yang ada pada dirinnya sebagai siswa dan sebagai
manusia sebagai ciptaan Allah.

Alokasi Waktu          :    2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

A.     TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat mendaftarkan kelebihan yang ada pada dirinya.


2. Siswa dapat mendaftarkan kekurangan yang ada pada dirinya.

B.     MATERI PEMBELAJARAN


Manusia Citra Allah.

C.     METODE PEMBELAJARAN


Metode Kerja Kelompok

51
D.     LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pendahuluan (3 menit)
 Menyapa Siswa, dan mengarahkan siswa untuk sebelum memulai
pembelajaran supaya berdoa bersama dipimpin oleh guru.
 Mengingat kuasa kepada kehidupan sehari-hari manusia.
 Memotivasi Siswa bahwa Manusia memiliki keterbatasan yang
menyatakan harus tunduk pada Allah.
Kegiatan Inti (29 menit)
 Memandu siswa supaya membentuk 4 kelompok dengan ketentuan
kelompok pertama 4 orang, kelompok kedua 4 orang, kelompok ketiga 5
orang, kelompok ke-empat 5 orang dan masing-masing menentukan ketua
dan sekretaris kelompoknya..
 Guru membagikan Lembar kerja siswa yang berisikan pertanyaan tentang
kelebihan dan kelemahan yang ada pada masing-masing anggota
kelompoknya.
 Guru menyuruh tiap kelompok mendata kelebihan dan kekurangan
masing-masing anggota kelompoknya yang dipandu oleh ketua dan
sekretaris kelompok dan menuliskan lembar kerja kelompok.
 Guru berkeliling mengawasi siswa yang diskusi dalam bekerja kelompok.
 Guru menyuruh salah satu kelompok supaya memaparkan hasil kerja
kelompok mereka dan mempersilahkan kepada kelompok lain untuk
memberikan tanggapannya dan mengumpulkan Lembar kerja masing-
masing kelompok
 Guru menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan
kelebihan.
Penutup (3 menit)
 Guru merangkum materi pembelajaran.
 Guru memberikan PR rumah tentang kelebihan dan kelemahan Raja
Daud dengan membaca Alkitab.

E.     ALAT DAN SUMBER BELAJAR

1. Alkitab.
2. Buku PAK-KAT Kelas 7, Mitra, Medan, 2006.
3. Buku PAK-KAT Kelas 7, BMI, Bandung, 2006.
4. Buku PAK-KAT Kelas 7, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.

F.      PENILAIAN

1.Teknik Instrumen: Tes Lisan


2.Bentuk Instrumen: Uraian
3.Contoh Instrumen:

a. Kenapa manusia diciptakan berbeda dengan yang lainnya?


b. Mengapa rupa manusia berbeda satu sama lain?
c. Mengapa manusia yang kembar sekalipun berbeda perilakunya?
d. Adakah kelebihan /kelemahan masing-masing temanmu?

52
Sibolga, Agustus 2020
Mengetahui, Peneliti
Kepala Sekolah SMPN 3 Sibolga Guru Mapel PAK

ROSLINA, S.Pd.Mat.MM EDYOLENSINA SIHOTANG, S.AG


NIP.19620802 198403 2 004 NIP.19860504 201101 2 026

Lampiran 1-2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Siklus I

Sekolah                     :    SMP Negeri 3 Sibolga


Mata Pelajaran          :    Pendidikan Agama Kristen Katolik.
Kelas / Semester       :    VII/ Ganjil

Standar Kompetensi  :   
Menyebutkan wujud tindakan manusia yang dapat menunjukkan pemahaman dan
pengakuan keberadaan Allah dan Manusia serta menjelaskan kemahakuasaan
Allah yang menyebabkan manusia dapat bergantung sepenuhnya pada Allah.
Kompetensi Dasar    :   
Siswa mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada
kemahakuasaan Allah.

Indikator                       :   


Mensyukuri keterbatasan yang ada pada dirinnya sebagai siswa dan sebagai
manusia sebagai ciptaan Allah.

Alokasi Waktu          :    2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

A.     TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat membandingkan keberadaan dirinya dengan makhluk lain.


2. Siswa dapat menjelaskan makna keterbatasan yang ada pada dirinya.

B.     MATERI PEMBELAJARAN


Manusia Citra Allah.

C.     METODE PEMBELAJARAN


Kerja Kelompok

53
D.     LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pendahuluan (3 menit)
 Menyapa Siswa, dan mengarahkan siswa untuk sebelum memulai
pembelajaran supaya berdoa bersama dipimpin oleh guru dan
mengumpulkan PR siswa.
 Guru memberikan keterangan tentang PR siswa bahwa kekurangan dan
kelebihan bias saling menguntungkan.
Kegiatan Inti (23 menit)
 Meminta siswa duduk sesuai dengan kelompok pertemuan sebelumnya.
 Guru membagikan Lembar kerja siswa yang berisikan pertanyaan tentang
kelebihan dan kelemahan yang ada pada ciptaan Tuhan yang selain
manusia.
 Guru menyuruh siswa membuat perbandingan kelebihan dan kelemahan
manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain. Dan menuliskan dalam lembar
kerja.
 Guru mengawasi kerja kelompok siswa
 Guru menyuruh salah satu kelompok yang sudah selesai membuat
perbandingan dan mempersilahkan kepada kelompok lain memberikan
komentar tentang presentasi kelompok tersebut.
 Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil kerja siswa.
 Guru menjelaskan kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lain.
Penutup (9 menit)
 Guru merangkum materi pembelajaran.
 Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan PR.
 Guru memberikan Tes Akhir Siklus I
E.     ALAT DAN SUMBER BELAJAR
1. Alkitab.
2. Buku PAK-KAT Kelas 7, Mitra, Medan, 2006.
3. Buku PAK-KAT Kelas 7, BMI, Bandung, 2006.
4. Buku PAK-KAT Kelas 7, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.

F.      PENILAIAN
1. Teknik Instrumen: Tes Tulisan
2. Bentuk Instrumen: Uraian
3. Contoh Instrumen:

a.       Kenapa manusia diciptakan berbeda dengan yang lainnya?


b.      Siapakah lebih tinggi manusia dengan malaikat Allah?
c.       Samakah kedudukan semua manusia di bumi ini?

Sibolga, Agustus 2020


Mengetahui, Peneliti
Kepala Sekolah SMPN 3 Sibolga Guru Mapel PAK

54
ROSLINA, S.Pd.Mat.MM EDYOLENSINA SIHOTANG, S.AG
NIP.19620802 198403 2 004 NIP.19860504 201101 2 026

Lampiran 1-3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Siklus II

Sekolah                     :    SMP Negeri 3 Sibolga


Mata Pelajaran          :    Pendidikan Agama Kristen Katolik.
Kelas / Semester       :    VII/ Ganjil

Standar Kompetensi  :   
Menyebutkan wujud tindakan manusia yang dapat menunjukkan pemahaman dan
pengakuan keberadaan Allah dan Manusia serta menjelaskan kemahakuasaan
Allah yang menyebabkan manusia dapat bergantung sepenuhnya pada Allah.
Kompetensi Dasar    :   
Siswa mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada
kemahakuasaan Allah.

Indikator                       :   


Mensyukuri keterbatasan yang ada pada dirinnya sebagai siswa dan sebagai
manusia sebagai ciptaan Allah.

Alokasi Waktu          :    2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

A.     TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat membuktikan keterbatasan yang ada pada diri manusia.


2. Siswa dapat mengisi kekurangan kita dengan kelebihan yang ada pada diri
kita.

B.     MATERI PEMBELAJARAN


Manusia Citra Allah.

C.     METODE PEMBELAJARAN

55
Kerja Kelompok

D.     LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN


Pendahuluan (3 menit)
 Menyapa Siswa, dan mengarahkan siswa untuk sebelum memulai
pembelajaran supaya berdoa bersama dipimpin oleh guru
 dan mengumpulkan PR siswa.
 Memberi motivasi kepada siswa tentang manfaatnya perbedaan antara
sesame ciptaan Tuhan.
Kegiatan Inti (29 menit)
 Meminta siswa duduk sesuai dengan kelompok pertemuan sebelumnya.
 Guru membagikan Lembar kerja siswa yang berisikan pertanyaan tentang
pengertian keterbatasan pada manusia, dan menemukan kelemahan dan
kelebihan yang dimiliki para Nabi masing-masing dua nabi tapi dipakai
luar biasa.
 Guru menyuruh siswa antar kelompok untuk saling bertanya dan
memperbandingkan kelebihan dan kelemahan Nabi Daud, Nabi Salomo,
Nabi Musa dan tujuan Allah menciptakan manusia memiliki keterbatasan.
 Guru mengawasi diskusi kerja kelompok siswa
 Guru menyuruh salah satu kelompok yang sudah selesai
mempresentasikan hasil kerjanya
 Memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan masukan
dan kritikan terhadapan presentasi kelompok tersebut dibawah
pengawasan guru.
 Guru menjelaskan tujuan Allah menciptakan manusia memiliki
keterbatasan.
Penutup (3 menit)
 Guru merangkum materi pembelajaran.
 Guru memberikan tugas kelompok kepada siswa untuk mengumpulkan
klipping tentang bencana alam dan berita dukacita.

E.     ALAT DAN SUMBER BELAJAR


1. Alkitab.
2. Buku PAK-KAT Kelas 7, Mitra, Medan, 2006.
3. Buku PAK-KAT Kelas 7, BMI, Bandung, 2006.
4. Buku PAK-KAT Kelas 7, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.

F.      PENILAIAN

1. Teknik Instrumen: Tes Lisan


2. Bentuk Instrumen: Uraian
3. Contoh Instrumen:

Sibolga, Agustus 2020


Mengetahui, Peneliti
Kepala Sekolah SMPN 3 Sibolga Guru Mapel PAK

56
ROSLINA, S.Pd.Mat.MM EDYOLENSINA SIHOTANG, S.AG
NIP.19620802 198403 2 004 NIP.19860504 201101 2 026

57

Anda mungkin juga menyukai