Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang


hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh
pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat melakukan
aktivitas teladan di masyarakat tempat mereka berada. Adalah suatu kenyataan, anak
sebagai makhluk yang belum dewasa harus ditolong, dibantu, dibimbing, serta diarahkan
agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah melalui pendidikan formal di sekolah. Sebagai lembaga pendidikan
formal, sekolah tidak hanya berfungsi mengembangkan kecerdasan anak tetapi juga
mengembangkan kepribadian. Hal itu tertuang dalam Undang-undang (UU) RI Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut.
“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri , dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.

Berdasarkan kurikulum 2006 yang berlaku sekarang (KTSP) dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Departemen Pendidikan Nasional, 2008 : 162) mengemukakan
bahwa “ PAK (Pendidikan Agama Kristen) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD, SLTP, SLTA, sampai Perguruan tinggi. Pada jenjang SD / MI
mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen memuat materi Perilaku, Teladan, Geografi,
Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Pada SD / MI, peserta didik diarahkan untuk menjadi
warga negara Indonesia yang baik, bertanggung jawab dan domokratis serta warga dunia
yang cinta damai”.

Dari penjelasan diatas dapat diharapkan supaya mata pelajaran pendidikan agama
kristen dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis terhadap kondisi social masyarakat. mata pelajaran pendidikan agama kristen
disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju

1
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. atas dasar tersebut, tujuaan
utama pembelajaran pendidikan agama kristen diharapkan agar siswa mengenal konsep-
konsep berperilaku baik sesuai agamanya yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya, harapan selanjutnya adalah agar siswa memiliki kemampuan dasar
untuk berpikir logis dan kritis, memiliki rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan rohani dan jasmani. pada akhirnya siswa dapat memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai rohani dan jasmani dan kemanusiaan yang
ada di lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga siswa memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di
tingkat lokal, nasional, dan global.

Kesan yang terjadi pada mata pelajaran pendidikan agama kristen dianggap kurang
menarik bagi kebanyakan siswa, mata pelajaran ini dianggap membosankan dan hanya
seputar menceritakan kejadian-kejadian kurang realistis secara manusia tanpa adanya
interaksi antar siswa dengan guru. hal ini sesuai dengan pendapat slameto (2010 : 54-60)
yang mengatakan bahwa “kualitas pendidikan yang masih rendah menjadi kendala dalam
rangka pembangunan di indonesia. rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh faktor
dari dalam dan luar siswa. faktor yang berasal dari diri siswa meliputi kesiapan, sikap,
minat, dan intelegensi, sedangkan yang berasal dari luar siswa meliputi guru, sarana
prasarana serta lingkungan belajar siswa”. sesuai dengan observasi peneliti di tempat
peneliti mengajar yang telah dilakukan peneliti dikelas IV SD Negeri No.091367 Simpang
Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun, peneliti menemukan suatu
permasalahan yaitu rendahnya hasil belajar siswa, motivasi/minat belajar siswa yang
rendah, banyaknya siswa yang tidak suka pelajaran pendidikan agama kristen yang
dominan menghapal dan tidak masuk akal. hal ini ditunjukkan dari jumlah siswa yang
diperoleh masing-masing siswa dalam pembelajaran pendidikan agama kristen dari siswa
yang berjumlah 18 orang yang menyukai pelajaran pendidikan agama kristen hanya 10
orang atau berkisar 56% yang berarti 44% (8 orang) dari 18 orang memiliki motivasi
negatif /tidak menyukai terhadap pelajaran pendidikan agama kristen. Keadaan tersebut
dianggap wajar, karena guru masih menggunakan metode belajar yang tidak variatif dan
pembelajaran berpusat pada guru. Guru mengajar didepan kelas dan murid mendengar
(ceramah) sehingga siswa menjadi acuh, dan terkesan kurang peduli, hal ini diperburuk

2
dengan pembelajaran yang tidak menggunakan media/ alat peraga yang membuat siswa
tidak tertarik dengan pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang dekat dengan
kehidupannya. Penggunaan metode yang tidak menarik, dan variatif, mengakibatkan siswa
merasa malas untuk belajar yang pada akhirnya hasil pembelajaran tidak tercapai.

Masih rendahnya motivasi belajar siswa dapat diketahui pada saat pembelajaran
berlangsung dengan diamati dari bagaimana aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran,
interaksi antar guru siswa, interaksi antar siswa dan motivasi belajar siswa. Disamping itu
pembelajaran masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga sebagaian besar
masih pasif dan pembelajaran hanya berpusat pada guru. Hal itu menunjukkan motivasi
belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan pengetahuan
siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa harus dilakukan dengan cara yang tidak
monoton dimana berdampak sempitnya pemikiran siswa terhadap informasi yang
diketahui.

Ketika kita mendengar kata motivasi yang muncul dalam angan-angan kita adalah
pada suatu keadaan seseorang yang mempunyai semangat tinggi, rajin, mampu bekerja
keras yang akhirnya mengantarkan kita pada pencapaian yang memuaskan atau bahkan
pencapaian prestasi. Dalam proses belajar motivasi sangatlah diperlukan, sebab seseorang
yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi pendidik dan peserta
didik, karena memberi motivasi kepada peserta didik merupakan hal yang perlu dan
penting dalam proses pembelajaran. Di sekolah, setiap anak memiliki sejumlah motivasi
atau dorongan-dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan, baik kebutuhan biologis
maupun kebutuhan psikologis. Disamping itu anak juga memiliki sikap-sikap, motivasi-
motivasi, penghargaan dan tujuan-tujuan tertentu. Oleh sebab itu tugas guru adalah
menimbulkan motivasi yang akan mendorong anak untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan belajarnya.

Melalui pendidikan orang mengharapkan supaya semua bakat, kemampuan dan


kemungkinan yang dimiliki bisa dikembangkan secara maksimal agar orang bisa mandiri
dalam proses membangun pribadinya. Sedang negara bisa maju bila semua warga
negaranya berpendidikan, serta memperoleh kesempatan untuk mendapatkan penghasilan

3
yang layak. Oleh karena itu tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator untuk
mengukur kemajuan dan derajat kemakmuran Negara serta mengukur besarnya peranan
setiap warga Negara dalam kegiatan-kegiatan membangun.

Berdasarkan paparan di atas di lihat dari pentingnya dalam hal pendidikan maka
peneliti mengambil judul “Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode kerja kelompok pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Kristen materi Konsep Keterbatasan Manusia kelas IV SD Negeri No.091367
Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015”.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah sebagai berikut:
a. Rendahnya Prestasi/Hasil Belajar Siswa
b. Minat Belajar Siswa rendah
c. Motivasi belajar siswa rendah
d. Pembelajaran yang berpusat pada guru
e. Siswa hanya menerima informasi dari guru
f. Metode pembelajaran tidak bervariasi
g. Ketersediaan Media / alat peraga yang minim
1.3. BATASAN MASALAH
Dengan luasnya ruang lingkup masalah yang teridentifikasi serta keterbatasan
kemampuan untuk meneliti keseluruhan permasalahan yang ada, maka penelitian ini
dibatasi pada “ Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui model kerja
kelompok pada pelajaran pendidikan agama kristen materi konsep keterbatasan manusia di
kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten
Simalungun TP 2014/2015”.
1.4. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Apakah pembelajaran metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa pada pelajaran pendidikan agama kristen materi konsep keterbatasan manusia
di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten
Simalungun TP 2014/2015?”.

4
1.5. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa menggunakan metode kerja
kelompok pada pelajaran pendidikan agama kristen materi konsep keterbatasan manusia di
kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten
Simalungun TP 2014/2015.
1.6. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan manfaat sebagai berikut:


1. Bagi peneliti
Dengan dilaksanakan PTK maka guru sebagai peneliti sedikit demi sedikit
mengetahui strategi, media maupun metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau
kompetensi dasar pembelajaran.
2. Bagi Guru
Sebagai modal dalam mendesain kegiatan belajar mengajar dalam memberikan latihan
secara langsung kepada siswa untuk dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi pada
siswa serta hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa
Dengan dilaksanakan PTK akan sangat membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Dengan adanya tindakan yang baru dari guru akan memungkinkan siswa terlibat
secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, mampu berfikir kreatif sehingga
siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
4. Bagi sekolah
Hasil PTK sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistim pembelajaran.
5. Bagi perpustakaan
Memberikan penambahan reverensi di perpustakaan sekolah. Sehingga referensi
buku diperpustakaan meningkat. Akan menambah pengetahuan di perpustakaan sekolah.
Secara umum, manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu usaha guru untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran bersama siswa dalam mewujudkan tujuan
pendidikan agama kristen dan tujuan pendidikan Nasional.

5
1.7. Sistimatika Penulisan

Untuk memperjelas dan memperdalam pembahasan, maka penelitian tindakan


kelasi (PTK) ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

BAB I, merupakan Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.

BAB II, merupakan bagian kajian pustaka yang di dalamnya dibahas mengenai variabel I
dalam hal ini mengenai metode kerja kelompok. variabel II yaitu motivasi belajar siswa
dan variabel III yaitu hasil belajar siswa pada Pendidikan Agama Kristen. Adapun bentuk
pembahasan tiap variabel secara umum yaitu membahas pengertian, dasar, jenis-jenis,
manfaat-manfaat, serta hubungan dan proses anatara variabel I dan variabel lainnya.

BAB III, merupakan rancangan penelitian yang terdiri dari desain dan model penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, populasi sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik
pengumpulan data, instrument penelitian dan terakhir adalah teknik analisis data yang akan
dipakai. Dalam karya tulis ilmiah ini penulis memakai metode penelitian kualitatif, dengan
model Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB IV, merupakan hasil dan pembahasan yang diuraikan mulai dari hasil penelitian dari
pengelolaan tindakan kelas dalam hal ini dengan metode kerja kelompok terhadap minat
belajar siswa sekolah dasar kelas IV, serta pembahasan dan ulasan-ulasan lainnya yang
berkaitan dengan variabel-variabel.

BAB V, merupakan kesimpulan dan saran yang diuraikan berdasarkan hasil dari penelitian
yang telah dilakukan di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba
Kabupaten Simalungun TP 2014/2015, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Kristen di kelas V dengan metode kerja kelompok.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Belajar

Belajar terjadi bila seseorang menghadapi suatu yang di dalamnya ia tak dapat
menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk-bentuk kebiasaan untuk menghadapi
tantangan-tantangan, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan dalam
aktivitasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli berikut tentang pengertian belajar.
Winkel (Sukasno, 2002:10) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang
bersifat relatif konstan dan berbekas”. Pendapat ini senada dengan apa yang diungkapkan
oleh Hamalik (2003:28) sebagai berikut:

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau sesorang melalui
interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam
kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skill), ataupun dalam tiga aspek yaitu
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan. Perubahan tingkah laku
dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Sardiman (2009:22) menyatakan bahwa: “Belajar
boleh dikatakan juga proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang
mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori”.

Dari pengertian belajar di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah
terjadinya perubahan prilaku pada seseorang (peserta didik) dan perubahan prilaku
tersebut relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Perubahan ini
terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat
diamati secara langsung.

2.2. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri individu, yang meyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif

7
tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diintegrasikan dalam tingkah laku, berupa
rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Mc.
Donald (dalam Sardiman, 2009:73) mengungkapkan bahwa “motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Lebih lanjut Sardiman (2009:74)
mengungkapkan bahwa “motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak
perasaan tidak suka itu”.

Menurut Hamzah (2011: 9) mengemukakan bahwa :

Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari
dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan
perubahan tingkah laku /aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Dengan sasaran sebagai berikut: (a) mendorong manusia untuk melakukan suatu
aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan, (b) menentukan arah tujuan
yang hendak dicapai, dan (c) menentukan perbuatan yang harus dilakukan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah
keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek itu dapat tercapai.

2.3. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Dimana
motivasi merupakan pengarah untuk perbuatan belajar kepada tujuan yang jelas
diharapkan dapat dicapai siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya.
Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Menurut
Sardiman (2009: 86) bahwa “Motivasi belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi yang
mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk belajar sesuatu atau atau
melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan”.

Lebih lanjut, Brophy (dalam Syafitri,2011:2) mengungkapkan bahwa:

8
Motivasi belajar adalah sebagai a general state dan sebagai a situation specific
state. Sebagai a general state, motivasi belajar adalah suatu watak yang permanen
yang mendorong seseorang untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan
dalam suatu kegiatan belajar. Sebagai a situation-specific state, motivasi belajar
muncul karena keterlibatan individu dalam suatu kegiatan tertentu diarahkan oleh
tujuan memperoleh pengetahuan atau menguasai keterampilan yang diajarkan.
(diunduh pada tanggal 5 Februari 2014 dari http: //repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/23699/4/Chapter%20II.pdf )
McCombs (dalam syafitri, 2011:2) mengungkapkan bahwa :

Motivasi belajar adalah kemampuan internal yang terbentuk secara alami yang
dapat ditingkatkan atau dipelihara melalui kegiatan yang memberikan dukungan,
memberikan kesempatan untuk memilih kegiatan, memberikan tanggung jawab
untuk mengontrol proses belajar, dan memberikan tugas-tugas belajar yang
bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pribadi.
(diunduh pada tanggal 5 Februari 2014 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/23699/4/Chapter%20II.pdf )
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar
berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik
yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, guna
mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan motivasi belajar, maka siswa/warga
belajar/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses
pembelajaran / pendidikan yang diikuti.

2.4. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk


mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1)
kerja kelompok; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6)
pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Menurut Purwadinata (dalam Sudjana, 2001:7) mengungkapkan bahwa “ metode adalah
cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” Morris
(dalam Sudjana, 2001:8) mengemukakan bahwa metode adalah “ A mean or manner of
procedure ; specially a regular and systematic way of accomplishing anything …. Method

9
emphasized procedures according to adetailed, logically ordered plan”. Sedangkan
menurut kamus besar Indonesia, “Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditemukan”
(Muliono, dkk, 1990:580-581).

Menurut Sudjana (2005:76) mengungkapkan bahwa: “Metode pembelajaran ialah


cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan Sutikno (2009:88) menyatakan bahwa “Metode
pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik
agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.

Berdasarkan definisi / pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut


di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi
yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk
mencapai tujuan.

2.5. Metode Kerja Kelompok

Kerja kelompok adalah salah satu dalam belajar mengajar, dimana siswa didalam
kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau beberapa kelompok. Kerja kelompok
diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa satu kelas dibagi atas
beberapa kelompok kelompok kecil, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Metode
kerja kelompok dapat dipakai untuk bermacam – macam tujuan pengajaran.
Pelaksanaannya tergantung beberapa faktor, misalnya tujuan yang akan dicapai,
kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di kelas yang terbatas sehingga harus dibuat
beberapa kelompok. Menurut Mudjiono (1991:61) mengemukakan: “Metode kerja
kelompok dapat diartikan sebagai format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada
interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam satu kelompok guna
menyelesaikan tugas - tugas berlajar secara bersama – sama”.

Menurut Joesafira (2005) Mengemukakan bahwa:

Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar - mengajar dimana
siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas
kelompok - kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu.

10
Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai
bermacam - macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa
faktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta
fasilitas pengajaran di dalam kelas.
(Diunduh dari http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/metode-kerja-kelompok.html
pada tanggal 5 Februari 2014)
Lebih lanjut Syaiful Sagala (2009:216) mengemukakan bahwa: “metode kerja
kelompok adalah siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok)
tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil atau sub-sub kelompok, metode
kerja kelompok dapat dipakai mengajar untuk mencapai bermacam-macam tujuan
disekolah”.

Dari pengertian metode kerja kelompok tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
Metode kerja kelompok adalah suatu cara/strategi yang digunakan dalam pembelajaran
dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang
direncanakan guru sesuai kurikulum.

2.6. Langkah-langkah Menggunakan Metode Kerja Kelompok

Roestiyah (2008:19-20) berpendapat bahwa:

Supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka harus melalui langkah-langkah
sebagai berikut :(1)Menjelaskan tugas kepada siswa, (2) Menjelaskan apa tujuan
kerja kelompok, (3) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok, (4) Setiap
kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang
kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut, (5)Guru berkeliling selama kerja
kelompok itu berlangsung, bila perlu member saran/ pertanyaan, (6) Guru
membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok.
Menurut Soedjana (2001:161) mengungkapkan bahwa :

Penggunaan teknik kerja kelompok ditandai dengan : (1) tersusunnya pembagian


tugas kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar yang akan dilakukan oleh para
peserta didik, (2) adanya aturan –aturan atau prosedur pelaksanaan tugas, (3)
peserta didik diorganisasi kedalam kelompok-kelompok kecil untuk melaksankan
tugas, (4) tersedianya fasilitas, alat, waktu, dan daya dukung lainnya, dan (5)
adanya kerjasama dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di antara peserta
didik dalam kelompok.

Ulih Bukit Karo-Karo (Hidayat, 2009: 18) menyebutkan bahwa jalannya


pengajaran metode kerja kelompok adalah sebagai berikut:

11
1. Guru mengelompokkan siswa. Jumlah kelompok dan jumlah anggota kelompok
harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai.

2. Guru memberikan tugas kepada siswa dalam kelompok untuk dipelajari/dikerjakan.

3. Siswa (dalam kelompoknya) mempelajari/mengerjakan tugas. Pada waktu siswa


sibuk, guru mendatangi kelompok-kelompok baik untuk merangsang maupun
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjaga agar pelajar tetap tertib.

4. Guru bersama siswa menilai. Penilaian tidak hanya terhadap hasil yang diperoleh
tetapi juga terhadap cara bekerjasama (proses). Penilaian ini perlu pula ditujukan
kepada tugas/bahan pelajaran, terhadap kelompok dan terhadap kelas serta terhadap
masing-masing pelajar.

Berdasarkan pendapat ahli diatas yang menjadi langkah-langkah metode kerja


kelompok adalah:

1. Mengelompokkan siswa. Jumlah kelompok dan jumlah anggota kelompok (4-5


orang) harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai dengan
memperhatikan jenis kelamin, siswa yang heterogen dari segi kemampuan.

2. Memberikan tugas kepada siswa dalam kelompok untuk dipelajari/dikerjakan


secara bersama-sama serta adanya ketua dan sekretaris kelompok.

3. Siswa (dalam kelompoknya) mempelajari/mengerjakan tugas. Pada waktu siswa


sibuk, guru mendatangi kelompok-kelompok baik untuk merangsang maupun
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjaga agar pelajar tetap tertib.

4. Salah Satu Kelompok Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

5. Guru bersama siswa menilai. Penilaian tidak hanya terhadap hasil yang diperoleh
tetapi juga terhadap cara bekerjasama (proses). Penilaian ini perlu pula ditujukan
kepada tugas/bahan pelajaran, terhadap kelompok dan terhadap kelas serta terhadap
masing-masing pelajar.

12
2.7. Kelebihan dan Kelemahan Metode kerja Kelompok

Roestiyah(1998:1) menyebutkan beberapa keuntungan dan kelebihan metode kerja


kelompok. Keuntungan metode kerja kelompok adalah sebagai berikut :

 Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan


ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
 Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan
berdiskusi.
 Dapat memungkinkan guru untuk dapat lebih memperhatikan siswa sebagai
individu serta kebutuhan belajarnya.
 Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif
berpartisipasi dalam diskusi.
 Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain,
dimana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan
bersama.

Sedangkan kelemahan dari metode kerja kelompok adalah :

 Kerja kelompok sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka
cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kemampuannya kurang.
 Strategi ini kadang – kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-
beda dan gaya mengajar yang berbeda – beda pula.
 Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa
memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.

Lebih lanjut Rosdiana (2008:12) mengemukakan beberapa keuntungan dan kelebihan


metode kerja kelompok sebagai berikut:

Keuntungan pembelajaran kelompok yaitu : (1) Dapat memberikan kesempatan


untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai kasus atau masalah,

13
(2)Dapat memungkinkan guru untuk lebih mempertahankan siswa sebagai
individu serta kebutuhan belajarnya, (3) Siswa lebih aktif tergabung dalam
pelajaran dan berpartisipasi dalam diskusi, (4)Dapat memberikan kesempatan
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya,
menghargai pendapat orang lain, hal mana membantu kelompok mencapai
tujuan bersama.
Disamping keuntungan penggunaan metode kerja kelompok dalam satu
pembelajaran, metode ini juga memiliki kekurangan antara lain : (1) Kerja
kelompok sering kali hanya melibatkan siswa yang mampu dan cakap, (2) Kerja
kelompok kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda dan
gaya mengajar yang berbeda pula, (3) Keberhasilan kerja kelompok tergantung
kemampuan memimpin atau bekerja sendiri.
Dari pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan kelebihan dari metode kerja
kelompok yaitu (1) Dapat memupuk rasa kerja sama dengan teman-temannya, (2) melatih
keberanian untuk berkomunikasi dengan teman sekelas maupun di luar lingkungan
sekolah, (3) Suatu tugas yang banyak dapat terselesaikan dengan cepat, (4) Adanya
persaingan yang sehat, (5) Melatih dan menanamkan rasa tenggang rasa dan tanggung
jawab, (6) Murid-murid lebih mudah diawasi dan dibimbing, karena di kumpulkan dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil dari pada kelas, (7) Pokok-pokok pikiran yang telah
diperbincangkan dan dibahas dalam kelompok kecil, akan merupakan pendapat yang lebih
matang dan dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan buah pikiran sendiri.
Sedangkan kelemahan dari metode kerja kelompok yaitu : (1) Adanya sifat-sifat pribadi
yang ingin ditonjolkan/egois, (2) Bagi yang keberaniannya kurang akan merasa rendah dan
tergantung kepada orang lain, (3) Bila tidak ada kerja sama antar anggota maka akan ada
hambatan dalam mengerjakan tugas, (4) Adanya dominasi oleh seseorang.

2.8. Pendidikan Agama Kristen (PAK)

2.8.1. Hakekat Pembelajaran PAK

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai
dan bermartabat. Menyadari peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia
maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan,
yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat.

14
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spritual dan
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan
moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup
pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-
nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan
potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang
dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan.

Penerapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di bidang Pendidikan


Agama Kristen (PAK), sangat tepat dalam rangka mewujudkan model PAK yang
bertujuan mencapai transformasi nilai-nilai kristiani dalam kehidupan peserta didik pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
memberikan ruang yang sama kepada setiap peserta didik dengan keunikan yang berbeda
untuk mengembangkan pemahaman iman kristiani sesuai dengan pemahaman, tingkat
kemampuan serta daya kreativitas masing-masing.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Kristen bukanlah


“standar moral” Kristen yang ditetapkan untuk mengikat peserta didik, melainkan
dampingan dan bimbingan bagi peserta didik dalam melakukan perjumpaan dengan Tuhan
Allah untuk mengekspresikan hasil perjumpaan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Peserta didik belajar memahami, mengenal dan bergaul dengan Tuhan Allah secara
akrab karena seungguhnya Tuhan Allah itu ada dan selalu ada dan berkarya dalam hidup
mereka. Dia adalah Sahabat dalam Kehidupan Anak-anak. Hakikat Pendidikan Agama
Kristen (PAK) seperti yang tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi PAK di Indonesia
tahun 1999 adalah: Usaha yang dilakukan secara terencana dan kontinu dalam rangka
mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat
memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan
dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. Dengan
demikian, setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki

15
keterpanggilan untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi
maupun sebagai bagian dari komunitas.

Pada dasarnya PAK dimaksudkan untuk menyampaikan kabar baik (euangelion =


injil), yang disajikan dalam dua aspek, aspek ALLAH TRITUNGGAL (ALLAH BAPA,
ANAK, DAN ROH KUDUS) dan KARYANYA, dan aspek NILAI-NILAI KRISTIANI.
Secara holistik, pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAK pada
Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu pada dogma Allah Tritunggal dan karya-Nya.
Pemahaman terhadap Allah Tritunggal dan karya-Nya harus tampak dalam nilai-nilai
kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan keseharian peserta didik.

Berdasarkan pemahaman tersebut, maka rumusan Standar Kompetensi dan


Kompetensi Dasar PAK di sekolah dibatasi hanya pada aspek yang secara substansial
mampu mendorong terjadinya transformasi dalam kehidupan peserta didik, terutama dalam
pengayaan nilai-nilai iman kristiani. Dogma yang lebih spesifik dan mendalam diajarkan
di dalam gereja.

Fokus Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berpusat pada kehidupan


manusia (life centered). Artinya, pembahasan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
didasarkan pada kehidupan manusia, dan iman Kristen berfungsi sebagai cahaya yang
menerangi tiap sudut kehidupan manusia. Pembahasan materi sebagai wahana untuk
mencapai kompetensi, dimulai dari lingkup yang paling kecil, yaitu manusia sebagai
ciptaan Allah, selanjutnya keluarga, teman, lingkungan di sekitar peserta didik, setelah itu
barulah dunia secara keseluruhan dengan berbagai dinamikanya.

2.8.2. Tujuan Pendidikan Agama Kristen Sekolah Dasar

Tujuan PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Memperkenalkan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan karya-karya-Nya agar
peserta didik bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah Tritunggal dalam
hidupnya.

2. Menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada peserta didik,


sehingga mampu memahami dan menghayatinya.

16
3. Menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara
bertanggungjawab serta berakhlak mulia di tengah masyarakat yang pluralistik.

2.8.3. Fungsi Pendidikan Agama Kristen Sekolah Dasar


Fungsi PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Memampukan peserta didik memahami kasih dan karya Allah dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Membantu peserta didik mentransformasikan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan
sehari-hari
2.8.4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Kristen Sekolah Dasar
Ruang lingkup Pengajaran PAK tidak hanya menjadi alat atau sarana yang sangat
efektif bagi iman Kristen, tetapi juga mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi
pertumbuhan dan perkembangan iman siswa gereja di masa yang akan datang. Ada
beberapa alasan, yaitu:

1) Pertama, pengajaran Pendidikan Agama Kristen mempertemukan kehidupan manusia


dalam hal ini anak-anak dengan Firman Tuhan atau dengan Tuhan Yesus sendiri, yang
adalah Firman Yonahes 1:1, “Pada mulanya adalah Firman dan firman itu bersama-
sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah”. Dalam Injil Yohanes 1:14, dikatakan
bahwa : “Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara dan kita telah melihat
kemulianNya” Karena perjumpaannya dengan Yesus, Sang Firman yang hidup, melalui
pelajaran Agama Kristen di sekolah, banyak siswa yang pada akhirnya percaya kepada
Tuhan Yesus, dan tidak sedikit orang tua yang dahulu menolak Tuhan Yesus secara
terang-terangan, akhirnya mengakui dan memberi diri dibaptis. Penulis Ibrani
mengatakan “Sebab firman Allah hidup dan kuat, lebih tajam daripada pedang bermata
dua manapun; Ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi
dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita”
II Timoitus 4: 2
Ibrani 4 : 12
Apabila Firman Tuhan diajarkan dengan setia, penuh tanggung jawab, dan dengan teladan,
Allah akan memakainya untuk mempengaruhi pikiran dan hati orang yang memerlukan
Yesus.

17
2) Kedua, Pengajaran Agama Kristen menghasilkan suasana pribadi antar sesama.
Pengajaran Agama Kristen yang dilaksanakan di Sekolah dalam satu kelas, secara
formal dan tertata rapi, menghasilkan suasana pribadi antara sesama rekan sekelas yang
akhirnya dapat membimbing kepada keputusan untuk menerima Kristus. Mavis L.
Anderson, (1993) dalam hubungannya dengan mendidik atau mengajar, mengatakan :“
Kata mendidik berarti “memimpin atau membimbing pembentukan kebiasaan-
kebiasaan yang menuju kepada kecakapan”, pada jalan yang harus ditempuhnya,
mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya memberikan pengetahuan teori
sebanyak-banyaknya ke dalam hati murid-murid yang belum bersedia dengan satu
pengharapan bahwa kelak pada akhir perjalanan yang jauh ini, murid akan tiba pada
tujuan yang benar. Hal ini berarti membimbing dan melatih kehidupan itu dibawah
pemeliharaan Roh Allah, sehingga langkah demi langkah, ia dipimpin kepada saat
dimana ia menerima Dia yang adalah “jalan dan kebenaran dan Hidup” (Yohanes
14:6)” Penulis Kitab Perjanjian Baru menyebutkan “KOINONIA” yang berarti
persekutuan Kristen yang terbaik. Koinonia itu meliputi keramahan, dan sekali-kali
makan bersama. Semua itu memberikan kesan yang lebih mendalam daripada bersekutu
saja. Secara harafiah kata itu berarti “kebersamaan”. Anak-anak Tuhan yang terlibat
dalam pelajaran agama Kristen dapat saling membagi pengalaman hidup,
memperhatikan yang susah, turut senang dengan mereka yang mendapatkan berkat,
menguatkan yang putus asa, dan saling mendoakan. Persekutuan semacam ini sering
menjadi saluran berkat, anugrah Allah bekerja melalui hati mereka yang belum percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus secara 1. 1. 1. Mavis L. Anderson, Pola Mengajar Sekolah
Minggu, Yayasan Kalam hidup, Bandung, 1993, Hlm. 89,90 pribadi.
3) Ketiga, Pengajaran Agama Kristen menyediakan struktur logis untuk Penginjilan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, di setiap kelas terdiri dari siswa yang
umurnya tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu program
pengajaran Agama Kristen tersusun sesuai dengan tingkat umur dan kemampuan siswa.
Dalam penyampaian materipun disesuaikan dengan kondisi setempat. Dengan demikian
gereja dan sekolah dapat membuat program yang dapat memberikan tugas penginjilan
secara logis dan efektif.

18
4) Keempat, Pengajaran Agama Kristen mengembangkan tujuan yang paling utama dari
semua pelayanan Pengajaran Kristen, yaitu membimbing orang (siswa) kedalam
hubungan yang benar dengan Allah, melalui iman kepada Yesus Kristus. Tujuan
Penulis injil yang keempat , yaitu Yohanes, mengatakan : Supaya kami percaya bahwa
Yesuslah Messias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup
dalam nama-Nya (Yohanes 20:31). Memang tak seorangpun dapat menjamin hasil
seperti ini. Bahkan Tuhan Yesus sendiri kadang-kadang melihat bahwa maksudNya
terhalang (Mark 10:20). Dari sekian banyak atau lamanya Pengajaran Agama Kristen
pasti ada semacam pengajaran yang menambah kemungkinan, bahwa siswa atau orang-
orang percaya yang sesat atau hilang akan ditemukan dan diselamatkan. Dan orang-
orang atau siswa yang sudah diselamatkan oleh karena percaya kepada Tuhan Yesus
(Yoh 3:16), akan bertumbuh sebagai hasil dari pengalamannya ketika mengikuti
Pelajaran Agama Kristen, menuju kedewasaan Kristus dan tingkat pertumbuhan yang
sesuai dengan kepenuhan Kristus. Dalam hal ini Mavis L. Anderson (1993),
menegaskan “perjalanan itu baru dimulai dan pendidikan harus dilanjutkan untuk
membimbing murid-murid kepada kepenuhan di dalam Kristus”.

2.8.5. Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Sekolah

Untuk melengkapi tujuan Pengajaran Agama Kristen dan Penginjilan di sekolah,


yang merupakan usaha “Pemuridan” dan sekaligus “Penginjilan”, obyek Pendidikan
Agama Kristen disekolah sebagaimana ditulis oleh Dr. E.G Homringhausen dan Dr. I.H
Enklaar, di bawah ini akan menambah wacana dalam memahami tujuan Pengajaran
Agama Kristen di sekolah tersebut, yaitu : Pendidikan Agama Kristen menjadikan murid-
murid menghargai dirinya sendiri. Pengajaran Agama Kristen membuat mereka menjadi
warga negara yang bertanggung jawab. Melalui Pengajaran Agama Kristen, diharapkan
mereka dapat belajar menghargai dunia ini. Pengajaran Agama Kristen supaya mereka
dapat membedakan nilai-nilai yang baik dan yang jahat. Pengajaran Agama Kristen supaya
mereka dapat menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka sendiri dengan filsafat
hidup Kristen. Supaya mereka dapat menjadi orang yang dapat dipercaya. Supaya mereka
belajar bekerja sama dan tolong menolong. Supaya mereka selalu mengajar kebenaran.

19
Supaya mereka bersikap positif terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekelilingnya,
dan terhadap perkembangan-perkembangan sejarah umum.

Dengan pelajaran Agama Kristen, supaya mereka suka turut merayakan hari-hari
raya Kristen dalam persekutuan Kristen. Ada beberapa sifat yang ditunjukkan dalam
pengajaran Agama Kristen, sehingga sangat efektif dalam mencapai tujuan akhir dari
Pendidikan atau Pengajaran Kristen, seperti yang dikemukakan oleh Harry M. Piland,
yaitu :

Pertama, pengajaran yang “dijelmakan”. Dijelmakan adalah istilah theologia abstrak,


tetapi istilah itu mengatakan apa yang perlu dikatakan mengenai pengajaran Alkitab atau
Pengajaran Agama kristen. Arti sebenarnya adalah bahwa firman itu menjadi daging
dalam kehidupan guru-guru Agama Kristen dan dalam kehidupan anggota-anggota dalam
kelas.

Kedua, mengajar dengan teladan. Sebagai guru Agung, sebagian besar apa yang diajarkan
kepada murid-muridNya, diajarkan-Nya melalui contoh atau teladan. Ia merupakan teladan
yang hidup mengenai apa yang ia inginkan agar dipelajari pengikutNya. Satu contoh,
ketika Tuhan Yesus mengajar mengenai kepemimpinan, Ia mulai pelayananNya dengan
mempersiapkan sebuah kain, seember air dan kemudian mencuci kaki murid-murid yang
memanggilNya “Guru”. Dengan kata lain di dalam Yesus mengajar, Ia selalu memberi
contoh atau teladan terlebih dahulu. Dalam Kitab Ulangan 6:1-9, adalah suatu keharusan
mengajar dengan disertai teladan atau contoh.1 Pengajarannya harus “dipraktekan” dalam
kehidupan konkret, yang dapat dilihat, “dibaca’ dan ditiru atau dicontoh. “Haruslah engkau
juga mengikatkannya sebagai tanda pada TANGANMU dan haruslah itu menjadi lambang
DIDAHIMU, dan haruslah engkau menuliskannya pada TIANG PINTU RUMAHMU dan
pada PINTU GERBANGMU (ulangan 6:8-10). Perhatikan empat kata kunci dalam
Pengajaran Kristen. Semua menunjuk kepada realitas, kenyataan yang dapat dilihat dan
dirasakan yang harus diajarkan atau disampaikan kepada orang lain. Dalam Pengajaran,
teladan lebih berharga dari sekedar perkataan.

Ketiga, pengajaran yang berpusat pada kehidupan. Dalam hal ini Iris V. Cully, (1995)
mengemukakan : “Metode-metode pengajaran kristen harus berpusat pada kehidupan.

20
Istilah “berpusat pada kehidupan” sama halnya dengan “berpusat pada pengalaman”.
Pengalaman Yuliana, Alam Semesta dan Sejarah, Buletin Evangelion, Edisi 50, tahun
1998 masa kini. Hasilnya adalah suatu minat yang kuat tentang saat ini dan rencana-
rencana yang jelas bagi masa depan, namun hanya memiliki pandangan yang terpecah-
pecah mengenai masa lampau. Kini pandangan “pandangan berpusat pada kehidupan”
memperoleh makna yang lebih dalam melalui pemahaman-pemahaman para ahli dan
filsafat teologi eksistensialis. Eksistensi-lah, dan bukan keberadaan yang abstrak, yang
dianggap penting. Eksistensi terdiri dari suatu totalitas, bukan dari dalam keberadaannya
sendiri, melainkan dari hubungan dengan orang lain, benda-benda” .

2.9. Konsep Keterbatasan Manusia

KETERBATASAN MANUSIA

Bahan Alkitab: Tawarikh 15:7

Keterbatasan manusia adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa manusia memiliki
keterbatasan, baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan, maupun dalam karya manusia.
Manusia mampu membuat pesawat dengan teknologi yang sangat tinggi, namun tetap saja
ada kerusakan yang terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sehebat apapun, manusia
tetap memiliki keterbatasan.

a.       Memahami keterbatasan manusia

Ketika Allah menciptakan dunia beserta isinya, manusia diciptakan secara sempurna oleh
Tuhan sebagai makhluk yang mulia. Manusia dilengkapi dengan akal budi dan pikiran
yang sempurna. Namun, dalam perjalanan hidup selanjutnya, manusia tidak mampu
menjalani perintah yang telah diberikan oleh Tuhan, akhirnya manusia jatuh ke dalam
dosa. Dosa tidak hanya menjadi pelanggaran terhadap perintah Tuhan, tetapi juga
merupakan sikap pemberontakan manusia terhadap otoritas Allah. Sebagai penerima
mandat Allah, manusia tidak mampu menjalankan seluruh perintah Allah, sehingga tetap
berada dalam keterbatasannya.

b.      Menyadari bahwa setiap orang memiliki keterbatasan

21
Pemahaman akan keterbatasan manusia membawa manusia pada sebuah kesadaran bahwa
ia terbatas. Tanpa adanya kesadaran tersebut, manusia tidak akan menyadari dirinya yang
sesungguhnya. Manusia harus berada pada sebuah pemikiran bahwa ia hanyalah manusia
terbatas yang memiliki kelemahan dan kekurangan. Kelemahan dan kekurangan yang
dimiliki bukanlah sebuah halangan ataupun alas an bagi manusia untuk berkarya dalam
dunia ini.

Allah masih memiliki rencana indah bagi setiap manusia, meskipun kita memiliki
keterbatasan. Manusia mempunyai potensi untuk memperbaiki hubungan dengan Allah,
sesame, dan ciptaanNya. Alkitab tidak mengakhiri kesaksianNya dan meninggalkan
manusia dalam kegelapan dan tidak berpengharapan. Alkitab menyaksikan bahwa ada
perdamaian dengan Allah. Allah tetap mengasihi manusia, asalkan mau memperbaiki dan
menyadari setiap keterbatasannya.

Bahan Alkitab: Keluaran 14:15-31

Kebesaran Allah adalah ungkapan yang menjelaskan kemuliaan, keagungan, kehormatan


dsb untuk menggambarkan keadaan Allah yang tidak dapat dibandingkan dengan
kebesaran manusia atau sesuatu yang besar didunia ini. Keterbatasan manusia adalah
Keterbatasan manusia adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa manusia memiliki
keterbatasan, baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan, maupun dalam karya manusia.

Dalam keseluruhan isi Alkitab, Allah telah membuktikan segala karyaNya. Kebesaran
Allah dapat kita lihat melalui:

o Penciptaan dunia yang sangat sempurna. Dengan menyaksikan keindahan alam yang
sempurna, kita mengakui kekuasaan Allah yang begitu besar.
o Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambar dan rupaNya. Manusia diciptakan
dengan sangat mulia dan Allah menjadikan manusia sebagai kawan sekerjanya untuk
mengolah alam ciptaanNya.
o Allah menyediakan pengampunan bagi manusia sejak jatuh ke dalam dosa hingga saat
iniallah mengampuni manusia, meskipun ia telah jatuh ke dalam dosa.

22
Gambar 2.1 Perilaku berdoa sebelum memulai pelajaran supaya di berkati Tuhan

Karya Allah yang besar dan agung tidak sampai disini saja. Ketika manusia terus
berbuat dosa dan dunia tidak mampu diselamatkan oleh siapapun, Allah menyediakan
keselamatan melalui Yesus Kristus. Inilah kebesaran Allah yang sangat luar biasa.
Mampukah kita menandinginya?

Keterbatasan berarti keadaan terbatas yang dimiliki oleh manusia. Dalam


menghadapi keterbatasan yang dimiliki, manusia seharusnya menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah bahwa Allah mampu memberi kekuatan kepada manusia untuk menghadapi
keterbatasan yang dimiliki.

2.10. Kerangka Konseptual

Rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh faktor dari dalam dan luar siswa.
Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi kesiapan, sikap, minat, dan intelegensi,
sedangkan yang berasal dari luar siswa meliputi guru, sarana prasarana serta lingkungan
belajar siswa. Guru mengajar didepan kelas dan murid mendengar (ceramah) sehingga
siswa menjadi acuh, dan terkesan kurang peduli, hal ini diperburuk dengan pembelajaran
yang tidak menggunakan media/ alat peraga yang membuat siswa tidak tertarik dengan
pelajaran pendidikan agama Kristen yang dekat dengan kehidupannya. Penggunaan
metode yang tidak menarik,dan variatif, mengakibatkan siswa merasa malas untuk belajar
yang pada akhirnya hasil pembelajaran tidak tercapai.

23
Masih rendahnya motivasi belajar siswa dapat diketahui pada saat pembelajaran
berlangsung dengan diamati dari bagaimana aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran,
interaksi antar guru siswa, interaksi antar siswa dan motivasi belajar siswa. Disamping itu
pembelajaran masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga sebagaian besar
masih pasif dan pembelajaran hanya berpusat pada guru. Hal itu menunjukkan minat
belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan pengetahuan
siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa harus dilakukan dengan cara yang tidak
monoton dimana berdampak sempitnya pemikiran siswa terhadap informasi yang
diketahui. Ketika kita mendengar kata motivasi yang muncul dalam angan-angan kita
adalah pada suatu keadaan seseorang yang mempunyai semangat tinggi, rajin, mampu
bekerja keras yang akhirnya mengantarkan kita pada pencapaian yang memuaskan atau
bahkan pencapaian prestasi.

Dalam proses belajar motivasi sangatlah diperlukan, sebab seseorang yang tidak
memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Pembelajaran dengan dengan metode kerja kelompok sangat mendukung peningkatan
motivasi belajar siswa, hal ini dikarenakan dalam kerja kelompok tersebut terjalin
hubungan antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru. Sehingga dengan interaksi
yang terjadi motivasi belajar siswa pun terbangun yang pada tujuannya peningkatan hasil
belajar siswa.

24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
dengan metode kerja kelompok pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen materi Konsep
Keterbatasan Manusia di kelas IV SD.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri No.091367
Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun yang berjumlah 18 orang.
Objek penelitian ini adalah tindakan sebagai upaya meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa dengan metode kerja kelompok pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang


Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun. Waktu pelaksanaan
penelitian akan dilaksanakan dalam waktu bulan terhitung dari bulan Agustus sampai
Oktober 2014.

3.4. Defenisi Variabel

Untuk mencegah terjadinya penafsiran yang berbeda serta untuk menciptakan


kesamaan pengertian variabel-variabel maka penulis perlu merumuskan defenisi
operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut

a) Metode kerja kelompok.

Metode kerja kelompok adalah suatu cara/strategi yang digunakan dalam


pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk
mencapai tujuan yang direncanakan guru sesuai kurikulum.

25
b) Motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga
belajar/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada
kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

c) Hasil Belajar

Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah diberikan post tes setiap akhir
pelaksanaan Siklus I dan Siklus II.

3.5. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini mengadopsi dari desain penelitian tindakan yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suhrsimi Arikunto 2006:97-99)
”bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat langkah yang merupakan satu siklus atau
putaran yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Gambar 3.1. Desain Penelitian

3.6. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan melalui beberapa tahap
dengan pertimbangan bahwa dalam setiap tindakan yang telah dirancang, peneliti (guru)
berupaya menelaah secara seksama masalah yang menjadi fokus penelitian, dalam waktu

26
yang bersamaan peneliti juga harus menganalisis dan merefleksikan permasalahan yang
ada sebagai dasar melakukan perbaikan terhadap rancangan tindakan selanjutnya. Tahap-
tahap metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan adalah: 1. Tahap persiapan dan
tahap perencanaan tindakan, 2. Tahap pelaksanaan tindakan, 3. Tahap pengamatan
/observasi, 4. Tahap analisis dan refleksi, 5. Tahap perencanaan tindakan lanjutan.

Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan selama dua siklus yaitu siklus I dan siklus ke
II. Pada siklus I dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan dan
pada siklus II dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan. Hasil
refleksi I digunakan sebagai acuan dalam menentukan perbaikan tindakan pada siklus II.
Sedangkan hasil refleksi II nantinya digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut
pembelajaran selanjutnya. Pelaku tindakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan
berkolaborasi dengan wali kelas IV serta kerja sama dengan kepala sekolah. Adapun
kegiatan yang dilakukan adalah:

Siklus I

1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah :
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
b. Mempersiapkan tes (soal)
c. Mempersiapkan lembar observasi
d. Mempersiapkan LKS dan alat-alat yang mendukung berlangsungnya penelitian.
2. Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai
dengan yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
a Mengadakan apersepsi, pembagian kelompok dan pembagian LKS
b Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran
c Menjelaskan materi Konsep Keterbatasan Manusia.
d Siswa sesuai dengan kelompoknya mengerjakan LKS
e Menugaskan beberapa kelompok siswa mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya

27
f Mempersilakan kelompok siswa lain menanggapi kelompok presentasi,
g Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa menanggapi kelompok presentasi
h Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan
kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran kerja kelompok.
i Menyimpulkan pelajaran.
j Memberikan tugas.
3. Pengamatan

Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan selama pelaksanaan


pembelajaran dengan kerja kelompok pada materi materi Konsep Keterbatasan Manusia.
secara langsung dibantu oleh peneliti dan teman sejawat/ Observer . Kegiatan yang diamati
meliputi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran metode kerja kelompok

4. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan observasi di dalam kelas
tentang aktivitas siswa dan tes hasil belajar siswa. Jika masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan, maka peneliti harus merencanakan tahap tindakan tindakan kedua
pada silklus ke II.

Siklus II

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah :


a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b. Mempersiapkan tes (soal)
c. Mempersiapkan lembar observasi
d. Mempersiapkan LKS dan alat-alat yang mendukung berlangsungnya penelitian.
2. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai
dengan yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut :

a. Mengadakan apersepsi dan membagikan LKS pada kelompok siswa

28
b. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Menjelaskan materi Konsep Keterbatasan Manusia..
d. Siswa sesuai dengan kelompoknya mengerjakan LKS
e. Menugaskan beberapa kelompok siswa mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya
f. Mempersilakan kelompok siswa lain menanggapi kelompok presentasi,
g. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa menanggapi kelompok
presentasi
h. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
hambatan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran kerja kelompok.
i. Menyimpulkan pelajaran.
j. Memberikan tugas.

3. Pengamatan

Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan selama pelaksanaan


pembelajaran dengan kerja kelompok pada materi Konsep Keterbatasan Manusia. secara
langsung dibantu oleh peneliti dan teman sejawat/ Observer . Kegiatan yang diamati
meliputi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran metode kerja kelompok

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas segera menganalisa pelaksanaan PTK setelah
kegiatan belajar mengajar berakhir, sebagai bahan refleksi. Apabila pada siklus ke- II hasil
belajar siswa dan motivasi siswa telah mencapai sasaran sesuai dengan indikator yang
diharapkan, maka pelaksanaan siklus berhenti pada siklus II. Akan tetapi, apabila
pelaksanaan siklus II belum diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa, maka akan
dilanjutkan pada siklus berikutnya yang bertujuan untuk menvalidasi hasil penelitian.

3.7. Istrumen dan Sumber Data

3.7.1 Instrumen Penelitian

a) Rencana Pembelajaran

29
RPP yang disediakan guru sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan
yaitu metode kerja kelompok.
b) Tes
Bentuk tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal.
Pengumpulan data melalui tes dilakukan dengan tes awal (pre test) untuk
memperoleh data awal dan tes diakhir pembelajaran (post tes) untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa.
c) Observasi

Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru. Observer dalam penilitian ini adalah
peneliti dan teman sejawat peneliti 1 orang. Observasi siswa dilakukan bertujuan
untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran, sedangkan observasi
terhadap guru dilakukan untuk mengetahui pengelolaan guru terhadap pembelajaran
metode kerja kelompok yang disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

3.7.2. Sumber data

Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil dari observasi,
wawancara, catatan lapangan, serta dari hasil tes prakek. Pengambilan data dalam
penelitian ini berdasarkan data proses dan hasil pembelajaran.

3.8. . Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

3.8.1. Teknik Pengolahan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian in adalah teknik pengolahan data


kuantitatif, dilakukan saat pelaksanaan refleksi dari setiap siklus perolehannya berdasarkan
setiap tindakan. Pengolahan data ini dilakukan setelah data terkumpul yang diperoleh dari
seluruh instrumen penelitian hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, test praktek
dan data hasil dibaca, dipelajari, dan ditelaah. Langkah selanjutnya pengolahan data yang
dilakukan melalui tiga langkah, yaitu : a. Reduksi data
Dalam tahap ini penelitian melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk
menyerderhanakan, abstrak, transformasi data kasar yang diperoleh menjadi informasi
hasil tindakan.

30
b. Paparan data
Penelitian mengembangkan sebuah deskripsi informasi untuk menarik kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang digunakan pada langkah
ini adalah dalam bentuk paparan naratif dan representative grafik.
c. Penyimpulan
Penelitia berusaha menarik kesimpulan dan melakuakn verifikasi dengan mencari
makna setiap gejala yang diperolehnya yang mungkin ada, alur kausalitas dan fenomena,
dan proposisi. Selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorosasikan, kemudian di
sajiakan, dimaknai, disimpulakan dan terakhir periksa keabsahannya.
3.8.2. Analisis Data Penelitian
Data-data atau informasi yang dijadikan sumber untuk kepentingan
analisis guna memecahkan masalah penelitian berasal dari :
a. Hasil wawancara antara peneliti, observer, dan siswa.
b. Aktivitas yang ditunjukan oleh seluruh siswa dan perilaku guru selama proses
pembelajaran dalam tindakan penelitian. Informasi ini diperoleh dari peneliti sebagai
guru melalui proses observasi dan observer melalui observasinya pada setiap tindakan
pembelajaran selama penelitian berlangsung
Berdasarkan itu pula maka data dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis sumber
data yang berasal dari :
a. Siswa: melalui perubahan sikap dan hasil belajar
b. Guru: catatan dan data penelitian dari setiap perubahan siklus pada setiap observasi dan
refleksi dari setiap kegiatan.

Berdasarkan data yang terkumpul dilakukan analisis. Dari analisis data tersebut
kemudian peneliti melakukan refleksi terhadap rencana berikutnya. Analisis data biasanya
dilakukan pada tahap akhir penelitian tindakan untuk menjawab pertanyaan penelitian,
namun demikian untuk kepentingan tertentu analisis datapun dapat dilaksanakan
beriringan dengan pengolahan data di setiap selesainya satu tahap tindakan pembelajaran.
Secara umum kegiatan pengolahan data dan analisis data dalam proses penelitian ini
adalah:
a. Mengumpulkan format hasil observasi dari setiap kegiatan pembelajaran pada siklus

31
penelitian yang sudah dilaksanakan.
b. Membandingkan jumlah siswa yang sudah belajar dan belum tuntas.
c. Menganalisis perubahan perilaku siswa dari seluruh format observasi dan catatan guru
setelah dua siklus pembelajaran dilaksanakan.
d. Menganalisis hasil test awal keterampilan dasar terhadap minat dan hasil belajar siklus I
dan Siklus II.
Pengelolaan motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil belajar
siswa dilakukan dalam lima langkah sebagai berikut :
1. Merekap perubahan tingkat motivasi belajar siswa.
2. Menghitung secara secara keseluruhan motivasi belajar siswa yang mengalami
perubahan.
3. Menentukan peningkatan motivasi belajar siswa
Skor yang diperole h siswa
Motivasi Belajar = x 100%
skor maksimal
4. Menentukan kriteria tingkat motivasi belajar siswa.
Dalam menentukan ini digunakan kriteria menurut Aqib Zainal ( 2006:54) yang
dilakukan terhadap tes hasil belajaar siswa yaitu sebagai berikut:
0-59 % : Tingkat motivasi belajar siswa rendah
60-79% : Tingkat motivasi belajar siswa sedang
80-100% : Tingkat motivasi belajar siswa tinggi
5. Nilai Pada setiap indikator
Sangat baik :4
Baik :3
Cukup :2
Kurang :1
Hal ini dapat dilihat dari beberapa persen tingkat keberhasilan yang dicapai dari
perubahan motivasi dan hasil belajar siswa. Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar
jika siswa telah mencapai ketuntasan 65% atau nilai 65. Ketuntasan itu dihitung dengan
menggunakan rumus:

Skor yang diperole h siswa


DS = x 100%
skor maksimal

32
DS = Daya serap

Kriteria :

DS < 65% siswa belum tuntas dalam belajar

DS ≥ 65% siswa telah tuntas dalam belajar.

Untuk menghitung persentase peningkatan motivasi belajar siswa dan hasil belajar
siswa secara kumulitatif mulai dari pre tes (tes awal), pos tes pada siklus I sampai pada
post tes pada siklus II yaitu dengan cara:

f
p= n x 100%

Keterangan:

p = Hasil Pengamatan
f = Jumlah seluruh aspek yang diamati
n = Banyak aspek yang diamati
3.9. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan belajar siswa dalam siklus I dan siklus ke II dalam %


menurut Nurkanca dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel.3.1 Indikator Keberhasilan

Tingkat Keberhasilan Arti


85 % - 100% dari jumlah setiap indikator Sangat Baik
75 % - 84 % dari jumlah setiap indikator Baik
61 % - 74 % dari jumlah setiap indikator Cukup
0 % - 65 % dari jumlah setiap indikator Kurang

Untuk mengukur keberhasilan tiap-tiap siklus dalam penelitian tindakan kelas


ini, tolok ukurnya adalah sistem belajar tuntas yaitu pencapaian nilai KKM ≥ 65.
Keberhasilan belajar diukur apabila setiap siswa telah mencapai nilai ≥ 6 5 maka

33
dikatakan berhasil tuntas dan secara klasikal apabila sebanyak 80% siswa telah
mencapai nilai ≥65 maka dikatakan tuntas secara klasikal.

Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar

Secara perseorangan jumlah persentase (%) siswa yang skor naik semakin
meningkat antara observasi awal dengan siklus I dan antara siklus I dengan siklus II.
Sebaliknya jumlah persentase (%) skor siswa yang turun semakin menurun atau
sedikit antara observasi awal dengan siklus I dan antara siklus I dengan siklus II.

Secara klasikal dengan membandingkan persentase (%) ketuntasan klasikal antara


observasi awal, siklus I dan siklus II dengan kriteria persentase semakin besar atau
meningkat dari observasi awal ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II.

3.10. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Oktober
2014 yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2. Rencana Pelaksanaan PTK


Agustus September Oktober
No Uraian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
Persiapan
1. Penelitian
2. Perencanaan
Pertemuan 1
3. Siklus I
Pertemuan 2
Siklus I
Tes Siklus I
Pertemuan 3
4. Siklus II
Pertemuan 4
Siklus 4
Tes Siklus II
5. Pengolahan Data
Penyusunan
6. Laporan

34
3.11. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara yang harus dibuktikan secara
empiris. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : metode kerja kelompok
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pelajaran pendidikan agama
Kristen materi konsep keterbatasan manusia di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang
Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Tempat Penelitian

35
4.1.1. Profil Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan


Purba, sebuah sekolah yang termasuk dalam wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten
Simalungun. Sekolah tersebut beralamat di Simpang Kinalang Kecamatan Purba
Kabupaten Simalungun.

SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba merupakan Sekolah


Dasar yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang memadai agar dapat
meningkatkan kinerja semua guru yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional.

4.1.2. Visi dan Misi

4.1.2.1 Visi :
Unggul dalam prestasi berdasarkan iman taqwa, menguasai ilmu dan teknologi berbasis
budaya ramah lingkungan.

4.1.2.2 Misi :

1. Menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan melalui pengamalan


ajaran  agama;
2. Menanamkan sikap dan perilaku sopan santun, toleransi, dan saling menghormati
seluruh warga sekolah sebagai cermin dari luhurnya budi pekerti dan akhlak mulia;
3. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan dengan suasana yang
kondusif, melalui pendekatan pembelajaran PAIKEM;
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan minat, bakat dan
potensi   peserta didik;
5. Membina kemandirian peserta didik melalui keegiatan pembiasaan, kewirausahaan,
dan pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan;
6. Menghasilkan peserta didik yang berprestasi bidang akademik dan non akademik
di tingkat kota, provinsi dan nasional;
7. Mewujudkan budaya tertib administrasi, waktu, dan proses belajar mengajar di
lingkungan sekolah;

36
8. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya pendidik dan tenaga
kependidikan melalui program pendidikan dan pelatihan secara formal dan non
formal;
9. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah dan lembaga lain yang
terkait, berlandaskan manajemen berbasis sekolah, akuntabel, transparan dan
parsitipatif;
10. Meningkatkan tata kelola lingkungan sekolah yang asri melalui pemeliharaan yang
berkesinambungan sehingga terwujud sekolah adiwiyata;

4.1.2.3. Tujuan : 
Tujuan sekolah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan dasar sebagai
berikut; "meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, kepribadian untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut".

a. Tujuan Jangka Panjang : 


1. Mengembangkan budaya sekolah yang religius melalui kegiatan keagamaan guna
meningkatkan kepribadian yang baik penuh keimanan dan ketaqwaan, serta
berahlak mulia.
2. Mengembangkan budaya senyum, salam sapa, sopan dan santun serta saling
menghormati dan menghargai antar semua warga sekolah.
3. Semua kelas melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif pada semua mata
pelajaran.
4. Membina prestasi akademik dan non akademik melalui kegiatan pembelajaran dan
bimbingan yang efektif dan efisien.
5. Membudayakan semangat yang inovatif, kreatif dan kritis dalam proses
pembelajaran dengan berbasis karakter bangsa.
6. Menyelenggarakan kegiatan sosial yang menjadi bagian dari pendidikan karakter
bangsa.
7. Meningkatkan budaya gemar membaca dan menulis.
8. Meningkatkan layanan informasi dan teknologi dalam memperoleh ilmu
pengetahuan dan informasi.

37
9. Menciptakan kondisi lingkungan yang asri, hijau, bersih, indah, aman, nyaman
tertata rapi dan tertib.
10. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya pendidik dan tenaga
kependidikan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan.
11. Memenuhi pengelolaan pendidikan yang transparan, akuntabel, efektif dan
partisipatif.
12. Memanfaatkan dan memelihara fasilitas pendukung kegiatan pembelajaran berbasis
TIK.

b. Tujuan Jangka Pendek :


1. Peserta didik melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut.
2. Peserta didik  menguasai keterampilan komputer program windows dan  internet
3. Peserta didik  berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik.
4. Peserta didik  memiliki perilaku sesuai dengan Pendidikan karakter dan budaya
bangsa Indonesia.
5. Memiliki Perpustakaan yang representatif dengan pelayanan yang optimal.
6. Memiliki Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, dan Laboratorium Komputer
yang representatif.
7. Memiliki Ruang Keterampilan dan Ruang Kesenian yang representatif.
8. Penataan lingkungan sekolah yang hijau, bersih, indah, aman, nyaman dan tertib.
9. Memiliki sarana sanitasi representatif, agar lingkungan belajar  menjadi sehat dan
nyaman.
10. Masyarakat dan pemerintah percaya atas produk dan bentuk-bentuk  pelayanan
sekolah.

4.1.3. Data Siswa dan Guru

Dalam lingkungan SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba


terdapat variasi kehidupan masyarakat. Rata-rata latar belakang para siswa yang
bersekolah di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba sebagian besar

38
berasal dari kalangan masyarakat petani dan mempunyai agama yang berbeda-beda. Siswa
siswi SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba pada tahun ajaran
2014/2015, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Data Jumlah Siswa


SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Tahun Pelajaran 2014/2015
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
Kelas I 23 10 33
Kelas II 10 14 24
Kelas III 17 20 37
Kelas IV 10 8 18
Kelas V 20 10 30
Kelas VI 22 16 38
Jumlah 102 78 180
Sumber : SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang TP 2014/2015

Secara diagram dapat dilihat dari gambar berikut:

40
35
30
25
LAKI-LAKI
20
PEREMPUAN
15 JUMLAH
10
5
0
KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3 KELAS 4 KELAS 5 KELAS 6

Gambar 4.1 Data Siswa SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang TP 2014/2015


Sedangkan data guru yang bertugas di Negeri No.091367 Simpang Kinalang adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Guru


SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Tahun Pelajaran 2014/2015
No Nama Guru Jabatan Gol. Keterangan
1 Rohaman Purba, S.Pd Kepala Sekolah IVa PNS
2 Marianna Lingga Guru Kelas I IVa PNS
3 Restinauli Saragih Guru Kelas II IVa PNS
4 Rosdiana Damanik Guru Kelas III IVa PNS

39
5 Adevitry Sinaga Guru Kelas IV HONOR
6 Adevitry Sinaga Guru Kelas V IIIc PNS
7 Sortalina Sitanggang Guru Kelas VI IIId PNS
8 Bertauli Purba Guru Agama Protestan IIId PNS
9 Lermi Haloho Guru Agama Katolik IIIc PNS
10 Nurmawati Situmorang, S.AgGuru Agama Katolik IIIc PNS
11 Rudi M. Sipayung Guru B.Ingris/ PJOK - HONOR
Sumber : SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang TP 2014/2015

4.2. Sebelum Tindakan Kelas (Pra Siklus)

Peneliti telah melakukan observasi di SDN No.091367 Simpang Kinalang dan


bekerja sama dengan guru / wali kelas IV (Adevitry Sinaga). Setting dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV Adevitry Sinaga, sebanyak 18. Pada pelaksanaan
pra siklus ini peneliti bertindak sebagai observer sedangkan guru kelas IV bertindak
sebagai pengajar. Pada tanggal 24 Juli 2014 diadakan test awal Pada materi Berdoa
pada siswa kelas IV. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

Hasil tes kemampuan awal dijadikan pedoman untuk mengetahui keadaan siswa
sebelum diberi tindakan dan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar terhadap
Pendidikan Agama Kristen siswa kelas IV SDN No.091367 Simpang Kinalang setelah
diterapkan Metode Kerja Kelompok dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Hasil observasi kegiatan siswa sebelum dilaksanakannya tindakan jumlah siswa


yang memiliki motivasi dan hasil belajar pada pra siklus adalah 11,11 % atau 2 siswa dari
18 siswa yang masuk dan jumlah siswa yang belum memiliki minat 89, 89 % atau 16 siswa
dari 18 siswa yang masuk.. Dengan data tersebut peneliti dan guru kelas menyimpulkan
bahwa rata-rata motivasi belajar siswa kelas IV semester 1 pada mata pelajaran pendidikan
agama kristen pada pra siklus di kelas IV masih rendah. Yang dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.3.
Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Tahap Awal

Nomor Kode Indikator Motivasi JLH %


No
Siswa 1 2 3 4 5 6 7
1 001 1 1 0 1 1 1 1 6 21
2 002 1 1 1 1 1 1 1 7 25

40
3 003 1 0 1 0 1 1 2 6 21
4 004 1 1 0 2 2 2 2 10 36
5 005 1 1 0 2 1 2 0 7 25
6 006 3 2 2 3 2 3 2 17 70
7 007 1 0 0 2 2 2 2 9 32
8 008 1 1 0 1 1 1 1 6 21
9 009 1 1 0 1 1 2 2 8 29
10 010 3 3 2 3 2 2 3 18 75
11 011 2 0 1 1 1 1 2 8 29
12 012 3 0 0 2 2 0 2 9 32
13 013 2 1 3 2 3 1 2 14 50
14 014 2 0 0 2 1 2 2 9 32
15 015 1 1 0 2 2 1 1 8 29
16 016 2 0 2 2 1 2 1 10 36
17 017 3 0 2 0 2 0 2 9 32
18 018 3 0 1 2 0 3 1 10 36

Dari tabel diatas terlihat siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi tidak ada,
siswa yang mempunyai motivasi sedang 2 orang, dan siswa yang mempunyai motivasi
rendah 16 orang, secara umum motivasi belajar siswa rendah. Hal tersebut Persentase
tigkat motivasi belajar siswa tahap awal dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Tingkat Motivasi Belajar Siswa Tahap Awal

NO Nilai Tingkat Motivasi Jumlah Siswa Persentase


1 Tinggi 0 0
2 Sedang 2 11,11
3 Rendah 16 89,89
Kondisi ini dapat digambarkan dalam diagram berikut:

100
80
60 Tinggi
40 Sedang
20 Rendah
0
Jumlah Siswa Persentase

Gambar 4.2. Tingkat Motivasi Belajar Siswa Tahap Awal


Dan pencapaian indikator motivasi belajar sangat rendah. Hal ini dapat di lihat dari tabel
berikut :

41
Tabel 4.5
Persentase Ketercapaian Indikator Motivasi Pada Tahap Awal
No Indikator Persentase Keterangan
1 Tekun menghadapi tugas 41 Rendah
2 Ulet menghadapi kesulitan 15 Rendah
3 Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 16 Rendah
4 Lebih senang bekerja sama 41 Rendah
5 Dapat mempertahankan pendapatnya 36 Rendah
6 Tidak mudah jenuh dalam proses pembelajaran 34 Rendah
7 Senang mencari dan memecahkan masalah 41 Rendah
Ketercapaian indikator Motivasi tahap awal ini dapat juga dlihat dalam bentuk diagram
seperti berikut:

45
Perilaku Belajar (%)

40
35
30
25
20
15
10
5
0
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7

No Item Indikator

Gambar 4.3. Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa


Tahap Awal
Dari hasil observasi pada tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa motivasi belajar
siswa kelas IV pada umumnya masih rendah. Dimana pada indikator tekun menghadapi
tugas mencapai 41%, ulet menghadapi kesulitan mencapai 15%, menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam masalah mencapai 16%, lebih senang bekerja sama mencapai
41%, dapat mempertahankan pendapatnya mencapai 36%, tidak mudah jenuh dalam
proses pembelajaran mencapai 34%, senang mencari dan memecahkan masalah mencapai
41%.
Dari rincian tersebut dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa masih rendah karena
siswa belum mencapai kriteria motivasi belajar siswa secara maksimal.

4.1 . Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian

42
4.2.1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
1. Tes Awal
Tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa
memahami materi yang akan disajikan, sehingga peneliti dapat menyesuaikan bobot materi
yang akan disampaikan kepada siswa. Tes yang digunakan berbentuk isian sebanyak 3
soal. Hasil tes awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6
Daftar Nilai Tes Awal Siswa
Nomor Urut Nomor Kode Siswa Nilai tes Kategori
1 001 6.00 Cukup
2 002 4.00 Kurang
3 003 8.00 Baik
4 004 4.00 Kurang
5 005 4.00 Kurang
6 006 4.00 Kurang
7 007 4.00 Kurang
8 008 4.00 Kurang
9 009 4.00 Kurang
10 010 9.00 Sangat Baik
11 011 5.00 Kurang
12 012 4.00 Kurang
13 013 6.00 Cukup
14 014 4.00 Kurang
15 015 4.00 Kurang
16 016 4.00 Kurang
17 017 9.00 Sangat Baik
18 018 5.00 Kurang
Jumlah 92.00
Rata-rata 5.00
Sangat Baik 2 Orang 11,11 %
Baik 1 Orang 5%
Cukup 2 Orang 11,11 %
Kurang 13 Orang 72,22 %
Keterangan :
Sangat Baik : 8.5 - 10
Baik :7.5 – 8.4
Cukup :5.5 – 7.4
Kurang : 4.0 – 5.4

43
Kurang Sekali :<4

Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 11,11 % menunjukkan
nilai kategori sangat baik, 5 % termasuk kategori baik, 11,11 % termasuk kategori cukup,
dan sebanyak 72,22 % termasuk kategori kurang.

2. Pembentukan Kelompok
Belajar Kelompok belajar ini dibentuk untuk mengkondisikan siswa dalam suatu
kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok
tersebut yang hasilnya dikemukakan oleh siswa yang ditunjuk oleh guru dan semua
anggota kelompok mengerjakan tugas pada lembar kerja yang telah disediakan. Kelompok
belajar yang dibentuk terdiri dari 4 kelompok dari 18 orang siswa, sehingga masing-
masing kelompok belajar berjumlah 4 dan atau 5 orang. Pembagian kelompok belajar
dipilih secara adil dan merata berdasarkan kemampuan belajar maupun jenis kelamin, agar
terjalin dinamika kegiatan pembelajaran yang lebih baik dan terkesan tidak berat sebelah,
yaitu ada kelompok belajar yang kuat dan ada kelompok belajar yang lemah. Metode kerja
kelompok yang digunakan adalah metode kerja kelompok.

3. Pembuatan Rencana Pembelajaran


Sebelum pelaksanaan tindakan, terlebih dahulu peneliti menyusun rencana
pembelajaran yang akan disajikan pada pelaksanaan penelitian. Rencana pembelajaran ini
dituangkan ke dalam skenario pembelajaran dengan rumusan tujuan yang sistematis dan
terencana.
Secara garis besar, langkah-langkah penyusunan skenario pembelajaran ini adalah:
1) Merumuskan tujuan yang merupakan tolak ukur peningkatan motivasi dan hasil belajar
yang seperti apa yang akan diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Tujuan pembelajaran
yang terlebih dahulu harus dirumuskan guru dengan menggunakan kata-kata
operasionalnya; 2) Menentukan metode pembelajaran dengan tepat, sehingga memudahkan
pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. 3) Menyusun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang sistematis untuk memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran; 4) Menentukan alat peraga sebagai media pembelajaran untuk lebih
mempermudah siswa dalam memahami bahan materi pelajaran; 5) Menyusun Lembar

44
Kerja Siswa sebagai alat untuk mendorong siswa dalam kegiatan belajar yang aktif; 6)
Merumuskan alat evaluasi, sebagai alat ukur untuk mengetahui sejauh mana pencapaian
tujuan pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk soal-soal sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang dirumuskan.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi


Kegiatan siklus pertama dalam penelitian, tindakan dan observasi pembelajaran pada
mata pelajaran pendidikan agama Kristen melalui metode kerja kelompok dengan pokok
bahasan Konsep Keterbatasan Manusia. Penelitian ini dilaksanakan terhadap siswa kelas
IV di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kabupaten Simalungun dengan siswa
sebanyak 18 orang.
Kegiatan awal, yang dilakukan peneliti adalah mengajar dengan topik bahasan
Konsep Keterbatasan Manusia. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan siswa berdoa
terlebih dahulu, lalu mengecek kehadiran siswa. Sebagai apersepsi guru menanyakan
kepada siswa apakah diantara mereka ada yang tahu tentang Konsep Keterbatasan
Manusia. Sebagian siswa menjawab pertanyaan guru dan berkata kalau mereka tahu
tentang Konsep Keterbatasan Manusia. Setelah mendapat respon dari siswa kemudian guru
menceritakan sedikit tentang Konsep Keterbatasan Manusia.
Kegiatan inti, diawali dengan guru menjelaskan materi teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi. Dari penjelasan ini, diharapkan siswa dapat cepat dan mudah
mengerti disamping memahami bahan materi yang disajikan. Selanjutnya situasi kelas
diubah dari kegiatan klasikal kepada kelompok belajar. Karena pembentukan kelompok ini
telah ditentukan sebelumnya, maka peneliti langsung menyuruh mereka untuk duduk
bersama kelompok belajarnya masing-masing. Langkah berikutnya guru membagikan
lembar kerja untuk setiap siswa serta memberikan beberapa pertanyaan yang harus
dikerjakan dan didiskusikan oleh masing-masing kelompok dengan terlebih dahulu
memperhatikan arahan dan petunjuk dari guru. Setelah semua kelompok selesai
mengerjakan tugas, guru menunjuk kelompok siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh guru serta menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Anggota
kelompok memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain dengan
memberikan alasan yang logis. Anggota kelompok yang ditunjuk untuk menyampaikan
hasil diskusi kelompok atau anggota kelompok yang lain diperbolehkan untuk menanggapi

45
balik terhadap tanggapan kelompok lain. Guru menyimpulkan hasil diskusi dan
memberikan penilaian terhadap kelompok yang jawabannya paling bagus. Guru meminta
siswa yang menjadi anggota kelompok terbaik untuk maju ke depan kelas. Semua anggota
kelompok yang lain berdiri dan memberikan aplaus meriah kepada anggota kelompok
terbaik. Kegiatan peneliti selama siswa melaksanakan kelompok belajar adalah
membimbing siswa dalam kelompoknya. Bimbingan diberikan untuk mengarahkan siswa
agar mereka bisa meningkatkan motivasi belajar siswa dan tidak takut berbicara atau
mengemukakan pendapat di depan kelas. Pada kesempatan yang sama, peneliti dibantu
oleh rekan guru yang lain mengamati aktivitas siswa dalam berkelompok, bekerja sama,
saling membantu antar teman, dan cara menyelesaikan masalah. Hal yang diutamakan
dalam kriteria penilaian adalah bagaimana siswa mampu berinteraksi baik di dalam
kelompok masing-masing maupun di depan kelas.
Hasil yang diperoleh dari observasi aktivitas siswa tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:

Siklus I Pertemuan I

Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I

Nomor
Indikator Motivasi JLH %
No Kode
Siswa 1 2 3 4 5 6 7
1 001 2 4 2 2 3 3 3 19 68
2 002 3 3 3 4 3 3 4 23 82
3 003 2 2 2 1 2 2 4 15 54
4 004 3 3 2 4 3 3 3 21 75
5 005 2 2 2 3 2 3 3 17 61
6 006 2 3 3 3 3 4 4 22 79
7 007 3 3 3 3 4 4 3 23 82
8 008 2 2 4 2 2 3 3 18 64
9 009 4 3 4 3 3 3 2 22 79
10 010 3 2 2 3 3 2 4 19 68
11 011 2 3 3 2 3 4 3 20 71
12 012 3 1 2 2 3 1 3 15 54
13 013 3 3 2 3 2 3 3 19 68
14 014 3 2 2 3 3 3 2 18 64
15 015 2 2 3 3 4 2 2 18 64
16 016 2 2 2 3 3 3 3 18 64
17 017 3 2 3 1 2 2 3 16 57

46
18 018 2 3 3 4 2 3 2 19 68

Siklus I Pertemuan II

Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II

Nomor
Indikator Motivasi JLH %
No Kode
Siswa 1 2 3 4 5 6 7
1 001 3 4 3 3 4 4 4 25 89
2 002 3 2 3 4 3 3 4 22 79
3 003 2 3 2 1 2 3 4 17 61
4 004 3 3 2 4 3 4 3 22 79
5 005 2 3 2 3 2 3 3 18 64
6 006 2 3 3 3 3 3 4 21 75
7 007 3 3 3 3 4 4 3 23 82
8 008 2 2 4 2 2 3 4 19 68
9 009 4 3 4 3 3 4 3 24 86
10 010 3 3 2 3 3 2 4 20 71
11 011 3 4 3 2 3 4 4 23 82
12 012 3 2 3 4 3 3 4 22 79
13 013 3 3 2 3 2 3 3 19 68
14 014 3 3 3 3 4 4 4 24 86
15 015 3 4 3 3 4 4 4 25 89
16 016 4 2 3 3 3 4 3 22 79
17 017 3 3 3 1 3 3 3 19 68
18 018 4 2 3 4 2 4 3 22 79

Dari tabel diatas terlihat secara umum motivasi belajar siswa meningkat dari awal ke
pertemuan I dan pertemuan II pada siklus I. Persentase motivasi belajar siswa pada siklus
I (Pertemuan I dan Pertemuan II) telah meningkat dari motivasi tahap awal I dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4. 9
Rekapitulasi Persentase Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I
(Pertemuan I dan II)

47
Nomor Kode Siklus I Keterangan
No
Siswa Pert I (%) Pert II (%)
1 001 68 89 Meningkat
2 002 82 79 Menurun
3 003 54 61 Meningkat
4 004 75 79 Meningkat
5 005 61 64 Meningkat
6 006 79 75 Menurun
7 007 82 82 Tetap
8 008 64 68 Meningkat
9 009 79 86 Meningkat
10 010 68 71 Meningkat
11 011 71 82 Meningkat
12 012 54 79 Meningkat
13 013 68 68 Tetap
14 014 64 86 Meningkat
15 015 64 89 Meningkat
16 016 64 79 Meningkat
17 017 57 68 Meningkat
18 018 68 79 Meningkat

Dari tabel diatas secara individu motivasi belajar siswa dari siklus I pertemuan I ke
pertemuan II secara umum meningkat. Dimana motivasi belajar siswa yang meningkat ada
26 orang atau 77,2%; motivasi belajar siswa yang tetap ada 3 orang atau 11,4%; motivasi
belajar siswa yang menurun ada 1 orang atau 11,4%.

Tabel 4.10 Tingkat Motivasi Belajar Siklus I


(Pertemuan I dan Pertemuan II)

Nilai Siklus I
N
Tingkat Keterangan
O Pert I Pert II
Motivasi
Jlh % Jlh %
1 Tinggi 3 8,6 10 28,6 Meningkat
2 Sedang 28 80,0 25 71,4 Menurun
3 Rendah 4 11,4 0 0,0 Menurun

Dan pencapaian indikator motivasi belajar dengan metode kerja kelompok meningkatkan
motivasi belajar siswa.. Hal ini dapat di lihat dari tabel berikut :

48
Tabel 4.11 Ketercapaian Indikator Motivasi Siklus I
(Pertemuan I dan Pertemuan II)

Siklus I
No Indikator Ket
Pert I (%) Pert II (%)
1 Tekun menghadapi tugas 64 74 Meningkat
2 Ulet menghadapi kesulitan 65 76 Meningkat
3 Menunjukkan minat terhadap bermacam- Meningkat
68 76
macam masalah
4 Lebih senang bekerja sama 65 70 Meningkat
5 Dapat mempertahankan pendapatnya 70 73 Meningkat
6 Tidak mudah jenuh dalam proses Meningkat
72 81
pembelajaran
7 Senang mencari dan memecahkan masalah 69 83 Meningkat

Gambar .4.4
Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I
Perilaku Belajar (%)

90

80

70

60
Pert I
50 Colum
n1
40

30

20

10

0
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Indikator 4
Indikator 5
No Item Indikator Indikator 6
Indikator 7

49
Keterangan:
a) Kategori motivasi tinggi
Selama pembelajaran siswa bersifat aktif, sering bertanya kepada guru, berani
mengemukakan pendapat atau jawaban di dalam kelas, mampu bekerjasama dengan
baik di dalam kelompok dan mampu mengekspresikan ide-ide dalam bentuk tulisan,
dalam hal ini kemampuan siswa dalam menjawab soal tes tertulis.
b) Kategori motivasi sedang
Selama pembelajaran berlangsung siswa masih ragu-ragu atau malu untuk
bertanya dan menyampaikan gagasan.
c) Kategori motivasi kurang
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa hanya bersifat pasif, tidak
pernah bertanya dan menyampaikan gagasan, tidak mampu bekerjasama dalam
kelompok bahkan cenderung mengganggu teman kelompoknya.
Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut: Siswa yang mempunyai motivasi
tinggi berjumlah 3 orang atau 8,6 %, siswa yang mempunyai motivasi sedang berjumlah
26 orang atau 80 %, dan siswa yang mempunyai motivasi rendah berjumlah 2 orang atau
11,4 %.

Kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan seluruh materi yang telah
disajikan dan mengingatkan kepada siswa untuk selalu rajin membaca buku-buku
pelajaran di rumah. Selanjutnya guru mengadakan evaluasi berupa soal pilihan ganda yang
harus dikerjakan oleh setiap siswa secara individu untuk mengetahui sejauh mana siswa
memahami materi yang telah disajikan. Hasil nilai yang diperoleh pada tes akhir ini dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 12
Daftar Nilai Tes Akhir Siswa Siklus I

Nomor Urut Nomor Kode Siswa Nilai tes


7.00
1 001
5.00
2 002
9.00
3 003
4 004 6.00

50
5.00
5 005
6.00
6 006
8.00
7 007
5.00
8 008
5.00
9 009
6.00
10 010
6.00
11 011
5.00
12 012
5.00
13 013
5.00
14 014
5.00
15 015
6.00
16 016
7.00
17 017
8.00
18 018
Jumlah 216.00
Rata-rata 6.17

Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut, siswa yang mendapat nilai 5 ada 8
orang 44,45%. Siswa yang mendapat nilai 6 ada 5 orang 27,78 %. Siswa yang mendapat
nilai 7 ada 2 orang 11,11 %. Siswa yang mendapat nilai 8 ada 2 orang 11,11%. Dan siswa
yang mendapat niali 9 ada 1 orang 5,6%.

Tabel 4. 13
Daftar Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Siswa Siklus I

Nomor Nomor Kode Nilai tes Nilai tes Keterangan


Urut Siswa awal akhir
6.00 7.00 Meningkat
1 001
4.00 5.00 Meningkat
2 002
8.00 9.00 Meningkat
3 003
4 004 5.00 6.00 Meningkat

51
4.00 5.00 Meningkat
5 005
4.00 6.00 Meningkat
6 006
7.00 8.00 Meningkat
7 007
4.00 5.00 Meningkat
8 008
3.00 5.00 Meningkat
9 009
5.00 6.00 Meningkat
10 010
4.00 6.00 Meningkat
11 011
4.00 5.00 Meningkat
12 012
3.00 5.00 Meningkat
13 013
4.00 5.00 Meningkat
14 014
4.00 5.00 Meningkat
15 015
5.00 6.00 Meningkat
16 016
4.00 7.00 Meningkat
17 017
5.00 8.00 Meningkat
18 018
Jumlah 167.00 216.00
Rata-rata 4.70 6.17
Keterangan :
Sangat Baik : 8.5 - 10
Baik :7.5 – 8.4
Cukup :5.5 – 7.4
Kurang : 4.0 – 5.4
Kurang Sekali :<4
Dari tabel di atas ada peningkatan yang cukup baik dari data sebelumnya (tes awal)
yaitu nilai kategori sangat baik meningkat dari 2,9% menjadi 5,71% dan kategori baik
meningkat dari 2,9% menjadi 8,57%, kategori cukup meningkat dari 17,1 % menjadi
48,57%, dan kategori kurang menurun dari 71,4% menjadi 37,14%, serta kategori kurang
sekali menurun dari 5,7 % menjadi 0 %.

c. Analisis, Refleksi, dan Revisi Pembelajaran


1) Analisis

52
Berdasarkan hasil analisis pada siklus pertama diperoleh data hasil tes awal dapat
dilihat pada tabel berikut :
.

Tabel 4.14
Klasifikasi Nilai Tes Awal dan Tes Akhir pada Siklus I

Tes Awal Tes Akhir


Nilai
No. Jumlah Jumlah
Tes % %
Siswa Siswa
1 3  2  5,71 0 0
2 4  19  54,29 0 0
3 5  6  17,14 13 37,15
4 6  4  11,43 10 28,57
5 7  2  5,71 7 20,00
6 8  1  2,86 3 8,57
7 9  1  2,86 2 5,71
100,0 35 100,00
35 0

Dari tabel di atas, diperoleh data hasil tes awal dan tes akhir yakni nilai rata-rata
siswa menunjukkan yang termasuk kategori sangat baik meningkat 2,86% menjadi 5,71%,
dan siswa memperoleh angka nilai baik meningkat dari 2,86% menjadi 8,57% serta siswa
memperoleh angka nilai cukup meningkat dari 17,14% menjadi 48,57% sedangkan siswa
memperoleh angka nilai kurangdan sangat kurang menurun dari 77,14% menjadi 37,15%.
Data yang diperoleh peneliti dari hasil pengamatan di atas pada tindakan pertama
dapat disimpulkan bahwa siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui
penerapan metode kerja kelompok pada mata pelajaran pendidikan agama kristen.
Meningkatnya motivasi belajar siswa sejalan dengan meningkatnya hasil belajar siswa
yang dapat dilihat dari tabel berikut :

53
Tabel 4. 15
Daftar Nilai Motivasi Siswa dengan Hasil Tes Akhir pada Siklus I

Nomor Tingkat Motivasi Belajar


Nomo Nilai tes
Kode Siklus I Siklus I Rata-Rata
r Urut akhir
Siswa Pert I Pert II
68 89 79 7.00
1 001
82 79 81 8.00
2 002
54 61 58 5.00
3 003
75 79 77 7.00
4 004
61 64 63 5.00
5 005
79 75 77 7.00
6 006
82 82 82 8.00
7 007
64 68 66 5.00
8 008
79 86 83 9.00
9 009
68 71 70 7.00
10 010
71 82 77 7.00
11 011
54 79 67 5.00
12 012
68 68 68 5.00
13 013
64 86 75 7.00
14 014
64 89 77 7.00
15 015
64 79 72 7.00
16 016
57 68 63 5.00
17 017
68 79 74 8.00
18 018
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa yang
mempunyai motivasi tinggi mendapatkan nilai tes yang tinggi jika dibandingkan dengan

54
siswa yang mempunyai motivasi rendah.

2) Refleksi
Berdasarkan analisis terhadap tindakan pertama menunjukkan bahwa penguasaan
materi pembelajaran pendidikan agama kristen dengan materi Konsep keterbatasan
manusia melalui penerapan metode kerja kelompok belum sepenuhnya memenuhi harapan.
Dilihat dari penguasaan materi, siswa masih kurang, khususnya dalam mengingat kembali
materi yang sudah dipelajari. Aspek yang berhubungan dengan aktifitas belajar siswa
masih harus diperbaiki, khususnya pada aspek keaktifan serta motivasi belajar siswa.
Kerjasama dalam kelompok masih belum kompak, setiap anggota kurang bertanggung
jawab pada tugasnya dan lebih mengandalkan kemampuan teman lainnya. Mereka masih
belum menyadari bahwa keberhasilan setiap anggota kelompok merupakan keberhasilan
kelompoknya. Sedangkan hal yang masih dirasakan kurang dari guru adalah dalam
memberikan penjelasan lebih mendominasi, jarang memberi kesempatan bertanya jawab
dengan siswa.

3) Revisi Pembelajaaran
Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan seperti yang tergambar seperti di atas,
peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran dengan cara memberikan penjelasan
kembali secara lebih jelas. Selain itu, disarankan kepada siswa untuk belajar lebih giat lagi
terutama rajin membaca buku-buku pelajaran yang dapat menunjang prestasinya.
Selanjutnya guru diharuskan memberikan bimbingan secara khusus dan bila perlu
dilaksanakan tutor sebaya yaitu perbaikan belajar dengan bantuan siswa lainnya yang telah
pandai. Sedangkan dalam memperbaiki aktifitas belajar secara kelompok, guru harus bisa
mengatur jalannya tugas kelompok dan mengarahkannya secara benar dengan cara
melibatkan semua siswa secara aktif, terutama dalam hal motivasi belajar siswa. Bagi
siswa yang yang masih kurang aktif, diberi kepercayaan untuk memimpin dalam
mengerjakan tugas kelompoknya.
4.2.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a. Perencanaan

55
1. Tes Awal
Pada tindakan siklus II ini kembali diadakan tes awal seperti yang dilakukan
pada tindakan siklus pertama. Topik bahasan yang dipelajari pada tindakan ini
mengenai jenis-jenis teknologi produksi, tranportasi dan komunikasi . Tes awal yang
digunakan berbentuk uraian sebanyak lima soal. Hasil tes awal dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.16
Daftar Nilai Tes Awal Siswa Siklus II
Nomor Urut Nomor Kode Siswa Nilai tes
7.00
1 001
5.00
2 002
7.00
3 003
6.00
4 004
4.00
5 005
5.00
6 006
6.00
7 007
4.00
8 008
4.00
9 009
6.00
10 010
5.00
11 011
4.00
12 012
4.00
13 013
5.00
14 014
5.00
15 015
6.00
16 016
6.00
17 017
6.00
18 018
Jumlah 186.00
Rata-rata 5.31

56
Dari tabel di atas, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 16,67% (3 orang)
termasuk kategori baik, 67,14% (12 orang) termasuk kategori cukup, 16,67% % (3
orang) termasuk kategori kurang.
2. Pembentukan Kelompok Belajar
Untuk memupuk peningkatan kebersamaan dan komunikasi yang baik antar siswa
serta untuk menciptakan kondisi belajar yang baik, untuk pembentukan kelompok
belajar pada siklus kedua ini agak diubah komposisi anggota kelompoknya. Namun
hal ini tidak mengurangi ketentuan yang telah ditetapkan yaitu siswa tetap dipilih
secara adil dan merata berdasarkan kemampuan belajar dan jenis kelaminnya,
sehingga tidak ada kesenjangan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang.
Sedangkan untuk jumlah kelompok masih tetap sama seperti kelompok belajar pada
siklus pertama , yaitu 4 kelompok.
3. Pembuatan Rencana Pembelajaran
Dalam rencana pembelajaran pada siklus kedua ini dususun sama seperti pada
siklus pertama, begitupun dengan langkah-langkah pembelajarannya. Perbedaannya
hanya terletak pada sub pokok bahasan yang akan dipelajari, yang pada siklus kedua
ini tentang materi “contoh keterbatasan manusia”.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi


Kegiatan awal, yang dilakukan adalah mengajar dengan topik bahasan jenis-jenis
contoh keterbatasan manusia. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan siswa berdoa
terlebih dahulu, lalu mengecek kehadiran siswa. Sebagai apersepsi guru menanyakan
kepada siswa tentang materi sebelumnya, apakah mereka masih ingat dan paham
tentang contoh keterbatasan manusia. Sebagian siswa menjawab pertanyaan guru dan
berkata kalau mereka masih paham tentang contoh keterbatasan manusia. Setelah
mendapat respon dari siswa kemudian guru mengulang sedikit tentang materi contoh
keterbatasan manusia.
Kegiatan inti, diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran contoh
keterbatasan manusia, siswa mendengarkan dan memperhatikan alat peraga yang
dibuat guru sambil membuka buku paket masing-masing. Dari penjelasan ini,
diharapkan siswa dapat cepat dan mudah mengerti disamping memahami bahan materi
yang disajikan. Lalu guru melakukan Tanya jawab dengan siswa agar mereka semakin

57
paham dan dengan tujuan mengasah kemampuan berkomunikasi siswa. Selanjutnya
situasi kelas diubah dari kegiatan klasikal kepada kelompok belajar. Karena
pembentukan kelompok ini telah ditentukan sebelumnya, maka peneliti langsung
menyuruh mereka untuk duduk bersama kelompok belajarnya masing-masing.
Langkah berikutnya guru membagikan lembar kerja siswa untuk setiap siswa,
kemudian guru memberikan beberapa pertanyaan yang harus dikerjakan dan
didiskusikan oloeh masing-masing kelompok dengan terlebih dahulu memperhatikan
petunjuk dan arahan dari guru. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas,
guru menunjuk kelompok tertentu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru serta menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Anggota kelompok memberikan
tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain dengan memberikan alasan yang
logis. Anggota kelompok yang ditunjuk untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok
atau anggota kelompok yang lain diperbolehkan untuk menanggapi balik terhadap
tanggapan kelompok lain. Guru menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan
penilaian terhadap kelompok yang jawabannya paling bagus. Guru meminta siswa
yang menjadi anggota kelompok terbaik untuk maju ke depan kelas. Semua anggota
kelompok yang lain berdiri dan memberikan aplaus meriah kepada anggota kelompok
terbaik. Kegiatan peneliti selama siswa melaksanakan kelompok belajar adalah
membimbing siswa dalam kelompoknya. Bimbingan diberikan untuk mengarahkan
siswa agar mereka bisa meningkatkan motivasi belajarnya dan tidak takut berbicara
atau mengemukakan pendapat di depan kelas. Pada kesempatan yang sama, peneliti
dibantu oleh rekan guru yang lain mengamati aktifitas siswa dalam berkelompok,
bekerja sama, saling membantu antar teman, dan cara menyelesaikan masalah. Hal
yang diutamakan dalam kriteria penilaian adalah bagaimana siswa mampu berinteraksi
dengan baik di dalam kelompok masing- masing maupun di depan kelas. Hasil yang
diperoleh dari penilaian aktifitas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Siklus II Pertemuan I

58
Tabel 4.17
Hasil Observasi Motivasi Siswa pada Siklus II Pertemuan I
Nomor
Indikator Motivasi JLH %
No Kode
Siswa 1 2 3 4 5 6 7
1 001 3 3 4 3 3 4 4 24 86
2 002 2 3 3 1 2 3 3 17 61
3 003 2 4 3 2 2 3 3 19 68
4 004 3 3 4 2 3 4 4 23 82
5 005 4 3 3 4 4 3 3 24 86
6 006 3 3 4 3 3 4 4 24 86
7 007 3 3 3 3 3 3 3 21 75
8 008 4 3 3 4 4 3 3 24 86
9 009 2 4 3 2 2 3 3 19 68
10 010 3 3 4 3 3 4 4 24 86
11 011 2 4 3 2 2 3 3 19 68
12 012 4 2 3 3 4 3 3 22 79
13 013 3 4 4 3 3 4 4 25 89
14 014 4 2 3 4 4 3 3 23 82
15 015 2 2 4 2 2 4 4 20 71
16 016 4 3 2 3 4 3 3 22 79
17 017 4 4 4 3 4 4 4 27 96
18 018 4 3 3 3 4 3 3 23 82

2. Siklus II Pertemuan II
Tabel 4.18
Hasil Observasi Motivasi Siswa pada Siklus II Pertemuan II
Nomor
Indikator Motivasi JLH %
No Kode
Siswa 1 2 3 4 5 6 7

1 001 3 4 4 3 4 4 4 26 93

2 002 3 3 4 4 3 3 4 24 86

3 003 3 3 4 1 2 3 4 20 71

4 004 3 4 2 4 3 3 3 22 79

59
5 005 2 3 4 3 2 3 3 20 71

6 006 2 4 4 3 3 3 4 23 82

7 007 3 3 4 3 4 4 3 24 86

8 008 2 3 3 2 2 3 4 19 68

9 009 4 4 4 3 3 4 3 25 89

10 010 3 3 4 3 3 2 4 22 79

11 011 3 4 3 2 3 4 3 22 79

12 012 3 2 3 4 3 3 4 22 79

13 013 3 4 4 3 2 3 3 22 79

14 014 4 3 3 3 4 4 4 25 89

15 015 3 4 3 3 4 4 4 25 89

16 016 4 2 4 3 4 4 3 24 86

17 017 4 3 4 3 4 3 4 25 89

18 018 4 3 4 4 2 4 3 24 86

Tabel 4.19
Tingkat Motivasi Belajar Siswa Siklus II ( Pertemuan I dan II)

Tingkat Motivasi
Siklus II Siklus II Ket
No
Nilai Pertemuan I Pertemuan II
Jlh % Jlh %
1 Tinggi 3 16.67 10 65,7 Meningkat
2 Sedang 12 67,67 8 34,3 Menurun
3 Rendah 3 16.67 0 0 Menurun

Dan pencapaian indikator motivasi belajar dengan metode kerja kelompok meningkatkan
motivasi belajar siswa. Hal ini dapat di lihat dari tabel berikut :

60
Tabel 4.20
Ketercapaian Indikator Motivasi Siklus II
(Pertemuan I dan Pertemuan II)
Siklus II
No Indikator Ket
Pert I (%) Pert II (%)
1 Tekun menghadapi tugas 77 82 Meningkat
2 Ulet menghadapi kesulitan 79 84 Meningkat
3 Menunjukkan minat terhadap bermacam- Meningkat
83 88
macam masalah
4 Lebih senang bekerja sama 71 77 Meningkat
5 Dapat mempertahankan pendapatnya 76 80 Meningkat
6 Tidak mudah jenuh dalam proses Meningkat
83 84
pembelajaran
7 Senang mencari dan memecahkan Meningkat
85 88
masalah

Gambar .4.5
Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II (Pertemuan I dan II)

90
80
Perilaku Belajar (%)

70
60
Pert I
50 Colum
n1
40
30
20
10
0
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Indikator 4
Indikator 5
No Item Indikator Indikator 6
Indikator 7

Keterangan:
a. Kategori Baik

61
Selama pembelajaran siswa bersifat aktif, sering bertanya kepada guru, berani
mengemukakan pendapat atau jawaban di dalam kelas, mampu bekerjasama dengan baik
di dalam kelompok dan mampu mengekspresikan ide-ide dalam bentuk tulisan, dalam hal
ini kemampuan siswa dalam menjawab soal tes tertulis.
b. Kategori Sedang atau Cukup
Selama pembelajaran berlangsung siswa masih ragu-ragu atau malu untuk bertanya
dan menyampaikan gagasan.
c. Kategori Kurang
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa hanya bersifat pasif, tidak pernah
bertanya dan menyampaikan gagasan, tidak mampu bekerjasama dalam kelompok bahkan
cenderung mengganggu teman kelompoknya.

Dari tabel di atas diperoleh data bahwa siswa yang mempunyai motivasi tinggi
berjumlah 15 orang atau 85,72%, siswa yang mempunyai motivasi sedang ada 3 orang atau
14,28%.
Kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan seluruh materi yang telah
disajikan dan mengingatkan kepada siswa untuk selalu rajin membaca buku- buku
pelajaran di rumah. Selanjutnya guru mengadakan evaluasi berupa soal pilihan ganda yang
harus dikerjakan oleh setiap siswa secara individu untuk mengetahui sejauh mana siswa
memahami materi yang telah disajikan. Hasil nilai yang diperoleh pada tes akhir ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.21
Hasil Nilai Tes Akhir Setelah Tindakan Siklus II
Nomor Urut Nomor Kode Siswa Nilai tes
1 001 8.00
2 002 6.00
3 003 9.00
4 004 8.00
5 005 8.00
6 006 8.00
7 007 9.00
8 008 7.00
9 009 7.00
10 010 8.00

62
11 011 6.00
12 012 5.00
13 013 7.00
14 014 8.00
15 015 7.00
16 016 8.00
17 017 8.00
18 018 9.00
Jumlah 135.00
Rata-rata 7,56

Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut, siswa yang mendapat nilai 5 ada 1
orang 5 %. Siswa yang mendapat nilai 6 ada 2 orang 11,11%. Siswa yang mendapat nilai
7 ada 4 orang 20 %. Siswa yang mendapat nilai 8 ada 8 orang 44,45%. Dan siswa yang
mendapat niali 9 ada 3 orang 16,16%.

Tabel 4.22
Daftar Perbandingan Nilai Tes Awal dan Nilai Tes Akhir Siklus II
Nomor Nomor Kode Nilai tes Nilai tes
Keterangan
Urut Siswa awal akhir
8.00 Meningkat
1 001 7.00
6.00 Meningkat
2 002 5.00
9.00 Meningkat
3 003 7.00
8.00 Meningkat
4 004 6.00
8.00 Meningkat
5 005 4.00
8.00 Meningkat
6 006 5.00
9.00 Meningkat
7 007 6.00
7.00 Meningkat
8 008 4.00
7.00 Meningkat
9 009 4.00
8.00 Meningkat
10 010 6.00
6.00 Meningkat
11 011 5.00
5.00 Meningkat
12 012 4.00
13 013 4.00 7.00 Meningkat

63
8.00 Meningkat
14 014 5.00

15 015 5.00 7.00 Meningkat

16 016 6.00 8.00 Meningkat

17 017 6.00 8.00 Meningkat

18 018 6.00 9.00 Meningkat

Jumlah 89.00 135.00 Meningkat


Rata-rata 4.90 7,56 Meningkat

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

a. Analisis dan Refleksi


1) Analisis
Berdasarkan hasil analisis pada siklus kedua diperoleh data pada tabel berikut:
Tabel 4. 23
Klasifikasi Nilai Tes Awal dan tes Akhir Tindakan Siklus II

Pertemuan I Pertemuan II
No. Nilai Tes Jumlah Jumlah Ket
% %
Siswa Siswa
1 4 0 0% 0 0 Menurun
2 5 1 5% 0 0 Menurun
11,11% 1 5% Meningkat
3 6 2 .
2 11,11% Meningkat
4 7 4 20% .
5 8 8 44,45% 10 55,56% Meningkat
6 9 3 16,16% 5 25% Meningkat
18 100,00 18

Dari tabel di atas, diperoleh data hasil tindakan yang menunjukkan meningkatnya
prestasi belajar dengan menerapkan metode kerja kelompok. Ada peningkatan yang cukup
jelas dari hasil masing- masing siswa, pada kategori baik sekali diperoleh hasil 16,16%
menjadi 25%, kemudian 42,86% termasuk kategori baik dari 8,58% berarti ada

64
peningkatan sebesar 34,28%. Kemudian 37,15% nilai kategori cukup yang tetap 37,14%.
Sedangkan untuk kategori nilai kurang ada 5,7% yang sebelumnya mencapai angka
54,29%. Berarti untuk kategori terakhir ini ada pengurangan yang cukup besar ke arah
yang lebih baik yakni sebesar 48,57%. Meski belum menyeluruh, tetapi hal ini
membuktikan bahwa metode kerja kelompok pada pembelajaran pendidikan agama
kristen mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat memperbaiki hasil
belajar siswa menjadi lebih baik Hal ini sejalan dengan peningkatan motivasi belajar siswa
yang ditunjukkan tabel berikut :

Tabel 4. 24
Klasifikasi Nilai Tingkat Motivasi pada Siklus II

Tingkat Motivasi
Siklus II Siklus II
No Ket
Nilai Pertemuan I Pertemuan II
Jlh % Jlh %
1 Tinggi 18 51,4 23 65,7 Meningkat
2 Sedang 17 48,6 12 34,3 Menurun
3 Rendah 0 0 0 0 Tetap

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan di atas pada tindakan siklus kedua dapat
penulis simpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran pendidikan agama kristen melalui penerapan metode kerja kelompok
meningkat tajam. Hal ini dapat dilihat dengan: 1. 51,4% menjadi 65,7% tingkat motivasi
siswa tinggi, hal tersebut dapat berarti bahwa siswa terlibat langsung dan secara aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh antusias, 2. 48,6% menjadi 34,3% siswa
tingkat motivasi siswa sedang yang bermakna siswa termotivasi belajar lebih baik oleh
metode kerja kelompok yang diterapkan, serta 3. Siswa berani untuk bertanya jawab dan
mengeluarkan pendapat di depan kelas.
2) Refleksi
Berdasarkan hasil analisis terhadap tindakan siklus kedua, diperoleh kesimpulan
bahwa dari keseluruhan tindakan yang telah dilakukan peneliti melalui penerapan metode

65
kerja kelompok terbukti ada peningkatan yang cukup signifikan terhadap meningkatnya
motivasi belajar siswa sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajarnya, pada materi
pembelajaran pendidikan agama kristen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
perbandingan di bawah ini.

Tabel 4. 25
Perbandingan Persentase Tingkat Motivasi Siswa
pada Tindakan Siklus I dan Siklus II
Tingkat Motivasi Keterangan
Awal Siklus I Siklus II
No Pert I Pert II Pert I Pert II
Nilai

1 Tinggi 0 8,6 28,6 51,4 65,7 Meningkat


2 Sedang 2,86 80,0 71,4 48,6 34,3 Menurun
3 Rendah 97,14 11,4 0,0 0 0 Menurun

Dari tabel diatas dapat disimpulkan ketuntasan motivasi belajar siswa yang telah
mencapai ketuntasan klasikal yaitu 65,7 % maka tujuan penelitian ini telah tercapai.
Tabel 4. 26
Perbandingan Perolehan Nilai Tes Awal dan Tes Akhir
pada Tindakan Siklus I dan Siklus II
Nomor Kode Siklus I Siklus II
No Urut
Siswa Tes Awal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir
1 001 6.00 7.00 7.00 8.00
2 002 4.00 5.00 5.00 6.00
3 003 8.00 9.00 7.00 9.00
4 004 5.00 6.00 6.00 8.00
5 005 4.00 5.00 4.00 8.00
6 006 4.00 6.00 5.00 8.00
7 007 7.00 8.00 6.00 9.00
8 008 4.00 5.00 4.00 7.00
9 009 3.00 5.00 4.00 7.00
10 010 5.00 6.00 6.00 8.00
11 011 4.00 6.00 5.00 6.00
12 012 4.00 5.00 4.00 5.00
13 013 3.00 5.00 4.00 7.00
14 014 4.00 5.00 5.00 8.00
15 015 4.00 5.00 5.00 7.00
16 016 5.00 6.00 6.00 8.00
17 017 4.00 7.00 6.00 8.00
18 018 5.00 8.00 6.00 9.00
Jumlah 167.00 216.00 167.00 251.00
Rata-rata 4.70 6.17 4.70 7,17

66
Dari tabel di atas disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat kearah yang lebih
baik. Pada siklus pertama rata-rata nilai akhir tes siswa adalah 6,17. pada siklus kedua rata-
rata nilai akhir tes siswa adalah 7,17 dengan demikian terbukti metode kerja kelompok
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang sejalan dengan hasil belajar siswa yang
meningkat. Hal ini terlihat dalam pencapaian indikator yang cenderung meningkat seperti
tabel dan diagram berikut:
Tabel 4.27
Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Motivasi Belajar Siswa

Awal Siklus I Siklus II


No Indikator Pert I Pert II Pert I Pert II Ket
(%) (%) (%) (%)
1 Tekun menghadapi tugas 41 64 74 77 82 Meningkat
2 Ulet menghadapi kesulitan 15 65 76 79 84 Meningkat
3 Menunjukkan minat Meningkat
terhadap bermacam- 16 68 76 83 88
macam masalah
4 Lebih senang bekerja sama 41 65 70 71 77 Meningkat
5 Dapat mempertahankan Meningkat
36 70 73 76 80
pendapatnya
6 Tidak mudah jenuh dalam Meningkat
34 72 81 83 84
proses pembelajaran
7 Senang mencari dan Meningkat
41 69 83 85 88
memecahkan masalah
Gambar 4.6
Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa
Perilaku Belajar (%)

100
80
60 Awal
40 S1P1
20 S1P2
0 S2P1
S2p2
r1 r2
to to r3
ika a to r4 r5
d i k ka to to r6
In In
d di i ka a to r7
In In
d di k
ika ato
In d k
In di
In
No Item Indikator

67
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai yang diperoleh siswa dalam setiap
siklus semakin meningkat ke arah yang lebih baik. Jadi penerapan metode kerja kelompok
pada pembelajaran pendidikan agama kristen kelas IV di SD Negeri No.091367 Simpang
Kinalang Kabupaten Simalungun telah berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa yang
berdampak positif terhadap prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

4.2.3. Pelaksanaan dan Observasi Kegiatan Guru


Peneliti dalam melaksanakan tindakan di observasi oleh teman sejawat setiap
melaksanakan tindakan (Lampiran ). Hasil observasi guru (peneliti) dapat dilihat pada
tabel beriktut :
Tabel 4.28
Hasil Observasi Kegiatan Guru Peneliti
Skor
No Aspek Yang diamati Siklus I Siklus I
Pert I Pert II Pert I Pert II
1 Keterampilan membuka pelajaran 4 4 4 4
2 Keterampilan menyajikan materi 4 4 4 4
3 Ketepatan penggunaan metode pembelajaran 4 4 4 4
kerja kelompok
4 Pemanfaatan media pembelajaran 4 4 4 4
5 Kemampuan mengelola kelas 4 4 4 4
6 Memberikan kesempatan kepada siswa 3 3 3 3
7 Efisiensi penggunaan waktu 4 4 4 4
8 Keterampilan menutup pelajaran 4 4 4 4
Jumlah Skor 31 31 31 31
Persentase Skor 96,8 96,8 96,8 96,8

Dari tabel diatas peneliti peneliti mampu melaksanakan rencana penelitian dan
mengelola kelas pembelajaran dengan baik serta mempersiapkan diri sebelum masuk ke
ruangan kelas dan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah
direncanakan. Dan masalah yang terjadi adalah guru membatasi kesempatan siswa
berinteraksi sewaktu pemaparan kerja kelompok karena keterbatasan waktu sehingga
hanya perwakilan tiap kelompok saja yang diberikan kesempatan mengomentari pekerjaan
siswa lainnya.

68
4.3. Pembahasan
1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen melalui Penggunaan Metode
Kerja Kelompok
Pada pelaksanaan tindakan siklus I pembelajaran berjalan dengan baik, kegiatan
belajar mengajar menjadi lebih hidup. Tetapi dalam siklus ini masih banyak kekurangan-
kekurangan yang terjadi, hal ini disebabkan kerena belajar dengan menggunakan metode
kerja kelompok adalah sesuatu yang baru bagi siswa dan membutuhkan waktu untuk
memahami dan membiasakannya. Akibat dari ketidakterbiasaan ini dapat dilihat dari
masih ada sebagian siswa yang tidak aktif dalam kerja kelompoknya sehingga nilai yang
didapat pada akhir kegiatan belajar mengajar minim. Pada tindakan siklus II pelaksanaan
pembelajaran mengalami peningkatan baik dari segi kualitas kinerja guru maupun respon
siswa dalam mengikuti pelajaran. Peningkatan yang sangat berarti pada palaksanaan
pembelajaran ini terjadi karena siswa sudah tidak asing lagi dengan metode kerja
kelompok. Pada pelaksanaan siklus II ini suasana kelas menjadi hidup, siswa aktif dalam
kegiatan diskusi kelompok serta berani untuk mengemukakan pendapat didalam kelas.
2. Tingkat Motivasi Belajar Siswa
Pada keadaan awal sebelum peneliti menggunakan metode kerja kelompok, motivasi
belajar siswa kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kabupaten Simalungun
hanya 5,7 %. Yaitu dari 18 siswa hanya 2 orang siswa yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Pada siklus I Pertemuan I dan II, motivasi belajar siswa meningkat. Yaitu
pada Siklus I pertemuan I siswa bermotivasi tinggi 8,6%, sedang 80% dan rendah 11,4%,
sedangkan pada pertemuan kedua siswa bemotivasi tinggi 28,6% tejadi peningkatan tajam
dari sebelumnya, sedang 71,4% dan rendah tidak ada. Berarti ada peningkatan sebesar
77,14% dari kondisi awal. Pada siklus ini guru menggunakan metode kerja kelompok pada
pembelajaran pendidikan agama kristen tentang keterbatasan manusia. Dengan
menggunakan metode ini para siswa diajak untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Para
siswa sudah berani untuk mengemukakan pendapatnya dan bertanya jawab dengan guru,
selain itu juga mereka berinteraksi dengan sesama kelompoknya untuk bekerjasama
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Setelah mengadakan post tes, nilai rata-rata
yang di dapat oleh siswa adalah 66. Namun dalam siklus ini masih banyak kekurangan-
kekurangan yang harus diperbaiki, sebagian siswa masih belum berani untuk

69
mengeluarkan pendapat dan pasif dalam diskusi kelompok sehingga tidak termotivasi.
Pada siklus II materi yang disampaikan adalah tentang contoh keterbatasan manusia.
Tingkat motivasi belajar siswa meningkat, yaitu dari 35 siswa, sebanyak 23 orang atau
65,7% siswa bermotivasi tinggi dan 12 orang atau 34,3% bermotivasi sedang dengan
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaaan diskusi kelompok pada
siklus II siswa terlihat lebih aktif dan termotivasi. Suasana belajar menjadi lebih hidup,
siswa sudah tidak ragu-ragu lagi bertanya jawab dengan guru serta mengeluarkan pendapat
di dalam kelas. Hal ini disebabkan siswa senang dengan cara belajar menggunakan metode
kerja kelompok, sehingga dapat dilihat pengaruhnya terhadap nilai rata-rata yang didapat
para siswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu 86. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pengguanaan metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Di dalam proses belajar mengajar sudah pasti terjadi interaksi yang didasari motivasi
belajar siswa. Motivasi belajar yang diharapkan tercipta pada saat pembelajaran adalah
motivasi yang mendukung proses belajar mengajar. Pengamatan sehari-hari menunjukkan
bahwa sebagian siswa tidak menyenangi pelajaran pendidikan agama kristen. Dilain pihak
pengetahuan tentang pendidikan agama Kristen sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga pelajaran pendidikan agama kristen diberikan disemua jenjang
pendidikan. Siswa lebih cenderung pasif ketika mengikuti pelajaran pendidikan agama
kristen, karena biasanya guru hanya menggunakan metode pembelajaran yang
konvensional. Hal ini pun terjadi di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang
Kabupaten Simalungun. Salah satu upaya agar pembelajaran IPS menjadi hidup adalah
dengan cara melibatkan siswa dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif di dalam kelas.
Metode kerja kelompok dipilih dalam penelitian ini karena dapat memotivasi belajar siswa
sehingga saat pembelajaran siswa tidak hanya duduk pasif.
Kesimpulan dari hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh setelah melakukan dua
siklus adalah sebagai berikut:
1. Pada saat proses Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode kerja
kelompok suasana kelas menjadi lebih hidup, siswa termotivasi untuk berbicara di
depan kelas, siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, serta berani untuk
berbicara di depan kelas.
2. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode kerja dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa sehingga berdampak positif terhadap nilai akhir yang
diperoleh siswa.
3. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dan siklus II melalui pengamatan
aktivitas siswa dalam proses pembelaajran dan hasil belajar siswa, maka diperoleh
data bahwa semua siswa menyukai cara belajar dan termotivasi untuk belajar
dengan menggunakan metode kerja kelompok dengan alasan proses
pembelajarannya menyenangkan serta tidak membuat jenuh.

71
5.2. SARAN
Mengingat penelitian diatas memberikan hasil positif terhadap peningkatan
motivasi belajar siswa maka tindakan kelas sebagaimana dilakukan didalam penelitian ini
disarankan untuk diterapkan olah para guru disekolah dasar, tak terbatas pada kelas IV
saja. Selain itu akan sangat bermanfaat apabila perluasan penelitian ini dilakukan untuk
mata pelajaran selain pendidikan agama kristen.

72
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:
Jakarta
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara
Hidayat. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
LAI. (2008). Alkitab Terjemahan Baru Indonesia. Lembaga Alkitab Indonesia: Jakarta..

(National Training: Laboratorium, Bethel, Mane). Learning Pyramid


http://www.eurekapendidikan.com/2014/02/metode-diskusi-buzz group.html.

http://pepak.sabda.org/25/nov/2004/anak_metode_mengajar_yesus

http://guruagamakristen.blogspot.com/2014/11/makalah-hubungan-perjanjian-lama-
dengan.html

https://www.academia.edu/10064581/dasar_dan_tujuan_Pendidikan_Agama_Kristen.

https://www.academia.edu/8458235/makalah_teori_pembelajaran_faktor
-faktor_yang_memengaruhi_belajar
journal.um.ac.id/index.php/jph/article/viewFile/4150/798

https://www.academia.edu/10365909/Macam-macam_Diskusi_1 (Diakses Pada tanggal 15


Januari 2014)
Mudjiono. 1991. Proses Belajar Mengajar. Bandung. Rosda Karya
Muliono,dkk. 1990.Kamus Bahasa Indonesia . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Joesafira, 2010. Metode Kerja Kelompok. (Online) dalam http:/ /delsajoesafira
.blogspot.com/ 2010/05/metode-kerja-kelompok.html diunduh pada tanggal 5
Februari 2014.

Roestiyah, NK. 1998.Strategi Belajar dan Mengajar.Jakarta. Rineka Cipta


Roestiyah, NK. 2008.Strategi Belajar dan Mengajar.Jakarta. Rineka Cipta
Rosdiana. 2008. Pengaruh Metode Kerja Kelompok Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Negeri 9 Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu
Sosial. Universitas Negeri Makassar. (Online) dalam
http://www.dedenbinlaode.web.id/2010/01/meningkatkan-prestasi-belajar.html,
diunduh tanggal 10 Maret 2014
Slameto. 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sardiman A.M. 2009. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajawali
Pres.
Sudjana.2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production
Sudjana, Nana. 2005, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru
Algesindo

Sukasno. 2002. Pembelajaran yang efektif. Jakarta: PT RajaGrfindo Persada.

73
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.

Sutikno. 2009. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.

Syafitri, Rizky, 2011. Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di
SMP Muhammadiyah 1 Medan. Repository USU, (Online) dalam http:
//repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/23699/4/Chapter%20II.pdf diunduh
pada tanggal 5 Februari 2014
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta:
Jakarta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Syafaruddin, Nasution Irwan. (2005) . Manajemen Pembelajaran. Quantum Teaching:


Jakarta.

Tirtarahardja Umar,La Sulo S. L. (2008). Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta

Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Penyusun KTSP Lengkap; Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan SD, SMP, dan SMA. Yogyakarta:Pustaka Yustisia.

Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang
Kreatif Dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Yacob, Sylvia. (2011) . Diktat Matakuliah: Pendidikan Agama Kristen Anak. Sekolah
Tinggi Teologi Palu: Palu.

74
Lampiran 1-1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Pertama Siklus I

Sekolah                     :    SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang


Mata Pelajaran          :    Pendidikan Agama Kristen.
Kelas / Semester       :    IV (Empat) / Ganjil

Standar Kompetensi  :    
Menyebutkan wujud tindakan manusia yang dapat menunjukkan pemahaman dan
pengakuan keberadaan Allah dan Manusia serta menjelaskan kemahakuasaan Allah yang
menyebabkan manusia dapat bergantung sepenuhnya pada Allah.
Kompetensi Dasar     :   
Siswa mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada
kemahakuasaan Allah.

Indikator                       :   


Mensyukuri keterbatasan yang ada pada dirinnya sebagai siswa dan sebagai manusia
sebagai ciptaan Allah.

Alokasi Waktu          :    2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

A.     TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat mendaftarkan kelebihan yang ada pada dirinya.


2. Siswa dapat mendaftarkan kekurangan yang ada pada dirinya.

B.     MATERI PEMBELAJARAN


Konsep Keterbatasan Manusia.

C.     METODE PEMBELAJARAN


Metode Kerja Kelompok

D.     LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN


Pendahuluan (3 menit)
 Menyapa Siswa, dan mengarahkan siswa untuk sebelum memulai pembelajaran
supaya berdoa bersama dipimpin oleh guru.
 Mengingat kuasa kepada kehidupan sehari-hari manusia.
 Memotivasi Siswa bahwa Manusia memiliki keterbatasan yang menyatakan harus
tunduk pada Allah.
Kegiatan Inti (29 menit)
 Memandu siswa supaya membentuk 4 kelompok dengan ketentuan kelompok
pertama 4 orang, kelompok kedua 4 orang, kelompok ketiga 5 orang, kelompok ke-
empat 5 orang dan masing-masing menentukan ketua dan sekretaris kelompoknya..

75
 Guru membagikan Lembar kerja siswa yang berisikan pertanyaan tentang
kelebihan dan kelemahan yang ada pada masing-masing anggota kelompoknya.
 Guru menyuruh tiap kelompok mendata kelebihan dan kekurangan masing-masing
anggota kelompoknya yang dipandu oleh ketua dan sekretaris kelompok dan
menuliskan lembar kerja kelompok.
 Guru berkeliling mengawasi siswa yang diskusi dalam bekerja kelompok.
 Guru menyuruh salah satu kelompok supaya memaparkan hasil kerja kelompok
mereka dan mempersilahkan kepada kelompok lain untuk memberikan
tanggapannya dan mengumpulkan Lembar kerja masing-masing kelompok
 Guru menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan.
Penutup (3 menit)
 Guru merangkum materi pembelajaran.
 Guru memberikan PR rumah tentang kelebihan dan kelemahan Raja Daud
dengan membaca Alkitab.

E.     ALAT DAN SUMBER BELAJAR

1. Alkitab.
2. Buku PAK kelas 4, Mitra, Medan, 2006.
3. Buku PAK kelas 4, BMI, Bandung, 2006.
4. Buku PAK kelas 4, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.

F.      PENILAIAN

1. Teknik Instrumen: Tes Lisan


2. Bentuk Instrumen: Uraian
3. Contoh Instrumen:

a. Kenapa manusia diciptakan berbeda dengan yang lainnya?


b. Mengapa rupa manusia berbeda satu sama lain?
c. Mengapa manusia yang kembar sekalipun berbeda perilakunya?
d. Adakah kelebihan /kelemahan masing-masing temanmu?

Simpang Kinalang, Agustus 2014


Mengetahui, Peneliti
Kepala Sekolah SDN No.091367 Guru Mapel PAK
Simpang Kinalang

ROHAMAN PURBA, S.Pd BERTAULI PURBA


NIP.19601025 198304 1 002 NIP.19681028 198712 2 001

76
Lampiran 1-2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Kedua Siklus I

Sekolah                     :    SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang


Mata Pelajaran          :    Pendidikan Agama Kristen.
Kelas / Semester       :    IV (Empat) / Ganjil

Standar Kompetensi  :    
Menyebutkan wujud tindakan manusia yang dapat menunjukkan pemahaman dan
pengakuan keberadaan Allah dan Manusia serta menjelaskan kemahakuasaan Allah yang
menyebabkan manusia dapat bergantung sepenuhnya pada Allah.
Kompetensi Dasar     :   
Siswa mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada
kemahakuasaan Allah.

Indikator                       :   


Mensyukuri keterbatasan yang ada pada dirinnya sebagai siswa dan sebagai manusia
sebagai ciptaan Allah.

Alokasi Waktu          :    2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

A.     TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat membandingkan keberadaan dirinya dengan makhluk lain.


2. Siswa dapat menjelaskan makna keterbatasan yang ada pada dirinya.

B.     MATERI PEMBELAJARAN


Konsep Keterbatasan Manusia.

C.     METODE PEMBELAJARAN


Kerja Kelompok

D.     LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN


Pendahuluan (3 menit)
 Menyapa Siswa, dan mengarahkan siswa untuk sebelum memulai pembelajaran
supaya berdoa bersama dipimpin oleh guru dan mengumpulkan PR siswa.
 Guru memberikan keterangan tentang PR siswa bahwa kekurangan dan kelebihan
bias saling menguntungkan.
Kegiatan Inti (23 menit)
 Meminta siswa duduk sesuai dengan kelompok pertemuan sebelumnya.
 Guru membagikan Lembar kerja siswa yang berisikan pertanyaan tentang
kelebihan dan kelemahan yang ada pada ciptaan Tuhan yang selain manusia.
 Guru menyuruh siswa membuat perbandingan kelebihan dan kelemahan manusia
dengan ciptaan Tuhan yang lain. Dan menuliskan dalam lembar kerja.

77
 Guru mengawasi kerja kelompok siswa
 Guru menyuruh salah satu kelompok yang sudah selesai membuat perbandingan
dan mempersilahkan kepada kelompok lain memberikan komentar tentang
presentasi kelompok tersebut.
 Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil kerja siswa.
 Guru menjelaskan kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lain.
Penutup (9 menit)
 Guru merangkum materi pembelajaran.
 Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan PR.
 Guru memberikan Tes Akhir Siklus I
E.     ALAT DAN SUMBER BELAJAR
1. Alkitab.
2. Buku PAK kelas 4, Mitra, Medan, 2006.
3. Buku PAK kelas 4, BMI, Bandung, 2006.
4. Buku PAK kelas 4, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.

F.      PENILAIAN
1. Teknik Instrumen: Tes Tulisan
2. Bentuk Instrumen: Uraian
3. Contoh Instrumen:

a.       Kenapa manusia diciptakan berbeda dengan yang lainnya?


b.      Siapakah lebih tinggi manusia dengan malaikat Allah?
c.       Samakah kedudukan semua manusia di bumi ini?

Simpang Kinalang, Agustus 2014


Mengetahui, Peneliti
Kepala Sekolah SDN No.091367 Guru Mapel PAK
Simpang Kinalang

ROHAMAN PURBA, S.Pd BERTAULI PURBA


NIP.19601025 198304 1 002 NIP.19681028 198712 2 001

78
Lampiran 1-3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Ketiga Siklus II

Sekolah                     :    SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang


Mata Pelajaran          :    Pendidikan Agama Kristen.
Kelas / Semester       :    IV (Empat) / Ganjil

Standar Kompetensi  :    
Menyebutkan wujud tindakan manusia yang dapat menunjukkan pemahaman dan
pengakuan keberadaan Allah dan Manusia serta menjelaskan kemahakuasaan Allah yang
menyebabkan manusia dapat bergantung sepenuhnya pada Allah.
Kompetensi Dasar     :   
Siswa mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada
kemahakuasaan Allah.

Indikator                       :   


Mensyukuri keterbatasan yang ada pada dirinnya sebagai siswa dan sebagai manusia
sebagai ciptaan Allah.

Alokasi Waktu          :    2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

A.     TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat membuktikan keterbatasan yang ada pada diri manusia.


2. Siswa dapat mengisi kekurangan kita dengan kelebihan yang ada pada diri kita.

B.     MATERI PEMBELAJARAN


Konsep Keterbatasan Manusia.

C.     METODE PEMBELAJARAN


Kerja Kelompok

D.     LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN


Pendahuluan (3 menit)
 Menyapa Siswa, dan mengarahkan siswa untuk sebelum memulai pembelajaran
supaya berdoa bersama dipimpin oleh guru
 dan mengumpulkan PR siswa.
 Memberi motivasi kepada siswa tentang manfaatnya perbedaan antara sesame
ciptaan Tuhan.
Kegiatan Inti (29 menit)
 Meminta siswa duduk sesuai dengan kelompok pertemuan sebelumnya.
 Guru membagikan Lembar kerja siswa yang berisikan pertanyaan tentang
pengertian keterbatasan pada manusia, dan menemukan kelemahan dan kelebihan
yang dimiliki para Nabi masing-masing dua nabi tapi dipakai luar biasa.

79
 Guru menyuruh siswa antar kelompok untuk saling bertanya dan
memperbandingkan kelebihan dan kelemahan Nabi Daud, Nabi Salomo, Nabi
Musa dan tujuan Allah menciptakan manusia memiliki keterbatasan.
 Guru mengawasi diskusi kerja kelompok siswa
 Guru menyuruh salah satu kelompok yang sudah selesai mempresentasikan hasil
kerjanya
 Memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan masukan dan
kritikan terhadapan presentasi kelompok tersebut dibawah pengawasan guru.
 Guru menjelaskan tujuan Allah menciptakan manusia memiliki keterbatasan.
Penutup (3 menit)
 Guru merangkum materi pembelajaran.
 Guru memberikan tugas kelompok kepada siswa untuk mengumpulkan klipping
tentang bencana alam dan berita dukacita.

E.     ALAT DAN SUMBER BELAJAR


1. Alkitab.
2. Buku PAK kelas 4, Mitra, Medan, 2006.
3. Buku PAK kelas 4, BMI, Bandung, 2006.
4. Buku PAK kelas 4, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.

F.      PENILAIAN

1. Teknik Instrumen: Tes Lisan


2. Bentuk Instrumen: Uraian
3. Contoh Instrumen:

Simpang Kinalang, Agustus 2014


Mengetahui, Peneliti
Kepala Sekolah SDN No.091367 Guru Mapel PAK
Simpang Kinalang

ROHAMAN PURBA, S.Pd BERTAULI PURBA


NIP.19601025 198304 1 002 NIP.19681028 198712 2 001

80
Lampiran 1-4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Ke-empat Siklus II

Sekolah                     :    SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang


Mata Pelajaran          :    Pendidikan Agama Kristen.
Kelas / Semester       :    IV (Empat) / Ganjil

Standar Kompetensi  :    
Menyebutkan wujud tindakan manusia yang dapat menunjukkan pemahaman dan
pengakuan keberadaan Allah dan Manusia serta menjelaskan kemahakuasaan Allah yang
menyebabkan manusia itu dapat bergantung sepenuhnya pada Allah.

Kompetensi Dasar     :    


Siswa mampu mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada
kemahakuasaan Allah.

Indikator                       :   


Mendaftarkan contoh-contoh nyata keterbatasan manusia dalam hidupnya.

Alokasi Waktu          :    2 Jam Pelajaran (2x35 Menit)

A.     TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat mendaftarkan hal-hal di luar kemampuan manusia.


2. Siswa dapat mempertanyakan asal keselamatan yang ada pada manusia.
3. Siswa dapat mengoreksi kelemahannya sebagai siswa.
4. Siswa dapat menjelaskan asal keselamatan yang ada pada manusia.
5. Siswa dapat meyakini asal keselamatan yang ada pada manusia.

B.     MATERI PEMBELAJARAN


Contoh-contoh keterbatasan.

C.     METODE PEMBELAJARAN


Metode kerja Kelompok

D.     LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN


Pendahuluan (3 menit)
 Menyapa Siswa, dan mengarahkan siswa untuk sebelum memulai pembelajaran
supaya berdoa bersama dipimpin oleh guru
 Memberi motivasi kepada siswa tentang Manusia membutuhkan Allah.

Kegiatan Inti (29 menit)

81
 Dengan bimbingan guru, siswa dalam kelompok menyusun klipping dengan
teratur.
 Guru menjelaskan bahwa hal-hal di luar kemampuan manusia harus dihadapi
dengan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
 Siswa dalam kelompok membaca kitab Injil, khususnya Yohanes 3:16.
 Guru menceritakan secara singkat kehidupan manusia.
 Dengan bimbingan guru, siswa dalam kelompok masing-masing menyimpulkan
cerita guru.
 Guru menjelaskan makna kedatangan Yesus ke dunia ini.
Penutup (3 menit)
 Guru merangkum materi pembelajaran.
 Guru memberikan tugas kelompok kepada siswa untuk mewawancarai dan
bertanya bertanya kepada 6 orang dewasa dilingkungannya tentang contoh-contoh
nyata keterbatasan manusia dalam hidupnya.
 Guru membagikan Soal Tes Akhir Siklus II

E.     ALAT DAN SUMBER BELAJAR

1. Alkitab.
2. Buku PAK kelas 4, Mitra, Medan, 2006.
3. Buku PAK kelas 4, BMI, Bandung, 2006.
4. Buku PAK kelas 4, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.

F.      PENILAIAN

1. Teknik Instrumen: Tes Lisan


2. Bentuk Instrumen: Uraian
3. Contoh Instrumen:

a.       Kepada siapakah kita bersyukur?


b.      Siapakah Tuhan Yesus sebenarnya?
c.       Apakah tujuan Yesus datang ke dunia ini?

Simpang Kinalang, Agustus 2014


Mengetahui, Peneliti
Kepala Sekolah SDN No.091367 Guru Mapel PAK
Simpang Kinalang

ROHAMAN PURBA, S.Pd BERTAULI PURBA


NIP.19601025 198304 1 002 NIP.19681028 198712 2 001

82
Lampiran 2-1

KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI MOTIVASI BELAJAR SISWA


Indik Item Observasi
1. Kuatnya kemauan 1. Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru
untuk berbuat dalam kegiatan pembelajaran.
2. Siswa aktif bertanya kepada guru atau teman
mengenai materi yang belum dipahami
2. Jumlah waktu yang 3. Siswa mengerjakan tugas yang
disediakan untuk diberikan tepat waktu
belajar 4. Siswa memanfaatkan waktu yang ada untuk
berdiskusi tentang pelajaran dengan teman
maupun dengan guru.
3. Kerelaan meninggalkan 5. Siswa aktif membaca buku untuk mencari
kewajiban atau tugas sumber jawaban yang benar dalam mengerjakan
yang lain tugas di kelas.
4. Ketekunan 6. Siswa aktif berdiskusi dengan teman- temen
dalam dalam menyelesaikan tugas.
mengerjakan 7. Siswa tekun dalam mengerjakan tugas yang
tugas diberikan guru
5. Ulet dalam 8. Siswa tidak mudah putus asa dalam
menghadapi mengerjakan sesuatu di kelas
kesulitan 9. Siswa tidak malu apabila mengalami
kegagalan dan mampu untuk bangkit lagi
menjadi lebih baik
6. Menunjukkan minat 10. Dalam mengerjakan soal atau mengerjakan
terhadap bermacam- tugas di kelas, siswa dapat mengaitkan pelajaran
macam masalah orang dengan kehidupan sehari-hari
dewasa 11. Siswa menunjukkan kepedulian terhadap
teman-temannya yang belum berhasil
7. Lebih senang bekerja 12. Siswa berusaha mengerjakan tugas sesuai
mandiri dengan kemempuannya.
13. Siswa percaya diri dalam melakukan sesuatu
di kelas saat pelajaran
8. Dapat 14. Siswa berani menyampaikan pendapat dalam
mempertahankan forum diskusi kelas
pendapatnya 15. Siswa mampu mempertahankan
pendapatnya beserta alasannya di
hadapan teman yang lainnya.

83
Lembar 2-2
LEMBAR OBSERVASI MOTIVASI BELAJAR SISWA

Pertemuan :
Siklus :
Hari / Tanggal :

Petunjuk :
Isilah lembar observasi ini berdasarkan data yang dikumpulkan dalam setiap
mengamati kegiatan belajar siswa. Berilah skor antara 1 sampai dengan 5 pada
kolom yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan siswa.
Kelompok:
Nomor Anggota
No Deskripsi Pengamatan kelompok
1 2 3 4 5
1 Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru
dalam kegiatan pembelajaran
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, apabila dalam dua jam
pelajaran (70 menit) siswa aktif dan
memperhatikan selama 60 s/d 70 menit.
Nilai 4 = baik, apabila dalam dua jam pelajaran
(70 menit) siswa aktif dan memperhatikan selama
50 s/d 60 menit
Nilai 3 = cukup, apabila dalam dua jam pelajaran
(70 menit) siswa aktif dan memperhatikan selama
40 s/d 50 menit
Nilai 2 = kurang, apabila dalam dua jam
pelajaran (70 menit) siswa aktif dan
memperhatikan selama 30 s/d 40 menit.
Nilai 1 = kurang sekali, apabila dalam dua jam
pelajaran (70 menit) siswa aktif dan memperhatikan
selama kurang dari 30 menit
2 Siswa aktif bertanya kepada guru atau teman
mengenai materi yang belum dipahami
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika dalam mengikuti
pelajaran siswa bertanya pada guru dan murid
lebih dari lima kali.
Nilai 4 = baik, jika dalam mengikuti pelajaran siswa
mau bertanya pada guru atau teman 3 s/d 5
pertanyaan
Nilai 3 = cukup baik, jika dalam mengikuti
pelajaran siswa bertanya pada guru atau teman
dua atau tiga pertanyaan
Nilai 2 = kurang, jika dalam mengikuti

84
pelajaran siswa hanya bertanya satu kali saja.
Nilai 1 = kurang sekali, jika dalam mengikuti
pelajaran siswa sama sekali tidak mengajukan
pertanyaan apapun
3 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan tepat
waktu
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika diberikan tugas
mengumpulkannya lebih awal dibandingkan
waktu yang telah ditentukan
Nilai 4 = baik, jika diberikan tugas siswa dalam
mengumpulkan tugas tepat pada waktu yang
telah di tentukan.
Nilai 3 = cukup baik, jika diberikan tugas waktu
mengumpulkan tugasnya molor maksimal 5 menit.
Nilai 2 = kurang, jika diberikan tugas waktu
mengumpulkan tugasnya molor maksimal 8 menit
Nilai 1 = kurang sekali, jika diberikan tugas waktu
mengumpulkan tugasnya molor lebih dari 8 menit
4 Siswa memanfaatkan waktu yang ada untuk
berdiskusi tentang pelajaran dengan teman
maupun dengan guru
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika dalam pelajaran siswa
diberikan waktu untuk diskusi dengan guru atau
siswa lain, siswa tersebut mau bertanya dengan
guru maupun siswa lainnya secara berulang-
ulang.
Nilai 4 = baik, jika dalam pelajaran siswa
diberikan waktu untuk diskusi dengan guru atau
siswa lain, siswa tersebut hanya mau bertanya
pada guru saja atau siswa lainnya saja secara
berulang-ulang.
Nilai 3 = cukup baik, jika dalam pelajaran siswa
diberikan waktu untuk diskusi, siswa hanya
bertanya sesekali saja.
Nilai 2 = kurang, jika dalam pelajaran
siswa diberikan waktu untuk diskusi,
siswa hanya membaca-baca buku saja.
Nilai 1 = kurang sekali,jika dalam pelajaran
siswa diberikan waktu untuk diskusi, siswa
hanya rame sendiri atau bermaian sendiri
maupun dengan teman
5 Siswa aktif membaca buku untuk mencari
sumber jawaban yang benar dalam
mengerjakan tugas di kelas
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika dalam pelajaran

85
siswa diberi tugas, siswa mengerjakannya
dengan membaca bermacam-macam buku,
bahkan meminjam di perpustakaan sampai
menemukan jawaban yang dicari.
Nilai 4 = baik, jika dalam pelajaran siswa
diberi tugas, siswa mengerjakan dengan
membaca buku sendiri maupun bertukar
dengan teman sampai memperoleh
jawabannya.
Nilai 3 = cukup baik, siswa dalam mengerjakan
tugas hanya membaca buku yang siswa punya
saja. Nilai 2 = kurang, siswa dalam
mengerjakan tugas hanya mengandalkan ingatan
saja sesekali sambil membuka buku yang ada.
Nilai 1 = kurang sekali, siswa dalam
mengerjakan tugas dikerjakan dengan asal-asalan
tidak membuka buku apapun
6 Siswa aktif berdiskusi dengan teman-temen
dalam menyelesaikan tugas.
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika siswa dalam
berdiskusi aktif bertanya, berpendapat, dan
menulis hasil dari diskusi.
Nilai 4 = baik, jika siswa dalam berdiskusi
hanya aktif berpendapat dan menulis saja atau
aktif bertanya dan berpendapat saja atau aktif
bertanya dan menulis saja. (aktif dalam 2 item
antara, bertanya, berpendapat dan menulis)
Nilai 3 = cukup baik, jika diswa dalam
berdiskusi hanya aktif bertanya saja,
berpendapat saja atau menulis saja
Nilai 2 = kurang, jika siswa dalam berdiskusi
hanya mendengarkan saja
Nilai 1 = kurang sekali, jika siswa dalam
berdiskusi hanya main sediri atau ngobrol sendiri
7 Siswa tekun dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, siswa dalam
mengerjakantugas tekun dalam arti siswa
sebelum menyelesaikan soal tersebut dan
dianggap benar siswa belum mau mengerjakan
hal atau pekerjaan lain.
Nilai 4 = baik, siswa dalam mengerjakan tugas
tekun dalam arti siswa sebelum menyelesaikan
soal yang diberikan siswa belum mau
mengerjakan hal lain namun siswa dalam
mengerjakan tugas sesekali bertanya sama teman.

86
Nilai 3 = cukup baik, siswa dalam mengerjakan
tugas tekun dalam arti siswa sebelum
menyelesaikan soal yang diberikan siswa belum
mau mengerjakan hal lain namun siswa dalam
mengerjakan tugas berusaha menyelesaikan
dengan cepat tanpa meneliti terlebih dahulu.
Nilai 2 = kurang, siswa dalam mengerjakan
tugas dari guru, siswa sesekali diselingi
ngobrol dengan teman atau melakukan hal
yang tidak berkaitan dengan tugas yang ia
kerjakan namun tugasnya masih dapat
terselesaikan.
Nilai 1 = kurang sekali, siswa dalam
mengerjakan tugas terlalu banyak bermain atau
ngobrol sehingga tugas tidak selesai pada waktu
yang telah ditentukan
8 Siswa tidak malu apabila mengalami
kegagalan dan mampu untuk bangkit lagi
menjadi lebih baik
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika siswa saat disuruh
mengerjakan soal di depan kelas dan salah, siswa
tidak malu walaupun diejek teman dan
selanjutnya berani untuk maju ke depan lagi.
Nilai 4 = baik, jika siswa disuruh mengerjakan
soal di depan kelas dan salah, siswa tidak malu
walaupun diejek teman dan berusaha mencari
jawan yang benar di belakang.
Nilai 3 = cukup baik, jika siswa disuruh
mengerjakan soal di depan kelas dan salah,
siswa tidak malu namun enggan mencari
jawaban yang benar di belakang
Nilai 2 = kurang, jika siswa disuruh
mengerjakan soal di depan kelas dan salah, siswa
minder dan enggan jika suatu saat diminta maju
lagi
Nilai 1 = kurang sekali, jika siswa disuruh
mengerjakan soal di depan kelas, siswa enggan
untuk maju ke depan karena takut.
9 Siswa berusaha mengerjakan tugas sesuai
dengan kemampuannya
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, siswa dalam mengerjakan
tugas individu mengerjakan sesuai
kemampuannya tanpa buka buku ataupun
bertanya kepa teman lain, dan mengulangi
jawaban secara berulang ulang setelah yakin
baru dikumpulkan.

87
Nilai 4 = baik, siswa dalam mengerjakan tugas
individu mengerjakan sesuai kemampuannya
tanpa buka buku atau bertanya, tanpa mengulang
jawaban kembali.
Nilai 3 = cukup baik, siswa dalam mengerjakan
tugas individu mengerjakan sesuai
kemampuannya namun sesekali (kurang dari 3
kali) bertanya kepada teman lain.
Nilai 2 = kurang, siswa dalam mengerjakan
tugas individu mengerjakan sesuai
kemampuannya namun sering bertanya pada
teman lain (bertnya lebih dari 3 kali)
Nilai 1 = kurang sekali, siswa dalam
mengerjakan tugas individu sering bertanya pada
teman lain dan bahkan membuka buku secara
sembunyi sembunyi
10 Siswa percaya diri dalam melakukan sesuatu
di kelas saat pelajaran
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, sering maju kedepan
mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan
tanpa di minta oleh guru. (dalam satu kali
pertemuan maju ke depan lebih dari 3 kali)
Nilai 4 = baik, sering maju ke depan mengerjakan
soal atau menjawab pertanyaan tanpa diminta oleh
guru. (dalam satu kali pertemuan maju ke depan 2
s/d 3 kali)
Nilai 3 = cukup baik, maju ke depan
mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan
apabila diminta oleh guru
Nilai 2 = kurang, maju ke depan mengerjakan
soal atau menjawab pertanyaan apabila diminta
oleh guru dan ditemani oleh teman yang lain saat
maju ke depan
Nilai 1 = kurang sekali, enggan maju ke depan
kelas untuk mengerjakan soal maupun menjawab
pertanyaan sama sekali
11 Siswa berani menyampaikan pendapat dalam
forum diskusi kelas
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, siswa tanpa disuruh berani
menyampaikan banyak pendapat dalam diskusi
kelas beserta alasan-alasan yang menguatkan
pendapatnya. Nilai 4 = baik, siswa tanpa disuruh
berani menyampaikan pendapat dalam diskusi
kelas beserta alasan-alasan yang menguatkan
pendapatnya.
Nilai 3 = cukup baik, siswa dengan disuruh

88
berani menyampaikan pendapat dalam diskusi
kelas beserta alasan yang menguatkan
pendapatnya.
Nilai 2 = kurang, siswa dengan disuruh berkali-
kali baru berani menyampaikan pendapatnya di
depan kelas
Nilai 1 = kurang sekali, siswa sama sekali tidak
berani menyampaikan pendapat di forum diskusi
kelas walaupun sudah disuruh berkali-kali
12 Siswa mampu mempertahankan pendapatnya
beserta alasannya di hadapan teman yang
lainnya
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika dalam berdiskusi siswa
mampu mempertahankan pendapatnya dengan
alasan alasan yang bisa diterima oleh anggota
diskusi hingga pendapat tersebut dipakai dan
diterima.
Nilai 4 = baik, jika dalam berdiskusi siswa
mampu memberikan beberapa (banyak) pendapat
sehingga salah satu pendapat yang disampaikan
dapat diterima oleh anggota kelompok yang lain.
Nilai 3 = cukup baik, jika dalam berdiskusi
siswa menyampaikan pendapat, namun ditolak
oleh anggota lain namun masih berusaha
menyampaikan pendapat yang lain walaupun
bnelum tentu diterima. Nilai 2 = kurang, jika
siswa dalam berdiskusi menyampaikan pendapat
dan ditolak, enggan untuk berpendapat lagi dan
cenderung diam hanya mendengarkan saja
Nilai 1 = kurang sekali, jika siswa dalam
berdiskusi menyampaikan pendapat namun
ditolak sehingga menimbulkan kemarahan, tidak
mau ikut berdiskusi lagi
Jumlah
Rata-rata

89
Lampiran 2-3
Angket Motivasi Siswa
A. Petunjuk Pengisian
1. Identitas Siswa
a. Nama Siswa :
…………………………….. b. Kelas / No Absen :
……………………………..
2. Mohon anda menjawab dengan sejujurnya.
3. Instrumen ini terdiri dari kolom pernyataan dan kolom jawaban.
Silahkan anda member jawaban dengan cara member tanda cek (√) pada
tempat yang telah disediakan.
4. Ada lima pilihan jawaban yang masing-masing maknanya sebagai
berikut:
SS : Pernyataan sangat setuju jika pernyataan benar-benar sesuai
dengan apa yang dirasakan.
S :Pernyataan setuju jika pernyataan cenderung sesuai tetapi belum
sepenuhnya setuju dengan apa yang dirasakan.
TS : Pernyataan tidak setuju jika pernyataan cenderung tidak sesuai
tetapi belum sepenuhnya tidak setuju.
STS: Pernyataan sangat tidak setuju jika pernyataan benar- benar tidak
sesuai dengan yang dirasakan
B. Pernyataan Angket

Jawaban
No Peryataan
SS S TS STS
1 Saya selalu berusaha menyelesaikan tugas sebaik mungkin
2 Saya aktif memperhatikan penjelasan guru dalam kegiatan
pembelajaran
3 Saya jarang bertanya kepada guru atau teman mengenai
materi yang belum dipahami
4 Saya enggan, kurang antusias mengikuti pelajaran
5 Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu
6 Saya selalu mengulang kembali pelajaran yang diberikan
oleh guru di rumah
7 Saya sering bermain atau ngobrol di kelas setelah tugas
saya selesai kerjakan
8 Saya belajar IPA hanya waktu jam pelajaran IPA saja
9 Saya aktif membaca buku untuk mencari sumber
jawaban yang benar dalam mengerjakan tugas di kelas.
10 Saya lebih senang melihat pemutaran video pembelajaran
dibandingkan dengan mengobrol dengan teman sebangku
11 Saya lebih senang menonton TV daripada memutar VCD
tentang pelajaran
12 Saya lebih senang bermain di waktu istirahat disbanding
membaca buku di perpustakaan

90
13 Saya memperhatikan dengan baik VCD pembelajaran
yang di putar di depan kelas
14 Saya tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru
15 Saya tidak suka berdiskusi dengan teman- teman dalam
menyelesaikan tugas.
16 Saya selalu ingin cepat selesai dalam mengerjakan tugas
tanpa meneliti terlebih dahulu
17 Jika dalam mengerjakan soal jawaban saya salah, saya
selalu berusaha mencari jawaban yang benar dengan cara
membaca buku atau bertanya
18 Jika ulangan saya memperoleh nilai kurang bagus, saya
akan belajar lebih giat lagi agar di ulangan berikutnya
mendapatkan nilai yang bagus
19 Saya selalu puas dengan berapapun nilai yang saya
peroleh
20 Saya mau meminjamkan buku yang saya punya dengan
teman sebangku
21 Saya akan memberikan motivasi kepada teman yang
takut pada materi pelajaran tertentu
22 Saya enggan membantu teman-teman yang belum berhasil
23 Saya senang jika melihat teman saya tidak bisa
mengerjakan soal
24 Saya berusaha mengerjakan tugas sesuai dengan
kemampuan saya
25 Mengerjakan soal bersama teman lebih menyenangkan
darai pada mengerjakan sendiri
26 Saya lebih senang mengerjakan tugas kelompok
disbanding mengerjakan soal individu
27 Dalam kelompok saya lebih senang menjadi ketua kelompok
28 Saya selalu mempertahankan pendapat saya di kelompok
dengan mengutarakan alas an yang jelas
29 Saya sering tidak percaya diri saat mempertahankan
pendapat saya di hadapan teman yang lainnya
30 Saya mudah menyerah jika mempunyai pendapat tapi tidak
disetujui oleh anggota kelompok yang lain

Lampiran 2-4

91
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU MENGELOLA KELAS
YANG PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE KERJA KELOMPOK
Sekolah : SD Negeri 091367 Simpang Kinalang
Bidang Studi : Pendidikan Agama Kristen
Pokok Bahasan : Konsep Keterbatasan Manusia
Kelas : IV
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan Ke : Siklus I Pertemuan I
Hari/ Tanggal : September 2014

Pentunjuk :
Berikan tanda ceklist (√) pada kotak yang sesuai menurut anda dan berikan
catatan bila diperlukan.

Penilaian Catatan
NO Aspek yang diamati/ Indikator
1 2 3 4
1 Keterampilan membuka pelajaran √
2 Keterampilan menyajikan materi √
3 Ketepatan penggunaan model √
pembelajaran kerja kelompok
4 Pemanfaatan media pembelajaran √
5 Kemampuan mengelola kelas √
6 Memberikan kesempatan kepada √
siswa
7 Efisiensi penggunaan waktu √
8 Keterampilan menutup pelajaran √
Keterangan :
4 : Sangat Baik 3 : Baik
2 : Cukup 1 : Kurang
Simpang Kinalang, 2014
Pengamat / Observer,

Adevitry Sinaga

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU MENGELOLA KELAS


YANG PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE KERJA KELOMPOK

92
Sekolah : SD Negeri 091367 Simpang Kinalang
Bidang Studi : Pendidikan Agama Kristen
Pokok Bahasan : Konsep Keterbatasan Manusia
Kelas : IV
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan Ke : Siklus I Pertemuan II
Hari/ Tanggal : September 2014
Pentunjuk :
Berikan tanda ceklist (√) pada kotak yang sesuai menurut anda dan berikan
catatan bila diperlukan.

Penilaian Catatan
NO Aspek yang diamati/ Indikator
1 2 3 4
1 Keterampilan membuka pelajaran √
2 Keterampilan menyajikan materi √
3 Ketepatan penggunaan model √
pembelajaran kerja kelompok
4 Pemanfaatan media pembelajaran √
5 Kemampuan mengelola kelas √
6 Memberikan kesempatan kepada √
siswa
7 Efisiensi penggunaan waktu √
8 Keterampilan menutup pelajaran √
Keterangan :
4 : Sangat Baik 3 : Baik
2 : Cukup 1 : Kurang
Simpang Kinalang, 2014
Pengamat / Observer,

Adevitry Sinaga

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU MENGELOLA KELAS


YANG PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE KERJA KELOMPOK

93
Sekolah : SD Negeri 091367 Simpang Kinalang
Bidang Studi : Pendidikan Agama Kristen
Pokok Bahasan : Konsep Keterbatasan Manusia
Kelas : IV
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan Ke : Siklus II Pertemuan I
Hari/ Tanggal : September 2014

Pentunjuk :
Berikan tanda ceklist (√) pada kotak yang sesuai menurut anda dan berikan
catatan bila diperlukan.

Penilaian Catatan
NO Aspek yang diamati/ Indikator
1 2 3 4
1 Keterampilan membuka pelajaran √
2 Keterampilan menyajikan materi √
3 Ketepatan penggunaan model √
pembelajaran kerja kelompok
4 Pemanfaatan media pembelajaran √
5 Kemampuan mengelola kelas √
6 Memberikan kesempatan kepada √
siswa
7 Efisiensi penggunaan waktu √
8 Keterampilan menutup pelajaran √
Keterangan :
4 : Sangat Baik 3 : Baik
2 : Cukup 1 : Kurang
Simpang Kinalang, 2014
Pengamat / Observer,

Adevitry Sinaga

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU MENGELOLA KELAS


YANG PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE KERJA KELOMPOK

94
Sekolah : SD Negeri 091367 Simpang Kinalang
Bidang Studi : Pendidikan Agama Kristen
Pokok Bahasan : Konsep Keterbatasan Manusia
Kelas : IV
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan Ke : Siklus II Pertemuan II
Hari/ Tanggal : September 2014
Pentunjuk :
Berikan tanda ceklist (√) pada kotak yang sesuai menurut anda dan berikan
catatan bila diperlukan.

Penilaian Catatan
NO Aspek yang diamati/ Indikator
1 2 3 4
1 Keterampilan membuka pelajaran √
2 Keterampilan menyajikan materi √
3 Ketepatan penggunaan model √
pembelajaran kerja kelompok
4 Pemanfaatan media pembelajaran √
5 Kemampuan mengelola kelas √
6 Memberikan kesempatan kepada √
siswa
7 Efisiensi penggunaan waktu √
8 Keterampilan menutup pelajaran √
Keterangan :
4 : Sangat Baik 3 : Baik
2 : Cukup 1 : Kurang
Simpang Kinalang, 2014
Pengamat / Observer,

Adevitry Sinaga

Lampiran 3

95
DAFTAR NAMA SISWA KELAS IV SDN NO.091367 SIMPANG
KINALANG KECAMATAN PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NO. NAMA JENIS
KELAMIN
1 AGAVE JHON PAUL DAMANIK L
2 BENEDIKTUS PURBA L
3 CRISIEN IVAN HARIANDO PURBA L
4 CRYSTINA DAMANIK P
5 DERFINA NATALIA SIREGAR P
6 DHIMAS RAMDANI SARAGIH L
7 EANLINA DESWANI GIRSANG P
8 EMI GUSTRIAMI SIREGAR P
9 JAFRIANDO D DAMANIK L
10 JUNI AMRI HALOHO L
11 OCHA PRIMALIA TONDANG P
12 RAPIDO KRISTIAN MANURUNG L
13 RAPINDO NAPITUPULU L
14 RIAMA ASTRI SIMAMORA P
15 RICO CRISTOVEL SITOHANG L
16 SHERLY MARIANI SIJABAT P
17 TRI FEBRIANI SIPAYUNG P
18 YONDO SOLIDEO HALOHO L

Lampiran 4

96
Simpang Kinalang, Agustus 2014

Hal : Izin Melaksanakan Penelitian

KepadaYth :KepalaSekolah
SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Kecamatan Purba Kab.Simalungun
Di
Tempat

Saya yang bertandatangandibawahini :


Nama : BERTAULI PURBA
NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Dengan ini bermohon kepada Bapak untuk melaksanakan Penelitian


Tindakan Kelas di Kelas VI pada Materi Perkembangbiakan Tumbuhan dari
bulan September sampai Oktober Tahun 2014.

Adapun judul Penelitian saya adalah Meningkatkan Motivasi Dan Hasil


Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Kerja Kelompok Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang
Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun Pelajaran 2014/2015.

Demikianlah Surat Permohonan ini saya ajukan kiranya Bapak dapat


mengizinkannya. Atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya
Pemohon

BERTAULI PURBA
NIP. 19681028 1987122001

SURAT PEMBERITAHUAN AKAN MELAKSANAKAN

97
PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : BERTAULI PURBA
NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV pada Materi


Konsep Keterbatasan Manusia dari Bulan September sampai Oktober
2014.

Demikianlah Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat diginakan


sebagaimana mestinya.

Simpang Kinalang, Agustus 2014


DisetujuiOleh Peneliti
Kepala Sekolah

ROHAMAN PURBA, S.Pd BERTAULI PURBA


NIP.19601025 198304 1 002 NIP. 19681028 1987122001

98
PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI No. 091367 SIMPANG KINALANG
KECAMATAN PURBA KAB. SIMALUNGUN

SURAT IZIN MELAKSANAKAN PENELITIAN


Nomor : 422/ /SD-Disdik / 2014

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ROHAMAN PURBA, S.Pd


NIP : 19601025 198304 1 002
Pangkat/Gol : Pembina / IVa
Jabatan : Guru Madya / Kepala Sekolah
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Dengan ini memberikan izin melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV


kepada :

Nama : BERTAULI PURBA


NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Judul Penelitian : Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan


Menggunakan Metode Kerja Kelompok Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Kristen Kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba
Kabupaten Simalungun Tahun Pelajaran 2014/2015.

Simpang Kinalang, Agustus 2014


Kepala Sekolah,

ROHAMAN PURBA, S.Pd


NIP.19601025 198304 1 002

PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN

99
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI No. 091367 SIMPANG KINALANG
KECAMATAN PURBA KAB. SIMALUNGUN

SURAT PENUGASAN
Nomor : 422/ /SD-Disdik / 2014

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP : 19601025 198304 1 002
Pangkat/Gol : Pembina / IVa
Jabatan : Guru Madya / Kepala Sekolah
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Menerangkan bahwa
1. Nama : ADEVITRY SINAGA
Jabatan : Guru Kelas IV
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

2. Nama : Lermi Haloho


NIP : 19670523 1990072001
Pangkat/Gol : Penata / IIIc
Jabatan : Guru Muda / Guru PAK Katolik
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Untuk melaksanakan kegiatan sebagai Guru Observer atas Penelitian Tindakan


Kelas atas nama :

Nama : BERTAULI PURBA


NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Demikianlah Surat Penugasan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan sebaik


mungkin.

Simpang Kinalang, Agustus 2014


Kepala Sekolah,

ROHAMAN PURBA, S.Pd


NIP.19601025 198304 1 002
PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN

100
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI No. 091367 SIMPANG KINALANG
KECAMATAN PURBA KAB. SIMALUNGUN

SURAT KETERANGAN
TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN
Nomor : 422/ / SD- Disdik/ 2014

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP : 19601025 198304 1 002
Pangkat/Gol : Pembina / IVa
Jabatan : Guru Madya / Kepala Sekolah
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Menerangkan bahwa :

Nama : BERTAULI PURBA


NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Telah melaksanakan PenelitianTindakan Kelas (PTK) di Kelas IV materi Konsep


Keterbatasan Manusia dari bulan September sampai dengan Oktober 2014.

Demikianlah Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya..

Simpang Kinalang, 2014


Kepala Sekolah,

ROHAMAN PURBA, S.Pd


NIP.19601025 198304 1 002

PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN

101
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI No. 091367 SIMPANG KINALANG
KECAMATAN PURBA KAB. SIMALUNGUN

SURAT PERNYATAAN PERPUSTAKAAN


Nomor : 422/ /SD-Disdik/ 2014

Saya yang bertandatangandibawahini :


Nama : ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP : 19601025 198304 1 002
Pangkat/Gol : Pembina / IVa
Jabatan : Guru Madya / Kepala Sekolah
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Menyatakan bahwa Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul :


“Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode
Kerja Kelompok Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas IV SD
Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun
Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Yang disusun oleh :


Nama : BERTAULI PURBA
NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Telah disimpan dan di jadikan refrensi di Perpustakaan SD Negeri No. 091367


Simpang Kinalang dengan Nomor Register :

Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Simpang Kinalang, 2014


Kepala Sekolah,

ROHAMAN PURBA, S.Pd


NIP.19601025 198304 1 002

DAFTAR HADIR PELAKSANAAN

102
SEMINAR LAPORAN HASIL PENELITIAN

Judul Penelitian : Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan


Menggunakan Metode Kerja Kelompok Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Kristen Kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba
Kabupaten Simalungun Tahun Pelajaran 2014/2015.

Hasil Karya :
Nama : BERTAULI PURBA
NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

Padahari :
Bertempat : Ruang Guru SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang

DaftarHadirPeserta seminar
No NAMA/ NIP Jabatan Instansi TandaTangan

103
Simpang Kinalang, 2014
DisetujuiOleh KKG
Kepala Sekolah

ROHAMAN PURBA, S.Pd ROSDIANA DAMANIK


NIP.19601025 198304 1 002 NIP. 19641127 1986042002

104

Anda mungkin juga menyukai