SKRIPSI
Oleh:
Agustina Anjelia
NIM:051124016
i
SKRIPSI
Oleh:
Agustina Anjelia
Nim:051124016
Pembimbing
ii
SKRIPSI
Agustina Anjelia
NIM: 051124016
iii
PERSEMBAHAN
iv
MOTTO
“Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tak seekor
pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung
semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak
burung pipit”
LUK 12:6-7
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar
Penulis,
Agustina Anjelia
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kelimpahan dan rahmat yang
keinginan penulis untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai pendidikan iman
dalam keluarga dan prestasi belajar PAK siswa. Oleh karena itu skripsi ini bertujuan
untuk menggali seberapa besar pengaruh pendidikan iman dalam keluarga terhadap
prestasi belajar PAK di sekolah. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
ix
4. Segenap staf dosen dan karyawan Prodi IPPAK yang telah membantu dan
ini.
5. Drs. Br. Petrus I Wayan Parsa FIC, selaku kepala sekolah SMU Pangudi Luhur
penelitian.
6. Semua Siswa/i kelas XI IPA dan XI IPS3 SMU Pangudi Luhur Santo Yohanes
yang telah bersedia menjadi mitra kerja penulis dalam menjawab kuesioner.
7. Bapak, ibu, adik dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan semangat
dan dukungan spritual, moral, serta finansial selama penulis menempuh studi di
IPPAK.
8. Seto yang selama ini telah memberikan semangat dan dengan setia menjadi teman
9. Teman-teman mahasiswa IPPAK, khususnya angkatan 2004 dan 2005 yang selama
ini telah berproses bersama, berbagi pengalaman hidup, memberi dukungan dan
10. Teman-teman Kost ”Barokah” Yogyakarta yang selama ini telah banyak
skripsi ini.
11. Monica Eltasari yang selalu menyemangati dan mendukung saya dalam penulisan
skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selama ini telah
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Penulis
x
berhaap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Penulis,
Agustina Anjelia
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
MOTTO .............................................................................................................… v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xv
xii
a. Pendidikan iman …………………………..……....................... 25
b. Pendidikan iman anak dalam keluarga ………............................ 32
B. Prestasi PAK SMU…………………………………………………….. 38
1. Prestasi belajar…………………………………..………….……… 38
2. Prestasi belajar PAK di SMU……………....................................... 39
C. Penelitian Yang Relevan……………………………….…………....... 59
D. Kerangka pikir dan hipotesis……………………………………….…. 61
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 63
A. Jenis Penelitian....................................................................................... 63
B. Desain Penelitian.................................................................................... 63
C. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................ 63
D. Populasi dan Sampel............................................................................... 64
E. Definisi Operasional Variabel................................................................ 64
F. Instrumen Penelitian............................................................................... 65
1. Jenis Instrumen................................................................................... 65
2. Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 67
G. Teknik Analisis Data.............................................................................. 68
1. Jenis Data............................................................................................ 68
2. Uji Persyaratan Analisis Data............................................................. 68
H. Uji Hipotesis........................................................................................... 69
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 72
A. Data Hasil Penelitian.............................................................................. 72
B. Analisis Hasil Penelitian......................................................................... 73
C. Pembahasan............................................................................................ 83
D. Keterbatasan Penelitian.......................................................................... 87
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 88
A. Kesimpulan............................................................................................. 88
B. Saran....................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 91
LAMPIRAN......................................................................................................... 93
Lampiran 1: Kuesioner .............................................................................. (1)
Lampiran 2: Analisis Soal ........................................................................ (4)
Lampiran 3: Output Regresi....................................................................... (8)
xiii
Lampiran 4: Nilai siswa ............................................................................. (11)
Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian ............................................................. (13)
Lampiran 6: Satuan Pendampingan ........................................................... (14)
xiv
DAFTAR SINGKATAN
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departermen Agama Republik
kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus
di Zaman Modern.
Pendidikan Kristen.
xv
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
Kan : Kanon
KS : Kitab Suci
xvi
DAFTAR TABEL
skor total
Aspek Teguran
Aspek pengarahan
PAK
PAK
PAK
xvii
Tabel 16 : Deskripsi Berdasarkan Aspek Tata cara Komunikasi terhadap
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
kunjung menemukan jati dirinya. Masalah besar yang dihadapi itu menurut Sudarminta
SJ (Suparno, 2002: 9) ialah: pertama mutu pendidikan yang masih rendah, kedua:
kualitas guru yang kurang memadai, model pembelajaran yang tidak menantang siswa
dan manajemen sekolah. Dalam level Sekolah Menengah, mutu lebih ditentukan oleh
kualitas guru, kurikulum, proses pembelajaran yang berlaku dan kesejahteraan guru
atau pendidik. Persoalan mutu pendidikan yang kurang baik berarti guru tidak sungguh
menguasai bidang yang diajarkan dan guru kurang mampu membantu siswa dalam
pembelajaran sehingga siswa tidak terdorong untuk belajar aktif secara pribadi dan
mandiri.
yang lain dikarena pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang melibatkan
banyak pihak. Dari pihak pemerintah beragam usaha yang telah dilakukan untuk
Nasional. Ujian Nasional dengan kelulusan nilai rata-rata >5,00 kurang selaras dengan
serta perbedaan fasilitas pendidikan di pusat dan di daerah telah menyebabkan hasil
kegiatan belajar pun berbeda (Kompas, 22 Oktober 2005:12). Disamping itu, Ujian
2
Nasional (UN) hanya sebatas mengukur suatu komponen kelulusan yaitu aspek kognitif
dan mengabaikan aspek lain seperti keterampilan dan sikap. Guru sering dianggap
ditentukan oleh kualitas guru. Semakin tinggi kualitas guru semakin tinggi mutu
pendidikan dan sebaliknya semakin rendah kualitas guru semakin rendah pula
Artinya guru diharapkan membantu siswa berkembang menjadi manusia dewasa dan
sebuah sekolah adalah kualitas guru. Guru yang menguasai materi bidang studi, guru
masuk kelas dengan antusias dan cinta, secara kreatif menerapkan dan menggali
metode yang cocok untuk kondisi kelasnya (Kompas, 6 Desember 2005:7). Kompetensi
pendidik mengacu pada nilai-nilai yang diajarkan Ki Hajar Dewantara, ada lima aspek
yakni: Pertama guru perlu mengembangkan kepedulian terhadap anak didik. Artinya,
seorang guru/pendidik menaruuh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik.
Pemahaman akan perkembangan anak didik amatlah penting; pemahaman ini akan
yang aktif dan konstruktif dengan lebih arif. Pendidik perlu juga memahami berbagai
Pemahaman ini akan membantu peserta didik menjadi manusia yang dewasa dan
berkembang utuh. Kedua guru harus memiliki sikap ketokohan. Artinya seorang guru
yang memiliki sikap ketokohan akan selalu di ingat dan diteladan oleh murid. Ketiga,
3
guru harus mampu memotivasi anak didik. Kelima, guru harus mampu menjadi
penuntun.
proses belajar mengajar, idealnya seorang guru berperan sebagai demonstrator, sebagai
pengelola kelas, sebagai moderator, fasilitator, dan sebagai evaluator. Karena itu,
hendaknya guru mengambil tindakan yang selalu didasarkan pada tujuan utuh
Dari tujuan pendidikan di atas dapat dikatakan pendidikan merupakan bantuan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar mencapai
kedewasaan. Bantuan ini dimaksudkan supaya peserta didik belajar hal-hal yang
yang dimaksudkan dalam tujuan pendidikan nasional yakni beriman, berakhlak mulia,
Selain tujuan pendidikan nasional ada juga tujuan yang lain yang harus dicapai
oleh siswa yaitu tujuan dari masing-masing sekolah yang terumus dalam visi sekolah
itu sendiri. Untuk mencapai tujuan ini secara khusus bagi para siswa sekolah tersebut
diharapkan untuk memiliki dan menguasai tujuan dari masing-masing bidang studi
yang dipelajari. Tujuan ini merupakan tujuan yang dirumuskan oleh masing-masing
4
guru bidang studi. Apabila siswa ini mampu menguasai perumusan tujuan ini maka
siswa dapat dinyatakan lulus. Tercapai atau tidaknya tujuan ini dapat diukur dan dilihat
dalam bentuk nilai yang diperoleh siswa melalui tes dalam bentuk ulangan harian yang
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai
rupanya juga muncul di lingkungan Pendidikan Agama Katolik. PAK juga banyak
mendapatkan kritik dan yang paling menonjol adalah bahwa pendidikan agama di
sekolah dirasa kurang berdampak pada kehidupan yang lebih baik dari pada siswa
tekanan utama pada pengetahuan agama. Kurikulum PAK juga terkesan hanya
mengejar target dan pengajaran tentang bagaimana agama dihayati dalam hidup sehari-
Tekanan pada segi kognitif dan kurangnya perhatian pada segi afeksi
2005:90) berpendapat lain. Tekanan berlebih pada segi kognitif lebih merupakan akibat
PAK mendapatkan bagian perhatian yang lebih kecil lagi, baik dari murid,
orang tua maupun sekolah.
internalisasi nilai-nilai keagamaan tidak terjadi secara efektif dan juga mengapa segi
kognitif dalam PAK mendapat tekanan seperti mata pelajaran yang lain. Pembagian
diupayakan karna PAK terkesan hanya mengejar target sehingga proses pembelajaran
Pada umumnya guru PAK kurang memaksimalkan diri sebagai seorang yang
terpanggil dalam bidang pewartaan di sekolah. Guru hanya datang dan mengajar di
sekolah tidak pernah memberikan pendalaman iman bagi anak remaja di sekolah. Guru
tidak mempersiapkan diri dengan bahan-bahan yang akan disampaikan kepada siswa
dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar menjadi kurang terarah. Pada
umumnya guru PAK kurang mengemas isi kurikulum sesuai dengan kemampuan
perkembangan peserta didik sehingga tidak mampu melibatkan siswa. Dalam proses
pembelajaran, guru PAK lebih berorientasi pada metode ceramah atau hanya sekedar
memberikan informasi dan bahkan menjadikan dirinya sebagai subyek sehingga siswa
menjadi tidak aktif. Hal ini juga sangat terasa ketika siswa diminta untuk memimpin
doa dikelas secara spontan siswa merasa takut dan menolak. Akibat dari itu banyak
siswa yang pasif dan guru kurang kreatif dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh peserta didik. Guru juga terlihat kurang memberikan keseluruhan hatinya sehingga
Tugas seorang guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi
interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik.
Metode yang digunakan guru pun kurang variatif, dan kurang melibatkan peserta didik.
6
Metode yang digunakan membuat siswa merasa bosan dan kurang sesuai dengan situasi
hidup peserta didik dan hendakya guru tidak mendominasi. Sarana yang digunakan juga
sangat terbatas buku-buku menyangkut mata pelajaran PAK sangat minim dan tidak
keadaan peserta didik, guru tidak hanya berceramah saja tetapi guru juga menstranfer
pengalaman baik dari guru maupun dari siswa, sekali-kali siswa bisa belajar diluar
kelas. Dengan prosesnya yang bervariasi maka siswa tidak bosan, siswa juga
diharapkan aktif dan guru mampu menjadi fasilitator. Agar proses belajar mengajar
lebih efektif guru harus membuat persiapan, dapat membagi waktu dan membuat
antara guru dan siswa menjadikan siswa lebih nyaman dan bersemangat (Warkitri,
1990: 16). Faktor lain yang bisa mempengaruhi Prestasi Belajar adalah latar belakang
Pendidikan Iman dalam keluarga siswa. Keluarga adalah salah satu pusat pendidikan
bahkan disebut sebagai pusat pendidikan yang utama dan pertama. Di dalam
keluargalah karakteristik anak tercipta, entah anak itu menjadi seorang yang baik atau
jahat tergantung pada pendidikan dalam keluarga. Tugas dan kewajiban keluarga adalah
dasar .
prestasi belajar siswa. Jika pendidikan iman dalam keluarga baik maka Prestasi belajar
PAK pun akan baik. Sebaliknya jika pendidikan iman dalam keluarga kurang baik
maka, prestasi belajar PAK pun kurang baik. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhinya pendidikan iman dalam keluarga adalah orang tua terlalu sibuk dan
sangat sulit membagi waktu, sulit menciptakan relasi antara anggota keluarga, keadaan
7
ekomomi keluarga, sikap orang tua terhadap anaknya, menciptakan komunikasi, waktu
untuk berkumpul bersama serta kurangnya perhatiaan akan perkembangan diri dan
iman anaknya. Dengan keadaan daerah yang agak terbelakang dan belum maju maka
tidak menutup kemungkinan kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan sangat
terbatas.
besar orang tua berprofesi sebagai petani karet, pedagang, dan pekerja kayu untuk
mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga orang tua sehingga jarang membagi waktunya
untuk keluarga. Waktu untuk bertemu anggota keluarga pun sangat sedikit, setelah
pulang bekerja dan sampai dirumah orang tua sudah sangat lelah dan langsung istirahat.
belajar, dengan ekonomi keluarga yang kurang menyebabkan tidak terpenuhinya sarana
belajar seperti membeli buku dan dari segi kesehatan pun tidak terjamin. Dalam
keluarga juga tidak jarang terjadi pertengkaran antara bapak dan ibu sehingga sangat
mengganggu konsentrasi belajar anak. Orang tua tidak mengontrol kegiatan belajar
anaknya bahkan jarang sekali menanyakan pekerjaan rumah anaknya. Anak merasa
tidak diperhatikan sehingga anak terlihat santai dengan tugas sekolahnya. Orang tua
anaknya bahkan anak yang tidak ikut ke Gereja pun tidak ditegur. Idealnya keluarga
adalah tempat pendidikan utama dan pertama bagi anak. Maka lewat keluargalah
keluarga selalu tercipta dan dapat dirasakan anak-anak. Keluarga hendaknya selalu
harmonis jika ada masalah dapat diselesaikan dengan baik tidak dengan bertengkar di
depan anak karena anak juga akan memikirkan jalan keluar untuk menyelesaikan
masalahnya dan prestasi belajarnya pun akan terganggu. Waktu berkumpul bersama
8
selalu ada karena anak sangat membutuhkan orang tuanya untuk meminta pendapat dan
menyelesaikan permasalahannya. Dengan perhatian baik dari orang tua maka anak akan
Masa SMU adalah masa-masa remaja dan masa ini sangat penting, masa remaja
sebagai masa peralihan, masa remaja sebagai masa perubahan, masa remaja sebagai
masa bermasalah masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai
masa yang menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa tidak realistik, masa
remaja sebagai masa ambang masa dewasa (Hurlock, 1996: 207-209). pada
kenyataannya saat ini siswa SMU sering ditemukan membolos ketika pelajaran agama
karena mereka menganggap agama adalah nomer dua dari kebutuhan hidup duniawi
yang lain. Jika anak dibiarkan jatuh dalam kegelapan maka akan menjadi anak yang
tidak memiliki kepribadian yang baik. Kepribadian anak yang tidak baik ini akan
merugikan anak itu sendiri dan masyarakat. Perhatian dan pendidikan orang tualah
Ada sekian banyak masalah yang mempengaruhi siswa dalam kegiatan belajar
akhirnya mempengaruhi prestasi belajar yang terlihat dari nilai raport mereka yang
menurun ataupun pengaruh terhadap minat belajar mereka terhadap semua mata
pelajaran termasuk pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang mereka terima dari guru
di sekolah. Dari sekian masalah itu akhirnya penulis mengangkat pendidikan iman
dalam keluarga sebagai pembahasan dalam skripsi ini. Hal ini dikarenakan penulis
melihat bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan anak yang pertama dan utama.
Oleh karena itu judul penulisan skripsi ini adalah “PENGARUH PENDIDIKAN
AJARAN 2009-2010.
B. Identifikasi masalah
4. Orang tua yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya pendidikan iman bagi
perkembangan anaknya.
5. Prestasi belajar siswa akan sangat ditentukan oleh perhatian yang kurang baik
12. Seberapa besar pengaruh pendidikan iman dalam keluarga terhadap prestasi
belajar PAK?
C. Pembatasan masalah
Skripsi ini membatasi kajian pada pengaruh yang ditimbulkan pendidikan iman
dalam keluarga terhadap prestasi belajar PAK. Adapun ruang lingkup penelitian ini
adalah para siswa kelas XI Di SMU Pangudi Luhur Santo Yohanes Ketapang
D. Rumusan Masalah
besar pengaruh pendidikan iman dalam keluarga terhadap prestasi belajar Pendidikan
Agama Katolik Siswa Kelas XI di SMU Pangudi Luhur Santo Yohanes Ketapang,
E. Tujuan Penulisan
pendidikan iman dalam keluarga terhadap minat dan prestasi belajar Pendidikan Agama
Katolik siswa kelas XI di SMU Pangudi Luhur Santo Yohanes Ketapang, Kalimantan
F. Manfaat Penulisan
1. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam membuat kebijakan pada mata pelajaran
3. Bagi para orang tua sebagai masukan bahwa pendidikan iman dalam keluarga ini
keluarga.
5. Bagi peneliti agar memahami tugasnya sebagai pendidik ditengah umat khususnya
G. Metode Penulisan
dengan penelitian tentang pengaruh antara pendidikan iman dalam keluarga terhadap
prestasi belajar PAK serta dari sumber-sumber lain yang relevan dan mendukung.
H. Sistematika Penulisan
Supaya skripsi ini dapat dipahami secara keseluruhan, maka penulis akan
penulisan skripsi yakni mengenai gambaran umum PAK dan prestasi PAK dalam
Bab dua berisikan mengenai pendidikan iman dalam keluarga dan prestasi
belajar PAK. Penulis menguraikan pengertian pendidikan iman dalam keluarga dan
mengenai prestasi belajar PAK. Adapun kajian teori dan hipotesis yang meliputi:
pendidikan iman anak dalam keluarga, tujuan pendidikan iman anak dalam keluarga,
metode atau bentuk pendidikan iman anak dalam keluarga, sarana atau bahan
pendidikan iman anak dalam keluarga. Prestasi PAK SMU meliputi: prestasi belajar,
prestasi belajar PAK di SMU. Penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis.
12
penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, definisi
opeasional variabel, instrumen penelitian, teknis analisis data dan uji hipotesis. Hal ini
diperlukan supaya instrumen valid dan data yang didapat akurat serta terpercaya.
Bab empat adalah laporan hasil penelitian meliputi deskripsi dari data yang
diperoleh. Penulis menguraikan hasil penelitian tentang situasi pendidikan iman dalam
keluarga dan prestasi belajar PAK di SMU Santo Yohanes. Untuk mendapat gambaran
Bab lima berisi mengenai kesimpulan dan saran-saran dari penulis demi
meningkatkan perhatian orang tua akan pendidikan iman anak sehingga dapat semakin
BAB II
1. Keluarga
pengertian yakni keluarga dalam arti sempit dan keluarga dalam arti luas. Keluarga
dalam arti sempit (keluarga inti) mencakup suami isteri dan anak-anak, keluarga dalam
arti luas seluruh sanak saudara (famili). Keluarga dalam arti sempit ini menunjukkan
pada jumlah anggota keluarga yang mencakup keluarga inti. Keluarga inti ini terdiri
atas suami-istri dan anak-anak mereka. Keluarga dalam arti luas adalah: suatu garis
keturunan darah yang mencakup seluruh sanak saudara yang masih dalam satu kakek
atau nenek. Keluarga ini lebih ditekankan pada relasi sangat kental dengan kehidupan
kita sebagai orang timur di mana dengan kedekatan relasi yang terjadi dalam
yang didasarkan pada cinta kasih serta dihidupkan olehNya merupakan persekutuan
pribadi-pribadi: suami isteri, orang tua dan anak-anak, saudara-saudara (FC,18). Cinta
kasihlah yang membentuk keluarga, dan cinta kasih pulalah yang menghidupkan
keluarga di mana setiap anggota keluarga bertumbuh bersama dalam cinta kasih.
Keluarga mempunyai tugas yang sangat hakiki yakni mendidik anak-anaknya agar
perjanjian nikah. Perjanjian ini terlaksana antara seorang pria dan seorang wanita untuk
membentuk kebersamaan seluruh hidup. Menurut ciri kodratinya perkawinan itu terarah
pekawinan antara orang-orang yang dibaptis ini oleh Kristus Tuhan diangkat ke
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perjanjian nikah ini
dalam perkawinan katolik adalah untuk membentuk keluarga yang bertanggung jawab
akan ada. Maka tanggung jawab itu membuka cakrawala suami-istri lebih luas,
sehingga selalu turut memperhitungkan kepentingan masyarakat dan Gereja (GS 50)
Tujuan pokok perkawinan menurut Kitab Suci adalah kesatuan dan kebahagiaan
bersama suami dan istri dalam cinta mencintai. Kesatuan suami-istri ini dibangun
menerima apa adanya dengan kasih sayang dan rela berkorban bagi pasangannya.
Menurut Gilarso (1996:11) perkawinan memiliki tujuan yang layak dikejar oleh suami-
istri yaitu:
melainkan keputusan untuk bersatu dan rela menyerahkan diri bagi pasangannya.
Dalam hidup bersama cinta kasih suami istri ini terus diuji oleh berbagai macam
godaan namun, hanya cinta sejatilah yang mampu mengatasi godaan ini. Cinta sejati
15
yang akan membuat orang bersatu dalam menghadapi permasalahan keluarga, jika
keluarga itu mampu menghadapi ujian dan tantangan maka cinta itu akan semakin kuat
(Gilarso, 1996:11).
Tuhan. Namun bila Tuhan tidak memberikan anak perkawinan tidak kehilangan artinya
(Gilarso, 1996:11).
semakin menyatu. Dengan adanya hubungan seks ini dapat menjadi fondasi bagi
mereka untuk mengembangkan persekutuan yang mereka bentuk. Persatuan tubuh ini
adalah hal yang layak dilakoni oleh pasangan suami istri. Persetubuhan yang dilakukan
bukan sekedar menuruti nafsu melainkan dengan kesadaran dan penuh tanggung jawab
dan dalam suasana cinta kasih dan kesediaan untuk menerima hidup baru yakni sang
Setelah menjadi pasangan suami-istri yang sah maka mereka hidup di satu
tempat tinggal yang sama. Dengan persatuan tempat tinggal yang sama ini maka
5) Persatuan iman
Yang dimaksud dengan iman disini adalah sikap penyerahan diri kepada Tuhan.
Dengan persatuan iman inilah keduanya mampu memberikan pendidikan iman yang
antara dua orang yang dibaptis merupakan perayaan iman Gerejawi yang membuahkan
rahmat bagi kedua mempelai. Rahmat yang mereka terima adalah rahmat yang
dengan Tuhan. Sakramen perkawinan ini terus berlangsung selama hidup dan Tuhanlah
lambang dari perkawinan rohani antara Allah dan umat manusia antara Kristus dan
Gereja. Dalam kitab Hosea 1-3 Allah dipandang sebagai mempelai umat Israel.
Perkawinan Kristiani menjadi lambang dan perwujudan kasih setia Kristus kepada
dilandaskan pada cinta, sama seperti cinta Kristus yang diberikan pada mempelai yakni
Gereja sendiri. Kristus secara pribadi tetap tinggal bersama pasangan suami-istri dan
17
dan cinta dimana di dalamnya mereka saling melindungi, mencintai, menjaga dan
Komunitas dalam keluarga ini akan tercipta jika kita berusaha menumbuhkan cinta
dalam lingkup keluarganya. Tanpa cinta, keluarga tidak dapat hidup dan tidak dapat
menyempurnakan diri sebagai komunitas. Atas dasar cintalah dibangunnya relasi dalam
keluarga. Sebagai keluarga kristiani kita semua dituntut untuk memberikan kesaksian
menempatkan diri akan perannya sebagai orang tua dan anak-anak. Sebagai anak selalu
menghormati dan taat pada orang tua dan sebaliknya sebagai orang tua selalu sedia
2) Mengabdi kehidupan
Sebagai keluarga tugas untuk mengabdi kehidupan ini dapat ditunjukkan dengan
cara merawat dan mendidik anak-anak. Anak yang lahir di tengah keluarga merupakan
suatu berkat Allah dan sebagai tanda cinta diri orang tua dalam perkawinaan. Buah
cinta ini tidak berhenti dengan melahirkan seorang anak melainkan membantu agar
fisik. Keluarga juga merupakan lingkungan tempat mereka bertumbuh secara psikis,
Perkembangan ilmu dan teknologi memberikan harapan baru dan lebih baik
bagi kehidupan manusia, tetapi juga memunculkan kecemasan akan masa depan
generasi yang akan datang. Yang menjadi kecemasan itu adalah sikap hedonisme,
materialisme, egoisme dan lain-lain. Namun di sisi lain Gereja percaya dan yakin
bahwa kehidupan manusia meskipun menderita adalah suatu anugerah Allah yang
indah. Gereja tetap kukuh mempertahankan kehidupan karena dalam diri setiap
komunio yang lebih dalam serta menciptakan kehidupan baru. Dalam pandangan
Gereja sangat dilarang jika mengunakan kontrasepsi yang merupakan suatu usaha untuk
menggagalkan makna unitif hubungan seksual yang bisa mengakibatkan pengabdian itu
tidak behasil.
Orang tua mempunyai tugas untuk membantu pribadi yang baru untuk menjadi
manusia yang utuh. Orang tua sebagai orang yang pertama dalam mendidik anaknya.
19
Mendidik anak merupakan tanggung jawab yang berat namun dengan cinta itulah orang
Eminyan (2001: 152) mengatakan bahwa proses menurunkan anak sama sekali
tidak selesai pada saat kelahiran, tetapi hendaknya berlangsung terus melalui kehidupan
putra-putrinya atau bahkan anak yang telah mencapai kedewasaan. Yang berakhir pada
saat kelahiran anak adalah penerusan kehidupan jasmaniah, walaupun seorang anak
tetap tergantung pada orang tuanya akan tetapi saat anak itu lahir maka mulailah suatu
Pendidikan dimulai semenjak seseorang masih bayi di tangan ibunya (White, 1981: 25).
Karena memberikan hidup kepada anaknya, orang tua mempunyai hak asli
pertama dan tak dapat dialihkan untuk mendidik sehingga mereka harus diakui sebagai
pendidik pertama dan terutama. Orang tua mempunyai hak untuk mendidik anak-
anaknya sesuai dengan keyakinan moral dan religius, seraya memperhatikan tradisi
kultural keluarganya yang mendukung dan memajukan apa yang baik dan martabat
anak. Hak utama orangtua untuk mendidik anak-anaknya, harus dijamin dalam semua
bentuk kerja sama antara orangtua dan kalau di sekolah dengan guru (Seri Dokumen
Selain ada perkembangan pada keseimbangan, perlu juga ada perhatian pada
mendadak. Tanggung jawab orang tua barulah berkurang, dan mungkin akhirnya
selesai ketika anak-anak sudah dewasa dan sudah membentuk keluarga sendiri. Pada
saat itu orang tua sebaiknya bersikap sebagai teman namun tetap peduli akan kebebasan
konsekuensi dari hak dan kewajiban untuk melahirkan, mengasuh dan mendidik anak-
anak mereka, dan tidak ada seorang pun yang boleh mengingkari hak dan kewajiban itu
( Dewan karya Pastoral KAS, 2007). Para orang tua bertanggung jawab atas pendidikan
anaknya baik dalam hal moral maupun iman. Para orang tua harus menganggap anak-
anak mereka sebagai sesuatu yang dipercayakan Allah kepada mereka untuk dididik.
Mereka dididik agar mereka takut dan kasih akan Allah (White, 1981:22).
dialog, sharing dan memberikan pelayanan kepada anak-anak. Setelah mereka dewasa
mereka akan membawa segala sesuatu yang mereka dapat dalam keluarga ditengah
mendukung satu dengan yang lain. Dukungan itu dalam bentuk pelayanan dan
Keluarga sebagai Gereja mini artinya keluarga merupakan gambaran yang asli
tentang Gereja. Maka keluarga menjadi komunitas yang percaya dan menjadi
komunitas dalam dialog dengan Tuhan dan komunitas dalam pelayanan kepada umat.
Peranan keluarga dalam mewartakan rencana Allah dimulai dari saat persiapan
perkawinaan dan saat telah menjadi pasangan suami istri yang sah. Pewartaan ini tidak
21
hanya mengkomunikasikan iman kepada anak-anak tetapi juga kepada seluruh umat
yang lain. Peranaan keluarga sebagai pendidik tetap berlanjut, meskipun anak-anak
menginjak dewasa.
Para orang tua mempunyai tanggung jawab yang khas yaitu mendidik anak-
anak di dalam doa. Berdoa bersama dalam keluarga adalah pengalaman yang tak pernah
hilang sampai kapan pun. Pengalaman berdoa bersama dengan keluarga akan menjadi
suatu kebiasaan yang baik bagi anak. Pada setiap hari minggu anak sebaiknya selalu
diajak ke gereja untuk memperkenalkan tahap demi tahap dalam liturgi dan mendengar
sabda Tuhan.
Gereja mempunyai misi untuk membawa semua manusia agar menerima sabda
Tuhan dan melaksanakannya. Sebagai keluarga kristiani ikut pula melayani dan
membawa mereka kepada Tuhan. Berkat cinta Allah dalam keluarga maka nampak
dengan jelaslah cinta kasih dalam keluarga. Cinta kita sebagai murid Yesus hendaknya
meluas ke luar lingkup saudara dan saudari seiman dan kita dapat menemukan wajah-
jujur, terbuka baik verbal dan non-verrbal sulitlah bagi kita untuk memahami keluarga
sebagai suatu komunitas antarpribadi (FC 18). Dengan komunikasi yang jujur dan
terbuka, setiap anggota dapat mengungkapkan pikirannya mengenai apa yang dialami
di dalam keluarga tanpa harus merasa takut karena mereka sadar bahwa mereka saling
secara benar. Keterbukaan diri menjadi lebih konkret jika suami-istri dapat memahami
22
pasangannya. Komunikasi yang baik dapat menjadi fasilitator bagi perkembangan relasi
hambatan maka persoalan itu tidak dapat dipecahkan secara bersama. Komunikasi yang
baik dapat memperdalam relasi cinta kasih di antara anggota. Tanpa komunikasi yang
baik relasi cinta kasih dan keutuhan keluarga akan mudah pecah.
yang dialami oleh keluarga dapat disharingkan dan mencari jalan pemecahannya.
e. Ekonomi keluarga
ekonomi hidup keluarga. Adapun kebutuhan yang harus dipenuhi itu adalah seperti
sandang, pangan dan perumahan. Peranan keluarga sebagai objek ekomomi haruslah
diubah menjadi subjek ekonomi, agar keluarga menjadi aktif, dinamis, antusias
(Hardiwiratno, 1994:19).
tetap bagi keluarganya. Keluarga-keluarga kristiani juga perlu menghindari pola hidup
mungkin dihindari dan utamakan pendidikan bagi anak-anak dan jaminan masa tua.
Selain kebutuhan yang rutin seperti makan, rumah, trasnport, masih ada kebutuhan
yang mendadak di luar rencana tetapi harus dipenuhi juga seperti kalau kecelakaan, dan
ada urusan keluarga. Semua itu membutuhkan uang untuk membiayainya. Idealnya
setiap keluarga mempunyai penghasilan yang cukup besar sehingga dapat membiayai
semua kebutuhan hidupnya. Namun dalam kenyataannya, keadaan itu sulit dicapai,
karena kebutuhan berkembang dengan pesat sehingga berapa pun besarnya penghasilan
Yang menjadi pokok persoalan ekonomi yang dihadapi oleh setiap keluarga
adalah bagaimana dengan penghasilan yang ada dapat mencukupi segala kebutuhan
keluarga. Penghasilan menjadi masalah karena selalu kurang dan pengeluaran selalu
menjadi masalah karena selalu bertambah. Untuk mengatasi hal ini tidak hanya dengan
relatif dan tidak bisa dipakai sebagai ukuran ekonomi yang mutlak, karena dapat
terjadi penghasilan besar tetapi masih juga ada hutang. Oleh karena itu yang menjadi
1) Mampu mengatur pengeluaran sesuai dengan keadaan keuangan yang ada dan
betul-betul dibutuhkan saat ini maupun saat mendatang, mana yang tidak atau
kurang perlu.
4) Mampu mengatur keuangan sedemikian rupa sehingga tidak terjebak hutang atau
namun bagaimana pun kesejahteraan itu tetap penting agar seluruh anggota keluarga
diri kepada yang lain serta cara merasakan, mengekpresikan dan menghidupi cinta
manusiawi.
berkeluarga penting bahkan dalam arti tertentu menjadikan sah sebuah perkawinan.
Dalam kanon ini orang yang mengalami impoten tetap sebelum perkawinan
sehingga tidak mungkin mengadakan hubungan seksual tidak akan bisa menikah sah.
Secara teologis ikatan perkawinan antara pria dan wanita itu melambangkan dan
menghadirkan ikatan perjanjian antara Kristus dan gerejaNya (Efesus 5:22-33). Hal ini
ditegaskan lagi bahwa suami seharusnya mencintai istri sama seperti Yesus mencintai
Persatuan suami istri adalah persatuan yang utuh jiwa dan badan. Persatuan
badan itu tampak dalam hubungan seksual, maka hubungan seksual itu menjadi bagian
penting dari sakramen perkawinan dimana Tuhan menjadikan persetubuhan itu sebagai
25
sumber rahmat dan keselamatan. Hubungan seks bukanlah hubungan yang kotor tetapi
hubungan yang suci dan terberkati karena disitulah manusia bekerja dengan Tuhan
dalam meneruskan karya penciptaan manusia baru. Hubungan seks ini perlu disyukuri
Hubungan seks secara alami yang terarah pada penerusan keturunan memiliki
makna yang mendalam yakni manusia ikut serta dalam karya Allah, sebagai tanda dan
sarana keselamatan dimana manusia menjadi kudus dalam persetubuhan itu. Hubungan
seks yang bermakna prokreatif memang wajar dan logis sebab Allah mengehendaki
demikian. Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah itu
(Kejadian 1:28). Dengan keterbukaan ini maka hubungan seksual tidak harus
menghasilkan anak. Orang mandul tetap bisa melangsungkan perkawinan yang sah dan
bisa berhubungan seksual meskipun tidak akan punya anak. Orang yang telah difonis
mandul dan menikah secara sah tidak bisa semaunya berpisah dengan pasangannya
karena alasan keturunan. Pernikahan yang telah dilangsungkan ini adalah sakral dan
a. Pendidikan iman
Iman adalah jawaban manusia atas panggilan Allah dalam Yesus Kristus, yaitu
Yesus yang kita kenal melalui pewartaan. Agar manusia dapat menjawab panggilanNya
diperlukan rahmat dari Allah dan kemauan bebas dari manusia. Panggilan Allah sampai
kepada kita dalam Yesus yang diwartakan oleh karena itu orang hanya bisa menjawab
panggilan Allah kalau ada orang yang mewartakanNya. Rahmat Allah sudah selalu
26
mendahului jawaban bebas manusia sebab iman bukan hasil usaha manusia tetapi
Orang tua yang telah dicurahi rahmat sakramen perkawinan mempunyai kewajiban
untuk mendidik anaknya sejak dini secara katolik. Mendidik secara katolik berarti
bagaimana seharusnya anak berbakti kepada Allah yang telah orang tua terima lewat
pembaptisan. Pendidikan iman bagi anak ini salah satu upaya untuk mencapai
kedewasaan imannya yang ada dalam diri anak setelah menerima pembaptisan.
Pendidikan iman berarti awal hubungan anak dengan Allah dan mereka
mempunyai anggapan bahwa Allah adalah orang tua mereka. Hendaknya orang tua
memperkenalkan gambaran Allah yang baik melalui teladan hidup orang tua yang
ditunjukkan pada anak-anak dengan menyayangi mereka dengan penuh kasih yang
tanpa batas. Dalam Catechesi Tradendae artikel 68 ditegaskan bahwa sejak usia dini
para anggota keluarga perlu saling membantu agar bertumbuh dalam iman.
Pendidikan iman anak merupakan suatu bagian yang paling penting dari rencana
Allah untuk menunjukkan kuasa kekristenan. Suatu tanggung jawab yang khidmat
terletak diatas bahu para orang tua untuk mendidik anak-anak mereka sedemikian rupa
sehingga bila mana mereka terjun ke dalam dunia ini, mereka akan berbuat yang baik
dan bukan yang jahat kepada orang-orang yang bergaul dengan mereka (White, 1981:
20).
Dalam pendidikan iman bagi anak orang tua tidak semata-mata menunjukan jati
diri Allah namun perlu kita ingat bahwa iman harus kita wujudkan dengan perayaan
dengan kesetiaannya untuk berdoa dan beribadah bersama keluarga. Rutinitas ini
nantinya akan menjadi sebuah kerinduan keluarga untuk berjumpa dengan Allah
merupakan suatu fakta keselamatan yang memiliki sifat hubungan antar pribadi maka
keseluruhan rencana keselamatan Allah. Menurut Adisusanto, 2000: 15) adapun yang
membantu, proses muncul dan berkembangnya sikap iman dengan campur tangan Allah
dan terikat pada rahmat Allah. Pendidikan iman bukan merupakan campur tangan
langsung pendidik atas iman, tetapi usaha dari luar untuk membantu dan mempermudah
perkembangan iman. Pendidikan iman merupakan tindakan yang langsung dari Allah
atas manusia dan manusia bebas memberikan jawaban atas ajakan Allah ini. Maka iman
dalam diri manusia, maka perkembangan hidup beriman tidak pernah lepas dari
Katekese sebagai pendidikan iman tidak boleh berhenti pada aspek tertentu
tetapi perlu memperluas jangkauan sampai pada kepekaan sikap iman sebagai jawaban
pribadi dan menyeluruh atas panggilan hidup kristiani, yakni mengarahkan diri pada
Dalam tugasnya katekese berhadapan bukan hanya dengan iman sebagai suatu
iman yang terjadi dalam komunitas dan dalam diri orang yang beriman (Adisusanto,
2000:6). Maka, perlu mengamati dinamika perkembangan dan pendalaman iman dalam
usaha untuk mengerti makna pendidikan iman. Pengamatan ini bisa dilakukan dari dua
Dari segi teologis dinamika iman digambarkan sebagai suatu proses yang
bertitiktolak dari pertobatan dan berkembang dalam suatu gerak pemekaran menuju
kepenuhan eskatologis. Yang menjadi titik tolak dan jiwa setiap perkembangan iman
adalah pertobatan yang merupakan suatu tindakan menanggalkan mentalitas dan sikap
hidup yang baru. Kehidupan beriman perlu menjadi dewasa melalui dinamika
perkembangan dan kematangan iman baik sebagai pribadi maupun komunitas. Hal ini
semakin dipertegas dalam Kitab Suci dari Injil Matius 13:23 yang mengatakan: “Yang
ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan
karena itu ia berubah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada
bagi umat, perlu juga perkembangan pengertian umat akan Allah, akan Tuhan dan
penyelamat Yesus Kristus. Tujuan yang ingin dicapai oleh perkembangan kehidupan
mengacu pada pengertian tentang sikap. Sikap dapat dimengerti sebagai cara berada
iman seseorang bisa diikuti dengan mengacu pada sikap imannya. Sikap seseorang
mempunyai fungsi yang pokok dalam menentukan tingkah laku seseorang. Tindakan
mempunyai tiga komponen sikap yaitu pengertian, afeksi dan perilaku (Adisusanto,
2000:7-9).
iman adalah usaha membantu orang muda mencapai kebijaksanaan dengan memiliki
pengalaman dan pengetahuan; menambah ilmu bagi orang bijak; memberi bahan
pertimbangan bagi kepada orang yang berpengertian, yang didasari oleh rasa takut akan
Tuhan”(Ams 1:4,5,7). Pendidikan iman ini dilakukan oleh orang yang dewasa kepada
mendalam dan agar mereka makin terlibat dalam dinamika hidup mengereja dan
masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Pendidikan iman ini salah
satu usaha membantu anak tumbuh dan berkembang menjadi dewasa dalam hal
kepribadian sekaligus dewasa dalam iman. Anak dewasa di dalam iman ditandai sikap
takut akan Allah, percaya dan menyerahkan hidup seutuhnya pada penyelenggaraan
a) Keluarga
Di dalam keluarga pendidikan iman diberikan oleh orang tua sebagai orang
yang dianggap dewasa dalam hal iman kepada anak yang belum mengenal iman yang
benar.
sebagai berikut:
Dalam tugas itu nampak sangat berharga status kehidupan yang dikuduskan
dengan sakramen khusus, yakni hidup perkawinan dan berkeluarga. Di situ
terdapat latihan dan pendidikan yang sangat baik bagi kerasulan awam, bila
agama kristiani memasuki dan makin mengubah seluruh tata–susunan
kehidupan. Disitu suami–isteri mempunyai panggilan mereka sendiri, yakni
memberi kesaksian iman dan cinta akan Kristus seorang terhadap yang lain, dan
kepada anak-anak mereka (LG,art.35).
meneruskan tugas kenabian Yesus Kristus. Dalam hidup perkawinan dan berkeluarga
mempunyai konsekuensi yaitu memberikan kesaksian iman dan cinta akan Kristus
berikut:
Pendidikan itu tidak hanya memberikan pengetahuan yang baru tetapi lebih
memperkembangkan iman sehingga seseorang itu mampu bersujud kepada Allah dan
beriman kepadanya. Mereka yang dibina juga mampu mengahayati hidupnya dan
Pendidikan iman juga dapat diartikan sebagai bentuk keterlibatan orang tua
katolik, sebagai bagian dari Gereja, dalam karya pewartaan Gereja sebagai anggota
Gereja yang dianggap dewasa dalam iman. Sebagai orang tua bertugas membantu dan
mengajak ankanya untuk terlibat dalam lingkup Gereja dan masyarakat baik sebagai
b) Gereja
menjadi sarana pendidikan iman. Katekese merupakan salah satu bentuk pewartaan
Gereja, yang bertujuan membantu orang beriman agar iman mereka makn mendalam
dan agar mereka makin terlibat dalam hidup mengereja dan masyarakat, baik sebagai
Pada Ams 1:1-7 diungkapkan pula tujuan pendidikan iman secara lebih luas:
Dengan pendidikan iman yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya di
dalam keluarga bertujuan membantu anak untuk menjadi sosok seorang manusia yang
memiliki sikap, pengalaman hidup yang baik dan takut akan Allah.
32
c) Sekolah
Pendidikan iman anak terutama menjadi tugas dan kewajiban orang tua. Dalam
rangka menjalankan tugas ini orang tua menghendaki agar di sekolah diberikan
pelajaran agama bagi anak-anak mereka. Pewartaan iman Kristiani menjadi pendorong
pentingnya pelajaran agama di sekolah sebagai tempat pendidikan iman anak agar
PAK di sekolah tidak berarti mengalihkan tanggung jawab orang tua kepada
guru agama karena pendidikan pertama dan utama termasuk pendidikan iman tetap
pada orang tua. Karena itu masih perlu latihan-latihan yang menjadi kebiasaan agama
Katolik dalam keluarga misalnya dengan membuat tanda salib sebelum dan sesudah
makan, berdoa sebelum dan sesudah bangun tidur bahkan di sekolah pun diharapkan
PAK adalah pelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu menggumuli
pengalaman hidupnya dan mampu menjadi manusia yang beriman. Sekolah merupakan
salah satu komunitas iman yang menunjang dan melengkapi pendidikan iman dalam
mengenal serta meneladan tokoh-tokoh suci dalam Gereja dan mendorong siswa untuk
aktif di Gereja. PAK tidak hanya terbatas pada pemberian informasi namun mendorong
anak untuk mampu beriman dan menghayati imannya lewat teman-teman yang mereka
jumpai disekolah.
Menjadi orang tua memang bukan pekerjaan mudah, namun penuh dengan
anugerah dan kebahagiaan. Melihat anak yang baru lahir dan bertumbuh menjadi besar
33
dan dewasa merupakan pengalaman yang sangat berarti dalam hidup orang tua. Untuk
menjadi orang tua yang berhasil dalam mendampingi dan mendidik anaknya haruslah
banyak belajar. Dengan mendidik secara langsung anak-anaknya orang tua bisa melihat
Peranan keluarga sangat besar untuk perkembangan iman anak karena keluarga
adalah tempat pendidikan iman yang pertama dan utama. Tanpa pendidikan, mustahil
iman dapat berkembang. Sebagai orang tua yang memiliki peranan utama akan
perkembangan iman anaknya maka orang tua hendaknya selalu memantau pergaulan
dan kehidupan anaknya. Orang tua harus peka dengan permasalahan yang dialami oleh
anaknya.
Keluarga adalah lahan subur pertama dan utama untuk perkembangan iman
anak. Keluarga dapat menjadi lahan subur bagi perkembangan iman mereka, kalau
keluarga dapat menciptakan komunio yang saling menciptakan cinta kasih dengan
sesama anggota keluarganya. Hal itu akan tercipta apabila di tengah keluarga saling
maka, keluarga ini menjadi tempat relasi cinta kasih dan iman anak Yesus Kristus
menjadi dasar hidupnya, sehingga iman anak kemungkinan besar dapat berkembang
dengan baik. Orang tua menjadi guru dan ibu yang memperhatikan
Keluarga sebagai Gereja menjadi sebuah sekolah yang mengikuti Yesus. Orang
tualah yang pertama kali memperkenalkan Allah dan dipanggil untuk ambil bagian
dalam mempersiapkan anak untuk menerima sakramen Baptis, Krisma, Pengakuan, dan
34
umur akan dibawa pada misteri penyelamatan Allah supaya menyadari anugerah iman
dan dapat mewujudkan imannya dalam sikap dan perbuatan dalam hidup sehari-hari
Untuk mendidik iman anak dengan baik banyak metode yang digunakan.
Dalam (Narramore, 1961: 3-31) adapun metode yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
Menciptakan hubungan yang baik antara orang tua dan anak sangat penting.
Seorang anak biasanya menganggap orang tua sebagai tanda kehadiran Tuhan dan
teladan yang sangat penting bagi hidupnya. Apabila ia mempunyai orang tua yang
penuh kasih, maka ia akan menganggap Allah adalah Allah yang penuh kasih pula.
kepada anak untuk berbicara. Jika seorang anak merasa bebas untuk berbicara maka ia
dengan bebas akan bertanya dengan orang tuanya mengenai pengalaman maupun
bertanya mengenai hal-hal yang tidak diketahuinya (Narramore, 1961: 7-12). Dengan
tuanya dimasa kecil. Cerita ini mendorong mereka untuk mengenal lebih dekat lagi
orang tua mereka dan menyadari bahwa orang tua mereka juga pernah merasa muda
bahkan pernah menjadi anak-anak. Selain itu orang tua bisa menjadi ispirasi bagi anak-
anak kalau orang tua menceritakan campur tangan Tuhan dalam hidupnya (Narramore,
1961: 13-15).
Pada saat orang menjadi dewasa ia menyadari bahwa banyak pengalaman yang
tak dapat dialaminya secara pribadi. Dengan membaca buku maka ia memiliki
pengalam dan pengetahuan yang baru pula. Orang tua dapat menghantarkan anak-
anaknya kepada Kristus dengan memberikan bacaan Kristen. Dengan membaca buku
Kristen maka mereka diilhami dan mendapat ide-ide yang baik dari buku-buku yang di
baca ketika masih kecil dan mempengaruhi kehidupan mereka (Narramore,1961: 31-
33).
Allah mempunyai rencana yang besar untuk semua hidup manusia dan alam
bagi umatnya. Pada saat kita mendengar maupun melihat langsung atau melalui televisi
berbagai kejadian dalam hidup sebagai rencana Allah namun kita terkadang lupa bahwa
percaya kepada Allah dan menyakinkan bahwa Allah mengetahui dan memperhatikan
36
kita dalam setiap kejadian yang kita alami. Jika seseorang anak dibesarkan dalam
iman Allah, maka anak itu akan lebih merasa tentram dan lebih percaya kepada Allah
Setiap hari kita punya kesempatan untuk menerangkan segala sesuatu dalam
semua itu memberikan kesempatan untuk memahami cinta dan perhatian Allah bagi
kita.
Ada banyak hal yang ingin diajarkan oleh orang tua kepada anak-anak mereka.
Kebanyakan orang tua ingin mempertahankan cara hidup mereka dalam kehidupan
anak-anak mereka. Orang tua merasa senang jika anaknya mempercayai hal yang sama
Dari sekian banyak hal yang diajarkan kepada anak yang paling penting adalah
Firman Tuhan. Untuk itu kita perlu waktu dalam keluarga untuk duduk bersama-sama
keluarga agar mempelajarinya secara saksama. Tuhan adalah pencipta segala sesuatu
dan menjadi pusat segalanya maka dalam pembicaraan harus berpusat pada Kristus.
Tidak ada hal yang penting untuk diketahui selain pikiran Tuhan dan hal ini dapat
Di dalam mendidik anak sarana sungguh mempunyai peran yang amat penting.
Sarana pendidikan iman dalam keluarga adalah segala sesuatu yang ditemui, baik itu
peristiwa, benda bahkan pengalama hidup sendiri dapat dijadikan sebagai sarana oleh
37
digunakan sebuah keluaraga kristen dalam pendidikan iman anak adalah sebagai
berikut:
a) Ceritra bijak
pengajaran. Ceritra yang mempunyai tokoh yang bijaksana akan membuat anak
menirukan tokoh yang ada di dalam ceritra oleh karena itu orang tua juga harus pandai
Teks Kitab Suci merupakan Sabda Allah sendiri yang mempunyai daya
kekuatan sendiri terhadap para pembacanya. Anak yang dibiasakan untuk membaca
Kitab Suci akan mengalami kepekaan terhadap hidup rohani sehingga anak selalu
mengkaitkannya dengan bacaan Kitab Suci sehingga semua pengalaman ini akan
Gereja orang tua mengajak anak untuk berdoa bersama, hening dan mendengarkan
sabda Tuhan lewat bacaan maupun injil. Dengan mendengarkan riwayat hidup Yesus
dari Ia lahir sampai wafat di Kayu Salib akan menjadi pengalaman iman yang luar biasa
38
dan anak menjadi sosok yang rendah hati dan saling mengasihi sesamanya
(Hardiwiratno,1994:92).
1. Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:787), prestasi adalah hasil yang
dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan). Prestasi belajar siswa dapat diketahui
melalui evaluasi prestasi belajar. Adapun tujuan diadakannya evaluasi ini adalah untuk
menilai keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk
evaluasi ini tidak melulu objektif namun juga bisa dilakukan evaluasi dengan bentuk
subyektif. Adapun cara pelaksanaan evaluasi ini bisa melalui tes dan non tes. Evaluasi
terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar mengajar
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam
sejumlah mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka dan huruf
yang tercantum pada raport. Nana Sudjana (1988; 39-42) mengatakan bahwa hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari luar dan dalam diri
siswa yaitu kemampuan yang dimiliki. Faktor kemampuan siswa sangat berpengaruh
besar terhadap hasil belajar yang dicapai. Adanya faktor pengaruh dari dalam diri siswa
merupakan hal yang logis dan wajar, sebab sasaran aktivitas belajar adalah perubahan
tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. Artinya siswa mampu merasakan
bahwa ada suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Clark (dalam sudjana,
1988:39) mengemukan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan yang dimiliki siswa dan 30 % pengaruh lingkungan. Di samping faktor lain
39
seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, sosial
ekonomi.
Faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan juga mempengaruhi
hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkaran belajar yang paling dominan
mempengaruh hasil belajar siswa di sekolah ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud
dengan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar
mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
Guru mempunyai pengaruh pada prestasi belajar siswa sebab guru mempunyai
pengaruh yang besar dalam proses pembelajaran. Seorang guru dituntut memiliki
kemampuan dasar dalam segi kognitif seperti penguasaan bahan, sikap menghayati
bertindak setiap manusia dalam masyarakat. Keadaan hidup manusia dapat menjadi
faktor penentu untuk mengambil keputusan dan bertindak. Hidup manusia tidak bisa
terlepas dari hidup bersama dalam masyarakat atau komunitas maka pola tingkah laku
pun akan terbentuk dalam hidup bersama. Dengan kata lain lingkungan dapat menjadi
Pada konteks PAK kita memperhatikan paling sedikit empat lembaga yang baik
pendidikan (Heryatno, 2005). Lembaga yang menjadi perhatian itu adalah keluarga,
Gereja, masyarakat dan sekolah. Keempat lembaga ini saling berhubungan dan
mempengaruhi.
40
Seperti pendidikan pada umumnya, PAK juga merupakan upaya sadar dan
terencana dalam membentuk peserta didik agar berkembang dewasa dalam berbagai
aspeknya. Namun dalam PAK mempunyai hal yang paling istimewa bahwa PAK
iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama
Katolik (Depdiknas, 2003). Dengan hal ini maka PAK sangat menghormati agama lain
dalam relasi di masyarakat untuk mewujudkan persatuan hidup dalam masyarakat. PAK
siswa dan guru diperteguh dalam lingkungan yang nyata. PAK merupakan usaha dari
Gereja melalui sekolah untuk membantu siswa agar menghayati dan mewujudkan
imannya dalam hidup sehari baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Kedewasaan iman peserta didik mesti menyentuh seluruh aspek hidup mereka
baik segi kognitif, afeksi dan praksis (Heryatno, 2005). Yang menjadi ukuran
keberhasilan belajar PAK adalah kematangan iman dalam dimensi pemahaman, afeksi
dan kehendak yang dinyatakan dalam prilaku hidup siswa sehari-hari secara dewasa
PAK berjuang untuk mendidik para siswa agar beriman secara dewasa dan
mampu bertanggung jawab. Siswa yang mempunyai iman yang dewasa mampu
membedakan mana yang harus dilakukan dan yang harus dihindari. Maka dapat
disimpulkan bahwa iman yang dewasa adalah iman yang mampu membuat manusia
berkembang secara integral pada segi kognitif, afektif, dan perilaku (Adisusanto,
2000:9)
Prestasi belajar PAK merupakan hasil yang telah dicapai siswa dalam mata
pelajaran PAK di sekolah yang berupa angka atau huruf dalam buku raport. Tujuan
belajar PAK akan tercapai apabila ada keseimbangan antara pengetahuan dan sikap
41
sekolah selama ini hanya menekankan pada segi kognitif semata dan mengesampingkan
aspek yang lain sehingga siswa tidak memiliki pengetahuan yang holistik. Siswa
mengikuti pelajaran pada kelulusan Ujian Akhir Nasional. Namun hasil belajar siswa
dari proses belajar PAK secara umum idealnya meliputi tiga aspek yakni pengetahuan,
Terbatasnya jam pelajaran dan PAK yang terabaikan oleh murid, sekolah, dan
orang tua maka, sulit diharapkan para murid mempunyai motivasi tinggi dalam
mengikuti PAK. Dengan kata lain para murid mementingkan mata pelajaran yang
menentukan kelulusan pada Ujian Nasional. Karena terbatasnya waktu pada pelajaran
PAK maka dalam PAK mendapat tekanan yang sama seperti mata pelajaran yang lain
yakni lebih menekankan segi kognitif dan mengejar target yang di susun dalam
kurikulum. Pada PAK belajar dengan mengejar target membuat proses pembelajaran
tidak menarik dan mempengaruhi prestasi PAK. Pada PAK hasil belajarnya dapat
berupa pengetahuan, sikap dan tindakan yang dapat dilihat secara nyata setelah
pendidikan yakni:
budi peserta didik. Akal budi manusia hendaknya dikondisikan dan dirangsang untuk
Dalam pendidikan agama peserta didik telah mengetahui hukum utama dari ajaran
Kedua, Learning to do dalam proses belajar peserta didik tidak hanya mengenal
dan memahami ilmu yang dipelajari seperti yang banyak terjadi dewasa ini, namun
harus diupayakan supaya lebih ditingkatkan ke domain yang lebih tinggi yaitu
Melalui PAK peserta didik mampu berbuat. Misalnya mampu mempraktekkan ajaran
kristiani dengan mau mendengarkan nasihat orang tua dan terlibat dalam hidup sehari-
Maka aspek ini tidak hanya menekankan pada keterampilaan hidup (life skils) namun
Untuk itu tidak hanya dibutuhkan daya nalar, terlebih kehendak, cita rasa, emosi dan
perasaan. Artinya apa yang diterima dari proses belajar telah menjadi miliknya, maka
dalam keadaan apapun, kapan dan di manapun ia mampu bertindak dengan kesadaran
sendiri tanpa harus ada unsur paksaan. Misalnya anak melakukan hukum cinta kasih
dengan penuh kesadaran seperti menolong teman atas kemauan sendiri, rajin kegereja.
makhluk sosial. Dia hanya dapat berkembang, interaksi dan komunikasi dengan
untuk dapat bertumbuh dan berkembang. Rasa sapaan mampu membuat dia gembira,
bahagia dan berkembang. Sikap dan tindakan tersebut tentu menyangkut kemampuan
dan kompetensi, bukan sekedar pengetahuan saja. Siswa hendaknya mampu berpikir,
bersikap dan bertindak. Prestasi belajar PAK juga hendaknya mencakup ketiga hal
tersebut kalau tidaak terpenuhi maka prestasi belajar siswa belum terpenuhi.
43
Dari pemaparan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa aspek kognitif adalah
sekolah. Namun perlu kita refleksikan bahwa PAK bukan hanya merupakan kegiatan
yang bersifat intelektual namun tekanannya juga pada segi sikap dan tindakan. Maka
lulusan yang memiliki pengetahuan yang banyak melainkan menghasilkan lulusan yang
memiliki keterampilan serta nilai-nilai hidup yang baik yang berguna bagi
Dalam Komkat (2004: 7) standar kompotensi lulusan pada mata pelajaran PAK
dalam setiap jenjang pendidikan khususnya dalam jenjang sekolah menengah adalah
sebagai berikut:
a. Memahami diri sebagai pria dan wanita dan sebagai citra Allah, yang memiliki
suara hati dan kehendak yang bebas untuk bertindak secara bertanggung
jawab
Berbicara tentang perbedaan pria dan wanita tidak terlepas dari istilah
manusia sebagai pria dan wanita baik jasmani, kejiwaan, perasaan, serta bakat-
bakatnya. Secara sadar manusia mengenal dirinya sendiri dengan segala kelebihan dan
maksud agar pria dan wanita dapat saling melengkapi dalam hidup berkeluarga.
Pria Wanita
Tubuh pria menonjolkan garis-garis Tubuh wanita lebih menonjolkan
lurus, tegak, kuat dan kekar yang garis-garis melingkar, bulat: lambang
melambangkan keperkasaan dan kelembutan, kasih sayang dan
kekuat. persamaan aman
Dada lapang, bahu lebar, untuk bekerjaBahu relatif kecil dan melengkung,
dan untuk melindungi yang lemah buah dada berkembangan dan
menggembung
Pinggul agak kecil dibanding dengan Pinggang kecil tapi tulang pinggul
bahu menonjol bulat
Kaki kokoh, kuat, tegak lurus, tampak Karena tulang pinggulnya lebih besar,
otot-ototnya paha besar dan kaki meruncing
kebawah
Lengan dan tangan penuh otot, kekar, Lengan dan tangan lembut dan lemas
kuat dan keras
Suara besar ada jakun pada leher Suara kecil merdu. Leher rata
Alat kelamin terletak di luar rongga Alat kelamin tersembunyi di dalam
tubuh rongga tubuh
Bulu rambut pada muka (kumis) pada Tidak ada rambut di dada dan kulit.
kulit kaki, lengan dan dada
Menurut Gilarso 1996:20 ada dua tahap perkembangan pria dan wanita pada
reaksi kejiwaan yakni tahap kanak-kanak sampai awal pubertas dan fase pubertas
Pada fase kanak-kanak hampir tidak ada perbedaan pada perkembangan yang
khusus artinya masing-masing jenis belum mempunyai pengertian dan rasa tertarik
pada jenis lain. Namun, sejak kecil reaksi dan sifat-sifat khas sudah tampak sehingga
saat menginjak masa remaja anak sudah mulai merasakan ketertarikan dengan lawan
Reaksi dan sifat khas pada pria dan wanita pada masa kanak-kanak sampai awal
pubertas sbb:
Tahap-tahap dari masa kanak-kanak sampai awal pubertas dan fase pubertas
harkat dirinya sebagai laki-laki atau perempuan. Pada anak perempuan menjelang
menstruasi perlu diberi penjelasan agar dapat menerima dirinya termasuk proses-
46
proses yang terjadi dalam tubuhnya. Bila tidak diberi penjelasan pada menstruasi yang
dan mengairahkan. Hal ini disebabkan karena cara hidupnya yang terarah ke luar
(Gilarso,1996;21)
Ini berarti bahwa adanya pria dan wanita, adanya dua jenis kelamin dengan
dengan segala daya tarik antara keduanya. Dengan kata lain adanya seksualitas
manusia, juga adanya hubungan seks dan akibatnya yaitu mempunyai keturunan itu
gambar dan rupa Allah. Sebagai citra Allah manusia mampu disapa oleh Allah dan
Allah. Hal ini mempunyai konsekuensi dalam sikap manusia terhadap sesamanya.
Allah.
Sementara itu sebagai citra Allah, manusia diberi kuasa atas ciptaan-ciptaan
lain. Kuasa ini tidak berati bahwa kekuasaan sewenang-wenang, tetapi kekuasaan
sebagai wakil Allah untuk mengatur kehidupan alam ciptaan. Oleh karena itu, tugas ini
47
harus diartikan sebagai kuasa untuk menjaga dan menjamin kehidupan dan kelestarian
alam, sebagaimana Allah sendiri menghendaki agar ciptaanNya tetap hidup. Sebagai
mahluk yang secitra dengan Allah dan memiliki akal budi segala tindakan manusia
hendaknya dapat seleras dengan kehendak Allah dan mampu menjaga kemurnian
Pria dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi sebagai teman hidup dan
menempuh jalan hidup bersama. Antara pria dan wanita memiliki harkat, derajat, dan
sekarang kedudukan wanita kerap kali di bawah pria ini bukan maksud dan rencana
Allah tetapi ini akibat dari dosa manusia sendiri. Namun Allah telah menjanjikan
Sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna yang memilki hati nurani
dan kehendak yang bebas maka dalam setiap tindakannya didasari rasa tanggung jawab.
Hati nurani adalah pedoman atau guru dari dalam yang memberitahu kepada kita, mana
yang harus dilakukan, menuntut kita untuk berbuata baik dan menjauhi yang buruk,
menilai perbuatan kita sebelum dan sesudah berbuat (Gilarso,1996: 30). Dengan hati
nurani kalau kita berbuat baik maka hati kita tenteram. Suara hati juga dapat keliru
menganggap baik yang sebenarnya buruk atau sebaliknya maka manusia juga diajarkan
agar lebih peka dalam mendengarkan suara hatinya sebelum melakukan suatu tindakan
Tuhan.
Dalam Kitab Suci, hati nurani sering digunakan khususnya pada Perjanjian
baru. Hati nurani adalah saksi dari perbuatan kita yang tak pernah hancur. Hati nurani
juga dipandang sebagai anugerah Tuhan bagi seluruh umat manusia. Menurut Chang,
48
hati nurani adalah tenaga batiniah yang mendorong manusia untuk menerima ajaran
Ada tiga pandangan dasar mengenai hakikat hati nurani yakni dalam
permenungan teologis, teologi skolastik, dan menurut Haring (Chang, 2001: 131-133).
Pertama, dalam pandangan teologis pada umumnya yang dimaksud hati nurani
adalah keputusan konkret melalui penalaran praksis, berkat pengaruh kekuatan dalam
Hati nurani membisikkan apa yang harus dilakukan oleh manusia. Tindakan-
tidak sesuai dengan hati nuraninya secara otomatis manusia itu melakukan perbuatan
yang menyimpang dari hati nurani. Maka, hati nurani dipandang sebagai keputusan
moral yang mengingatkan kepada manusia akan tugas dan kewajiban moral yang perlu
kecakapan moral. Kecakapan moral adalah tempat suci yang terdalam dari manusia
sehingga manusia mampu mengenal bahwa dirinya berhadapan dengan Tuhan sebagai
Hati nurani adalah pusat terdalam pribadi yang tertuju pada Tuhan yang
sehingga segala keputusan yang didasarkan pada hati nurani atas kesadaran penuh dan
nurani. Hati nurani tidak hanya dipandang sebagai suatu kecakapan di dalam kehendak
tetapi dilukiskan sebagai tenaga dalam diri manusia. Hati nurani yang berkembang
secara holistik ini mampu memberikan pandangan atau tanggapan yang benar dan
49
sesuai dalam kehidupannya. Maka, hati nurani merupakan kepribadian yang utuh dan
Menurut B. Haring (dalam Chang, 2001) mengatakan hati nurani yang sehat jika
seluruh pribadi manusia baik perasaan, akal budi, maupun kehendak dapat berfungsi
sesuai dengan kepribadi yang baik dalam diri manusia. Dengan hati nurani yang
sehatlah akan tercipta pribadi yang sehat yang berpengaruh pada perbuatan, pikiran,
dan kehendak yang sehat. Dalam lubuk hati diri seseorang itulah Tuhan hadir dan
Tidak menutup kemungkinan bahwa hati nurani bisa menipu diri kita dalam
menjalani hidup dan menjaga iman kita. Manusia yang beriman pun dapat salah dalam
mengambil suatu keputusan. Kesalahan ini bisa terjadi karena kekeliruan dan
nuraninya karena hati nurani merupakan keputusan terakhir dan terbaik seseorang
sebagai pilihan yang seharusnya diambil seseorang. Seseorang yang melanggar hati
nuraninya dapat dikatakan orang itu salah dan akan menerima akibat dari kesalahanya
itu. Tuhan selalu memberikan yang terbaik dan terbenar kepada manusia melalui hati
nurani manusia. Di lubuk hati yang paling dalam inilah tersimpan hati nurani yang
membuat diri seseorang bisa merasakan perasaan tenang dan bimbang sebelum dan
apakah keputusan ini benar atau salah karena Tuhan hadir dalam hati seseorang.
Dalam GS art 16 dikatakan bahwa tidak jarang terjadi hati nurani tersesat
”Akan tetapi tidaklah jarang terjadi bahwa hati nurani tersesat karena
ketidaktahuan yang tak teratasi, tanpa kehilangan martabatnya. Tetapi itu tidak
dapat dikatakan tentang orang, yang tidak peduli untuk mencari apa yang benar
serta baik, dan karena kebiasaan berdosa hati nuraninnya lambat laun hampir
menjadi buta”(GS art 16)
50
Sebelum hati nurani ini menjadi buta atau tidak peka lagi tiap manusia wajib
semuanya itu melalui pemikiran yang jernih dan secara sadar sehingga apa yang
menjadi keputusannya tidak bertentangan dengan hati nurani. Hati nurani yang selalu
dibiarkan keliru lambat laun akan menjadi buta dan selalu mengambil keputusan yang
salah. Dalam perjalanan hidup sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari kesalahan.
Hati nurani juga bisa mengalami kebimbangan dan kekacauan apabila berada dalam
Maka, sangat penting memupuk hati nurani yang teguh dan pasti bagi seseorang
yang sedang dilanda kebimbangan dan kekacauan. Jika sesorang bertindak atas dasar
hati nurani yang bimbang dan kacau, maka seseorang akan mengalami ketidakpuasan
akan keputusannya. Manusia yang bertindak tidak sesuai dengan hati nurani yang benar
Kebebasan adalah sepatah kata makna yang dapat disoroti dari berbagai sudut
(filosofis, teologis dan biblis). Kebebasan manusia terkait dengan tatanan nilai-nilai
normatif yang diandaikan oleh manusia pada saat menggunakan kebebasan (Chang,
2001: 57). Perwujudan kebebasan dalam hubungan dengan batas itu memungkinkan
manusia untuk menemukan arti kebebasan yang sesungguhnya. Kebebasan ini akan
mengantar pada sebuah kesadaran dalam mengambil keputusan tanpa tekanan dari luar.
manusia secara ilahi (Rom 8:21; Gal 5:13). Paulus mempertimbangkan kebebasan dari
sudut pandang individual dan karya penyelamatan umat manusia. Kebebasan ini
51
dikaitkan dengan proses pembebasan manusia secara rohani yang melibatkan kehadiran
diuraikan menurut model bebas memilih (Kieser, 1987: 133). Kieser mengungkapkan
pula bahwa dalam tindakananya manusia adalah otonom artinya tidak terikat pada
rangsangan dari luar. Walaupun manusia itu mampu memilih dan memperlakukan
menurut suatu patokan sesuai dengan hukum kodrat (Kieser, 1987: 133) maka, manusia
tidak seluruhnya otonom melainkan sebagai mahluk yang tergantung kepada Tuhan.
Untuk mengatur kebebasan itu dalam sebuah negara maka diciptakan norma
hukum. Dalam pengertian dasariah, kata norma berati pegangan atau pedoman, aturan,
tolak ukur (Chang, 2001: 83). Kebenaran norma ini harus dapat dipahami akal sehat
dan sesuai dengan cara berada manusia, struktur hakiki manusia dan apa yang
dikehendaki oleh Tuhan Pencipta. Norma moral tidak dipandang sebagai pembatasan
sebagai aturan bagi umat manusia agar berindak sesuai dengan norma moral itu. Norma
Di dalam Gereja pedoman dasar moral menurut Kitab Suci dan ajaran agama
adalah Hukum Cinta Kasih. Untuk mewujudkan hukum tersebut kita diberi sejumlah
pedoman baik berupa perintah, nasihat maupun larangan yang berasal dari Allah.
Perintah, larangan dan nasehat ini secara jelas dapat kita jumpai dalam Sepuluh
Perintah Allah yang diungkapkan secara jelas. Pada setiap situasi konkret yang
dihadapi manusia selalu memerlukan pemikiran dan tanggung jawab sendiri. Dalam hal
ini kita harus berpikir sendiri melalui doa mohon petunjuk Tuhan dan
52
dengan penuh tanggung jawab dibutuhkan pemikiran yang jernih dan penuh kesadaran.
Manusia hendaknya menyadari bahwa apa yang kita lakukan pasti menimbulkan akibat,
maka kita harus siap menerima konsekuesi dari tindakan itu. Tindakan yang penuh
tanggung jawab adalah tindakan yang didasari keberaniaan dan kesiapan diri.
b. Memahami pribadi Yesus Kristus seperti yang diwartakan oleh Kitab Suci dan
Kitab Suci mencatat beberapa sebutan yang digunakan untuk menyebut Yesus.
1) Kristus
Kristus berati mesias ”yang terurapi”. Mesias bukanlah sebuah nama melainkan
sebuah gelar. Nuansa yang terkandung pada gelar Mesias bagi Yesus adalah Dia yang
membawa kesejahteraan bagi Israel. Dalam perjanjian lama gelar ini lazimnya
Dalam Perjanjian Baru Yesus disebut Mesias yaitu ketika peristiwa pengakuan
Petrus di Kapernaum yakni dalam Markus 8:29: Ia bertanya kepada mereka: Tetapi apa
katamu, siapakan aku ini? ”maka jawab Petrus ” Engkau adalah Mesias!
Pada saat pengakuan Petrus itulah kemesiasan Yesus langsung dikaitkan dengan
sengsara dan kematianNya. Gelar Mesias ini paling tepat dikenakan pada Yesus saat
Dia dalam posisi tidak berdaya di mata banyak orang (Putranto, 2005;8)
53
2) Anak Allah
Dalam Perjanjian Lama gelar ini dikenalkan pada orang-orang yang dipercayai
Allah untuk melaksanakan rencana-Nya. Yang dimaksud dengan sebutan anak Allah
itu adalah para raja, seluruh bangsa, nabi dan orang benar.
Dalam diri Yesus yang disebut sebagai anak Allah adalah ketika Ia berdoa
kesadaran diri Yesus akan relasi keputraannya dengan Allah. Dengan kedekatan Yesus
kepada Allah dengan menyebut Abba inilah yang menjadi dasar keyakinaan Gereja
mengelari Yesus dengan sebutan anak Allah. Lebih daripada itu, Yesus tampil sebagai
orang suci yang hidup bersatu dengan Allah, yang disebut BapaNya. Dalam doa Bapa
Kami merupakan rangkuman hubunganNya dengan Allah. Hal yang konkret yang dapat
kita lihat ketika Yesus menghembuskan nafas terakhirnya di Kayu Salib dan berseru
kematiaanNya pun percaya bahwa Yesus adalah anak Allah (Iman Katolik, 1996: 244-
247) .
Gelar anak Allah menunjukan hubungan istimewa Yesus dengan Allah sendiri.
Keyakinan ini sudah muncul ketika orang menyaksikan perbuatan Yesus dan semakin
jelas pada saat kebangkitan Yesus. Kebangkitan berarti kemenangan atas maut. Dengan
3) Anak Manusia
Yesus tidak pernah menyatakan dirinya Mesias, Anak Allah dan Anak Manusia.
Namun sebutan ini berasal dari pengakuan orang-orang yang percaya kepadaNya.
Istilah yang dipakai Yesus dalam Lukas 9:58, Markus 8:31, Matius 24:27 yang dapat
berati manusia yang papa, manusia yang menderita dan berati juga sosok yang akan
54
datang dalam kemuliaan. Yesus disebut anak manusia karena kerendahan hatiNya dan
ia juga sungguh terlihat memiliki sifat manusia. Ia juga bisa merasa sakit, takut bahkan
dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria. Kelahiran Yesus Kristus dari bunda
manusia. Di lain pihak, syahadat juga mengatakan bahwa ”Yesus dikandung dari Roh
Kudus” hal ini syahadat mengarisbawahi kesaksian Injil bahwa Yesus bukan lahir dari
hubungan pria dan wanita, Yusuf dan Maria tetapi Ia berasal dari Allah sendiri.
Dalam buku (Iman Katolik, 1996: 219-220) dikatakan bahwa Yesus sehakikat
dengan Bapa berarti Yesus anak Allah tidak serupa dengan makhluk-makhluk yang
diciptakan, melainkan dalam segala hal sama seperti Bapa yang melahirkanNya dan
mempunyai hakikat yang sama dengan Bapa. Yesus dilahirkan dari Bapa sebelum
segala abad, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah benar. Yesus
dilahirkan dari Allah maka Yesus memiliki sifat ke-Allah-an. Namun Yesus yang
diakui Allah benar dari Allah benar, di dunia ini bukan sebagai Allah melainkan
sebagai manusia.
Pribadi Yesus Kristus yang kita kenal dalam Kitab Suci adalah Yesus yang rela
berkorban, mau mengampuni serta selalu mengajarkan dan melaksanakan cinta kasih.
Cinta kasih Kristus ini sangat nyata bagi kita lewat kesediaanNya memberikan diri
Mengenal pribadi Yesus Kristus dan mengimani-Nya yang dapat kita wujudkan
dengan rajin membaca Kitab Suci, mengikuti kegiatan dalam hidup menggereja, dan
menerapkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam sekolah, keluarga dan
55
masyarakat dengan penuh cinta kasih. Penerapan yang dapat kita lakukan secara nyata
dalam kehidupan kita yakni dengan saling membantu, memperhatikan dan peduli.
Gereja berdiri melalui satu proses yang berasal dari kelompok sekitar Yesus
sendiri. Perkembangan dalam Gereja diyakini sebagai hasil bimbingan Roh Kudus.
Pada Perjanjian Baru Roh Kudus dipandang sebagai rahmat dan anugerah yang datang
dari Allah. Anugerah ini ini merupakan buah karya Yesus Kristus yang menuntun
Gereja.
Menurut Konsili Vatikan II Gereja sebagai lambang komunio umat Allah dan
Tubuh Kristus. Gereja adalah sekelompok manusia yang berkembang dalam sejarah.
Pemahaman Gereja sebagai umat Allah ini menempatkan Gereja dalam rencana
keselamatan Allah yang hadir secara konkret. Dalam Gereja sebagai umat Allah
bercirikan Kristus sebagai kepalanya. Dengan kata lain Kristuslah sebagai penggerak
Dalam Lumen Gentium art.7, Gereja sebagai Tubuh Kristus diartikan sebagai
kesatuaan organis angota-anggota yang mempunyai bentuk dan fungsi berbeda dan
gambaran Gereja sebagai tubuh dengan Kristus sebagai kepala. Yang menjadi dasar
kesatuan adalah hidup Kristus yang dicurahkan kepada kaum beriman. Maka yang
menjadi dasar kesatuan ialah misteri inkarnasi Yesus yang hadir dan memberikan
dirinya dalam wafat dan kebangkitannya serta dalam pencurahan Roh Kudus.
Gereja katolik bersifat satu, kudus, katolik dan apostolik. Kesatuan Gereja pada
kesatuan sebagai umat Allah, kesatuaan dalam tubuh Kristus karena mempunyai satu
iman, satu baptisan, satu tubuh, roh dan satu Allah. Gereja satu karena berasal dari
56
sumber yang sama yakni misteri Allah tri tunggal yang mempunyai dasar yang sama
yakni Yesus Kristus dan dijiwai oleh roh kudus. Kesatuan ini nampak dalam pengakuan
iman yang sama, ibadat dan dalam persaudaraan keluarga Allah (Iman Katolik,
1996;344-347).
Gereja juga diakui sebagai Gereja yang kudus. Umat Allah yang baru, yang
dibangun atas dasar kesatuan dengan Kristus yang menyadari diri sebagai bangsa
Karena Allah yang kudus hadir dan tinggal dalam Gereja maka Gereja disebut kudus.
berati Gereja universal, umum, terbuka bagi sesama bangsa maupun ajarannya harus
diketahui oleh semua orang. Maka kekatolikan dapat dikaitkan dengan keterbukaan
bagi Gereja untuk menerima segala bangsa menjadi anggotaNya (Iman Katolik, 1996:
349-352).
Gereja disebut sebagai apostolik berarti sebagai keterkaitan Gereja dengan para
rasul. Gereja sekarang didasarkan pada Gereja para rasul. Pada abad II apostolisitas
menjadi tolak ukur untuk membedakan Gereja yang benar dan bidaah. Gereja sah
apabila dapat dibuktikan kesimambungan yang tak terputus dengan Gereja para rasul
(Iman Katolik, 1996: 352-353). Ada tiga hal yang menunjukan kesahan Gereja yakni:
1) Kesinambungan dengan zaman para rasul dengan kata lain Gereja yang sekarang
sama dengan Gereja para rasul meski tak berarti yang sekarang ada di zaman para
rasul.
rasul dan menjaga agar iman sekarang tidak berbeda dengan iman para rasul.
57
anggota Gereja kita dituntut untuk mampu melihat makna dan fungsi Gereja
Gereja mempunyai peranan sebagai tanda kasih Allah kepada manusia dan
dunia. Hubungan Gereja dengan dunia yang tercipta melalui dialog dan kerja sama
umat beragama. Sebagai anggota Gereja juga terlibat dalam hidup mengereja misalnya
mewartakan Kerajaan Allah dan melibatkan diri dalam perutusan itu untuk
Menjadi murid berarti bersedia diutus. Utusan itu adalah hal yang mulia untuk
melanjutkan karya Yesus di tengah dunia dalam menciptakan Kerajaan Allah. Adapun
keadilan, cinta kasih, kedamaian, saling menghargai satu sama lain (Sutarman,
2000;15)
Tugas pewartaan seperti yang juga dialami para nabi dan Kristus sendiri
tidaklah ringan. Sebagai pewarta Yesus, harus mengambil bagian dalam nasib Yesus.
Oleh sebab itu menjadi pewarta merupakan suatu panggilan, berati seorang pewarta
dituntut dekat dengan Kristus yang diwartakan. Pewartaan itu tugas dan panggilan
setiap orang yang percaya kepada Kristus yang dijiwai dengan semangat merasul.
Dalam perutusan itu yang menjadi tugas kita adalah mewartakan Kerajaan Allah
di tengah dunia. Pada jaman Yesus Kerajaan Allah itu tidak didefinisikan, Ia hanya
menerangkan lewat perumpamaan serta lewat tindakan dan mukjijat serta sikap-
58
sikapNya pada Allah dan sesama. Namun, dapat diambil kesimpulan mengenai
pengertian tentang Kerajaan Allah yakni: suatu situasi baru yang akan terwujud bila
Dalam Kerajaan Allah ini akan terwujud nialai-nilai kerajaan Allah yakni
martabat manusia, hak azasi, keadilan dan kejujuran. Hak asasi adalah hak dasar yang
dimiliki oleh manusia yang tidak dapat diganggu gugat dan tidak akan hilang. Adapun
yang termasuk dalam hak asasi itu adalah hak hidup, hak merdeka, dan hak memiliki
sesuatu.
Setiap manusia memiliki matrabat yang sama dihadapan Allah maka setiap
manusia mempunyai hak yang sama untuk mendapat keadilan. Keadilan berarti
memberikan kepada setiap orang yang menjadi haknya misalnya hak untuk memeluk
agama, hak untuk mengeluarkan pendapat dan lain sebagainya. Tugas untuk
Hal lain yang menjadi tugas pewarta adalah mewujudkan kejujuran. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia jujur berarti tidak curang, tidak berbohong. Jujur kerap terkait
dengan perbuatan. Kejujuran ini memiliki banyak makna yakni menjadi modal dasar
untuk perkembangan pribadi, menjadi landasan dalam pergaulan dan hidup bersama,
kompetensi dasar mata pelajaran PAK sehingga keberhasilan siswa itu menjadi terarah.
Prestasi belajar PAK siswa juga terlihat dari nilai PAK yang diperoleh siswa maka segi
59
kognitif merupakan hal yang dianggap penting dalam menentukan prestasi PAK.
Namun, nilai yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari hasil ulangan atau ujian
melainkan juga dari penghayatan dan sikap siswa baik di dalam lingkup sekolah
maupun masyarakat. Dengan kata lain prestasi PAK diperoleh dari keseimbangan dari
segi kognitif, afektif dan prilaku. Untuk kompetensi kelulusan siswa hendaknya mampu
mencintai agamanya dan menggerakan hatinya untuk terlibat dan mewujudkan imanya
secara nyata dalam hidup mengereja dan bermasyarakat. Kompetensi lulusan PAK
mampu memberikan dirinya bagi Tuhan dan semakin mengimaniNya dengan sepenuh
hati dan menjadikan pewarta cinta kasih sebagai tanda murid Yesus.
Pendidikan iman dalam keluarga yang dialami oleh siswa, dan hubungannya
pada prestasi belajar sebagaimana telah diuraikan di atas merupakan faktor penting
sangat penting dan awal membentuk sikap dan pribadi anak. Semua yang dialami anak
secara tidak langsung dipengaruhi bagaimana perhatian dan pendidikan yang diberikan
oleh keluarga. Ada beberapa penelitian yang mencoba untuk melihat hubungan antara
masalah seksual pra nikah dengan prestasi belajar, artinya ada hubungan yang kuat
antara masalah seks pra nikah dengan prestasi belajar antara lain yang dilakukan
Yayasan Kusuma Buana dan BKKBN tahun 1993 yang dilaksanakan di berbagai kota
kota di Indonesia pernah melakukan hubungan seks di usia remaja (dalam Romanus
Romas, 2005).
60
Pada tahun 2005, Romanus Romas menulis skripsi dengan judul” Hubungan
Katolik di SMU Frater Disamakan Makasar Tahun Ajaran 2006/2007”. Melalui skripsi
ini penulis akhirnya tergerak untuk mengadakan pendampingan bagi siswa yang
belajar mereka.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan dengan arah negatif antara
masalah siswa dengan prestasi belajar PAK siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai
korelasi sebesar -0.624 yang signifikan pada taraf 0.000. Arah korelasi yang negatif dan
signifikan ini menunjukan bahwa semakin tinggi masalah yang dihadapi siswa, maka
semakin rendah prestasi belajar PAK yang didapatkannya. Sebaliknya, semakin rendah
masalah yang dihadapi oleh siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar PAK yang
didapatnya.
proses belajar mengajar di pengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal, di mana
faktor internal menyumbang 70% terhadap presatasi belajar dan faktor internal
internal/eksternal ini dapat membawa pada masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa
terkait dengan diri pribadi, hubungan sosial, agama, nilai dan moral, hubungan muda-
mudi, keadaan dan hubungan dalam keluarga, masalah waktu senggang dan masalah
seksualitas.
61
terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Katolik pada SMU St. Yohanees Ketapang
tahun 2009/2010 di atas, maka dapat digambarkan suatu kerangka dari pengaruh kedua
1. Gambar
Keterangan :
teguran dan tata cara komunikasi dalam usaha untuk mendewasakan iman anak dalam
keluarga kristiani.
Prestasi belajar PAK: Merupakan Hasil yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran
PAK di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka dan hurup dalam nilai raport.
Gambar di atas terbentuk dari dua variabel: satu variabel bebas yakni
pendidikan iman dalam keluarga dan satu variabel terikat yakni prestasi belajar
Pendidikan Agama Katolik. Secara konseptal, pendidikan iman dalam keluarga dilihat
sebagai variabel bebas karena hendak diposisikan sebagai faktor yang mempengaruhi
variabel terikat. Sedangkan prestasi belajar siswa dipandang sebagai variabel terikat
karena hendak dilihat sebagai faktor yang mempengaruhi variabel bebas. Sedangkan
prestasi belajar siswa dipandang sebagai variabel tergantung karena hendak dilihat
Dalam penelitian ini yang dilihat adalah pengaruh pendidikan iman dalam
keluarga terhadap prestasi belajar PAK sebagaimana ditunjukkan anak panah pada
gambar di atas.
3. Hipotesis
Berdasarkan figur dan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini
sebagai berikut:
H₀: Tidak ada pengaruh dari pendidikan iman dalam keluarga terhadap prestasi
H : Ada pengaruh dari pendidikan iman dalam keluarga terhadap prestasi belajar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini adalah penelitian
pendidikan iman dalam keluarga terhadap prestasi belajar PAK. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat ex-post facto yaitu penelitian yang
B. Desain Penelitian
hubungan antara variabel respon (terikat) dan variabel predictor (bebas) dan hubungan
ini dinyatakan dalam persamaan matematis yang bentuknya bisa linier atau non linier
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan suatu hasil analisis sebuah data, ada
tidaknya pengaruh antara dua variabel dan seberapa besar pengaruh variabel bebas
Barat Tahun Ajaran 2009-2010. Sedangkan waktu pelaksanaannya adalah pada bulan
September 2009.
64
penelitian ini dipilih dengan cara diundi untuk memperoleh dua kelas yang akan
Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes sekarang berjumlah 323
orang yang terdiri dari tujuh kelas. Kelas XI IPS ada enam kelas dimana jumlah Kelas
XI IPS1: 48 orang, kelas XI IPS2 : 48 orang, kelas XI IPS3 : 48 orang, kelas XI IPS4:
48 orang, kelas XI IPS5: 48 orang, kelas XI IPS6 : 48 orang dan kelas XI IPA ada satu
kelas dengan jumlah siswanya 35 orang siswa. Kelas yang terpilih dari hasil
pengundian adalah kelas XI IPA dan kelas XI IPS3 dengan jumlah siswa yang
beragama katolik 60 orang. Subjek yang terpilih dalam penelitian ini dianggap
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Katolik siswa kelas XI Di SMU Pangudi Luhur
Santo Yohanes Ketapang Kalimantan Barat Tahun Ajaran 2009-2010” ini mempunyai
dua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat. Adapun yang merupakan
variabel bebas adalah pendidikan iman sedangkan variabel terikat adalah prestasi PAK.
komunikasi dan keteladanan orang tua yang baik dalam usaha untuk mendewasakan
Merupakan Hasil yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran PAK di
sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka dan huruf dalam nilai raport kelas I pada
F. Instrumen Penelitian
1. Jenis istrumen
Perbedaan semantik: ada dua bentuk skala yang digunakan oleh penulis yakni skala
dengan memberikan pilihan jawaban dan skala yang terdiri dari lima tingkat yang
pendidikan iman dalam keluarga dari segi pedoman, pengarahan, teguran, pemberian
informasi, keteladanan orang tua dan tata cara komunikasi serta mengukur prestasi
belajar siswa dari nilai raport semester I dan II pada mata pelajaran PAK.
berdoa
kegiatan Gereja
dengan anak
keputusan anak
kepada anak
pengalamannya.
II
dengan yang diharapkan. Instrumen dikatakan valid jika sesuai atau memiliki
kesejajaran dengan kreterium. Cara yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian itu
adalah dengan korelasi product moment yang dikemukan oleh pearson. Pengembangan
instrumen mengunakan uji coba terpakai. Awalnya instrumen disebarkan pada sampel
penelitian untuk dikerjakan. Semua data yang ada diolah untuk menganalisis instrumen
data dari butir yang baik dianalisis sebagai hasil penelitian sedangkan dari analisis ini
Nilai korelasi antara skor item dengan skor total dibandingkan dengan nilai r
tabel signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n)=60 yang nilainya adalah
0,254 (Dwi Priyatno, 2008:16). Koefisien korelasi pada item dikatakan signifikan
apabila nilai korelasi item di atas r tabel. Hasil validitas instrumen yang tidak signifikan
ada pada nomor 11,17,19,28,35 dan 40. oleh karena itu data tersebut tidak digunakan.
Instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari nilai r kritis
product moment. Dari hasil analisis didapat nilai alpha 0,856, nilai tersebut lebih besar
dari 0,245 yang merupakan nilai r kritis (uji 2 sisi) (Dwi Priyatno, 2008:26). Oleh
1. Jenis Data
Data penelitian ini berjenis interval. Data interval merupakan data bukan dari
hasil kategorisasi dan dapat dilakukan perhitungan aritmatika. Analisis yang dipakai
dalam penelitian ini adalah statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan
untuk menganalisis data sampel dan datanya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono,
2008:148).
a. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis akan dilakukan uji persyaratan yang berupa uji
normalitas dan linieritas melalui program SPSS. Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Sampel dianggap
normal jika pada out put normal probability plots data-data yang ada mendekati pola
69
linier, namun jika data-data menjauhi pola linier maka sampel bukan berasal dari
b. Uji Linier
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Penguji dengan menggunakan
program SPPSS dengan Test for linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel
dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansinya kurang dari 0,05
Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada linearity
sebesar 0,10. karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
antara variabel pendidikan iman dalam keluarga terdapat dengan prestasi belajar
H. Uji Hipotesis
untuk mengemukan persentase, mean serta standar deviasi dan analisis statistik regresi
guna mengetahui seberapa besar pengaruh variabel pendidikan iman dalam keluarga
mengklasifikasikan hasil data ke dalam lima tingkatan. Adapun cara mencari klasifikasi
kriteria tersebut dengan mengurangkan skor maksimal dengan skor minimal kemudian
hasilnya dibagi lima (rentang skala). Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:
70
Tabel 5: Kriteria Klasifikasi Pendidikan Iman dalam Keluarga Berdasarkan Skor Total
BAB IV
Yohanes dengan jumlah responden sebanyak 60 siswa dan semua responden ini
beragama Katolik. Adapun hasil dari penelitian mengenai “Pengaruh Pendidikan Iman
dalam Keluarga terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswa kelas XI
Tahun Ajaran 2009-2010 di SMU Santo Yohanes Ketapang, Kalimantan Barat” adalah
sebagai berikut:
1 P XI IPS3 108 70
2 L XI IPS3 134 75
3 L XI IPS3 97 65
4 L XI IPS3 142 80
5 L XI IPS3 131 80
6 L XI IPS3 129 80
7 P XI IPS3 127 75
8 P XI IPS3 152 75
9 P XI IPS3 137 75
10 L XI IPS3 153 80
11 P XI IPS3 135 74
12 P XI IPS3 141 72
13 L XI IPS3 132 67
14 P XI IPS3 147 80
15 L XI IPS3 132 75
16 L XI IPS3 128 76
17 L XI IPS3 141 73
18 L XI IPS3 122 80
19 L XI IPS3 120 67
20 P XI IPS3 144 75
21 L XI IPS3 126 69
22 L XI IPS3 140 77
73
23 P XI IPS3 134 76
24 P XI IPS3 164 83
25 L XI IPS3 141 70
26 P XI IPS3 154 72
27 P XI IPS3 151 80
28 L XI IPS3 111 80
29 P XI IPS3 123 72
30 P XI IPS3 123 78
31 P XI IPS3 123 75
32 P XI IPS3 135 78
33 P XI IPS3 119 85
34 P XI IPS3 161 71
35 L XI IPS3 122 84
36 L XI IPS3 118 82
37 L XI IPS3 126 80
38 L XI IPS3 106 65
39 L XI IPA 118 80
40 L XI IPA 121 65
41 P XI IPA 123 70
42 P XI IPA 116 72
43 P XI IPA 118 80
44 L XI IPA 102 68
45 L XI IPA 106 80
46 L XI IPA 130 71
47 P XI IPA 135 83
48 P XI IPA 115 72
49 P XI IPA 138 90
50 L XI IPA 133 70
51 P XI IPA 122 75
52 P XI IPA 131 72
53 P XI IPA 137 75
54 P XI IPA 99 75
55 L XI IPA 96 60
56 L XI IPA 98 62
57 L XI IPA 95 76
58 P XI IPA 110 80
59 L XI IPA 105 60
60 P XI IPA 115 85
Keterangan:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 60 responden ini terdiri atas: 22 siswa XI IPA
dengan 10 laki-laki dan 12 perempuan, sedangkan pada kelas XI IPA3 ada 38 siswa
1. Uji persyaratan
• Pada out put regresi yang berjudul Normal Probability Plots [lampiran 3: 9]
menunjukkan bahwa data-data mendekati bahkan hampir membuat pola linear maka
• Pada out put regresi yang berjudul Model Summary [Lampiran 3:8] di kolom
Durbin-Watson menunjukkan nilai 2.436. Nilai tersebut tidak lebih dari tiga dan
tidak kurang dari satu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
• Pada out put regresi yang berjudul Scatterplot [Lampiran 3:10] menunjukkan bahwa
2. Analisis Deskriptif
variabel pendidikan iman dalam keluarga mempunyai nilai rata-rata (mean) 126.53
yang termasuk dalam kategori cukup. Sesuai kreteria klasifikasi yang telah dipaparkan
pada bab tiga maka didapatkan hasil klasifikasi dari variabel pendidikan iman dalam
keluarga.
75
45 106 Cukup 15 13 34 44
46 130 Cukup 41 21 34 34
47 135 Cukup 42 20 35 38
48 115 Cukup 18 18 35 44
49 138 Cukup 36 20 34 48
50 133 Cukup 29 23 35 46
51 122 Cukup 38 22 34 28
52 131 Cukup 37 20 31 43
53 137 Cukup 38 19 34 46
54 99 Kurang 10 11 33 45
55 96 Kurang 25 17 23 31
56 98 Kurang 22 16 28 32
57 95 kurang 22 15 23 35
58 110 Cukup 21 23 27 39
59 105 Kurang 15 18 34 38
60 115 Cukup 34 14 33 34
Berdasarkan hasil klasifikasi variabel pendidikan iman dalam keluarga di atas maka
dapatlah dibuat:
Tabel 12: Deskripsi Pendidikan Iman Dalam Keluarga berdasarkan Skor Total
Kualifikasi Skor Jumlah %
Sangat Baik 168-200 0 0%
Baik 137-168 16 26,7%
Cukup 105-136 38 63,3%
Kurang 73-104 6 10%
Sangat Kurang 41-72 0 0%
jumlah 60 100%
Mean 127
40
30 sangat baik
baik
20 cukup
kurang
10 sangat kurang
0
jumlah
77
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 60 siswa yang mengalami
pendidikan iman di dalam keluarga dengan kriteria sangat baik tidak ada, baik 16
orang (26,7%), cukup sebanyak 38 orang (63,3%), kurang sebanyak 6 orang (10 %) dan
sangat kurang tidak ada. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan iman
20
15
sangat baik
10 baik
cukup
5 kurang
sangat kurang
0
JUMLAH
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 60 siswa, 7 (11,7%) siswa
mempunyai keteladanan dari orang tua yang sangat baik, 20 (33,3%) siswa mempunyai
78
keteladanan dari orang tua yang baik, 16 (26,7%) siswa mempunyai keteladanan dari
orang tua cukup, 12 (20%) siswa mempunyai keteladanan dari orang tua kurang dan 5
(8,3 %) siswa yang mempunyai keteladanan dari orang dengan kategori sangat kurang.
Oleh karena itu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa keteladanan dari orang tua pada
30
25
20 sangat baik
15 baik
cukup
10 kurang
5 sangat kurang
0
jumlah
79
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 60 siswa,20 (33,3%) siswa
mendapat teguran yang sangat baik, 27 (45%) siswa mendapat teguran yang baik, 10
(16,7%) siswa mendapat teguran yang cukup, 2 (3,3%) siswa mendapat teguran yang
kurang, dan 1 (1,7%) siswa yang mendapat teguran dengan kategori sangat kurang.
Oleh karena itu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pendidikan iman dalam keluarga
35
30
25
sangat baik
20 baik
15 cukup
10 kurang
5 sangat kurang
0
jumlah
80
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 60 siswa, 35 (58,3%) siswa
mendapat pengarahan yang sangat baik, 21 (35%) siswa mendapat pengarahan yang
baik, 4 (6,7%) siswa mendapat pengarahan yang cukup, 0 (0%) siswa mendapat
pengarahan yang kurang dan 0 (0%) siswa mendapat pengarahan kategori sangat
kurang. Oleh karena itu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pendidikan iman dalam
keluarga berdasarkan aspek pengarahan pada umumnya sangat baik dengan nilai 33,7.
35
30
25 sangat baik
20 baik
cukup
15
kurang
10
sangat kurang
5
0
jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 60 siswa, 11 (18,4%) siswa
mempunyai tata cara komunikasi sangat baik, 32 (53,3%) siswa mempunyai tata cara
komunikasi yang baik, 15 (25%) siswa mempunyai tata cara komunikasi yang cukup,
2 (3,3%) siswa mempunyai tata cara komunikasi yang kurang dan 0% siswa yang
mempunyai tata cara komunikasi dengan kategori sangat kurang. Oleh karena itu
81
dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pendidikan iman dalam keluarga pada aspek tata
prestasi belajar PAK mempunyai nilai rata-rata 74.86. Kategorisasi prestasi belajar
a) Sangat baik
b) Baik
c) Cukup
d) Kurang
e) Sangat kurang
dan nilai terendah prestasi belajar dalam skala pengukuran. Nilai tertinggi dalam skala
pengukuran dan nilai terendah dalam skala pengukuran ini akan dijadikan dasar untuk
penentuan interval kelas dengan jumlah kelas yang telah ditentukan yakni 5 kategori.
Dalam prestasi belajar ini nilai terendah dalam skala pengukuran di dapat sebesar 60
dan nilai tertinggi adalah 90. Dengan skor maksimal 90 dan skor minimal 60 maka
intervalnya adalah 6. Dengan demikian deskripsi Prestasi Belajar dapat dilihat sebagai
berikut.
20
15
sangat baik
10 baik
cukup
5 kurang
sangat kurang
0
JUMLAH
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 60 siswa,3 (5%) siswa prestasi
belajar sangat baik, 17 (28,3%) siswa mempunyai prestasi belajar yang baik, 18 (30%)
siswa mempunyai prestasi belajar yang cukup, 16 (26,7%) siswa mempunyai prestasi
belajar yang kurang dan 6 (10%) siswa yang mempunyai prestasi belajar sangat
kurang. Oleh karena itu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar PAK pada
3. Analisis Regresi
• Nilai R Square dari tabel model Summary [Lampiran 3:8] menunjukkan nilai 0,108.
Hal tersebut mempunyai arti bahwa 10,8% dari varian Y dapat dijelaskan oleh
• Tabel Anova [Lampiran 3:8] menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 7,011 dengan
derajad kebebasan k=1 sehingga n-k-1=60-1-1=58 dan P-value = 0,01 yang lebih
kecil dari α = 0,05. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa regresi secara statistik
• Uji F, menguji hipotesis H0:β1 = 0 terhadap H1: β1≠0. Dan didapatlah bahwa P-value
= 0,01 yang lebih kecil dari α = 0,05 maka H0:X = 0 ditolak secara signifikan.
83
• Pada tabel coefficient [Lampiran 3:8] menunjukan nilai konstant= 58,7 dan nilai
Y= 58,7 + 0,13 X
regresi. Adapun nilai t adalah 2,648 dengan derajad kebebasan k=1 dan n-k-1-60-1-
1=58 dan P-Value=0,010 yang lebih kecil dari α = 0,05. Oleh karena itu dapat
dibuktikan secara kuat bahwa H0:β1=0 ditolak yang artinya pendidikan iman dalam
• Dari keluaran correlation [Lampiran 3:8] menunjukan nilai 0,328 yang merupakan
nilai r hitung dengan p-value 0,005 lebih kecil dari α=0,05 maka dapat diartikan
bahwa variabel X mempunyai hubungan positif dengan variabel Y. Oleh karena itu
C. Pembahasan
Pada bab satu dan dua penulis telah memberikan gambaran dan kajian teori
mengenai pendidikan iman dalam keluarga dan prestasi belajar PAK. Pendidikan iman
anak merupakan suatu bagian yang paling penting dari rencana Allah dan merupakan
tanggung jawab dan terletak diatas bahu orang tua. Di dalam keluarga pendidikan iman
diberikan oleh orang tua kepada anak yang belum mengenal iman yang benar.
Pada analisis diskriptif yang berdasarkan pada skor total nampak bahwa siswa-
siswi mendapat pendidikan iman dikeluarga dengan kategori cukup dengan mean 127.
Hal ini mengambarkan bahwa siswa-siswi belum mendapatkan pendidikan iman yang
Dari keempat aspek yang diungkap pada pendidikan iman dalam keluarga,
siswa mempunyai kreteria baik pada aspek teguran, pengarahan dan komunikasi
dengan nilai rata-ratanya adalah 20, 33,7 dan 41 sedangkan pada aspek keteladanan
orang tua masih pada kreteria cukup dengan nilai rata-ratanya 32,2 namun dari aspek
teguran dan tatacara komunikasi masih terdapat 3,3 % siswa yang mengalami
Pada aspek teguran mempunyai kategori baik dengan nilai 20. Pada aspek
teguran ini dapat dikatakan baik dengan presentase 45% namun masih juga terdapat
1,7% siswa yang sangat kurang mendapat teguran dari orang tuanya. Orang tua belum
sepenuhnya memberikan teguran dan mengingatkan anaknya bila tidak pergi ke Gereja
Pada aspek pengarahan sudah baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-ratanya
33,7. Ternyata orang tua telah mampu memberikan pengarahan yang baik bagi
anaknya. Orang tua sudah memberitahu, mengarahkan untuk bersikap penuh tanggung
Pada aspek komunikasi di dalam keluarga dikriteriakan baik, namun masih ada
3,3% siswa mengalami komunikasi yang masih kurang dalam keluarga. Kurangnya
komunikasi ini dikarenakan orang tua tidak mempunyai waktu untuk berkumpul dan
Pada aspek keteladanan ini dapat dilihat dari sikap-sikap orang tua yang
mendukung pendidikan iman anaknya. Ternyata orang tua belum sepenuhnya bisa
memberikan teladan yang baik bagi anaknya. Orang tua belum begitu terlibat aktif di
dalam kegiatan paroki dan juga belum memberikan keteladanan hidup doa yang baik
pada anaknya. Keteladan orang tua di kriteriakan cukup namun masih ada 8,3% siswa
85
yang ada pada kriteria sangat kurang. Hal ini berarti siswa tidak mempunyai keteladan
Variabel prestasi belajar PAK siswa dapat dikatakan siswa kelas XI pada
kreteria cukup dengan nilai rata-rata 74,87 namun masih juga terdapat 6 (10%) siswa
yang ada pada kriteria sangat kurang dengan nilai PAK 61-66 dan hanya 3 (5%) siswa
yang ada pada kriteria baik yang nilainya ≥ 85 . Hal ini berarti masih ada siswa yang
mempengaruhi prestasinya dan masuk dalam kriteria yang sangat kurang. Dari pihak
sekolah juga berperan penting terhadap peningkatan prestatsi belajar maka kompetensi
dan kualitas pengajaran perlu ditingkatkan. Guru PAK di sekolah mesti secara tepat
menangkap tujuan utama PAK dan mengarahkan proses belajar pada tujuan. Karena itu,
perlu ditegaskan bahwa dalam PAK hasil yang ingin dicapai adalah bahwa siswa
Kristus dalam memperjuangkan Kerajaan Allah serta memiliki interaksi aktif terhadap
lingkungan hidup.
yang dilihat dari nilai raport. Adapun nilai rata-ratanya sebesar 74,87 yang berarti
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
Ha: ada pengaruh pendidikan iman dalam keluarga terhadap prestasi belajar PAK
Ho: tidak ada pengaruh pendidikan iman dalam keluarga terhadap prestasi belajar PAK.
ditunjukkan dengan nilai P-value yang lebih kecil dari α=0,05, yakni 0,01. Oleh karena
itu hipotesis yang telah terbukti pada sampel dapat diberlakukan pada populasi (dapat
prestasi belajar PAK siswa yakni sebesar 32,8%. Oleh karena itu apabila ada
belajar PAK di sekolah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan
iman dalam keluarga secara signifikan dapat mempengaruhi prestasi belajar PAK siswa
di sekolah.
Dari uraian di atas nampak bahwa variabel pendidikan iman dalam keluarga dan
prestasi belajar mempunyai rata-rata cukup. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan
iman dalam keluarga yang masuk dalam kategori cukup maka prestasi belajar PAK
anak juga cukup. Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan iman dalam keluarga
masih ada yang dalam kriteria cukup dari kehidupan para siswa. Pada aspek pendidikan
iman keluarga hanya aspek keteladanan yang mempunyai rata-rata cukup sedangkan
aspek yang lain mempunyai kriteria baik. Oleh karena itu supaya terjadi peningkatan
prestasi belajar, agar rata-ratanya menjadi sangat baik maka pendidikan iman dalam
keluarga harusnya lebih ditingkatkan terutama pada aspek keteladanan orang tua
terhadap anaknya. Orang tua harus lebih aktif mengikuti kegiatan gereja dan sesering
Dari hasil penelitian ini dikatakan bahwa pendidikan iman dalam keluarga
pentingnya pendidikan iman dalam keluarga. Penyebab lainnya adalah orang tua yang
terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak ada waktu berkumpul dengan
keluarga, makan bersama dan berdoa bersama dalam keluarga. Dari segi penghayatan
hidup beriman orang tua juga kurang dimana masih banyak orang tua yang tidak
berdevosi kepada Bunda Maria bahkan sering datang terlambat ke Gereja, belum
87
terlibat aktif dalam kegiatan di paroki maupun di lingkungan sehingga belum bisa
Adapun usaha yang dapat dilakukan antara lain adalah memberikan pemahaman
yang membahas tentang iman, anak dan hidup dalam keluarga. Dengan demikian orang
tua akan mengalami proses pembelajaran berefleksi dan mensyukuri rahmat Tuhan atas
D. Keterbatasan Penelitian
penelitian
Ketapang.
c. Dalam penelitian ini peneliti tidak memperhatikan secara penuh keadaan awal
siswa
88
BAB V
penelitian dan saran-saran yang dapat berguna bagi orang tua dan sekolah SMU
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teoritis dan isian instrumen yang telah disebar serta
1. Pendidikan iman dalam keluarga merupakan suatu bagian yang paling penting dari
rencana Allah dan merupakan tanggung jawab orang tua. Di dalam keluarga
pendidikan iman diberikan oleh orang tua kepada anak yang belum mengenal iman
yang benar sehingga sang anak memiliki iman yang benar terhadap sang pencipta.
Pendidikan iman dalam keluarga mempengaruhi prestasi belajar PAK siswa yakni
2. Prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil yang telah dicapai siswa dalam
sejumlah mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka dan huruf.
mampu bertindak. Ketiga hal itu merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak
0,01 yang lebih kecil dari α= 0,05. sehingga diperolehlah persamaan regresi dengan
Y= 58,7+ 0,13 X
4. Mean untuk pendidikan iman dalam keluarga sebesar 127 yang dapat dikategorikan
cukup dan mean prestasi belajar PAK sebesar 74,87 yang dapat dikategorikan
cukup.
5. Pada pendidikan iman dalam keluarga aspek keteladanan mempunyai mean 32,2
yang artinya orang tua memiliki keteladanan yang cukup, aspek teguran
mempunyai mean 20 yang artinya orang tua memberikan teguran dengan baik,
aspek pengarahan mempunyai mean 33,7 yang artinya siswa mendapat pengarahan
yang baik dan aspek komunikasi mempunyai mean 41 yang artinya siswa
B. Saran
Berdasarkan hasil studi pustaka serta hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa
ada pengaruh yang signifikan dari pendidikan iman dalam keluarga terhadap prestasi
belajar PAK siswa. Meskipun demikian penulis memberikan beberapa masukan dan
saran yang kiranya dapat diusahakan dalam rangka melihat pengaruh pendidikan iman
a. Diadakan pertemuan rutin antara pihak sekolah dengan orang tua murid untuk
b. Ada kerja sama antara guru dan orang tua untuk membantu proses perkembangan
iman anak.
90
iman dalam keluarga. Adapun satuan program pendampingan dapat dilihat pada
terhadap perkembangan sel terkecil dari Gereja, yakni keluarga untuk tumbuh dan
berkembang dalam iman melalui pelaksanaan pendidikan iman dalam keluarga oleh
skripsi ini
91
DAFTAR PUSTAKA
Adisusanto. F.X. (2000). Katekese sebagai Pendidikan Iman. Dalam Seri PUSKAT
372., Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat.
Azwar, Saifuddin. (2006). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.
Chang, William. (2001) . Pengantar Teologi Moral. Yogyakarta: Kanisius
Dakir, S. (2006). Strategi Pembelajaran. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta: IPPAK-
USD
Dapiyanta, F.X. Relevansi Kultur Sekolah Bagi Internalisasi nilai-nilai Dalam
Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah. WIDYA DHARMA (NO.1, Oktober
2005). h.90
Dwi Priyatno. (2008). Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Eminyan, Maurice. (2001). Teologi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius.
Gilarso. T. (1996). Membangun Keluarga Kristiani., Yogyakarta: Kanisius.
Hardiwiratno. J. (1989). Menuju Keluarga Bertanggungjawab. Semarang: Obor
Hadiwardoyo, Purwa. (2002). Surat Untuk Suami Istri Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Heryatno, F.X. (2006). Pengantar PAK Sekolah. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta:
IPPAK-USD
Heuken, Adolf. (1987). Katekismus Konsili Vatikan II. Jakarta: Cipta Loka Caraka.
Hurlock, EB. (1996). Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. (Ed. V). Jakarta, Erlangga.
Kieser, Bernhard. (1987). Moral Dasar, Kaitan Iman dan Perbuatan. Yogyakarta:
Kanisius.
Kitab Hukum Kanonik. (2006). (R.D.R. Rubiyatmoko, edtr). Bogor. Grafika Mardi
Yuana.
Komaruddin, Hidayat. Problem Standarisasi Pendidikan. KOMPAS (6 Desember 2005)
h.7
Komisi Kateketik KWI. (2004). Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK Buku
Guru 3. Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis tentang Gereja,
diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ). Jakarta: Obor.
____. 1993. Gaudium et Spes (Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam Dunia Modern,
diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ). Jakarta: Obor.
____. 1993. Gravissimum Educationis (Pernyataan tentang Pendidikan Kristen,
diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ). Jakarta: Obor.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi.
Yogyakarta:Kanisius
Nana, Sudjana. (1988). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Narramore, Clyde. (1961). Menolong Anak Anda Bertumbuh dalam Iman. Bandung:
Penerbit Kalam Hidup.
Suparno, Paul.dkk. Pendidikan Agama Di Sekolah Model KBK. BASIS (NO.07-08,
Juli-Agustus (2003). H 31.
Piet Go. (2007). Keluarga dan Hak-Hak Asasi. Departemen Dokumenttasi dan
Penerangan KWI: Jakarta.
Putranto, CB. (2005). Eklesiologi II. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta: IPPAK-USD
Setyakarjana, J.S. (1997). Kateketik Pendidikan Dasar. Pusat Kateketik Yogyakarta.
92
2. Jawablah pernyataan dengan singkat dan jelas sesuai dengan yang anda
Pahami
No Pernyataan SS S N TS STS
1 Orang tua mengajak berdoa sebelum dan
sesudah makan
2 Kami berdoa malam bersama-sama sebelum
tidur
3 Orang tua mengajak saya pergi ke Gereja
setiap hari Minggu
4 Orang tua selalu membuat tanda salib dan
berlutut ketika masuk ke dalam Gereja
5 Orang tua saya berdevosi kepada Bunda
Maria
6 Orang tua saya selalu memimpin doa di
lingkungan.
7 Orang tua saya datang ke Gereja sebelum
perayaan Ekaristi dimulai
8 Orang tua saya mengikuti doa rosario dan
ibadat di lingkungan
(1)
9 Orang tua saya menjadi anggota koor di
gereja
10 Orang tua saya terlibat aktif di paroki
11 Orang tua tidak pernah menegur saya ketika
saya pulang terlambat
12 Orang tua mengingatkan saya bahwa saya
boleh bermain tetapi tidak melupakan waktu
untuk berdoa
13 Saya ditegur orang tua ketika saya bercerita
di dalam Gereja pada waktu perayaan
ekaristi
14 Saya diingatkan orang tua untuk belajar dan
mengerjakan PR
15 Saya diingatkan orang tua ketika saya tidak
mengikuti perayaan Ekaristi pada hari
minggu
16 Orang tua mengingatkan saya untuk
mengikuti kerja bakti di Gereja
17 Orang tua tidak menegur saya ketika saya
tidak ke Gereja
18 Orang tua mendukung saya untuk mengikuti
kegiatan misdinar dan lektor di gereja
19 Orang tua tidak pernah menanyakan tentang
perkembangan belajarku di sekolah
20 Orang tua mengarahkan saya untuk belajar
dengan baik
21 Orang tua memberitahu bahwa setiap
pengalaman yang saya alami mempunyai
makna
22 Orang tua memberitahu bahwa saya harus
berbuat jujur
23 Orang tua memberi masukan tentang hal
yang baik kepada saya
(2)
24 Orang tua memberitahu bahwa saya harus
bertanggungjawab atas pekerjaan dan
perbuatan saya
25 Orang tua memberitahu saya agar bergaul
dengan baik
26 Orang tua mengarahkan saya untuk
mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan
27 Orang tua saya selalu bertengkar di rumah
28 Orang tua selalu berbicara kasar pada saya
29 Orang tua saya tidak mempunyai waktu
untuk bercerita
30 Orang tua saya bersikap ramah terhadap
semua orang
31 Orang tua saya mempunyai waktu untuk
berbicara bersama
32 Orang tua saya berbicara sopan kepada
semua orang
33 Orang tua menghargai apa yang menjadi
keputusan saya
34 Orang tua selalu memaksakan kehendakanya
35 Orang tua melarang ketika saya mau
menonton film seksualitas dan berbicara
tentang hal-hal seksualitas
36 Orang tua mau mendengarkan curhat saya
37 Orang tua mau mendengarkan keluhan saya
38 Orang tua mau bercerita tentang
pengalamannya di tempat kerja
39 Orang tua kurang memperhatikan pendapat
saya
40 Orang tua marah ketika saya mendapat nilai
merah
(3)
LAMPIRAN:2
TABEL ANALISIS
No Jns klm Aspek Keteladanan Aspek Teguran Aspek Pengarahan
Perem
laki2 Kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 P IPS3 3 2 3 2 2 1 3 3 1 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 3 3
2 L IPS3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 5 4 5 5 4 3 4 4 4
3 L IPS3 4 2 4 4 5 4 1 2 2 2 1 2 2 3 1 1 4 2 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 1 3
4 L IPS3 5 3 5 5 2 3 5 5 2 5 2 5 5 4 5 3 5 3 5 4 4 5 4 5 5 3 5 5 3 4
5 L IPS3 4 2 3 4 2 2 4 4 4 3 4 4 5 5 5 3 4 3 5 5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5
6 L IPS3 3 3 5 5 0 2 5 4 2 4 4 4 5 4 4 3 5 3 5 5 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4
7 P IPS3 4 5 4 4 5 2 5 4 4 4 5 2 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
8 P IPS3 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 2 2 5
9 P IPS3 3 3 4 4 4 2 4 3 2 2 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4
10 L IPS3 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4
11 P IPS3 3 3 4 4 4 2 4 3 2 2 4 5 5 5 4 4 3 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4
12 P IPS3 4 4 4 5 4 2 5 4 3 3 5 5 4 4 3 4 3 5 2 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 3
13 L IPS3 3 4 5 5 4 1 5 3 3 1 5 4 4 4 3 3 5 2 3 5 5 5 4 5 4 4 5 5 3 4
14 P IPS3 4 2 5 5 4 2 5 5 4 5 4 5 5 5 5 2 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4
15 L IPS3 4 2 4 4 2 2 5 2 2 1 5 5 4 5 5 4 5 0 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5
16 L IPS3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 4 5 5 5 5 3 4 5 5 4
17 L IPS3 5 3 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 5 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 3
18 L IPS3 3 1 4 2 3 1 1 3 1 2 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 2 5 5 5
19 L IPS3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 4 2 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
20 P IPS3 3 3 5 5 0 2 5 3 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 5
21 L IPS3 5 4 4 4 3 3 4 4 3 2 5 4 1 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 3 4 4 4 3
22 L IPS3 4 4 5 5 4 3 4 5 2 2 5 4 5 5 5 4 5 5 2 5 4 5 5 5 5 4 3 5 3 3
23 P IPS3 4 2 5 5 4 2 5 4 2 2 5 4 4 5 3 3 3 3 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 2 4
24 P IPS3 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5
25 L IPS3 1 2 4 5 3 4 4 3 1 1 3 3 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5
26 P IPS3 5 2 5 5 5 4 5 5 5 5 1 5 5 5 5 3 1 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 3
27 P IPS3 5 5 5 5 4 3 5 4 4 4 4 4 5 5 5 3 5 5 5 5 4 4 5 5 5 3 5 5 5 4
28 L IPS3 2 1 4 5 2 1 5 2 2 2 5 5 5 2 5 2 5 5 2 5 5 5 2 5 5 4 4 2 2 2
29 P IPS3 5 3 5 5 5 3 2 4 4 2 1 5 5 5 2 5 2 1 1 5 4 5 4 5 2 5 2 1 4 1
30 P IPS3 3 2 5 5 4 3 3 3 2 2 5 4 4 4 5 4 5 3 5 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3
31 P IPS3 3 2 4 4 3 3 5 5 5 3 4 3 4 5 5 3 4 3 3 5 3 3 4 4 5 3 3 3 3 4
32 P IPS3 3 2 4 5 4 4 3 5 4 3 5 3 5 4 4 2 4 4 3 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 3
33 P IPS3 2 2 4 4 4 2 5 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 2 4
34 P IPS3 4 4 5 5 5 3 5 4 3 5 1 5 5 5 5 5 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 1 5 5
35 L IPS3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
36 L IPS3 4 3 5 5 4 3 5 5 3 3 2 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4
37 L IPS3 3 3 5 5 4 3 5 5 5 4 3 2 4 4 5 3 1 0 5 4 3 4 5 4 5 3 5 3 5 4
38 L IPS3 2 1 2 5 3 1 3 2 1 1 5 4 5 4 3 1 2 2 5 5 5 4 4 5 5 2 3 4 4 2
39 L IPA 4 3 4 1 0 3 4 0 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
40 L IPA 3 4 5 3 0 3 0 0 0 0 3 5 0 5 0 5 3 0 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
41 P IPA 2 2 4 3 4 4 5 4 3 4 3 3 5 5 3 2 4 5 5 5 3 4 5 3 2 3 3 3 4 4
42 P IPA 3 2 4 4 4 2 4 4 3 2 4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 2 4
43 P IPA 5 4 5 0 0 4 4 0 3 0 4 5 4 5 4 3 4 0 5 4 5 4 4 5 4 3 5 5 3 5
44 L IPA 3 4 5 1 1 1 1 4 1 1 5 3 2 4 4 3 3 4 4 5 4 5 4 5 5 3 3 3 1 3
45 L IPA 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 1 5 1 1 5 1 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 4
46 L IPA 4 3 4 4 4 4 5 3 3 5 1 4 5 5 4 3 1 5 3 4 4 4 4 4 5 4 3 3 2 4
47 P IPA 3 3 5 5 4 3 5 5 5 4 5 3 4 4 5 4 1 5 4 4 4 5 4 5 5 3 5 4 3 5
48 P IPA 1 1 1 4 3 1 3 1 1 2 5 4 4 4 3 3 3 5 5 3 5 5 5 5 4 3 4 5 3 5
49 P IPA 4 1 4 5 3 2 5 5 3 4 5 5 5 5 3 2 4 2 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5
50 L IPA 4 3 4 3 3 2 2 4 1 3 5 4 4 5 5 5 3 5 5 5 2 5 5 5 4 4 4 3 4 4
51 P IPA 4 3 5 5 4 3 5 4 2 3 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 3 4 4 3 3 4
52 P IPA 4 2 4 5 4 2 4 5 4 3 5 4 4 4 5 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4
53 P IPA 5 3 5 5 5 2 4 4 2 3 4 3 4 4 5 3 3 5 3 3 4 5 5 4 5 3 5 5 4 4
54 P IPA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 3 5 1 1 2 1 5 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5 2
55 L IPA 3 3 4 4 1 1 3 2 3 1 4 2 3 5 4 3 3 2 4 2 2 3 3 4 4 3 3 2 3 4
56 L IPA 3 2 3 4 1 1 3 2 2 1 2 3 4 4 3 2 4 2 2 4 3 4 4 4 5 2 3 3 2 4
57 L IPA 2 2 4 4 1 1 3 2 2 1 4 2 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 2 3 2 2 3 4 4
58 P IPA 2 1 3 4 1 1 3 2 2 2 5 5 5 5 5 3 5 2 5 5 4 4 4 3 3 2 4 4 3 4
59 L IPA 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 3 2 4 5 5 2 5 3 1 5 5 5 5 5 5 1 2 2 3 3
60 P IPA 3 3 5 5 2 2 3 4 4 3 4 4 3 3 2 2 4 4 4 5 5 4 3 4 3 5 4 2 1 2
E 205 164 245 242 179 144 227 201 160 161 238 233 242 266 241 190 225 215 240 269 244 271 268 269 267 216 234 229 215 231
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
p/IK 0.68 0.547 0.817 0.807 0.6 0.48 0.757 0.67 0.53 0.54 0.79 0.777 0.81 0.89 0.8 0.6 0.75 0.72 0.8 0.9 0.81 0.9 0.89 0.9 0.9 0.72 0.78 0.76 0.72 0.77
1
q 0.32 0.453 0.183 0.193 0.4 0.52 0.243 0.33 0.47 0.46 0.21 0.223 0.19 0.11 0.2 0.4 0.25 0.28 0.2 0.1 0.19 0.1 0.11 0.1 0.1 0.28 0.22 0.24 0.28 0.23
pq 0.22 0.248 0.15 0.156 0.24 0.25 0.184 0.221 0.25 0.25 0.16 0.173 0.16 0.1 0.16 0.2 0.19 0.2 0.2 0.09 0.15 0.09 0.1 0.09 0.1 0.2 0.17 0.18 0.2 0.18
n Subjektiv 40 39
n-1
Var Butir Su 1.23 1.148 1.129 1.626 2.29 1.09 1.969 1.994 1.58 1.95 1.49 1.054 1.39 0.55 1.51 1.3 1.34 2.48 1.2 0.59 0.88 0.36 0.42 0.49 0.6 0.92 0.91 1.3 1.3 0.81
Var Tot Sub
Reliabilitas Sub 0.856
Validitas 0.53 0.354 0.441 0.397 0.43 0.49 0.599 0.556 0.44 0.61 0.13 0.499 0.52 0.3 0.55 0.5 0.21 0.44 0.2 0.43 0.26 0.39 0.5 0.27 0.3 0.58 0.36 0.18 0.39 0.38
mean
Aspek Tata Cara Komunikasi Aspek Prestasi
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Nil TOT SKOR teladanteguranengarahamunika sem I sem II N TOT
3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 130 108 23 16 32 37 70 70 70
3 5 4 3 5 5 5 4 3 5 158 134 36 20 35 43 70 80 75
3 4 2 4 2 2 2 3 4 1 113 97 30 9 26 32 65 65 65
4 4 5 5 5 5 4 3 5 1 165 142 40 22 33 47 80 80 80
5 4 3 2 5 4 4 4 2 5 157 131 32 22 36 41 80 80 80
4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 154 129 33 20 31 45 80 80 80
2 4 2 4 5 4 4 2 2 4 153 127 41 20 32 34 70 80 75
5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 175 152 46 24 36 46 70 80 75
4 4 4 4 1 5 5 4 3 3 157 137 31 24 37 45 70 80 75
4 4 5 5 2 4 4 5 4 4 178 153 44 22 39 48 80 80 80
4 5 4 4 1 4 4 4 2 4 154 135 31 23 38 43 72 76 74
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 163 141 38 20 38 45 74 70 72
3 4 5 5 3 5 5 4 3 3 156 132 34 18 34 46 64 70 67
4 4 2 4 1 5 4 5 4 5 170 147 41 22 40 44 80 80 80
5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 162 132 28 23 31 50 70 80 75
5 5 3 4 5 4 5 5 4 4 157 128 21 23 36 48 74 78 76
4 3 5 3 5 3 3 4 4 4 165 141 44 19 38 40 70 76 73
5 5 3 5 5 4 5 1 4 5 152 122 21 21 36 44 80 80 80
4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 142 120 34 14 30 42 70 64 67
5 5 5 3 5 5 5 5 4 5 174 144 30 25 40 49 75 75 75
3 3 4 5 2 4 0 3 2 3 149 126 36 18 37 35 63 75 69
4 5 4 5 1 4 4 1 5 5 163 140 38 23 38 41 76 78 77
4 5 4 2 5 4 5 4 4 3 159 134 35 19 37 43 78 74 76
5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 191 164 47 25 40 52 78 88 83
5 5 3 5 1 4 5 5 5 5 163 141 28 23 38 52 70 70 70
4 5 5 4 5 5 5 5 3 3 173 154 46 23 38 47 40 74 72
5 4 4 5 3 4 4 4 5 4 177 151 44 22 36 49 80 80 80
2 4 2 2 5 4 4 2 2 5 135 111 26 19 36 30 77 83 80
4 5 4 1 5 5 4 1 1 4 137 123 38 22 31 32 70 74 72
3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 150 123 32 21 31 39 76 80 78
3 4 3 3 5 3 4 3 3 3 145 123 37 20 30 36 80 70 75
5 4 3 4 5 5 5 3 3 3 160 135 37 18 35 45 80 76 78
3 4 2 2 3 2 2 2 4 2 140 119 31 20 37 31 84 86 85
5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 177 161 43 25 40 53 64 78 71
5 5 4 5 5 4 4 3 4 4 147 122 30 18 28 46 83 86 84
3 4 2 3 4 1 1 2 2 4 138 118 40 20 31 27 80 84 82
4 4 3 0 1 3 3 4 3 3 142 126 42 18 28 38 80 80 80
3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 130 106 21 17 32 36 65 65 65
3 4 4 4 2 3 4 4 4 3 139 118 26 19 32 41 80 80 80
5 5 5 5 1 4 4 5 5 1 137 121 18 15 35 53 65 65 65
4 4 4 3 5 4 4 2 4 4 147 123 35 18 30 40 70 70 70
4 4 4 3 5 4 4 4 3 2 139 116 32 15 30 39 72 72 72
3 4 4 3 3 4 5 3 4 4 143 118 25 21 29 43 75 85 80
3 3 5 2 3 2 2 2 3 5 125 102 22 16 35 29 76 60 68
5 5 3 4 3 3 3 4 3 4 133 106 15 13 34 44 80 80 80
3 4 4 3 4 3 3 3 2 5 147 130 41 21 34 34 72 70 71
3 5 3 3 3 3 3 2 3 4 156 135 42 20 35 38 82 84 83
5 4 4 2 0 4 4 5 4 1 134 115 18 18 35 44 74 70 72
4 4 4 4 4 4 4 5 4 1 162 138 36 20 34 48 90 90 90
5 3 5 2 3 5 5 5 4 4 156 133 29 23 35 46 70 70 70
3 4 1 1 4 2 2 3 1 4 147 122 38 22 34 28 75 75 75
4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 156 131 37 20 31 43 74 70 72
5 4 5 5 5 4 4 2 4 1 158 137 38 19 34 46 75 75 75
5 3 3 3 5 5 5 5 4 5 126 99 10 11 33 45 75 75 75
3 4 3 3 4 3 2 1 2 4 117 96 25 17 23 31 60 60 60
2 4 3 3 4 3 3 2 3 4 117 98 22 16 28 32 64 60 62
2 5 3 3 4 3 3 2 4 4 117 95 22 15 23 35 84 68 76
5 5 3 4 5 4 4 1 2 4 138 110 21 23 27 39 80 80 80
5 5 5 3 2 3 3 2 4 5 123 105 15 18 34 38 60 60 60
2 4 3 4 2 4 4 2 4 5 136 115 34 14 33 34 86 84 85
233 253 222 211 217 228 230 202 212 223
300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
0.78 0.84 0.74 0.7 0.72 0.76 0.77 0.67 0.71 0.74
0.22 0.16 0.26 0.3 0.28 0.24 0.23 0.33 0.29 0.26
0.17 0.13 0.19 0.2 0.2 0.18 0.18 0.22 0.21 0.19
0.95 0.44 0.99 1.4 2.17 0.91 1.16 1.59 1.07 1.43 48.964
295.94
0.45 0.26 0.4 0.3 0.14 0.56 0.49 0.5 0.34 0.1
Pendidikan
Prestasi Iman dalam
Belajar Keluarga
Pearson Correlation Prestasi Belajar 1.000 .328
Pendidikan Iman
dalam Keluarga .328 1.000
Sig. (1-tailed) Prestasi Belajar . .005
Pendidikan Iman
dalam Keluarga .005 .
N Prestasi Belajar 60 60
Pendidikan Iman
dalam Keluarga 60 60
Variables Entered/Removed(b)
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1
Pendidikan
Iman dalam . Enter
Keluarga(a)
Model Summary(b)
ANOVA(b)
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regressio
253.961 1 253.961 7.011 .010(a)
n
Residual 2100.973 58 36.224
Total 2354.933 59
a Predictors: (Constant), Pendidikan Iman dalam Keluarga
b Dependent Variable: Prestasi Belajar
Coefficients(a)
(8)
Collinearity Diagnostics(a)
Variance Proportions
Pendidikan
Dimensio Condition Iman dalam
Model n Eigenvalue Index (Constant) Keluarga
1 1 1.992 1.000 .00 .00
2 .008 15.619 1.00 1.00
a Dependent Variable: Prestasi Belajar
Residuals Statistics(a)
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
(9)
Scatterplot
4
Regression Standardized Residual
-2
-4
-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value
(10)
Lampiran : 4
Nilai Siswa
No NAMA Sem I semII TOT
1 Yuni 70 70 70
2 Y. rudianto 70 80 75
3 Fransiscus riko 65 65 65
4 Vincent 80 80 80
5 Andreas Anggara D 80 80 80
6 Agustinus prasti adi 80 80 80
7 Anita karolina 70 80 75
8 Melania suratni 70 80 75
9 Felisia maya sari 70 80 75
10 Martinus bandi 80 80 80
11 Yentina elsa tiana 72 76 74
12 Aprianti norva 74 70 72
13 Adrianus jeri 64 70 67
14 Monika eltasari 80 80 80
15 Tino karno 70 80 75
16 Dio gabriel cahyadi 74 78 76
17 Arkadius eko siloma 70 76 73
18 Hengki sihombing 80 80 80
19 Dionesius kandri 70 64 67
20 Priharti orpa susanti 75 75 75
21 Efentius deki 63 75 69
22 Erah 76 78 77
23 Brigita equalina 78 74 76
24 Yohanista moi 78 88 83
25 Libertus robertus bagio 70 70 70
26 Septiana magie hilinda 70 74 72
27 Kornelia laura andinna 80 80 80
28 Vivensius 77 83 80
29 Afriasi tani 70 74 72
30 Veronika astin 76 80 78
31 Yuniarti 80 70 75
32 Lidya novita tina 80 76 78
33 Natalia desi mora 84 86 85
34 Elisabet fatmawati 64 78 71
35 uvensius yumen 83 86 84
36 Kelvin tryanto 80 84 82
37 Indra C 80 80 80
38 Brian 65 65 65
39 Yonatalio sugianto 80 80 80
40 Debora yoan tobing 65 65 65
41 Eva selvia taher 70 70 70
42 Ane marseli 72 72 72
43 Yoan carolin 75 85 80
44 Jemmy hartanto 76 60 68
(11)
45 Andika 80 80 80
46 Heribertus D.K 72 70 71
47 Stela aurora W 82 84 83
48 Sinnati 74 70 72
49 Ika reisky purwaningsih 90 90 90
50 Edwar aroun 70 70 70
51 Carolina yulen carlin 75 75 75
52 Siska novi kalentina 74 75 72
53 Hanny 75 75 75
54 Melissa natalia 75 75 75
55 H. bambang henanto 60 60 60
56 Yoser pate pangrama 64 60 62
57 Sukanto 84 68 76
58 Stefania natalia leba 80 80 80
59 Antonika tryo 60 60 60
60 Pise yudiarti 86 85 85
(12)
Lampiran 5
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA
KATOLIK
Jl. Ahmad Jazuli 2, Tromolpos 75 Yogyakarta 55002
Telp.(0274)589035, 541642-Fax (0274) 541641
Kepada Yth,
Guru Agama Katolik SMA PL Santo Yohanes
Di Tempat
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penulisan skripsi yang berjudul: “PENGARUH PENDIDIKAN IMAN
DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAK DI SMA SANTO
YOHANES KETAPANG, KALIMANTAN BARAT “, maka saya:
Mengajukan permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada anak-anak SMA PL.Santo
Yohanes kelas XI IPS3 dan kelas XI IPA yang beragama Katolik. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan data yang lengkap mengenai dampak pendidikan iman dalam keluarga
terhadap prestasi belajar PAK di sekolah.
Demikian permohonan ini saya ajukan. Atas perhatian dan ijin yang diberikan, saya ucapkan
terima kasih.
Yogyakarta, 10 September 2009
Mengetahui,
Kaprodi IPPAK-JIP-FKIP-USD Pemohon
SATUAN PENDAMPINGAN
A. IDENTITAS PENDAMPINGAN
1. Tema : Keluarga adalah tempat pendidikan yang urama dan pertama!
2. Tujuan : Bersama pendamping, peserta diajak untuk semakin menyadari
pentingnya pendidikan iman dalam keluarga, sehingga mampu
meningkatkan prestasi PAK anak.
3. Peserta : Orang tua
4. Model : Shared Christian Praxis
5. Metode : - Sharing
- Refleksi Pribadi
- Informasi
6. Sarana : Teks Kitab Suci
Player dan kaset Film ”Tanggung jawab”
7. Sumber Bahan :Lukas 2:40-52
Komisi kitab Suci KAS (2007). Keluarga Kukuh Gereja
Tangguh. Yogyakarta: Kanisius. Hal 15-25
B. PEMIKIRAN DASAR
Berdasarkan hasil penelitian pada skripsi berjudul PENGARUH PENDIDIKAN
IMAN DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK SISWA KELAS XI DI SMU PANGUDI LUHUR SANTO
YOHANES KETAPANG, KALIMANTAN BARAT TAHUN AJARAN 2009-2010
menyimpulkan bahwa Pendidikan iman dalam keluarga mempengaruhi prestasi belajar
PAK siswa yakni sebesar 32,8% secara signifikan dengan P-valuenya sebesar 0.01 yang
lebih kecil dari α= 0.05.
Pada kenyataannya pendidikan iman dalam keluarga aspek keteladanan
mempunyai mean 32,2 yang artinya orang tua memiliki keteladanan yang cukup atau
belum baik. Oleh karena itu perlulah meningkatkan keteladanan orang tua terhadap
anaknya supaya prestasi anakpun meningkat.
Zaman sekarang banyak orang tua yang hanya sibuk dengan pekerjaannya serta
menomorduakan kehidupan rohani, pendidikan iman dalam keluargapun masih dalam
kategori cukup, anak-anak dijaga oleh baby sister yang dibayar oleh orang tuanya.
Antara bapak dan ibu dalam keluarga tidak ada perbedaan lagi, di mana dahulu bapak
dianggap sebagai tulang punggung kaluarga dan ibu yang di rumah harus menjaga anak-
anak sekarang semua mempunyai kesibukan masing-masing dan lupa memberikan
teladan kepada anaknya khususnya dalam hal menumbuhkembangkan iman. Dengan
kesibukan itu anak-anak tidak mendapat keteladanan penuh dari orang tuanya.
Luk 2:40-52 pada perikopa ini berbicara tentang tanggung jawab dan
keteladanan Maria dan Yosef sebagai orang tua yang dipanggil untuk mendampingi
Yesus. Teladan Maria dan Yosef dalam injil Luk 2:40-52 ini membawa konsekuensi
yang tidak ringan bagi suami istri kristiani. Oleh karena itu kita diharapkan mampu
mewujudkan tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk menjadi teladan. Sebagai
seorang kristiani, kita memahami bahwa panggilan menjadi orang tua merupakan suatu
hal yang luhur, dan dilain pihak konsekuensinya cukup berat.
(14)
Dari pertemuan ini kita diingatkan untuk semakin mampu melaksanakan
tanggung jawab kita sebagai orang tua yang mempunyai keteladanan terhadap anak
khususnya dalam hidup rohani dengan demikian prestasi PAK anakpun meningkat
C. PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH
1. Pembukaan
a. Pengantar
Selamat malam, bapak-ibu semuanya. Karena kasih setia dari Allah kita diberi
kesempatan untuk saling memperkuat hubungan kita dalam keluarga. Malam ini kita
berkumpul menjadi satu keluarga untuk saling berbagi pengalaman dalam hal
tanggungjawab kita bagi anak. Kita bersama-sama akan menggali pengalaman
bagaimana bapak dan ibu dalam melakukan pendidikan iman dalam keluarga Kita juga
bersama-sama akan melihat bagaimana perjuangan Maria dan Yosef bisa memberikan
teladan dan tanggungjawab kepada Yesus sebagai anaknya.
b. Lagu Pembukaan
Telah dipersiapkan dari sie liturgi dilingkungan.
c. Doa Pembukaan
Allah Bapa Mahacinta hari ini kami bersyukur boleh Kau persatukan dalam
pertemuan pendalaman malam ini. Bukalah hati dan budi kami agar kami siap
mendengarkan kehendak-Mu lewat sabda yang akan kami resapi dan alami. Pada
kesempatan ini kami ingin belajar dan memahami tanggung jawab kami sebagai orang
tua yang Kau percaya untuk mendampingi dan mendidik anak-anak kami ditengah
aneka macam tantangan jaman ini. Ya Bapa disurga, kurniakanlah kepada kami semua
rahmat yang kami butuhkan agar sebagai orang tua, kami semakin bertanggung jawab
atas anak-anak kami. Demi Tuhan kami Yesus Kristus yang bersatu dengan Dikau dan
Roh Kudus kini dan sepanjang masa. Amin
(15)
d. Pengungkapan Pengalaman
Peserta diajak untuk mendalami cerita dan mensharingkan pengalaman dengan
tuntunan pertanyaan:
1. Apa yang membuat Yu Bekti menggundurkan diri dari permainan ketoprak?
2. Kesulitan- kesulitan apa yang bapak – ibu alami dalam usaha melakukan pendidikan
iman dalam keluarga?
3. Cara apa yang bapak atau ibu lakukan/tempuh untuk menjalankan pendidikan iman
dalam keluarga?
d. Tafsir
Ayat 40 bergema sebagai penutup panggung kehidupan Yesus sebagai orang
dewasa. Kisah asal-usul Yesus menjadi lengkap dengan kembalinya keluarga kudus ke
tanah asalnya sesudah kelahiran dan pemenuhan hukum.
Ayat 42 Yesus dan orang tuaNya mengadakan perjalanan ke Yerusalem untuk
merayakan pesta paskah. Lukas menggambarkan Yesus dalam perjalan ke Yerusalem
untuk Paskah yang menjadi perjalanNya yang terakhir ke Yerusalem, dan pesta Yahudi
akan jatuh bersamaan dengan PaskahNya sendiri.
(16)
Ayat 52 menjelaskan bahwa usaha Yosef dan Maria tidaklah sia-sia. Yesus
makin bertambah besar dan bertambah hikmat-nya dan besar-Nya , dan makin dikasihi
oleh Allah. Maria dengan segala usahanya melakukan pesan Allah dengan perantaraan
malaikat.
Perikopa tersebut semakin dapat meneguhkan dan memberikan penyegaran
kepada kita. Kita sebagai orang tua diajarkan untuk menjadi sepasang suami istri yang
benar-benar mempunyai tanggungjawab dan mampu memberikan teladan bagi anaknya.
Sejak Yesus kecil Maria dan Yosef telah memberikan teladan kepada Yesus untuk
merayakan paska secara bersama-sama meskipun harus melakukan perjalanan selama
sehari. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama oleh karena itu
sejak dini kita harus mengkondisikan doa bersama di dalam keluarga ataupun berangkat
ke Gereja bersama. Orangtua yang menjadi panutan anaknya harus mampu memberikan
teladan bagi anaknya.
(17)
dalam keluarga kita masing-masing. Dari perikopa Luk 2:40-52 kita mengetahui bahwa
Maria dan Yosef adalah orang tua yang di pilih Allah dan penuh teladan, oleh karena itu
kita sebagai umat Allah yang dipercayakanNya untuk mengemban tugas luhur dan
mulia ini tahu akan apa yang harus dilakukan.
b. Niat-niat
Memikirkan niat-niat dan bentuk pendampingan yang baru untuk lebih
mengusahakan pendidikan iman dalam hidup keluarga. Berikut ini adalah pernyataan
penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat:
1. Niat-niat apa yang hendak bapak ibu lakukan untuk semakin meningkatkan
pendidikan iman dalam keluarga?
2. Hal-hal apa yang sekiranya perlu diperhatikan dalam mewujudkan niat-niat
tersebut?
7. Penutup
a. Lagu penutup
Setelah semua merumuskan niat-niat, kemudian menyanyikan lagu Santo Yusuf
yang menjaga dari Puji Syukur no.644 yang dinyanyikan bersama umat.
b. Saat hening kesempatan untuk hening
Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan niat-niat. Sementara lilin dan
salib dapat dipasang dan dinyalakan.
c. Doa Umat
Kesempatan untuk doa spontan yang diawali oleh pendamping yang
menghubungkan dengan tema dan hasil pembicaraan demi mewujudkan tanggung
jawab sebagai pendamping anak.
d. Doa Penutup
Allah Mahakasih, kami bersyukur atas penyertaan-Mu dari awal sampai akhir
sehingga pendalaman materi pada kesempatan ini semakin membuka hati dan budi kami
sebagai orang tua. Kami sadar bahwa tidak mudahlah untuk mengusahakan pendidikan
iman dalam keluarga Namun demikian, kami percaya bahwa Engkau tidak membiarkan
kami berjuang sendiri. Semoga dengan pertolongan santo Yosef dan Ibu Maria kami
para orang tua dapat lebih bersemangat untuk mengantar anak-anak kami bertumbuh
untuk menjadi pribadi yang semakin katolik, dan berbakti kepada Allah dan sesama
serta berprestasi di sekolah. Semua ini kami mohon kepadaMu dalam nama Yesus
Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
(18)